Asniara Humayrah
DENGAN ILMU HIDUP MENJADI MUDAH,DENGAN ISLAM HIDUP
MENJADI TERARAH
ABOUT ME
MUSLIMAH OK
BEASISWA
MUM&KIDPEDIA
MIDWIFE
MY STORIES
MIDWIFE
Latar belakang
Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya,
suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah
terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui
aktifitas metabolismenya. Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan
lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan
tubuh dengan massanya.
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada
pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab
itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk
mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu
rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat
berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya.
Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada
ketiga unsur tersebut sehingga terjadi hipotermia pada bayi baru lahir.
Rumusan masalah
2.1 Apa definisi dari hipotermia?
2.2 Bagaimana patofisiologi dari hipotermia?
2.3 Bagaimana etiologi dari hipotermia?
2.4 Bagaimana klasifikasi dari hipotermia?
2.5 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hipotermia?
2.6 Apa saja tanda gejala dari hipotermia?
2.7 Bagaimana penatalaksanaan hipotermia pada bayi baru lahir?
2.8 Apa saja komplikasi dari hipotermia?
Tujuan Penulisan
3.1 Mengetahui definisi dari hipotermia
3.2 Mengetahui patofisiologi dari hipotermia
3.3 Mengetahui etiologi dar ihipotermia
3.4 Mengetahui klasifikasi dari hipotermia
3.5 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hipotermia
3.6 Mengetahui tanda gejala hipotermia
3.7 Mengetahui penatalaksanaan hipotermia
3.8 Mengetahui komplikasi dari hipotermia
BAB II
HIPOTERMIA
Definisi Hipotermia
Hipotermia merupakan keadaan seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami penurunan suhu tubuh dibawah 35,5OC per rectal karena peningkatan
kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal. (Maryunani, 2013)
Hipotermia adalah suhu tubuh kurang dari 36,5oC pada pengukuran suhu melalui
ketiak. Hipotermia merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan
terjadinya perubahan metabolism tubuh yang berakhir pada kegagalan jantung paru
dan kematian. (Azwar,A. 2008)
Hipotermia adalah bila panas tubuhnya turun sampai >36,5°C (Manuaba dkk,
2009).
Patofisiologi Hipotermia
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan
suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal.
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon
untuk menghasilkan panas berupa :
Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan
trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh
syaraf simpatik yang berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan pada
masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai banyak mitokondria,
tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak berpasangan yang
mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas. Dengan demikian,
akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak dioksidasi akan terjadi
produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan fosfat seperti pada jaringan
lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses lipolisis dan aktivitas dari protein
tak berpasangan, sehingga dengan begitu akan menghasilkan panas.
(Kosim,2008:92-93)
Etiologi Hipotermia
Hipotermia dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin
(suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah), atau bayi dalam
keadaan basah atau tidak berpakaian. (Yongki, 2012)
1. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena lingkungan
eksternal lebih dingin dari pada lingkungan didalam uterus.
2. Suplai lemak subkutan yang terbatas area permukaan kulit yang besar dibandingkan
dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan.
3. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Penjelasannya sebagai berikut :
1. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Halini merupakan jalan utama bayi kehilangan
panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera di
keringkan atau terlalu cepat di mandikan dan tubauh nya tidak segera di keringkan dan
di selimuti.
2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melaliu kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin.meja, tempat tidur atau timbangan yang temperatur nya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi di letakkan di atas benda-bena tersebut.
3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang di lahirkan atau di tempat kan di dalam ruangan yang
dngin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada
aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui pentilasi atau
pendingin ruangan.
4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karna bayi di tempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. bayi dapat kehilangan
panas dengan cara ini karena benda-benda tersbut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung ). (Depkes, 2010).
Klasifikasi Hipotermia
Tabel dan anamnesis :
c. Denyut
jantung<100x/m
a. Bayi terpapar suhu
lingkungan yang rendah d. Malas minum
b. Waktu timbul kurang
dari 2 hari e. Letargi Hipotermia sedang
a. Suhu tubuh
berfluktuasi antara 36-39°C
meskipun berada disuhu
a. Tidak terpapar dengan lingkungan yang stabil
dingin atau panas yang b. Fluktuasi terjadi Suhu tubuh tidak
berlebihan sesudah periode suhu stabil stabil (dugaan sepsis)
(Sumber :Azwar, A. 2008.)
1. Perawatan yang kurang tepat setelah lahir, bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah
lahir.
