Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PERAWATAN HIV & AIDS


DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN KASUS 2

DISUSUN OLEH :
ALIFATIN BAHAJA (P1337420718001)
VIVIA AYU ANGGRAENI (P1337420718007)
REVI NUR RISTANTI (P1337420718009)
SOFIAH KIKI DAMAYANTI (P1337420718011)
MUHAMMAD IQBAL RAMADLAN (P1337420718028)
ANGGITA PRAMUDIANTI (P1337420718038)
NAWANG KUSMIRAWATI (P1337420718040)
MOCHAMMAD FATONY (P1337420718044)
DESI KUNTARI (P1337420718048)
SUKO ADENISA INDRIYANI (P1337420718061)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG
2020
KASUS 2
Tn A (44 tahun) telah terdiagnosa HIV sejak 8 tahun yang lalu. Gejala penyakit baru-baru ini
muncul. Saat ini CD4+ 250 sel/ml. Tn A mengalami herpes zoster dan Neuropati periver. Sampai
stadium ini, Tn A tidak mengijinkan tim medis memberitahu tentang penyakitnya kepada
keluarga dan orang lain. Tn A pernah sekali mencoba bunuh diri dengan menggantung diri tetapi
diketahui oleh keluarganya. Hingga saat ini, keluarga Tn A tidak mengetahui kondisi
penyakitnya. Saat ini Tn A sering mengurung diri di kamar, terlihat murung dan tidak mau
bertemu dengan orang lain, keluarga dan temannya.

Daftar Pertanyaan :
1. Apa pengertian HIV?
2. Apa saja gejala penyakit HIV?
3. Apakah HIV bisa disembuhkan?
4. Bagaimana penularan HIV ?
5. Bagaimana cara pengobatan penyakit HIV?
6. Apa maksud dari CD4 250 sel/ml?
7. Apa saja dampak dari penyakit HIV?
8. Apakah HIV bisa dicegah?
9. Bagaimana pencegahan HIV?
10. Apa pengertian herpes zoster?
11. Apa gejala penyakit herpes zoster?
12. Apakah penyebab herpes zoster?
13. Bagaimana pengobatan penyakit zoster?
14. Apakah hubungan herpes zoster dengan HIV?
15. Apa pengertian Neuropati perifer?
16. Apa penyebab penyakit Neuropati perifer?
17. Bagaimana dampak penyakit Neuropati perifer?
18. Apakah penyakit HIV mempengaruhi kondisi psikososial penderita?
19. Bagaimana penjelasan tentang pengaruh HIV terhadap psikososial penderita?
Jawaban :

1. Apa pengertian HIV?


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS.
Orang dengan HIV dan AIDS disebut ODHA(orang yang telah terinfeksi virus HIV).
HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan tubuh manusia. HIV termasuk keluarga
virus retro yaitu virus yang memasukkan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika
melakukan cara infeksi dengan cara berbeda (retro), yaitu RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian
melakukan replikasi.

2. Apa saja gejala penyakit HIV?


• Penurunan berat badan dengan cepat lebih dari 10% tanpa ada alas an yang jelas dalam 1
bulan
• Demam dan flu yang tidak kunjung sembuh. Seseorang tersebut akan mengalami demam
yang berkelanjutan dan hilang timbul, biasanya demam mencapai lebih dari 39°C dan tak
sembuh setelah diberikan obat penurun panas.
• Diare yang tak kunjung sembuh selama 1 bulan
• Cepat merasa lelah, karena jenis virus ini menyerang system kekebalan tubuh maka
penderika HIV ini akan cepat merasakan lelahwalaupun dalam aktifitas yang tak terlalu
banyak
• Bintik-bintik berwarna keungu-unguan yang tidak biasa
• Pembesaran kelenjar secara menyeluruh di leher dan lipatan dada

3. Apakah HIV bisa disembuhkan?


Orang yang sudah terinfeksi akan terus memiliki virus HIV seumur hidupnya. Dengan
begitu, pengobatan HIV pada orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) juga harus dilakukan
seumur hidup. Sayangnya, hingga kini belum ada pengobatan yang benar-benar dapat
menghilangkan virus HIV dari dalam tubuh.

