A. Pendahuluan
Semen yang diejakulasikan selama aktivitas seksual pria terdiri atas cairan dan
sperma yang berasal dari vas deferens (kira-kira 10% dari keseluruhan semen), cairan
dari vesikula seminalis (kira-kira 60%), cairan dari kelenjar prostat ( kira-kira 30%),
dan sejumlah kecil cairan dari kelenjar mukosa, terutama kelenjar bulbouretralis. Jadi,
bagian terbesar semen adalah cairan vesikula seminalis yang merupakan cairan
terakhir yang diejakulasikan dan berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari
duktus ejakulatorius dan uretra.
Cairan prostat membuat semen terlihat seperti susu, sementara cairan dari
vesikula seminalis dan dari kelenjar mukosa membuat semen menjadi agak kental.
Juga enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen cairan vesikula
seminalis membentuk koagulum yang lemah, yang mempertahankan semen dalam
daerah veagina yang lebih dalam, tempat serviks uterus. Pada menit pertama setelah
ejakulasi, sperma masih tetap tidak bergerak, mungkin karena viskositas dari
Paling baik jika semen diperiksa selambatnya sejam setelah ejakulasi. Jika
sampel masih dipakai lebih dari 4 jam setelah ejakulasi agar disimpan dalam lemari es,
dan untuk memeriksanya kembali harus ditaruh dulu dalam suhu kamar
B. Pemeriksaan
c. Penghitungan dilakukan di kotak tengah yang terdiri dari 25 kotak sedang yang
masing-masing didalamnya terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil.
d. Hisap semen sampai angka 0,5, kemudian hisap pengencer aquadest/NaCl
fisiologis sampai angka 11 digunakan pengenceran 1 : 20. (Pengenceran lain
dapat digunakan sesuai Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah
sperma).
e. Jumlah kotak sedang yang harus dihitung berdasar jumlah sperma yang
ditemukan :
1) jumlah sperma dalam 1 kotak sedang < 10 hitung 25 kotak.
2) jumlah sperma dalam 1 kotak sedang 10-40 hitung 10 kotak.
3) jumlah sperma dalam 1 kotak sedang > 40 hitung 5 kotak.
f. Buatlah rata-rata jumlah sperma.
g. Selanjutnya hitunglah jumlah sperma dan faktor koreksinya dengan aturan
seperti tertera dalam tabel 2.
Tabel 2. Jumlah penghitungan kotak dan faktor koreksi jumlah sperma
Contoh :
Selama perkembangan janin, satu atau kedua testis kadang-kadang gagal untuk
turun dari perut ke dalam kantung yang biasanya berisi testis (skrotum).
5. Ketidakseimbangan hormone
Tabung yang membawa sperma bisa rusak oleh penyakit atau cedera.
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di bagian testis yang menyimpan sperma
(epididimis) atau penyumbatan dari salah satu tabung yang membawa sperma dari
testis (vas deferens). Pria dengan fibrosis kistik dan beberapa kondisi yang diwariskan
lainnya dapat lahir tanpa saluran sperma sama sekali.
7. Cacat kromosom