DISUSUN OLEH :
ALIFATIN BAHAJA (P1337420718001)
VIVIA AYU ANGGRAENI (P1337420718007)
REVI NUR RISTANTI (P1337420718009)
SOFIAH KIKI DAMAYANTI (P1337420718011)
MUHAMMAD IQBAL RAMADLAN (P1337420718028)
ANGGITA PRAMUDIANTI (P1337420718038)
NAWANG KUSMIRAWATI (P1337420718040)
MOCHAMMAD FATONY (P1337420718044)
DESI KUNTARI (P1337420718048)
SUKO ADENISA INDRIYANI (P1337420718061)
Daftar Pertanyaan :
1. Apa pengertian HIV?
2. Apa saja gejala penyakit HIV?
3. Apakah HIV bisa disembuhkan?
4. Bagaimana penularan HIV ?
5. Bagaimana cara pengobatan penyakit HIV?
6. Apa maksud dari CD4 250 sel/ml?
7. Apa saja dampak dari penyakit HIV?
8. Apakah HIV bisa dicegah?
9. Bagaimana pencegahan HIV?
10. Apa pengertian herpes zoster?
11. Apa gejala penyakit herpes zoster?
12. Apakah penyebab herpes zoster?
13. Bagaimana pengobatan penyakit zoster?
14. Apakah hubungan herpes zoster dengan HIV?
15. Apa pengertian Neuropati perifer?
16. Apa penyebab penyakit Neuropati perifer?
17. Bagaimana dampak penyakit Neuropati perifer?
18. Apakah penyakit HIV mempengaruhi kondisi psikososial penderita?
19. Bagaimana penjelasan tentang pengaruh HIV terhadap psikososial penderita?
Jawaban :
Bintil yang muncul seperti cacar air di salah satu sisi tubuh (kanan atau kiri).
Bintil tersebut hanya setempat.
Jaringan sekitar bintil menjadi bengkak.
Bintil akan berkembang menjadi luka lepuh.
Luka lepuh akan pecah dan menjadi luka berkerak, lalu menghilang secara perlahan.
Bintil yang timbul di area mata dapat mengganggu penglihatan.
Bintil tersebut terasa nyeri seperti terbakar, kaku, dan kesemutan, yang semakin parah
bila tersentuh. Rasa nyeri ini sebenarnya sudah timbul 2-3 hari sebelum bintil muncul, dan
masih akan terus terasa bahkan setelah bintil sudah hilang.
Selain bintil dan nyeri, gejala lain yang dirasakan oleh penderita herpes zoster adalah:
Demam
Sakit kepala
Lemas
Silau terhadap cahaya
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella Zoster, yakni virus yang juga
menyebabkan cacar air. Penderita herpes zoster adalah mereka yang sebelumnya pernah
mengalami cacar air.
Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus Varicella Zoster menjadi tidak aktif,
namun bertahan dalam saraf selama bertahun-tahun. Virus selanjutnya dapat aktif kembali
dan menimbulkan herpes zoster atau cacar api.
Belum dapat dipastikan apa yang menyebabkan virus Varicella Zoster aktif kembali,
karena tidak semua yang pernah mengalami cacar air akan mengalami herpes zoster.
Beberapa kondisi yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya herpes zoster adalah:
Berusia di atas 50 tahun. Diketahu bahwa risiko mengalami herpes zoster akan semakin
besar seiring pertambahan usia.
Memiliki kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena menderita AIDS, pasca operasi
transplantasi organ, menderita kanker, atau mengonsumsi obat kortikosteroid dalam
jangka waktu lama.
Dokter dapat memastikan seorang pasien menderita herpes zoster atau cacar ular melalui
gejalanya.Setelah dipastikan herpes zoster, pengobatan dengan obat antivirus perlu segera
dilakukan. Semakin dini pengobatan herpes zoster dilakukan, semakin efektif hasilnya.
Contoh obat antivirus yang diberikan adalah famiciclovir, acyclovir, dan valacyclovir. Selain
obat antivirus, dokter kulit juga akan memberikan obat pereda nyeri, mulai
dari paracetamol, ibuprofen, tramadol, atau oxycodone.
Biaya pengobatan kondisi ini mungkin tidak sedikit. Oleh karena itu, persiapkan
juga asuransi kesehatan yang terpercaya sehingga tanggungan biaya menjadi lebih ringan.
Selain itu, lakukan juga beberapa upaya mandiri untuk mengurangi gejala herpes zoster,
yaitu:
Mengenakan pakaian longgar dan berbahan lembut, seperti katun, untuk mencegah
gesekan dan iritasi pada kulit.