4. Bagaimana penularan HIV ?


Penularan HIV/IMS hanya bisa terjadi lewat perantara cairan tubuh tertentu, yaitu darah,
air mani, cairan pra-ejakulasi, cairan anus, cairan vagina, dan ASI. Namun agar virus
penyebab HIV/IMS dapat berpindah dari si inang penyakit, cairan tersebut harus masuk ke
dalam tubuh orang yang sehat melalui luka terbuka di kulit, selaput lendir (seperti dinding
vagina, sariawan terbuka di bibir, luka pada gusi atau lidah), jaringan tubuh yang rusak
(seperti luka lecet pada anus), atau disuntikkan langsung ke dalam aliran darah (dari jarum
biasa atau jarum suntik). Penularan HIV/IMS yang paling umum yaitu :
a. Hubungan seks tanpa kondom  penularan HIV lewat hubungan seks rentan terjadi dari
kontak darah, air mani, cairan vagina, atau cairan praejakulasi milik orna gyang terinfeksi
HIV dengan luka terbuka atau lecet pada alat kelamin orang sehat, misalnya dinding
dalam vagina, bibir vagina, bagian penis manapun (termasuk lubang bukaan penis),
ataupun jaringan dalam dan cincin otot.
b. Memakai jarum suntuk bekas atau bergantian  jarum yang telah digunakan oleh orang
lain akan meninggalkan sisa-sisa darah. Jika orang tersebut positif memiliki HIV (baik
sudah terdiagnosis resmi maupun belum ketahuan), darah mengandung virus yang
tertinggal pada jarum dapat beprindah ke tubuh pemakai selanjutnya melalui luka bekas
suntikan. Virus HIC dapat hidup di dalam jarum selama 42 hari setelah konta pertama
kali, tergantung suhu dan faktor lainnya.

5. Bagaimana cara pengobatan penyakit HIV?


Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis
obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral
(ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk
menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV
memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan
jugaNevirapine.
Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel
CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan
tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu
dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.
Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV
begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin
besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi
obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk
kondisi pengidap.
Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal
berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter.
Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat
menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk
mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari

6. Apa maksud dari CD4?


CD4+ adalah jenis sel darah putih. Sel darah putih berperan penting dalam memerangi
infeksi. Sel-sel CD4+ juga disebut T-limfosit, T-sel, atau sel T-helper.
HIV menginfeksi sel CD4+. Jumlah sel CD4+ membantu menentukan apakah infeksi lain
(infeksi oportunistik) dapat terjadi. Pola jumlah CD4+ dari waktu ke waktu lebih penting
daripada nilai tunggal CD4+ karena nilai dapat berubah dari hari ke hari. Pola CD4+ dari
waktu ke waktu menunjukkan efek dari virus pada sistem kekebalan tubuh. Pada orang yang
terinfeksi HIV dan tidak mendapatkan pengobatan, jumlah CD4+ umumnya menurun seiring
berjalannya HIV. Tingkat CD4+ rendah biasanya menunjukkan sistem kekebalan tubuh yang
lemah dan berisiko lebih tinggi terkena infeksi oportunistik.

7. Apa saja dampak dari penyakit HIV?


AIDS dimulai dari infeksi HIV jangka panjang. HIV adalah virus yang menyerang
sel CD4 (sel T) dalam sistem imun yang spesifik bertugas melawan infeksi.
Infeksi ini menyebabkan jumlah sel CD4 turun secara dramatis sehingga sistem imun
tubuh Anda tidak cukup kuat untuk melawan infeksi. Akibatnya, jumlah viral load HIV bisa
meningkat. Ketika viral load Anda tinggi, itu artinya sistem kekebalan tubuh sudah gagal
bekerja melawan HIV dengan baik.
Pengidap HIV bisa dikatakan sudah terkena AIDS ketika jumlah sel CD4 dalam tubuhnya
turun hingga kurang dari 200 sel per 1 ml atau 1 cc darah, dan didiagnosis dengan infeksi
oportunistik terkait HIV tingkat-4 seperti herpes zoster (cacar ular atau cacar api), sarkoma
Kaposi, limfoma non-Hodgkins, tuberkulosis, kanker, dan/atau pneumonia.

