NOMOR : 898/PER/RS/I/2014
TENTANG
PANDUAN INSTALASI STERILISASI PUSAT (CSSD)
RUMAH SAKIT
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN :
KESATU : Panduan Sterilisasi Pusat (CSSD) Rumah Sakit
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal diterbitkan
KEDUA dan akan
dilakukan evaluasi setiap tahunnya.
: Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perbaikan
KETIGA maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Semarang
Tanggal : 13 Rabiul Awal 1435H
15 Januari 2014M
RUMAH SAKIT
Direktur Utama
NOMOR : 898/PER/RS/I/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan
untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora
dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Alat dan bahan yang digunakan di rumah sakit sangat bervariasi dan dalam jumlah
yang banyak. Penggunaan alat dan bahan yang disterilkan juga demikian besar. Hal
ini merupakan dasar pemikiran Rumah Sakit untuk memiliki pusat sterilisasi
tersendiri dan mandiri dengan pengelolaan yang baik. Pusat sterilisasi/ Central
Sterile Supply Department (CSSD) merupakan salah satu instansi yang
berada dibawah Kepala Instalasi Kamar Bedah dan bertanggung jawab langsung
kepada
Angka infeksi nosokomial sangat tinggi, dibuktikan dari hasil survey prevalensi
di 11 rumah sakit di Jakarta dan RS. Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun 2003,
didapatkan angka ILO (infeksi Luka Operasi) 18,9 %, ISK (infeksi Saluran Kemih)
15,1 %, Pneumonia 24,5 % dan Infeksi saluran nafas lain 15,1 % serta infeksi
lain sebesar 32,1 %. Maka peran pusat sterilisasi (CSSD) untuk meminimalkan
resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya adalah sangat perlu diterapkan. Hal ini juga terkait dengan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan serta monitoring dan
evaluasi terkait infeksi.
B. Falsafah
Pusat sterilisasi/ CSSD Rumah Sakit memberikan pelayanan sterilisasi alat dan
bahan dengan sebaik-baiknya untuk melayani dan membantu kebutuhan alat
dan bahan steril seluruh unit di rumah sakit.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan
kejadian infeksi di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
d. Sebagai panduan kerja bagi tenaga pemberi pelayanan pusat sterilisasi dalam
memberikan pelayanan.
D. Istilah
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas etilen oksida
pada sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
9. Bowie-Dick Test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi
uap berpompa vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J. Dick
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu
tertentu secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang
menandai terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai
dengan adanya perubahan warna
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin
sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana
pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa
inkubasi.
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum
suntik maupun pembuluh darah
20. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
E. Manfaat
F. Landasan Hukum
BAB II
DI RUMAH SAKIT
Peralatan medis dan bahan penunjang yang digunakan dalam pelayanan kepada
pasien yang membutuhkan kondisi steril, biasanya dilakukan disetiap unit/
ruang yang membutuhkan. Rumah sakit harus menyediakan alat sterilisasi di
masing-masing unit/ ruang dan dengan menggunakan prosedur yang belum
dapat di standarkan. Sistem ini juga menyebabkan sulitnya melakukan kontrol
terhadap hasil/ mempertahankan kualitas hasil sterilitasi. Di masing-masing
unit/ ruang juga masih sulit dalam pengawasan proses dekontaminasi maupun
proses sterilisasi.
Pusat sterilisasi di rumah sakit mempunyai tugas dan fungsi utama yaitu
menyiapkan alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah
sakit. Untuk lebih jelas dari fungsi dan tugas CSSD adalah dimulai dari
menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan dan
mendistribusikan peralatan dan bahan medis steril ke seluruh unit/ ruang di
rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien.
A. Tujuan
1. Membantu unit/ ruang lain di rumah sakit yang membutuhkan alat dan bahan
kondisi steril untuk mencegah terjadinya infeksi.
3. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh unit/ ruang
perawatan.
4. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh ruang/ unit
khusus.
