Anda di halaman 1dari 9

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SEMEN

A. Pendahuluan
Semen yang diejakulasikan selama aktivitas seksual pria terdiri atas cairan dan
sperma yang berasal dari vas deferens (kira-kira 10% dari keseluruhan semen), cairan
dari vesikula seminalis (kira-kira 60%), cairan dari kelenjar prostat ( kira-kira 30%),
dan sejumlah kecil cairan dari kelenjar mukosa, terutama kelenjar bulbouretralis. Jadi,
bagian terbesar semen adalah cairan vesikula seminalis yang merupakan cairan
terakhir yang diejakulasikan dan berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari
duktus ejakulatorius dan uretra.
Cairan prostat membuat semen terlihat seperti susu, sementara cairan dari
vesikula seminalis dan dari kelenjar mukosa membuat semen menjadi agak kental.
Juga enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen cairan vesikula
seminalis membentuk koagulum yang lemah, yang mempertahankan semen dalam
daerah veagina yang lebih dalam, tempat serviks uterus. Pada menit pertama setelah
ejakulasi, sperma masih tetap tidak bergerak, mungkin karena viskositas dari

Koagulum. Sewaktu koagulum dilarutkan, sperma secara simultan menjadi


sangat motil. Analisa semen dilakukan untuk menentukan seorang pria fertil atau
infertil. Semen yang diperiksa harus dari seluruh ejakulat. Abstinensia merupakan
faktor yang penting, dan yang terbaik ialah sekitar 3-4 hari. (Yatim, 1982)

Paling baik jika semen diperiksa selambatnya sejam setelah ejakulasi. Jika
sampel masih dipakai lebih dari 4 jam setelah ejakulasi agar disimpan dalam lemari es,
dan untuk memeriksanya kembali harus ditaruh dulu dalam suhu kamar

B. Pemeriksaan

I. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. mikroskop
b. pipet tetes
c. gelas/tabung ukur kaca
d. objek glass
e. cover glass
f. pipet leukosit
g. bilik hitung Neubauer Improved (NI)
2. Bahan :
a. semen
b. NaCl fisiologis
c. aquadest
d. larutan fikasasi etanol 95% : eter ( 1: 1)
e. cat Giemsa

II. Cara kerja


Pengumpulan bahan
1. Sediaan semen diambil setelah abstinensia minimal 48 jam sampai maksimal 7 hari
dengan cara masturbasi
2. Sediaan semen idealnya dikeluarkan dalam kamar yang tenang dalam laboratorium.
Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka sediaan harus dikirim ke laboratorium
dalam waktu maksimal 1 jam sejak dikeluarkan
3. Sediaan semen dimasukkan ke dalam botol/gelas kaca bermulut lebar, yang ditulisi
identitas penderita, tanggal pengumpulan dan lamanya abstinensia
4. Sediaan semen dikirim ke laboratorium pada suhu 20-400C.

1. Pemeriksaan estimasi jumlah sperma


Cara :
a. Teteskan 1 tetes sampel ke objek glass, kemudian tutup dengan cover glass.
b. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif, 10
x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal. Pemeriksaan
dilakukan pada beberapa lapang pandang, pada suhu kamar.
c. Jumlah rata-rata sperma yang didapat dikalikan dengan 106.
d. Jumlah rata-rata sperma yang didapat, juga digunakan sebagai dasar
pengenceran saat penghitungan dengan bilik hitung Neubauer Improved.
Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma
Jumlah sperma / lapang pandang Pengenceran
(400x)
< 15 1:5
15 – 40 1 : 10
40 – 200 1 : 20
> 200 1 : 50
2. Motilitas sperma
Cara :
a. Teteskan 1 tetes (10 – 15 mikroliter) sampel ke objek glass, kemudian tutup
dengan cover glass.
b. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif, 10
x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal.
c. Pemeriksaan dilakukan dalam 4 -6 lapang pandang pada 200 sperma, pada suhu
kamar (180 – 240 C).
d. Kecepatan gerak sperma normal adalah : 5 kali panjang kepala sperma atau
setengah kali panjang ekor sperma atau ± 25 μm/detik.
e. Dilihat gerakan sperma dan diklasifikasikan sebagai berikut :
(a) jika sperma bergerak cepat dan lurus ke muka.
(b) jika geraknya lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus.
(c) jika tidak bergerak maju.
(d) jika sperma tidak bergerak.
f. Lakukan pemeriksaan ulangan dengan tetesan sperma kedua
3. Morfologi sperma
Cara :
a. Teteskan 1 tetes (10 – 15 mikroliter) sampel ke salah satu ujung objek glass.
b. Dengan objek glass kedua, dibuat apusan sampel seperti terlihat pada gambar.
c. Sediaan dikeringkan di udara, selanjutnya difiksasi dengan etanol 95% : eter (1 :
1), biarkan sediaan kering.
d. Kemudian cat dengan Giemsa selama 30 menit, bilas dengan air bersih,
keringkan dan preparat siap diperiksa.
e. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif, 10
x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal.
f. Pemeriksaan morfologi dilakukan pada 200 sperma meliputi kepala, leher dan
ekor, kemudian hasil yang didapat dibuat persentase.
Sperma Normal abnormal
kepala leher ekor
1
2 ...dst
200

Gambar 1. Sperma normal :