8. Apakah HIV bisa dicegah?


HIV dapat dicegah agar tidak semakin parah menjadi AIDS. Dapat dibantu dengan
perawatan mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) seumur hidup. Penderita bisa sehat dan
bertahan hidup, namun penyakit ini tidak dapat disembuhkan,"

9. Bagaimana pencegahan HIV?


a. Berhubungan seks hanya dengan satu orang
b. Berhubungan seks menggunakan kondom
c. Vaksinasi
d. Sunat pada laki-laki
e. Hindari penggunaan alkohol dan narkoba

10. Apa pengertian herpes zoster?


Herpes zoster atau cacar ular (cacar api) adalah penyakit yang ditandai dengan timbulnya
bintil kulit berisi air pada salah satu sisi tubuh dan terasa nyeri. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi virus Varicella Zoster, yang juga menjadi penyebab cacar air.
Meski tidak berbahaya, herpes zoster menimbulkan keluhan nyeri. Obat antivirus akan
diberikan guna mempercepat penyembuhan dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi.

11. Apa gejala penyakit herpes zoster?


Gejala utama herpes zoster adalah timbulnya bintil berisi air pada kulit, dengan ciri-ciri
sebagai berikut:

 Bintil yang muncul seperti cacar air di salah satu sisi tubuh (kanan atau kiri).
 Bintil tersebut hanya setempat.
 Jaringan sekitar bintil menjadi bengkak.
 Bintil akan berkembang menjadi luka lepuh.
 Luka lepuh akan pecah dan menjadi luka berkerak, lalu menghilang secara perlahan.
 Bintil yang timbul di area mata dapat mengganggu penglihatan.

Bintil tersebut terasa nyeri seperti terbakar, kaku, dan kesemutan, yang semakin parah
bila tersentuh. Rasa nyeri ini sebenarnya sudah timbul 2-3 hari sebelum bintil muncul, dan
masih akan terus terasa bahkan setelah bintil sudah hilang.

Selain bintil dan nyeri, gejala lain yang dirasakan oleh penderita herpes zoster adalah:

 Demam
 Sakit kepala
 Lemas
 Silau terhadap cahaya

12. Apakah penyebab herpes zoster?

Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella Zoster, yakni virus yang juga
menyebabkan cacar air. Penderita herpes zoster adalah mereka yang sebelumnya pernah
mengalami cacar air.

Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus Varicella Zoster menjadi tidak aktif,
namun bertahan dalam saraf selama bertahun-tahun. Virus selanjutnya dapat aktif kembali
dan menimbulkan herpes zoster atau cacar api.

Belum dapat dipastikan apa yang menyebabkan virus Varicella Zoster aktif kembali,
karena tidak semua yang pernah mengalami cacar air akan mengalami herpes zoster.
Beberapa kondisi yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya herpes zoster adalah:

 Berusia di atas 50 tahun. Diketahu bahwa risiko mengalami herpes zoster akan semakin
besar seiring pertambahan usia.
 Memiliki kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena menderita AIDS, pasca operasi
transplantasi organ, menderita kanker, atau mengonsumsi obat kortikosteroid dalam
jangka waktu lama.

13. Bagaimana pengobatan penyakit herpes zoster?

Dokter dapat memastikan seorang pasien menderita herpes zoster atau cacar ular melalui
gejalanya.Setelah dipastikan herpes zoster, pengobatan dengan obat antivirus perlu segera
dilakukan. Semakin dini pengobatan herpes zoster dilakukan, semakin efektif hasilnya.
Contoh obat antivirus yang diberikan adalah famiciclovir, acyclovir, dan valacyclovir. Selain
obat antivirus, dokter kulit juga akan memberikan obat pereda nyeri, mulai
dari paracetamol, ibuprofen, tramadol, atau oxycodone.

Biaya pengobatan kondisi ini mungkin tidak sedikit. Oleh karena itu, persiapkan
juga asuransi kesehatan yang terpercaya sehingga tanggungan biaya menjadi lebih ringan.
Selain itu, lakukan juga beberapa upaya mandiri untuk mengurangi gejala herpes zoster,
yaitu:

 Mengenakan pakaian longgar dan berbahan lembut, seperti katun, untuk mencegah
gesekan dan iritasi pada kulit.
 Menutup bintil agar tetap bersih dan kering.
 Mandi dengan air dingin atau menempelkan kompres dingin pada bintil. Cara ini bisa
dilakukan untuk meredakan rasa nyeri dan gatal.

