Anda di halaman 1dari 15

Skip to content

Asniara Humayrah
DENGAN ILMU HIDUP MENJADI MUDAH,DENGAN ISLAM HIDUP
MENJADI TERARAH
 ABOUT ME

 MUSLIMAH OK

 BEASISWA

 MUM&KIDPEDIA

 MIDWIFE

 MY STORIES
MIDWIFE

HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR


1 December 2015Asniarah Humayrah
BAB I
PENDAHULUAN

 Latar belakang
Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya,
suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah
terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui
aktifitas metabolismenya. Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan
lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan
tubuh dengan massanya.

Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada
pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab
itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk
mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu
rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat
berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya.
Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada
ketiga unsur tersebut sehingga terjadi hipotermia pada bayi baru lahir.

 Rumusan masalah
 2.1 Apa definisi dari hipotermia?
 2.2 Bagaimana patofisiologi dari hipotermia?
 2.3 Bagaimana etiologi dari hipotermia?
 2.4 Bagaimana klasifikasi dari hipotermia?
 2.5 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hipotermia?
 2.6 Apa saja tanda gejala dari hipotermia?
 2.7 Bagaimana penatalaksanaan hipotermia pada bayi baru lahir?
 2.8 Apa saja komplikasi dari hipotermia?
 Tujuan Penulisan
 3.1 Mengetahui definisi dari hipotermia
 3.2 Mengetahui patofisiologi dari hipotermia
 3.3 Mengetahui etiologi dar ihipotermia
 3.4 Mengetahui klasifikasi dari hipotermia
 3.5 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hipotermia
 3.6 Mengetahui tanda gejala hipotermia
 3.7 Mengetahui penatalaksanaan hipotermia
 3.8 Mengetahui komplikasi dari hipotermia
BAB II
HIPOTERMIA
 Definisi Hipotermia
Hipotermia merupakan keadaan seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami penurunan suhu tubuh dibawah 35,5OC per rectal karena peningkatan
kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal. (Maryunani, 2013)
Hipotermia adalah suhu tubuh kurang dari 36,5oC pada pengukuran suhu melalui
ketiak. Hipotermia merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan
terjadinya perubahan metabolism tubuh yang berakhir pada kegagalan jantung paru
dan kematian. (Azwar,A. 2008)
Hipotermia adalah bila panas tubuhnya turun sampai >36,5°C (Manuaba dkk,
2009).

 Patofisiologi Hipotermia
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan
suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal.

Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon
untuk menghasilkan panas berupa :

1. Shivering thermoregulation/ Merupakan mekanisme tubuh berupa rnenggigil atau


gemetar secara involuner akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
2. Non-shivering thermoregulation/NST. Merupakan mekanisrne yang dipengaruhi oleh
stimulasi sistem saraf sirnpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan
melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak cokl Peningkatan metabolisme jaringan
lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dan dalam tubuh.
3. Vasokonstriksi perifer. Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern saraf simpatis,
kemudian sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit utuk berkontraksi
sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke
jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna. (Kosim, 2008 : 92)
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses oksidasi dari
lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST ( proses oksidasi
jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utarna dari suatu peningkatan produksi
panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin. Sepanjang tahun pertama
kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan sedangkan untuk jalur NST
selanjutnya akan menurun. (Kosim, 2008 : 92)

Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan
trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh
syaraf simpatik yang berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan pada
masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai banyak mitokondria,
tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak berpasangan yang
mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas. Dengan demikian,
akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak dioksidasi akan terjadi
produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan fosfat seperti pada jaringan
lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses lipolisis dan aktivitas dari protein
tak berpasangan, sehingga dengan begitu akan menghasilkan panas.
(Kosim,2008:92-93)

Adanya rangsangan dingin yang di bawa ke hipotalamu ssehingga akan timbul


peningkatan produksi dan meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya perubahan
suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi ini akan merangsang serabut-
serabut simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin. Norepinefrin akan
menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR dan O2
ke tempat metabolisme berlangsung, dan vasokonstriksi pembuluh darah dengan
mengalihkan darah dari kulit ke organ untuk meningkatkan termogenesis.