5. Mendistribusikan bahan steril siap pakai untuk semua unit/ ruang sesuai
kebutuhan.
Tanggung jawab pusat sterilisasi di rumah sakit tergantung dari besar kecilnya
rumah sakit. Hal ini juga terkait dengan struktur organisasi dan proses sterilisasi
yang dilakukan.
1. Penerimaan; alat kotor dari berbagai unit perawatan dan unit khusus diterima
oleh petugas CSSD.
2. Pencatatan; alat yang masuk ke CSSD dicatat dalam buku ekspedisi alat
masuk.
pencucian loundry, diperiksa, dan dilakukan setting sesuai kebutuhan dan jenis
linen.
9. Labelling; setiap kemasan diberi label yang menjelaskan isi set alat,
tanggal sterilisasi, tanggal kadaluarsa, kode petugas dan indikator sterilisasi.
10. Produksi; membuat dan mempersiapkan bahan habis pakai untuk pelayanan
steril (kassa balut, depper, hand scoon, lidi kapas, dll).
12. Penyimpanan; penyimpanan alat dan bahan steril pada rak bersih, dengan
memperhatikan kondisi penyimpanan.
13. Distribusi; dilakukan sesuai kebutuhan ruang perawatan/ unit khusus dengan
memperhatikan stok/ kebutuhan.
14. Pembersihan dan kontrol alat sterilisasi; dilakukan pemeliharaan alat sterilisasi
rutin setiap bulan sekali.
Akltivitas sterilisasi dilakukan setiap hari dengan frekuensi yang cukup sering.
Dan supaya aktivitas tersebut berjalan lancer, baik dan tidak terkendala,
diperlukan pemeliharaan, pengaturan jadwal dan maintenance yang teratur
terhadap mesin/ alat sterilisasi.
1. Setiap rumah sakit harus memiliki pusat sterilisasi alat dan bahan yang
mandiri yang mampu memberikan pelayanan sterilisasi di rumah sakit dengan
baik.
BAB III
KETENAGAAN
A. Status Kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD) diharapkan:
3. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik dan X-ray untuk
penyakit paru.
a. Uraian tugas:
b. Kualifikasi Tenaga:
11
2. Penanggungjawab CSSD
a. Uraian tugas:
2) Mengarahkan semua aktivitas terkait supply alat medis steril bagi perawatan
pasien di rumah sakit.
11) Membuat rencana program terhadap kebutuhan alat dan bahan sesuai
kebutuhan.
b. Kualifikasi Tenaga:
3) Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari unit yang
dipimpinnya.
12
3. Staf CSSD
a. Uraian tugas:
9) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap peralatan,
gedung/ bangunan dan aset yang ada.
b. Kualifikasi Tenaga:
a. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan kursus/ pelatihan
sterilisasi.
4. Administrator
a. Uraian tugas:
10) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap peralatan,
gedung/ bangunan dan aset yang ada.
13
b. Kualifikasi Tenaga:
BAB IV
Sarana fisik dan peralatan di CSSD sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan
membantu pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit. Dalam perencanaan
sarana fisik dan bangunan sebaiknya melibatkan staf CSSD. Mengingat pusat
sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana CSSD mempunyai tugas
pokok menerima bahan dan alat medik dan menjadikan seluruh bahan dan alat
medik dari semua unit di rumah sakit dalam kondisi rsirsirsirsisteril serta
mendistribusikannya sesuai kebutuhan kondisi steril. Hal ini tidak lepas dari
menentukan lokasi/ tempat CSSD berada.
A. Bangunan CSSD
5. RS dengan 1000 TT, luas bangunan minimal 450 m2 Denah ruang CSSD
(Lampiran 1)
15
B. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat/ bahan steril
terbesar di rumah sakit seperti kamar bedah, ICU, unit perawatan, dll di rumah
sakit. Penetapan/ pemilihan lokasi yang tepat akan memudahkan dan
berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi di
rumah sakit. Lokasi ytang tepat akan meminimalkan resiko kontaminasi silang
karena pengaruh lalu lintas/ transportasi alat steril. Unit CSSD diupayakan juga
dekat dengan loundry atau pencucian linen karena set linen untuk kebutuhan
steril akan lebih mudah dalam penyiapannya.