Menutup bintil agar tetap bersih dan kering.
Mandi dengan air dingin atau menempelkan kompres dingin pada bintil. Cara ini bisa
dilakukan untuk meredakan rasa nyeri dan gatal.
Diabetes.
Infeksi bakteri atau virus, misalnya HIV, cacar, difteri, kusta, dan hepatitis C.
Penyakit autoimun, seperti sindrom Guillain-Barre, lupus, sindrom Sjogren,
dan rheumatoid arthritis.
Faktor genetik, misalnya penyakit Charcot-Marie-Tooth.
Hipotiroidisme.
Kekurangan vitamin B1, B6, B12, dan vitamin E.
Penyakit liver.
Gagal ginjal.
Peradangan pembuluh darah (vaskulitis).
Penumpukan protein amiloid di dalam jaringan atau organ tubuh (amiloidosis).
Kerusakan saraf, misalnya akibat cedera atau efek samping operasi.
Kanker darah multiple myeloma.
Kanker kelenjar getah bening atau limfoma.
Keracunan merkuri atau arsenik.
Kecanduan alkohol.
Efek samping penggunaan obat dalam jangka panjang, antara lain antibiotik
(nitrofurantoin dan metronidazole), obat kemoterapi untuk kanker usus, obat
antikonvulsan (misalnya phenytoin), thalidomide, dan amiodarone.
Gangguan neuropati dapat menimbulkan kondisi medis lainnya seperti bisul pada kaki
atau perubahan irama jantung . Beberapa kondisi turut mengarah pada terjadinya masalah
pada sirkulasi darah komplikasi neuropati bergantung pada penyebabmendasarinya
Orang yang hidup dengan masalah penyakit kronis tentunya menghadapi tantangan yang
berat., demikian juga orang dengan HIV. Sebagai kondisi medis yang memiliki durasi
seumur hidup, orang dengan HIV memiliki kesulitan-kesulitan psikologis yang dapat
mempengaruhi proses terapi.
Perubahan pola pikir dan perilaku merupakan respon untuk mengatur ulang prioritas
dalam hidup orang yang positif terinfeksi HIV. Perubahan ini merupakan bentuk
penyesuaian dengan status barunya, sehingga bila diperlukan maka bisa dilakukan usaha-
usaha untuk mencapai tujuan hidup barunya. Tak kalah penting adalah dukungan baik
dari petugas kesehatan maupun lingkungan sekitarnya terhadap orang dengan HIV,
sehingga mereka memiliki perubahan pola pikir dan perilaku yang positif.
Perilaku marah merupakan tahapan awal dalam perubahan pola pikir dan perilaku
terhadap diagnosis HIV. Meski merupakan sesuatu yang alamiah, tetap saja hal ini tidak
boleh dibiarkan berlarut-larut. Aktifitas fisik seperti berkebun atau olah raga dapat
menjadi pilihan untuk melepas amarah. Mengungkapkan perasaan pada kelompok
dukungan pun dianggap mampu menyelesaikan rasa marah. Menghindari situasi atau
orang yang membuat tidak nyaman pun sah saja untuk dilakukan agar tidak terpancing
amarahnya. Ingat pula untuk tidak melarikan diri dengan konsumsi alkohol atau obat-
obatan untuk lepas dari kemarahan.
Ketidakpastian dalam hidup
Ketidakpastian dapat memicu munculnya depresi dengan tanda berupa:
– Merasa sedih terus menerus
– Perubahan pola tidur
– Perubahan berat badan yang drastis
– Gelisah atau justru mengalami perlambatan dalam bergerak
– Sulit berkonsentrasi dan selalu merasa lelah
– Rasa ingin mengakhiri hidup
Hidup tanpa HIV saja sudah penuh dengan ketidakpastian, sehingga masalah ini menjadi
berkali-kali lipat lebih berat untuk orang yang hidup dengan HIV. Adanya ancaman akan
Kualitas hidup yang buruk, penerimaan oleh keluarga dan teman terkait stigma di
masyarakat, ketakutan akan kematian, hanya sebagian dari tantangan psikologis yang
dihadapi.
Salah satu ketidakpastian yang sering diungkapkan orang dengan HIV adalah respon
keluarga. Apakah akan menerima atau malah mengisolasi? Setelah keluarga tahu dan
menerima, apakah lingkungan bisa menerima keberadaan mereka tanpa rasa
menghakimi? Meski pengungkapan status itu penting, hal ini hanya perlu dilakukan
kepada pihak-pihak yang dirasa berpotensi memberikan dukungan agar orang dengan
HIV tak merasa sendirian dalam menghadapi masa depan.