14. Apakah hubungan herpes zoster dengan HIV?


Tidak ada kaitannya orang yang pernah mengalami herpes zosterakan mengalami HIV
karena seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa keduanya disebabkan karena virus yang
berbeda dan cara penularannya pun berbeda. Namun pada pasiendengan HIV positif akan
mengalami penurunan sistem imunyang mempengaruhi kekebalan tubuh pasien. Saat
kekebalan tubuh pasien menurun maka pasien tersebut akan mudah terserang infeksi lainnya
misalnya karena TBC, herpes zoster dan lain sebagainya.
15. Apa pengertian Neuropati perifer?
Neuropati perifer adalah gangguan yang terjadi akibat kerusakan pada sistem saraf perifer
atau sistem saraf tepi. Kerusakan tersebut menyebabkan proses pengiriman sinyal antara
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi terganggu.
Sistem saraf tepi menghubungkan sistem saraf pusat di otak dan tulang belakang ke
seluruh organ tubuh. Kerusakan pada sistem saraf tepi dapat mengganggu fungsi normalnya.
Salah satu contohnya adalah tidak bisa mengirim sinyal sakit ke otak, walaupun ada sesuatu
yang menyakiti tubuh. Atau sebaliknya, mengirim sinyal sakit meski tidak ada yang
menyebabkan sakit.

16. Apa penyebab penyakit Neuropati perifer?


Berikut ini beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya neuropati perifer, di antaranya:

 Diabetes.
 Infeksi bakteri atau virus, misalnya HIV, cacar, difteri, kusta, dan hepatitis C.
 Penyakit autoimun, seperti sindrom Guillain-Barre, lupus, sindrom Sjogren,
dan rheumatoid arthritis.
 Faktor genetik, misalnya penyakit Charcot-Marie-Tooth.
 Hipotiroidisme.
 Kekurangan vitamin B1, B6, B12, dan vitamin E.
 Penyakit liver.
 Gagal ginjal.
 Peradangan pembuluh darah (vaskulitis).
 Penumpukan protein amiloid di dalam jaringan atau organ tubuh (amiloidosis).
 Kerusakan saraf, misalnya akibat cedera atau efek samping operasi.
 Kanker darah multiple myeloma.
 Kanker kelenjar getah bening atau limfoma.
 Keracunan merkuri atau arsenik.
 Kecanduan alkohol.
 Efek samping penggunaan obat dalam jangka panjang, antara lain antibiotik
(nitrofurantoin dan metronidazole), obat kemoterapi untuk kanker usus, obat
antikonvulsan (misalnya phenytoin), thalidomide, dan amiodarone.

17. Bagaimana dampak penyakit Neuropati perifer?

Gangguan neuropati dapat menimbulkan kondisi medis lainnya seperti bisul pada kaki
atau perubahan irama jantung . Beberapa kondisi turut mengarah pada terjadinya masalah
pada sirkulasi darah komplikasi neuropati bergantung pada penyebabmendasarinya

18. Apakah penyakit HIV mempengaruhi kondisi psikologi penderita?


Berita yang kurang menyenangkan mengenai kondisi kesehatan seseorang merupakan
suatu bentuk stressor emosional. Stressor ini bila tidak dikenali dan ditangani, maka dapat
menyebabkan permasalahan lanjutan dalam mengikuti pengobatan. Respon pengobatan bisa
saja tidak menunjukkan hasil yang optimal karena masalah psikologis terkait penerimaan
terhadap suatu kondisi penyakit. Ambil contoh pada pasien HIV; stress emosional dapat
dialami sebelum atau sesudah terinfeksi. Hal ini kemudian dapat mengganggu kepatuhannya
dalam berobat, sehingga kondisi tubuh semakin turun.

Orang yang hidup dengan masalah penyakit kronis tentunya menghadapi tantangan yang
berat., demikian juga orang dengan HIV. Sebagai kondisi medis yang memiliki durasi
seumur hidup, orang dengan HIV memiliki kesulitan-kesulitan psikologis yang dapat
mempengaruhi proses terapi.