Pada prinsipnya ruang CSSD terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang
didesain sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang
antara ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu pembagian ruang CSSD juga
dibuat senyaman mungkin disesuaikan dengan alur kerjanya. Ruang CSSD
dibagi dalam 5 (lima) ruang yaitu :
1. Ruang dekontaminasi
Ruang ini didesain untuk penerimaan barang kotor. Unit yang mengirimkan alat
kotor setelah digunakan melalui ruang ini. Ruang dekontaminasi harus dapat
menampung semua barang kotor yang akan dibersihkan dan akan menjalani
proses sterilisasi. Ruang dekontaminasi direncanakan, dipelihara dan selalu
dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk
melindungi petugas penerimaan CSSD dari benda-benda tajam, yang dapat
menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya.
a. Ventilasi
Udara dan partikel kecil pada debu dapat membawa mikroorganisme dari satu
termpat ke tempat lainsehingga dapat mengkontaminasi alat kesehatan yang
sudah melewati dekontaminasi, alat bersih siap disterilkan dan bahkan alat yang
sudah steril. Oleh sebab itu, ruang dekontaminasi harus mempunyai sistem
ventilasi yang baik, yaitu:
16
c. Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan ruang, alat dan bahan
yang ada di CSSd harus menggunakan pembersih yang sesuai.Debu, serangga
dan vermin adalah pembawa mikroorganisme penyebab/ penyebar infeksi.
Harus ada peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah,
pembuangan limbah dan transportasinya. Hal ini diberlakukan pada sampah dan
limbah baik yang menyebabkan infeksi dan yang berbahaya atau tidak.
2) Setidaknya sekali sehari membersihkan meja kerja, tempat cuci dan peralatan.
4) Barang/ alat kotor dicuci/ dibersihkan dan/ atau didesinfeksi sebelum masuk
ke area bersih atau ruang setting sebelum masuk ke mesin sterilisasi.
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat. Alat kesehatan sebelum masuk
mesin sterilisasi disetting sesuai dengan kebutuhan alat yang dibutuhkan oleh
17
berbagai unit/ ruangan. Diruang ini juga menyimpan alat dan bahan bersih dan
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang bersih.
Ruang ini adalah ruang untuk mempersiapkan bahan penunjang seperti kassa,
kapas, cotton swabs, hand scoon, dan lain-lain. Diruang ini juga dilakukan
pemeriksaan linen dari loundry, dilipat dan dikemas berdasar setting linen
kebutuhan kamar bedah, kamar bersalin, poliklinik, IGD dan ruang lain yang
membutuhkan. Pada daerah ini terdapat rak penyimpanan barang dan linen
untuk persiapan sterilisasi.
4. Ruang Sterilisasi
Dari ruang produksi dan setting linen, alat, bahan dan barang masuk ke mesin
sterilisasi. Proses sterilisasi ini dilakukan berdasar bahan dan jenisnya. Desain mesin
sterilisasi pintu masuk alat bersih berbeda dengan pintu keluar saat alat sudah
steril. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi barang yang sudah steril
terhadap kontaminan. Untuk ruang sterilisasi dengan menggunakan Etilen Oksida,
sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit dan
memungkinkan udara keluar atau penggunaan exhouse.
Ruang ini berada dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila menggunakan mesin
sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang
simpan barang steril. Penerangan pada ruang ini harus memadai, suhu ruang
antara 18- 22 Celcius dan kelembaban 35-75 %, menggunakan tekanan positif
dan mempunyai dinding lantai keras tapi halus sehingga mudah dibersihkan.
