Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Syndrome distress pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem


pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan
sebagai hyaline membrane disease (HMD) (Suriadierita Yulianni, 2006).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan RDS?
2. Apa saja etiologic RDS?
3. Bagaimana patofisiologis pada RDS?
4. Apa saja manifestasi klinis atau tanda gejala pada RDS?
5. Apa saja penunjang labolatorium pada RDS?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui definisi RDS
2. Untuk mengetahui etiologic RDS
3. Untuk mengetahui patofisiolgis RDS
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala RDS
5. Untuk mengetahui labolatorium RDS
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Definisi

Respiratory Distress Syndrom (RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan merupakan


sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang
baru lahir dengan masa gestasi kurang (Suriadi dan Yulianni, 2006). Secara klinis
bayi dengan RDS menunjukkan takipnea, pernapasan cuping hidung, retraksi
interkosta dan subkosta, expiratory grunting (merintih) dalam beberapa jam pertama
kehidupan. Tanda-tanda klinis lain, seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda
lain RDS meliputi hipoksemia, hiperkabia, dan asidosis respiratory atau asidosis
campuran (Kompas, 2012).

1.2 Etiologi
RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik dengan
usia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan ibu.
Semakin tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia
kehamilan, semakin rendah kejadian RDS (Asrining Surasmi, dkk, 2003).
PMH ini 60-80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28
minggu, 15-30% pada bayi antara 32 dan 36 minggu, sekitar 5% pada bayi yang
lebih dari 37 minggu dan jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikan frekuensi
dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, persalinan sebelum umur kehamilan
37 minggu, kehamilan multi janin, persalinan seksio sesaria, persalinan cepat,
asfiksia, stress dingin dan adanya riwayat bahwa bayi sebelumnya terkena,
insidens tertinggi pada bayi preterm laki-laki atau kulit putih (Nelson, 1999).

1.3 patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor
kritis dalam terjadinya RDS. Ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut
terutama disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu memohon sisa
udara fungsional (kapasitas residu fungsional ) (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Surfaktan juga menyebabkan ekspansi yang merata dan jarang ekspansi paru pada
tekanan intraalveolar yang rendah. Kekurangan atau ketidakmatangan fungsi
sufaktan menimbulkan ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli
saat ekspirasi tanpa surfaktan, janin tidak dapat menjaga parunya tetap
mengembang. Oleh karena itu, perlu usaha yang keras untuk mengembangkan
parunya pada setiap hembusan napas (ekspirasi), sehingga untuk bernapas
berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih besar dengan
disertai usaha inspirasi yang lebih kuat. Akibatnya, setiap kali perapasan menjadi
sukar seperti saat pertama kali pernapasan (saat kelahiran). Sebagai akibatnya,
janin lebih banyak menghabiskan oksigen untuk menghasilkan energi ini daripada
ia terima dan ini menyebabkan bayi kelelahan. Dengan meningkatnya kekelahan,
bayi akan semakin sedikit membuka alveolinya, ketidakmampuan
mempertahankan pengembangan paru ini dapat menyebabkan atelektasis.

1.4 manifestasi klinis


Tanda dan gejala yang muncul dari RDS adalah:
a. Pernapasan cepat
b. Pernapasan terlihat parodaks
c. Cuping hidung
d. Apnea
e. Murmur
f. Sianosis pusat

1.5 penunjang labolatorium


Kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium diantaranya adalah :
a. Pemeriksaan darah
Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih dari 45 mg%,
prognosis lebih buruk, kadar bilirubin lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi
normal dengan berat badan yang sama. Kadar PaO2 menurun disebabkan
kurangnya oksigenasi di dalam paru dan karena adanya pirau arteri-vena. Kadar
PaO2 meninggi, karena gangguan ventilasi dan pengeluaran CO2 sebagai akibat
atelektasis paru. pH darah menurun dan defisit biasa meningkat akibat adanya
asidosis respiratorik dan metabolik dalam tubuh.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan ini membutuhkan alat yang lengkap dan pelik, frekuensi pernapasan
yang meninggi pada penyakit ini akan memperhatikan pula perubahan pada
fungsi paru lainnya seperti ‘tidal volume’ menurun, ‘lung compliance’ berkurang,
functional residual capacity’ merendah disertai ‘vital capacity’ yang terbatas.
Demikian pula fungsi ventilasi dan perfusi paru akan terganggu.
c. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
Penyelidikan dengan kateterisasi jantung memperhatikan beberapa perubahan
dalam fungsi kardiovaskuler berupa duktus arteriosus paten, pirau dari kiri ke
kanan atau pirau kanan ke kiri (bergantung pada lanjutnya penyakit), menurunnya
tekanan arteri paru dan sistemik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI “M” DENGAN
HIALIN MEMBRANE DISEASE