Gambar 2. Sperma abnormal

4. Pemeriksaan elemen bukan sperma


Cara :
a. Dilakukan penghitungan sel selain sperma seperti leukosit, sel epitel gepeng dan
sel lain yang ditemukan. Pengitungan dilakukan dalam 100 sperma ditemukan
berapa sel lain selain sperma
b. Penghitungan :
C=NxS C : jumlah sel dalam juta / ml
100 N : jumlah sel yang dihitung dalam 100 sperma
S : jumlah sperma dalam juta / ml
5. Pemeriksaan hitung jumlah sperma
Cara :
a. Siapkan hemositometer (pipet leukosit dan Bilik hitung NI)
b. Pasang bilik hitung NI dibawah miroskop dengan pembesaran 100x atau 400x,
cari kotak hitung seperti terlihat dalam gambar.
Gambar 3. Kotak dalam bilik hitung NI

c. Penghitungan dilakukan di kotak tengah yang terdiri dari 25 kotak sedang yang
masing-masing didalamnya terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil.
d. Hisap semen sampai angka 0,5, kemudian hisap pengencer aquadest/NaCl
fisiologis sampai angka 11  digunakan pengenceran 1 : 20. (Pengenceran lain
dapat digunakan sesuai Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah
sperma).
e. Jumlah kotak sedang yang harus dihitung berdasar jumlah sperma yang
ditemukan :
1) jumlah sperma dalam 1 kotak sedang < 10  hitung 25 kotak.
2) jumlah sperma dalam 1 kotak sedang 10-40  hitung 10 kotak.
3) jumlah sperma dalam 1 kotak sedang > 40  hitung 5 kotak.
f. Buatlah rata-rata jumlah sperma.
g. Selanjutnya hitunglah jumlah sperma dan faktor koreksinya dengan aturan
seperti tertera dalam tabel 2.
Tabel 2. Jumlah penghitungan kotak dan faktor koreksi jumlah sperma

Pengenceran Jumlah kotak sedang yang dihitung


25 10 5
Faktor koreksi
1 : 10 10 4 2
1 : 20 5 2 1
1 : 50 2 0,8 0,4

Contoh :

Rata-rata ditemukan 50 sperma yang dihitung dalam 5 kotak sedang


dengan pengenceran 1 : 20, maka jumlah sperma adalah :

= 50/1 x 106 = 50 juta / ml

C. Penyakit yang dapat diakibatkan jika pemeriksaan abnormal

1. Kelainan jumlah sperma

Orang yang memiliki kelainan jumlah sperma mungkin memiliki sejumlah


masalah kesehatan, seperti varikokel, infeksi, masalah kesehatan kronis atau yang
tidak terdiagnosis seperti diabetes atau penyakit celiac, masalah dengan ejakulasi
seperti ejakulasi retrograde, masalah saluran, ketidakseimbangan hormon, dan
paparan zat-zat beracun. Kelainan jumlah sperma yang rendah juga bisa disebabkan
oleh obat-obatan tertentu, penyakit disertai demam yang baru diderita, dan paparan
panas skrotum (seperti berendam di air panas).

2. Kelainan bentuk sperma (morfologi)

Teratozoospermia adalah istilah yang digunakan untuk morfologi sperma yang


buruk. Kelainan bentuk sperma mungkin disebabkan oleh hal yang sama dengan yang
menyebabkan kelainan jumlah sperma. Kelainan sperma ini masih kurang dipahami,
dan karena evaluasi ini agak subjektif, maka skor dapat bervariasi bahkan pada
sampel air mani yang sama. Pria dengan kelainan bentuk sperma cenderung memiliki
lebih banyak kesulitan pada kehamilan, tetapi kita tidak bisa mengatakan dengan pasti
apakah kesulitan tersebut hanya disebabkan oleh bentuk sperma itu sendiri atau
dengan alasan yang lain, yang menyebabkan bentuk sperma berbeda.

3. Kelainan gerakan sperma (motilitas)

Kelainan gerakan sperma biasa disebut sebagai asthenozoospermia. Jika


kelainan sperma ini terjadi, maka itu bisa disebabkan oleh penyakit, obat-obatan
tertentu, kurangnya nutrisi, atau kebiasaan kesehatan yang buruk seperti merokok.

4. Testis tidak turun

Selama perkembangan janin, satu atau kedua testis kadang-kadang gagal untuk
turun dari perut ke dalam kantung yang biasanya berisi testis (skrotum).

5. Ketidakseimbangan hormone

Hipotalamus, hipofisis dan testis memproduksi hormon yang diperlukan untuk


membuat sperma. Perubahan hormon ini, serta dari sistem lain seperti tiroid dan
adrenal, dapat mengganggu produksi sperma.

6. Cacat saluran sperma

Tabung yang membawa sperma bisa rusak oleh penyakit atau cedera.
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di bagian testis yang menyimpan sperma
(epididimis) atau penyumbatan dari salah satu tabung yang membawa sperma dari
testis (vas deferens). Pria dengan fibrosis kistik dan beberapa kondisi yang diwariskan
lainnya dapat lahir tanpa saluran sperma sama sekali.

7. Cacat kromosom

Gangguan menurun seperti sindrom Klinefelter, di mana laki-laki lahir dengan


dua kromosom X dan satu kromosom Y bukannya satu X dan satu Y, menyebabkan
perkembangan abnormal dari organ reproduksi laki-laki. Sindrom genetik lain yang
terkait dengan infertilitas termasuk cystic fibrosis, sindrom Kallmann, sindrom
Young, dan sindrom Kartagener.
8. Penyakit Celiac

Gangguan pencernaan yang disebabkan oleh kepekaan terhadap gluten,


penyakit celiac, dapat menyebabkan infertilitas pria. Kesuburan mungkin membaik
setelah mengadopsi diet bebas gluten.

Anda mungkin juga menyukai