Anda di halaman 1dari 2

Kepadatan pada IGD dapat dideskripsikan sebagai situasai dimana jumlah pasien

yang menunggu untuk diperiksa atau menunggu untuk keluar dari IGD melebihi
kapasitas dari IGD. Penumpukan pasien terjadi karena beberapa factor. Salah satunya
adalah penumpukan karena pasien menunggu kamar rawat inap di IGD. Pasien dating
ke IGD dengan dua cara yaitu dengan menggunakan ambulans atau dating sendiri ke
rumah sakit.
Penelitian dilakukan dengan meninjau ulang catatan medis pasien dalam kurun waktu
satu tahun ke belakang untuk mengevaluasi dampak dari penundaan pemindahan
pasien ke bangsal ketika tiba di IGD dalam kondisi IGD yang sangat padat. Data
didapat untuk untuk analisa jumlah pasien setiap bulan, kategori triase, umur,
keluhan, dan rencana diagnose. Pasien yang dating menggunakan ambulans tetap
dirawta di dalam ambulans hingga kamar sudah tersedia di IGD. Pasien yang datang
sendiri di rawat di ruan IGD hingga bangsal rawat untuknya tersedia. Penelitian
dilakukan pada pasien dengan abdominal pain. Hasil dari penelitian yang dilakukan
adalah selama periode 12 bulan terdapat 60.091 pasien yang mengunjungi IGD. Data
tersebut kemudian diurutkan perbulan untuk menentukan variasi pada data. Pasien
yang mengalai penundaan untuk di rawat di kamar IGD setelah dialkuakn asesmen
triase dipisahkan berdasarkan cara datang pasien tersebut. Desember memiliki jumlah
pasien terbanyak di IGD sedangkan Februari merupakan bulan dimana jumlah pasien
di IGD paling sedikit. Kemudian jumlah terbesar pasien yang mengalami penundaan
atau masuk daftar tunggu untuk pindah ke bangsal terapat di bulan Maret sementara
bulan Januari memiliki jumlah terkecil pasien yang menunggu di IGD untuk pindah
ke ruang perawatan. Untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan keakuratan triase
assessment untuk mengurangi penumpukan pasien. tantangan untuk perawat IGD
adalah ketika terjadi penumpukan sehingga pasien berada di koridor IGD adalah
mereka harus melakuakan asesmen triase ulang kepada pasien ketika sudah tersedia
kamar IGD untuk ditempati. Untuk mengatasi hal tersebut adalah ruang tunggu IGD
baiknya dikelola oleh lebih dari perawat triase yang memiliki banyak tanggungjawab.
Hal ini dapat mengoptimalkan pengkatagorian pasien IGD. Ada tantangan yang jelas
dalam mengelola pasien yang kompleks di ruang tunggu. Seorang pasien yang
mengalami sakit perut yang parah mungkin memerlukan analgesia intravena yang
tentunya sulit untuk memberikannya sesuai SOP yang berlaku jika di ruag tunggu dan
sulit untuk memonitor pasien tersebut. Berbeda dengan pasien yangd atang
menggunakan ambulans yang sudah memiliki paramedic dari ambulans untuk
merawat mereka sembari menunggu ruangan.

Anda mungkin juga menyukai