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Bayi dan Penanggung Jawab
· Identitas Bayi
Nama bayi : By. “M”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 29 November 2012
BBL : 1800 gram
Med. Rec :679898
Agama : Islam
Alamat : Ogan Ilir
Pengkajian : 4 Desember 2012
Diagnosa : HMD grade II
· Identitas Penanggung Jawab
Nama Ibu : Ny. “M”
Umur Ibu : 34 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT

2. Keluhan utama: Lahir tidak langsung menangis


3. Riwayat Penyakit Sekarang: Bayi datang diantar keluarga ke RSMH, ibu
melahirkan di klinik bersalin, ekstraksi vakum atas indikasi SC ditambah ibu
kelelahan, ditolong Sp.Og dari ibu G2 P1 A0 hamil aterm, lahir tidak langsung
menangis. Bayi lahir pada tanggal 28 November 2012 pukul 17.20 WIB. Refleks
hisap lemah, tangis lemah, aktivitas hipoaktif dengan nadi 128 x/ menit,
pernafasan 66 x/menit dan temperatur 36,2°C.
· Riwayat Persalinan: Ibu klien melahirkan di klinik bersalin, ekstraksi vakum
atas indikasi SC ditambah ibu kelelahan, ditolong Sp.Og dari ibu G2 P1 A0 hamil
aterm, ketuban jernih, ketuban pecah dini tidak terjadi
· Status Kehamilan : G2 P1 A0

4. Pengkajian Fisik
a. Refleks
1. Refleks menggenggam: Refleks menggenggam pada By. “M” (+) tapi lemah.
2. Refleks menghisap: Refleks menghisap (+) ditandai dengan meletakan tangan
pada mulut bayi, bayi menghisap jari, hisapan lemah.
3. Refleks rooting: Reflek rooting (-) ditandai dengan bayi tidak menoleh saat
tangan ditempelkan di pipi bayi.
b. Tonus otot
Gerakan bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi
sering menggerek-gerakan tangan dan kakinya.
c. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Somnolent
Lingkar kepala : 33 Cm
Lingkar dada : 30 Cm
Panjang badan : 49 Cm
Berat badan : 3850 Gram
Suhu : 36 °C
Respiratory : 70 x/menit
Nadi : 132 x/menit
d. Kepala
Bentuk kepala Normochepal, lingkar kepala 33 cm, pertumbuhan rambut merata,
tidak ada lesi, tidak ada benjolan, fontanel anterior masih lunak, sutura sagital
datar dan teraba, gambaran wajah simetris terdapat larugo disekitar wajah dan
badan.
e. Mata
Mata simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, mata bersih tidak
terdapat sekret, mata bisa mengedip, bulu mata tumbuh, reflek kornea (+) reflek
terhadap sentuhan, reflek pupil (+) respon terhadap cahaya, replek kedip (+)
f. Telinga
Letak telinga kanan dan kiri simetris, lubang telinga bersih, tidak terdapat
serumen, tidak ada lesi, bentuk telinga baik, lunak dan mudah membalik, (
Cartilago car ) baik, terdapat rambut larugo.
g. Hidung
Hidung bentuk simetris, terpasang NGT, keadaan hidung bersih tidak terdapat
peradangan atau pembengkakan hidung.
h. Mulut
Bentuk bibir simetris, bibir terdapat bercak putih pada membran mukosa, refleks
hisap (+), reflek rooting (-).
i. Dada dan Paru-paru
Dada simetris ( Sama antara kiri dan kanan ), bentuk dada menonjol, PX terlihat
jelas.
j. Jantung
Nadi apikal 132 x/menit, bunyi jantung reguler BT1 + BT2, palapasi nadi
brakhialis (+) lemah, radialis (+) lemah, femoralis lemah dan nadi karotis (+)
k. Abdoment
Bentuk abdomen dan cekung pada bagian px, bising usus dapat terdengar
4x/menit, tali pusat belum putus, keadaan kering, tidak terdapat kemerahan, tidak
terdapat haluaran nanah, perut diraba lunak.
l. Genitalia
Lubang penis terdapat di gland penis, kedua testis dapat teraba pada scrorum.
m. Anus
Anus paten, ditandai dengan bayi sudah BAB, mekonium sudah keluar berwarna
hitam dan lembek
n. Punggung
Terdapat banyak rambut larugo, bentuk simetris, tidak terdapat ruam kemerahan
atau rush.
o. Ekstrimitas
Ekstrimitas dapat bergerak bebas, ujung jari merah muda/tidak sianosis, jumlah
jari komplit, kaki sama panjang, lipatan paha kanan dan kiri simetris, pergerakan
aktif
p. Kulit
Warna kulit merah seluruh tubuh, sianosis (-),tidak terdapat tanda lahir, Skin
Rush(-), Ikterik (-).
q. Eliminasi
Eliminasi BAK 6-8 x/hari, BAB 2-4 x/hari
r. Suhu
Suhu tubuh 36,2 oC