 Etiologi Hipotermia
Hipotermia dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin
(suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah), atau bayi dalam
keadaan basah atau tidak berpakaian. (Yongki, 2012)

Terjadi perubahan termoregulasi dan metabolik sehingga :

1. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena lingkungan
eksternal lebih dingin dari pada lingkungan didalam uterus.
2. Suplai lemak subkutan yang terbatas area permukaan kulit yang besar dibandingkan
dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan.
3. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Penjelasannya sebagai berikut :

Dapat kehilangan panas tubuh nya melalui cara-cara berikut :

1. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Halini merupakan jalan utama bayi kehilangan
panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera di
keringkan atau terlalu cepat di mandikan dan tubauh nya tidak segera di keringkan dan
di selimuti.
2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melaliu kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin.meja, tempat tidur atau timbangan yang temperatur nya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi di letakkan di atas benda-bena tersebut.
3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang di lahirkan atau di tempat kan di dalam ruangan yang
dngin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada
aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui pentilasi atau
pendingin ruangan.
4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karna bayi di tempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. bayi dapat kehilangan
panas dengan cara ini karena benda-benda tersbut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung ). (Depkes, 2010).
 Klasifikasi Hipotermia
Tabel dan anamnesis :

Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi


a. Suhu tubuh 32-36,4°C
b. Gangguan nafas

c. Denyut
jantung<100x/m
a. Bayi terpapar suhu
lingkungan yang rendah d. Malas minum
b. Waktu timbul kurang
dari 2 hari e. Letargi Hipotermia sedang

a. Suhu tubuh 32°C


b. Tanda lain hipotermia
sedang
a. Bayi terpapar suhu
lingkungan yang rendah c. Kulit teraba keras
b. Waktu timbul kurang
dari 2 hari d. Napas pelan dan dalam Hipotermia berat

a. Suhu tubuh
berfluktuasi antara 36-39°C
meskipun berada disuhu
a. Tidak terpapar dengan lingkungan yang stabil
dingin atau panas yang b. Fluktuasi terjadi Suhu tubuh tidak
berlebihan sesudah periode suhu stabil stabil (dugaan sepsis)
(Sumber :Azwar, A. 2008.)

 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipotermia


Faktor- faktor penting yang dianggap berisiko terjadinya hipotermia :

1. Perawatan yang kurang tepat setelah lahir, bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah
lahir.
2. Bayi berat lahir rendah dan prematuria
Ini dikarenakan pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum sempurna, permukaan
tubuh bayi relative luas, kemampuan produksi dan menyimpan panas
terbatas.(Azwar,A. 2008)

3. Tempat melahirkan dingin


Bayi kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar

4. Suhu badan selama perjalanan rujukan tidak terjaga,


5. Asfiksia
6. Hipoksia atau penyakit lain. (Muslihatun, 2010)
 Tanda Gejala Hipotermia
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergi shipotanus), tidak
kuat menghisap ASI dan menangis
2. Pernafasan megap-megap dan lambat dan menangis lemah
3. Timbul skrea kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,
tungkai dan lengan
4. Muka bayi berwarna pucat (Dwinda dkk, 2014).
Tanda gejala berdasarkan klasifikasi:

1. Tanda- tanda hipotermia sedang (stres dingin)


2. Aktivitas berkurang, letargis
3. Tangisan lemah
4. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
5. Kemampuan menghisap lemah
6. Kaki teraba dingin
7. Tanda-tanda hipotermia berat (cedera dingin)
8. Sama dengan hipotermia sedang
9. Bibir dan kuku kebiruan
10. Pernafasan lambat
11. Pernafasan tidak teratur
12. Bunyi jantung lambat
13. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
14. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia
15. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
16. Bagian tubuh lainnya pucat
17. utama pada punggung, kaki, dan tangan (skelerema) (Syaifudin dkk, 2010)
 Penatalaksanaan Hipotermia
 Pencegahan hipotermia
1. Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam
2. Rawat bayi kecil diruang yang hangat (tidak kurang 25oC dan bebas dari aliran angin)
3. Jangan meletakkan bayi di dekat benda yang dingin (misal di jendela) walaupun bayi di
bawah pemancar
4. Pada waktu memindahkan bayi ketempat lain, jaga kehangatan missal dengan kontak
kulit dengan
5. Bayi harus setiap saat diselimuti dalam keadaan apapun, meskipun saat dilakukan
tindakan pemasangan intravena, hanya buka bagian yang diperlukan
6. Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan
7. Ganti popok setiap kali basah
8. Jangan menyentuh bayi dengan tangan dingin
9. Ukur suhu tubuh bayi setiap saat
(Azwar,A. 2008)

Beberapa Cara Menghangatkan Bayi

CARA PETUNJUK PENGGUNAAN

– Untuk semua bayi


– Tempelkan kulit atau permukaan kulit
bayi langsung pada permukaan kulit ibu,
mis. dengan merangkul, menempelkan
pada payudara atau meneteki

– Untuk menghangatkan bayi dalam


waktu singkat, atay menghangatkan bayi
hipotermi (32-36,4˚C) apabila cara lain
Kontak kulit tidak mungkin dilakukan

– Untuk menstabilkan bayi dengan berat


badan < 2500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan
berkelanjutan bayi dengan berat badan <
1800 g
– Tidak untuk bayi yang sakit
berat(sepsis, gangguan nafas berat)

– Tidak untuk ibu yang menderita


penyakit berat yang tidak dapat merawat
bayinya

– Pada ibu yang sedang sakit, dapat


Kangoro Mother Care (KMC) dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu)

– Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat


1500 g atau lebih
– Untuk pemeriksaan awal bayi, selama
dilakukan tindakan atau menghangatkan
Pemancar panas kembali bayi hipotermi
– Bila tidak tersedia pemancar panas,
dapat digunakan lampu pijar maksimal 60
Lampu penghangat watt dengan jarak 60 cm

– Penghangatan berkelanjutan bayi


dengan berat < 1500 g yang tidak dapat
dilakukan KMC
– Untuk bayi sakit berat (sepsis,
Inkubator gangguan napas berat)

– Bila tidak tersedia inkubator, dapat


digunakan boks penghangat dengan
menggunakan lampu pijar maksimal 60
Boks penghangat watt sebagai sumber panas

– Untuk merawat bayi dengan berat <


2500 g yang tidak memerlukan tindakan
diagnostik atau prosedur pengobatan
– Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis,
Ruangan hangat gangguan nafas berat)
(Azwar,A. 2008)

 Penanganan hipotermia bayi baru lahir


1. Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang
harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu.
2. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu
agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat
guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru). Sebaiknya ibu menggunakan pakaian
longgar berkancing depan.
3. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih
dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali
sampai tubuh bayi hangat.
4. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI
sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10%
sebanyak 60-80ml/kg per hari. (Syaifuddin dkk, 2010).
Cara lain adalah disesuaikan dengan tingkatan hipotermia:

1. Hipotermia sedang
2. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih dan hangat
3. Segera hangatkan tubuh dengan metode kanguru
4. Ulangi, sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi menjadi hangat
5. Cegah bayi kehilangan panas
6. Beri ASI sedini mungkin
7. Setelah tubuh bayi menjadi hangat nasehati ibu cara merawat bayi dirumah
8. Pencegahan hipotermia
9. Menyusui secara ekslusif
10. Pencegahan infeksi
11. Anjurkan ibu control bayinya setelah 2 hari
12. Minta ibu untuk mengamati tanda bahaya(mis. Gangguan nafas, kejang) dan segera
mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut
13. Periksa kdar glukosa darah, bila <45mg/ dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia
14. Nilai tanda bahaya. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal
0.5˚C/jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap jam
15. Bila suhu tidak naik atau terlalu pelan, kurang 0.5˚C/jam, cari tanda sepsis. (Azwar,A.
2008)

1. Hipotermia berat
2. Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat
3. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metoda kanguru bila perlu ibu dan bayi berada
dalam satu selimut/ kain hangat yang disertai terlebih dahulu
4. Bila selimut dingin segera ganti dengan yang hangat. Cegah bayi kehilangan panas
dengan
5. Memberi tutup kepala / topi bayi
6. Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering dan hangat
7. Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bayi menginginkan.
8. Segera rujuk kerumah sakit terdekat (Dwienda dkk, 2014)
9. Hindari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi sering diubah
10. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dosis rumatan dan selang infus tetap
terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan
11. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45mg/Dl (2.6 mmol/L),
tangani hipotermia.
12. Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai
suhu tubuh kembali dalam batas normal.
13. Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam
penanganan kemungkinan besar sepsis.
14. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
15. Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI perah dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum
16. Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI perah
begitu suhu bayi mencapai 35˚C
17. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5˚C/jam, berarti
upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi
setiap 2 jam.
18. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam
19. Setelah suhu tubuh bayi normal
20. Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
21. Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam
22. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam
batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan dinasehati ibu
bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama dirumah.
Azwar,A. 2008)

Keadaan bayi Frekuensi pengukuran

Bayi sakit Tiap jam

Bayi kecil Tiap 12 jam

Keadaan bayi membaik Sekali sehari

Suhu Inkubator Yang Direkomendasi Menurut Berat dan Umur Bayi

Suhu inkubator (C˚) menurut umur

Berat bayi 35˚C 34˚C 33˚C 32˚C

< 1500 1-10 hari 11hari-3 minggu 3-5 minggu > 5 minggu

1500-
2000g 1-10 hari 11 hari-4 minggu > 4 minggu

2100-
2500g 1-2 hari 3 hari-3 minggu > 3 minggu

> 2500g 1-2 hari > 2 hari


 Pencegahan hipotermia selama transportasi
1. Jaga temperatur selalu stabil sebelum transportasi
2. Catat temperatur dan lakukan usaha-usaha perbaikan
3. Gendong bayi dengan cara mendekatkan ke dada
4. Selimuti dengan baik, cegah jangan sampai terbuka
5. Gunakan inkubator dengan kain penghangat / alas plastik / kasur air yang dlengkapi
alat pengatur suhu
(Sudarti, 2013)
 Komplikasi Hipotermia
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermia yaitu:

1. Hipoglikemi asidosis metabolik, karena vasokontriksi perifer dengan metabolism


anaerob. Hipoglikemia disebabkan karena pada proses pembakaran lemak coklat, bayi
menggunakan glukosa. Selanjutnya cadangan lemak dan glukosa tersebut akan habis
dengan adanya stres dingin.
2. Kebutuhan oksigen yang meningkat
3. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu
4. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pumonal yang menyertai
hipotermia berat, shock, apnea, perdarahan intra
Hipotermia pada neonatus antara lain bisa menyebabkan gangguan pada sistem
anggota tubuh berikut ini:

1. Gangguan sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata (seperti mengedip)
2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan
darah sistolik
3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer(Maryunani, 2013).
Hal ini disebabkan karena hipotermi tidak diatasi dengan segera sehingga terjadi
hipoglikemi asidosis metabolik dimana hipoglikemia adalah kadar glukosa bayi
berkurang dan asidosis metabolik adalah meningkatnya kadar asam dalam darah akibat
proses metabolisme oksidasi lemak untuk memproduksi panas. Hipoglikemia asidosis
metabolik bisa mempengaruhi sistem saraf pusat dan kerja otot. (Nelson dkk, 2000)
BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
1. Hipotermia adalah suhu di bawah 36,5 ºC,
2. Terbagi atas : hipotermia ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 ºC, hipotermia
sedang yaitu antara 32-36ºC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh <32 ºC. (Yunanto,
2008).
3. Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada
masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah lahir.
4. Tanda gejalanya adalah menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergis hipotanus,
tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah, Pernafasan megap-megap dan lambat
dan menangis lemah, Timbul skrema kulit mengeras berwarna kemerahan terutama
dibagian punggung, tungkai dan lengan, muka bayi berwarna pucat.
5. Penatalaksanaan hipotermia adalah hangatkan bayi apabila tersedia alat yang canggih
seperti incubator, gunakan incubator sesuai dengan ketentuan.
 Saran
 Untuk Petugas Kesehatan
Memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota
keluarga lainnya bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipertermi dan
hipotermia sehingga keluarga paham akan hal tersebut. Dengan demikian, keluarga
sudah dipersiapkan untuk melengkapi kebutuhan Keluarga juga akan paham
tentang apa yang harus dilakukan untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh
berlebih.
 Untuk Keluarga
Keluarga juga hendaknya menerima pendidikan kesehatan oleh bidan dengan
responsif. Kerja sama yang baik antara keluarga dan petugas kesehatan akan
membuahkan hasil yang diharapkan tidak akan mengecewakan

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar. Jakarta: JNPK-KR
Depkes. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta:
Kemkes.

Dwienda R, Okta. Dkk.2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus,


Bayi /Balita dan Anak Pra sekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepubish
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Kosim, Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Manuaba, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan.
Jakarta: EGC

Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawa tdaruratan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Trans Info Media
Nelson, dkk. 2000. Ilmu kesehatan anak nelson vol. 1 E/15. Jakarta: EGC

Syaifuddin, dkk.2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sudarti dan Fauziah A. (2013). Asuhan neonatus risiko tinggi dan
keperawatan.Yogayakarta: Nuha Medika.

Wiknjosastro Gulardi H., dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-
KR.
Yongki, dkk. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Nifas,
Bayi dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook

HIPOTERMIIn "MIDWIFE"
IKTERUS NEONATORUMIn "MIDWIFE"
Cephal HematomIn "MIDWIFE"

Published by Asniarah Humayrah


Adore with adventure and simple life View all posts by Asniarah Humayrah

Post navigation
PREVIOUS POSTPrevious Post
NEXT POSTHipotermi PPT
Leave a Reply

Search for:
Search for:
Recent Posts

 Test SBK LPDP Makassar Okt 2018


 HOW TO GET LOA?
 Semuanya Berawal dari Kesombongan
 Sabar dan Doa di Garis Start sampai Finish
 Potongan Qs Al Hadid
Recent Comments
Asniarah Humayrah on Test tahap 2 Nusantara Sehat d…
sari on Test tahap 2 Nusantara Sehat d…

Asniarah Humayrah on Test tahap 2 Nusantara Sehat d…

Fitri on Test tahap 2 Nusantara Sehat d…

Ham on First IELTS Test Experience in…

Archives

 October 2018
 November 2017
 October 2017
 September 2017
 April 2017
 March 2017
 November 2016
 September 2016
 August 2016
 July 2016
 March 2016
 December 2015
 October 2015
Meta

 Register
 Log in
 Entries feed
 Comments feed
 WordPress.com
calender

M T W T F S S

« Oct Mar »

1 2 3 4 5 6

7 8 9 10 11 12 13

14 15 16 17 18 19 20

21 22 23 24 25 26 27

28 29 30 31
December 2015
WORDPRESS.COM.

Anda mungkin juga menyukai