Anda di halaman 1dari 3

3.5.

1 Analisis LQ
Menurut Hood (1998), Location Quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi
yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan
salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi yang lebih sederhana
dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Pada dasarnya teknik ini menyajikan
perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan
kemampuan sektor yang sama pada daerah yang menjadi acuan.
Dalam analisis LQ untuk Kecamatan bae menggunakan pendekatan tenaga kerja
dengan asumsi bahwa suatu daerah dikatakan mandiri apabila laju tenaga kerja di daerah
tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan laju tenaga kerja di tingkat nasional untuk
sektor yang sama. Jika LQ tenaga kerja daerah lebih rendah dari tingkat nasional, maka wilayah
tersebut dianggap menghasilkan output kurang dari produk sektor tersebut sehingga harus
mengimpornya. Jika LQ tenaga kerja di tingkat daerah lebih besar dari tingkat nasional, maka
wilayah ini mempunyai potensi untukmengekspor beberapa produknya keluar daerah. Berikut
merupakan perhitungan analisis LQ di Kecamatan Bae :
Perhitungan analisis LQ dilakukan dengan data penduduk menurut mata
pencaharian di Kecamatan Bae pada tahun 2013 dan 2016 sebagai berikut :
Rumus :

LQ = ps/pl

PS/PL

Di mana :

 LQ = Location Quotient
 ps = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkal lokal.
 pl = Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkal lokal.
 PS = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkal regional.
 PL = Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkal regional.
Berikut ini merupakan proses perhitungan analisis LQ di Kecamatan Bae berdasarkan
pendekatan tenaga kerja :
1. Perhitungan LQ terbagi menjadi beberapa tahapan, pertama dengan menjumlah
terlebih dahulu jumlah tenaga kerja yang ada di seluruh sektor yang ada di Kecamatan.
2. Jumlah tenaga kerja suatu sektor A di Kecamatan dibagi dengan hasil penjumlahan
seluruh sektor yang ada di Kecamatan.
3. Membandingkan antara wilayah kecamatan Bae dengan kabupaten Kudus dari hasil
pembagian tenaga kerja suatu sektor A di kecamatan dengan hasil penjumlahan
tenaga kerja di seluruh sektor yang ada di Kecamatan. Dengan hasil pembaguan
seluruh sektor yang ada di Kabupaten. .
4. Basis dan non basis suatu sektor disimpulkan dengan ketentuan Jika LQ ≥ 1  sektor
basis. Artinya bahwa sektor tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan permintaan
pasar di dalam wilayah dan juga diekspor ke luar wilayah. Jika LQ < 1  sektor non-
basis. Artinya bahwa sektor tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan permintaan
di dalam wilayah .

Tabel III.
Hasil analisis LQ
Kecamatan Kabupaten LQ LQ
2016
Sektor Ekonomi 2013 KETERANGAN KETERANGAN
2013 2016 2013 2016

Pertanian 3328 3384 95495 93948 0,264 NON BASIS 0,257 NON BASIS

Industri/Bangunan 29677 31346 200571 202720 1,120 BASIS 1,105 BASIS

Perdagangan 8202 8925 51884 54277 1,196 BASIS 1,175 BASIS

Transportasi 2591 2632 11161 11726 1,757 BASIS 1,604 BASIS

Jasa Lainnya 10593 11581 52487 50944 1,527 BASIS 1,625 BASIS

Total 54.391 57.868 411.598 413.615 5,864 5,767

Sumber: Analisis Kelompok 1 Studio, 2017

Jika dilihat dari tabel diatas, pada tahun 2013 dan 2016 tidak ada perbedaan yang
signifikan. Kecamatan Bae memiliki empat sektor basis yaitu industri/bangunan, perdagangan,
transportasi, jasa lainya dan yang bukan basis adalah pertanian. Dimana keempat sektor ini
berperan sebagai tumbuh kembangnya ekonomi daerah khususnya Kecamatan Bae yang
sudah mampu melayani kebutuhan wilayahnya sendiri untuk keempat sektor tersebut karena
nilai LQ nya lebih dari 1. Sedangkan untuk sektor pertanian nilai rata-rata LQ pada tahun 2013
dan tahun 2016 adalah 0,264 dan 0,257 yang artinya nilai LQ < 1 merupakan sektor non basis
artinya, sektor pertanian hanya mampu memenuhi kebutuhan di wilayah Kecamatan Bae
sendiri saja. Jika dilihat secara keseluruhan dari hasil rata-rata LQ hampir semua sektor yang
ada di wilayah Kecamatan Bae sudah dapat memenuhi permintaan pasar di luar wilayah.

Anda mungkin juga menyukai