5. Hubungan Psikososial Orang tua dengan Bayi


a. Budaya: -
b. Agama: Agama yang dianut keluarga klien yaitu agama islam.
c. Psikologis: Psikologis ibu klien sangat labil dikarenakan kondisi yang dialami
anaknya saat ini. Dia jarang menjenguk anaknya.

6. Hubungan Orang tua dengan Bayi


Tingkah laku Ibu Anak:
· Menyentuh: jarang
· Memeluk: jarang
· Berbicara: jarang
· Berkunjung: jarang
· Memanggil nama: jarang
· Kontak mata: jarang
7. Pemeriksaan Penunjang
· Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi (Tanggal 5 Desember 2012)
No Parameter Hasil Nilai Normal

1 Hemoglobin 14,2 g/dl 14 – 18 g/dl


2 Eritrosit 4.190.000/mm3 4,5 – 5,5 juta/mm3
3 Hematokrit 41 vol % 40- 48 vol %
4 Leukosit 12.900/mm3 5000 – 10.000/ mm3
5 Trombosit 85.000/mm3 200.000 –
6 Basofil 0% 500.000/mm3
7 Eosinofil 4% 0–1%
8 Batang 1% 1–3%
9 Segmen 50 % 2–6%
10 Limposit 30 % 50 – 70 %
11 Monosit 15 % 20 – 40 %
2–6%

8. Therapy
· Ampicilin 3 x 100mg/ hari
· Amikasin 2 x 40mg/ hari
· Sibital 2 x 15mg/ hari

ANALISA DATA
N0 Data penunjang Etiologi Problem

1. Ds: - Atelaksasis Gangguan pola nafas


Do:
· RR 70 Menurunnya
x/menit ventilator
· Retraksi
dinding dada (+) CO2 meningkat
· Retraksi
dinding
efigastrium (+) Perfusi perifer
· Bayi tampak jaringan
lemah
Sulfaktan menurun
2. Ds: - Metabolisme Resiko tinggi
Do: menurun hipotermi.
· Suhu bayi
36,2 °C Bayi tidak bisa
memproduksi panas
tubuh sesuai
kebutuhan

Panas tubuh mudah


hilang
3. Ds: klien Hospitalisasi Gangguan rasa aman
mengatakan cemas orang tua
kapan anaknya
bisa pulang Kurangnya
Do: pengetahuan
· Ibu tampak
cemas Cemas
· Ibu
menangis Anak
sakit

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan
dalam tubuh
2. Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum
terbentuknya lapisan lemak pada kulit.
3. Kecemasan ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang
kondisi bayi

INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Gangguan pola Setelah • Observasi  Agar pola


nafas dilakukan pola nafas nafas berjalan
berhubungan perawatan lancer dan
dengan belum dalam 3 x 24 • Observasi
teratur.
terbentuknya zat jam, gangguan TTV  Mengetahui
sulfaktan dalam pola nafas keadaan umum
tubuh. berkurang. • Berikan
klien.
terapy O2 sesuai
dengan  Untuk
kebutuhan memenuhi
kebutuhan
• Kolaborasi
oksigen klien
pemberian
terapy obat  Agar bayi tidak
mengalami
kejang