2. Bayi berat lahir rendah dan prematuria
Ini dikarenakan pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum sempurna, permukaan
tubuh bayi relative luas, kemampuan produksi dan menyimpan panas
terbatas.(Azwar,A. 2008)
1. Hipotermia sedang
2. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih dan hangat
3. Segera hangatkan tubuh dengan metode kanguru
4. Ulangi, sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi menjadi hangat
5. Cegah bayi kehilangan panas
6. Beri ASI sedini mungkin
7. Setelah tubuh bayi menjadi hangat nasehati ibu cara merawat bayi dirumah
8. Pencegahan hipotermia
9. Menyusui secara ekslusif
10. Pencegahan infeksi
11. Anjurkan ibu control bayinya setelah 2 hari
12. Minta ibu untuk mengamati tanda bahaya(mis. Gangguan nafas, kejang) dan segera
mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut
13. Periksa kdar glukosa darah, bila <45mg/ dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia
14. Nilai tanda bahaya. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal
0.5˚C/jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap jam
15. Bila suhu tidak naik atau terlalu pelan, kurang 0.5˚C/jam, cari tanda sepsis. (Azwar,A.
2008)
1. Hipotermia berat
2. Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat
3. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metoda kanguru bila perlu ibu dan bayi berada
dalam satu selimut/ kain hangat yang disertai terlebih dahulu
4. Bila selimut dingin segera ganti dengan yang hangat. Cegah bayi kehilangan panas
dengan
5. Memberi tutup kepala / topi bayi
6. Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering dan hangat
7. Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bayi menginginkan.
8. Segera rujuk kerumah sakit terdekat (Dwienda dkk, 2014)
9. Hindari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi sering diubah
10. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dosis rumatan dan selang infus tetap
terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan
11. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45mg/Dl (2.6 mmol/L),
tangani hipotermia.
12. Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai
suhu tubuh kembali dalam batas normal.
13. Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam
penanganan kemungkinan besar sepsis.
14. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
15. Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI perah dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum
16. Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI perah
begitu suhu bayi mencapai 35˚C
17. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5˚C/jam, berarti
upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi
setiap 2 jam.
18. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam
19. Setelah suhu tubuh bayi normal
20. Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
21. Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam
22. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam
batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan dinasehati ibu
bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama dirumah.
Azwar,A. 2008)
< 1500 1-10 hari 11hari-3 minggu 3-5 minggu > 5 minggu
1500-
2000g 1-10 hari 11 hari-4 minggu > 4 minggu
2100-
2500g 1-2 hari 3 hari-3 minggu > 3 minggu
1. Gangguan sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata (seperti mengedip)
2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan
darah sistolik
3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer(Maryunani, 2013).
Hal ini disebabkan karena hipotermi tidak diatasi dengan segera sehingga terjadi
hipoglikemi asidosis metabolik dimana hipoglikemia adalah kadar glukosa bayi
berkurang dan asidosis metabolik adalah meningkatnya kadar asam dalam darah akibat
proses metabolisme oksidasi lemak untuk memproduksi panas. Hipoglikemia asidosis
metabolik bisa mempengaruhi sistem saraf pusat dan kerja otot. (Nelson dkk, 2000)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hipotermia adalah suhu di bawah 36,5 ºC,
2. Terbagi atas : hipotermia ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 ºC, hipotermia
sedang yaitu antara 32-36ºC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh <32 ºC. (Yunanto,
2008).
3. Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada
masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah lahir.
4. Tanda gejalanya adalah menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergis hipotanus,
tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah, Pernafasan megap-megap dan lambat
dan menangis lemah, Timbul skrema kulit mengeras berwarna kemerahan terutama
dibagian punggung, tungkai dan lengan, muka bayi berwarna pucat.
5. Penatalaksanaan hipotermia adalah hangatkan bayi apabila tersedia alat yang canggih
seperti incubator, gunakan incubator sesuai dengan ketentuan.
Saran
Untuk Petugas Kesehatan
Memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota
keluarga lainnya bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipertermi dan
hipotermia sehingga keluarga paham akan hal tersebut. Dengan demikian, keluarga
sudah dipersiapkan untuk melengkapi kebutuhan Keluarga juga akan paham
tentang apa yang harus dilakukan untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh
berlebih.
Untuk Keluarga
Keluarga juga hendaknya menerima pendidikan kesehatan oleh bidan dengan
responsif. Kerja sama yang baik antara keluarga dan petugas kesehatan akan
membuahkan hasil yang diharapkan tidak akan mengecewakan
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar. Jakarta: JNPK-KR
Depkes. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta:
Kemkes.
Wiknjosastro Gulardi H., dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-
KR.
Yongki, dkk. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Nifas,
Bayi dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Bagikan ini:
Twitter
Facebook
HIPOTERMIIn "MIDWIFE"
IKTERUS NEONATORUMIn "MIDWIFE"
Cephal HematomIn "MIDWIFE"
Post navigation
PREVIOUS POSTPrevious Post
NEXT POSTHipotermi PPT
Leave a Reply
Search for:
Search for:
Recent Posts
Archives
October 2018
November 2017
October 2017
September 2017
April 2017
March 2017
November 2016
September 2016
August 2016
July 2016
March 2016
December 2015
October 2015
Meta
Register
Log in
Entries feed
Comments feed
WordPress.com
calender
M T W T F S S
« Oct Mar »
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31
December 2015
WORDPRESS.COM.