19. Bagaimana penjelasan tentang pengaruh HIV terhadap psikologi penderita?


 Penerimaan terhadap diagnosis HIV
Secara garis besar, ada 2 tipe orang yang melakukan pemeriksaan HIV; mereka yang
merasa dirinya berisiko lalu iseng melakukan tes untuk mengetahui statusnya, dan
kelompok orang yang sudah memiliki bibit-bibit kekhawatiran akibat adanya masalah
kesehatan yang mungkin ada hubungannya dengan HIV akibat perilaku yang berisiko.
Pada kedua kelompok ini, diagnosis HIV positif tetap saja memutarbalikkan dunianya.
Respon emosi yang dapat muncul berupa:
– Syok
– Tidak percaya
– Panik
– Takut
– Rasa bersalah
– Marah
– Putus asa
– Tidak berdaya
– Mati rasa

 Penyangkalan terhadap diagnosis HIV bisa bermanfaat untuk memberikan waktu


menyerap informasi mengenai apa yang sesungguhnya terjadi. Namun hal ini tidak bisa
dibiarkan berlama-lama. Usahakan untuk segera berbicara dengan terapis atau orang yang
dipercaya agar dapat menerima perawatan dan dukungan sesegera mungkin.
 Perubahan pola pikir dan perilaku. Bergulat dengan kecemasan akibat diagnosis HIV
tentunya menyebabkan adanya perubahan pola pikir dan perilaku. Sekarang ini, masalah
psikologis yang ditimbulkan akibat rasa bersalah ditemukan lebih sering pada mereka
yang baru terdiagnosis HIV. Beberapa kali dalam praktek klinik ditemukan pasien yang
berpikiran “Kalau nggak mau kena HIV ya mestinya nggak melakukan.”

Perubahan pola pikir dan perilaku merupakan respon untuk mengatur ulang prioritas
dalam hidup orang yang positif terinfeksi HIV. Perubahan ini merupakan bentuk
penyesuaian dengan status barunya, sehingga bila diperlukan maka bisa dilakukan usaha-
usaha untuk mencapai tujuan hidup barunya. Tak kalah penting adalah dukungan baik
dari petugas kesehatan maupun lingkungan sekitarnya terhadap orang dengan HIV,
sehingga mereka memiliki perubahan pola pikir dan perilaku yang positif.

Perilaku marah merupakan tahapan awal dalam perubahan pola pikir dan perilaku
terhadap diagnosis HIV. Meski merupakan sesuatu yang alamiah, tetap saja hal ini tidak
boleh dibiarkan berlarut-larut. Aktifitas fisik seperti berkebun atau olah raga dapat
menjadi pilihan untuk melepas amarah. Mengungkapkan perasaan pada kelompok
dukungan pun dianggap mampu menyelesaikan rasa marah. Menghindari situasi atau
orang yang membuat tidak nyaman pun sah saja untuk dilakukan agar tidak terpancing
amarahnya. Ingat pula untuk tidak melarikan diri dengan konsumsi alkohol atau obat-
obatan untuk lepas dari kemarahan.
 Ketidakpastian dalam hidup
Ketidakpastian dapat memicu munculnya depresi dengan tanda berupa:
– Merasa sedih terus menerus
– Perubahan pola tidur
– Perubahan berat badan yang drastis
– Gelisah atau justru mengalami perlambatan dalam bergerak
– Sulit berkonsentrasi dan selalu merasa lelah
– Rasa ingin mengakhiri hidup

Hidup tanpa HIV saja sudah penuh dengan ketidakpastian, sehingga masalah ini menjadi
berkali-kali lipat lebih berat untuk orang yang hidup dengan HIV. Adanya ancaman akan
Kualitas hidup yang buruk, penerimaan oleh keluarga dan teman terkait stigma di
masyarakat, ketakutan akan kematian, hanya sebagian dari tantangan psikologis yang
dihadapi.

Salah satu ketidakpastian yang sering diungkapkan orang dengan HIV adalah respon
keluarga. Apakah akan menerima atau malah mengisolasi? Setelah keluarga tahu dan
menerima, apakah lingkungan bisa menerima keberadaan mereka tanpa rasa
menghakimi? Meski pengungkapan status itu penting, hal ini hanya perlu dilakukan
kepada pihak-pihak yang dirasa berpotensi memberikan dukungan agar orang dengan
HIV tak merasa sendirian dalam menghadapi masa depan.

Anda mungkin juga menyukai