Alat steril yang disimpan ditata di atas rak penyimpanan yang ada jarak dari
lantai 19-24 cm dan minimum 43 cm dari langit-langit. Rak mempunyai jarak 5
cm dari dinding untuk memudahkan pembersihan. Hindari terjadinya
penumpukan debu pada kemasan dan jangan letakkan rak dekat dengan kran
atau saluran air lainnya.
18
D. Pemeliharaan Mesin Sterilisasi
3. Perbaikan komponen hanya dilakukan oleh pihak supplier dan petugas RS yang
berkompeten.
4. Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan CSSD harus terlatih
oleh lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
E. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat secara periodik dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih terhadap jenis mesin sterilisasi.
Secara periodic minimal sekali dalam setahun dilakukan oleh BPFK atau Badan
Pengamanan Fasilitas Kesehatan Departemen Kesehatan atau agen tunggal
pemegang merk alat.
F. Pendokumentasian
6. Keterangan/ lain-lain,
Pusat sterilisasi (CSSD) harus dilengkapi dengan alat pelindung diri sesuai
kebutuhan tenaga kerja yang ada didalamnya. Apron lengan panjang yang
tahan terhadap cairan kimia, penutup kepala, masker dan goggle yang dipakai
oleh staf saat melakukan pekerjaan yang memungkinkan adanya percikanatau
kontaminasi cairan yang mengandung darah atau cairan infeksius lainnya.
Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup
kaki yang tahan air.
19
Penggunaan sarung tangan, gaun pelindung dan goggle harus dicuci setiap
selesai dipakai.
20
BAB VI
Pusat sterilisasi (CSSD) melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan
alat dan bahan kondisi steril. Dalam melaksanakan tugasnya, CSSD selalu
berhubungan dengan unit lain diantaranya yaitu:
4. Sanitasi.
5. PPI.
a. Linen
b. Instrumen / alat
2. Pencucian
b. Instrumen
3. Setting
a. Set Instrument
b. Set Linen
a. Linen
b. Instrumen
c. BHP
5. Proses sterilisasi
a. Linen
b. Instrumen
c. BHP
21
B. Alur Kerja
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap alat/ bahan.
Tujuan dibuatnya alur sebagai berikut:
4. Perendaman
7. Pengesetan
8. Pengemasan
9. Labeling
12. Distribusi
1. Dekontaminasi
Alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani dengan
serius, dikumpulkan dan dibawa ke CSSD sedemikian rupa sehingga dapat
terhindar dari kontaminasi terhadap pengunjung, pasien, pekerja dan fasilitas
lainnya. Proses penanganannya adalah:
22
2) Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus benda tajam
3) Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke unit loundry untuk penanganan
lebih lanjut.
4) Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah khusus dan masuk
keruang dekontaminasi melewati petugas pencatatan
b. Pembuangan limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang . Diidentifikasi
dan dibuang sesuai kebijakan RS mengacu peraturan pemerintah.
c. Mencuci/ Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-benar bersih
sebelum dilakukan sterilisasi.
1) Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode mencuci yang
dipilih.
2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci yang dapat
dipakai.
3) Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang ada. Protein
cukup bengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral dengan
menggunakan detergen asam.
Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan
hamper semua partikel yang tidak tampak, dan menyiapkan alat-alat agar aman
untuk proses desinfeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual
maupun mekanikal atau kombinasi keduanya. Untuk memastikan kebersihan
al;at dan supaya tidak merusak alat, maka:
2) Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20 C-43 C selama 15-20
menit dan atau dalam produk enzyme yang dapat melepaskan darah dan
protein lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga
membantu menghilangkan mikroorganisme.
3) Bilas dengan air keran yang mengalir untuk menghilangkan protein dan
partikel-partikel kotoran.
h. Mencuci Manual
1) Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat yang lembut dan
rumit.
2) Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang disarankan oleh
produsen alat.
3) Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih baik lagi
menggunakan air deionisasi atau air sulingan.
24
j. Desinfeksi Kimia
2) Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan tersebut.