2 Resiko tinggi Setelah • Tempatkan  Agar suhu


gangguan dilakukan bayi pada tubuh bayi
termoregulasi: tindakan tempat yang stabil
hipotermi keperawatan hangat
berhubungan selama 3 x 24  Agar bayi
dengan belum jam • Pantau suhu terkontrol suhu
terbentuknya diharapkan tubuh setiap 2 tubuhnya.
lapisan lemak suhu tubuh jam
pada kulit. tetap normal.

Suhu 37‫ﹾ‬C

Bayi tidak
kedinginan

3 Kecemasan ortu Setelah • Kaji tingkat  Agar ortunya


berhubungan dilakukan kecemasan bisa
dengan kurang tindakan mengontrol
pengetahuan keperawatan • Berikan
kecemasannya
ortu tentang selama 3 x 24 penjelasan
kondisi bayi jam tentang keadaan  Agar keluarga
diharapkan klien saat ini klien
cemas mengetahui
• Berikan
keluarga klien kondisi klien
kesempatan
berkurang saat ini
kepada keluarga
untuk  Agar
mengungkapkan kecemasan
perasaan keluarga
berkurang

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI

DX

1 Selasa, 4 I: Mengobservasi pola Selasa, 4 Desember 2012.


Desember nafas Pukul 23.00 WIB
2012
R: klien tampak
Pukul 21.00 gelisah
WIB S:-
Respirasi : 66 x/menit
O : Keadaan Bayi hipoaktif,
klien gelisah, nafas cepat

I: Mengobsevasi TTV 66 x / menit

R: : Klien Tampak A : Gangguan pola nafas


lemah belum teratasi

Suhu: 36. 2 o C P : Intervensi dilanjutkan

Nadi: 128 x/menit I:

Respirasi : 66x/menit o Kaji pola nafas klien

o Observasi TTV

I: Melakukan o Kolaborasi pembererian


kolaborasi pemberian obat sesuai kebutuhan.
terapy obat

R: Klien terlihat
meringis

Sabital 2 x 15mg/ hari


2 Selasa, 4 I: Menempatkan bayi Selasa, 4 Desember 2012.
Desember pada tempat yang Pukul 23.00 WIB
2012 hangat
S:-
Pukul 22.00 R: Klien tampak
WIB lemah O : Suhu tubuh 36,5 oC

A : Resiko tinggi Gangguan


termoregulasi
I: Memantau suhu
tubuh setiap 2 jam Hypotermoregulasi belum
teratasi
R: Klien tampak
gelisah P : Lanjutkan intervensi

Suhu : 36.5 °C I : o Kaji suhu tubuh setiap


hari

3 Kamis, 7 I: Mengkaji tingkat Selasa, 4 Desember 2012.


Desember kecemasan Pukul 23.00 WIB
2012
R: Orang tua klien S : Ibu klien mengatakan
Pukul 06.00 tampak cemas senang melihat kondisi
WIB anaknya

O : Ibu klien tersenyum, ibu


I: Memberikan tidak menangis
penjelasan tentang
keadaan klien saat ini A : Gangguan rasa aman
cemas teratasi
R: Keluarga bertanya
mengenai keadaan P : Tingkatkan pengetahuan
bayinya keluarga

I: Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan
R: Keluarga mau
mengungkapkan

perasaannya
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem


pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan
sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).. Ada 4 faktor
penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal,
maternal diabetes, seksio sesaria. Adapun Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya
RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan
berkembang.

B. SARAN

Kepada ibu hamil dianjurkan agar selalu menjaga kehamilannya dan memeriksakan
kehamilannya secara rutin kepada tenaga kesehatan agar dapat mengurangi penyakit kelainan
bawaan pada neonates dan apabila terdapat kelainan dapat di deteksi secara dini. Hindari
terjadinya kelahiran bayi premature karena bayi premature memungkinkan terjadinya
penyakit RDS terhadap bayi.

Anda mungkin juga menyukai