2. Pengemasan
c. Mudah digunakan
g. Masa kadaluarsa
Tipe-tipe Bahan Kemasan :
a. Kertas
b. Film Plastik
c. Kain (linen)
d. Kain campuran
f. Tips dan penempatan yang tepat indicator kimia eksternal dan internal
25
3. Metode Sterilisasi
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorbsi oleh
permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merambat ke bagian dalam
permukaan sampai akhirnya suhu sterilisasi tercapai. Biasanya digunakan pada
bahan yang terbuat dari kaca.
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang
baik, dan juga siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan isinya
selama waktu aerasi
c. Sterilisasi uap
Sterilisasi ini digunakan pada plasma yang terbentuk dari hidrogen piroksida
BAB V
A. Monitoring
1) Nomor lot
3) Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)
4) Nama operator
27
c. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok,
walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada kejadian
yang dialami oleh kemasan tersebut.
B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada
tahap pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan
dalam rangka kinerja dari pengelolaan sterilisasi di Rumah Sakit
28
BAB VI
2. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat, lalu
pindahkan alat/instrument satu persatu. Pastikan agar bagian yang runcing
dari instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.
3. Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blades) ke dalam wadah yang
tahan tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa.
29
5. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara aman, dan
gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit
dan membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia
7. Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu menggosok
dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup.
C. Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit
maupun membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun
akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta
barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrument/alat listrik.
Luka pada mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata
diperlukan.
1. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin
sterilisasi atau pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi
2. Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD lain
untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
8. Setelah barang di masukkan ke dalam kabinet aerasi dan siklus aerasi sudah
di jalankan, maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai proses
aerasi selesai
30
9. Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang gawat
darurat untuk evaluasi lebih lanjut.
2. Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari pengotor,
kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang /alat
3. Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju daerah dekontaminasi
6. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi
udara dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum)
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai
desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal,
fungisidal, dan virusidal.
31
Tindakan pertolongan
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
2. Formaldehid
Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 - 5 g/kg BB
: 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi,
Akut 10 ppm
lakrimasi berat,10-20 ppm susah bernafas, batuk,
terasa panas
pada hidung dan tenggorokan, 50-100 ppm iritasi
akut saluran
pernafasan
Lambat : Sensitisasi dermatitis
: Karsinogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan
Kronik pada wanita,
percikan larutan pada mata dapat menyebabkan
kerusakan berat
s/d menetap, kornea buram dan buta
: Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal
Jika tertelan disertai mual,
muntah, perdarahan
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme
Kontak kulit : Iritasi pada kulit
: iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat
Kontak mata menyebabkan
kornea buram dan buta
32
Tindakan pertolongan
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml.
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi
3. Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi
kimia alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik terutama dalam
pembuatan etilen glikol, fungisida, dan fumigan bahan makanan dan tekstil.
33
Tindakan pertolongan
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
34
c. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-100 gr dan anak-
anak 15-30 gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr
karbon aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa 10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5 gr
tiap 20 menit
4. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak
digunakan sebagai desinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai,
kamar mandi/WC dan untuk menghilangkan bau busuk. Dalam bidang
kesehatan digunakan sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi antara 1-2
%. LDL oral pada manusia adalah 140 mg/kg.
Tindakan pertolongan
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
a. Segera beri pasien atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml.
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat di pertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi
5. Natrium Hipoklorit
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
36
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan air mengalir minimal 10
menit
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah /plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
d. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid
Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti
apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan
terhadap cairan kimia heavy-duty, penutup kepala, masker “high-filtration”, dan
“tight fitting”gogle, khususnya dipakai oleh staf saat melakukan prosedur yang
memungkinkan terjadinya cipratan atau kontaminasi dari cairan yang
mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk
memasuki ruang dekontaminasi dan penutup sepatu tahan air yang diperlukan
untuk melindungi sepatu dan masker, dan gogle harus dilepaskan saat
meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung, dan gogle
harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang harus dilaundry
setelah setiap pemakaian.