Anda di halaman 1dari 15

Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual

(Cipta, Paten, Merk)

Makalah

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Aspek Hukum Ekonomi dan Bisnis yang
Dibina oleh Ibu Della Ayu Zonna Lia, S.AB., M.AB

Oleh

Dhimas Rangga Y.W (180413620813)

Fajar Annisa Fitriana (180413620681)

Feny Ilmiah Wulandari (180413620709)

Universitas Negeri Malang


Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen
Agustus 2019
Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Aspek
Hukum Ekonomi dan Bisnis dengan topik pembahasan tentang “Hukum Atas Hak
Kekayaan Intelektual”. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Aspek Hukum Ekonomi dan Bisnis.

Kami juga mengucapkan terimakasih dengan adanya bimbingan dari


Dosen Pengajar mata kuliah Aspek Hukum Ekonomi dan Bisnis, yaitu kepada Ibu
Della Ayu Zonna Lia, S.AB., M.AB. dalam penulisan makalah ini pasti banyak
kesalahan baik secara tidak sengaja maupun ketidaktahuan. Kami mohon maaf
atas ketidaknyamanan dalam membaca makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan


dan memberikan banyak manfaat bagi kita semua.

Malang, 27 Agustus 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap ide-ide yang cemerlang dan kreatif yang tercipta dari seseorang
atau sekelompok orang sebagai bentuk dari kemampuan intelektual manusia yang
berguna dan memberi dampak baik dari berbagai aspek perlu di akui dan perlu
dilindungi, agar ide-ide cemerlang dan kreatif yang telah diciptakan tidak diklaim
atau di bajak oleh pihak lain. Untuk itu diperlukan wadah yang dapat membantu
dan menaungi ide-ide cemerlang dan kreatif tersebut. Untuk tingkat internasional
organisasi yang mewadahi bidang HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) adalah
WIPO (World Intellectual Property Organization).
Di Indonesia sendiri untuk mendorong dan melindungi penciptaan,
penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa, maka
dirasakan perlunya perlindungan hukum terhadap hak cipta. Perlindungan hukum
tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik
untuk tumbuh dan berkembangnya gairah mencipta di bidang ilmu pengetahuan,
seni dan sastra di tengah-tengah
masyarakat Indonesia.
Di Indonesia, Undang-undang yang melindungi karya cipta adalah
Undang-undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan telah melalui
beberapa perubahan dan telah diundangkan Undang-Undang yang terbaru yaitu
Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku 12
(dua belas) bulan sejak diundangkan. Tidak hanya karya cipta, invensi di bidang
teknologi (hak paten) dan kreasi tentang penggabungan antara unsur bentuk,
warna, garis (desain produk industri) serta tanda yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan jasa (merek) juga perlu diakui dan dilindungi dibawah
perlindungan hukum. Dengan kata lain Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
perlu didokumentasikan agar kemungkinan dihasilkannya teknologi atau karya
lainnya yang sama dapat dihindari atau dicegah.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasar uraian dari latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)?


2. Apa yang dimaksud dengan hak cipta, hak paten,dan merek?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan masyarakat tidak mematuhi hukum di
bidang HaKI?

C TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disusun, maka tujuan makalah


ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Hak Kekayaan
Intelektual (Haki).
2. Untuk mengetahui pengertian tersendiri antara hak cipta, hak paten, dan
merek.
3. Agar pembaca mengerti apa saja faktor penyebab tidak mematuhi hukum
di bidang HaKI.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual


Hak Kekayaan Intelektual atau disingkat “HKI” adalah hak yang timbul
atas hasil olah pikir manusia yang menghasilkan suatu produk yang juga berguna
untuk manusia. Secara umum dapat dikatakan bahwa obyek yang diatur dalam
HKI adalah karya-karya yang lahir karena kemampuan intelektual manusia. Oleh
karena itu ada yang berpendapat bahwa hak-hak tersebut digolongkan ke dalam
hak-hak atas barang-barang yang tak berwujud. Analoginya adalah jika ide-ide
tersebut keluar dari pikiran manusia dan menjelma dalam suatu ciptaan
kesusasteraan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain, maka menjadi benda berwujud
dan dapat menjadi sumber keuntungan.
Digolongkannya hak-hak tersebut ke dalam hukum harta kebendaan
adalah karena hak-hak tersebut memililki sifat-sifat hak-hak kebendaan dan dapat
dimiliki secara absolut (hak mutlak). Ciri utamanya adalah hak-hak tersebut dapat
dijual, dilisensikan, diwariskan dan lain-lain layaknya hak kebendaan lainnya.
Intinya, hak-hak tersebut dapat dipindah tangankan kepemiilikannya berdasarkan
alasan sah yang yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Dari sinilah
ciri khas HKI sebagai hak privat (private rights).
Seseorang bebas untuk mengajukan permohonan atau mendaftarkan karya
intelektualnya atau tidak. Hak eksklusif yang diberikan Negara kepada individu
pelaku HKI (inventor, pencipta, pendesain dan sebagainya) tiada lain
dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil karya (kreativitas)nya dan agar orang
lain terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, sehingga
dengan sistem HKI tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui
mekanisme pasar. Di samping itu, sistem HKI juga menuntut diadakannya sistem
dokumentasi yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga
kemungkinan dihasilkannya teknologi atau hasil karya lainnya yang sama dapat
dihindarkan/dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut,
diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya dengan maksimal untuk
keperluan hidupnya atau mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai
tambah yang lebih tinggi lagi. Unit teknis negara yang diserahi tanggung-jawab
untuk menyelenggarakan sistem pemberian dan pengelolaan HKI, yaitu Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

2.2 Macam Hak Kekayaan Intelektual


a. Hak Cipta
Pada undang-undang Hak Cipta No. 19 tahun 2002 pasal 1 butir 1, Hak
cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi ijin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa hak cipta hanya dimiliki oleh
si pencipta maupun si penerima hak. Terdapat dua unsur penting yang
terkandaung dari rumusan hak cipta yang terkandung dalam undang-undang Hak
Cipta Indonesia, yaitu :

1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain.


2. Hak moral yangdalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apapun
tidak dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan karyanya,
menetapkan jdul, mecantumkan nama/samara dan mempertahankan
keutuhannya).

Hak Cipta juga hak kekayaan immateril yang merupakan suatu hak kekayaan
yang objek haknya adalah benda tidak berwujud. 499 KUHPerdata memberikan
batasan tentang rumusan benda, yaitu tiap barang dan tiap hak yang dapat
dikuasai menjadi objek kekayaan (property) atau hak milik.

Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, Ciptaan yang dilindungi


mencakup :

1. Buku, program computer, pamphlet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain.
2. Ceramah,kuliah,pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu.
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan pengetahuan.
4. Lagu atau music dengan atau tanpa teks.
5. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomime.
6. Seni rupa dalam segala bentuk.
7. Arsitektur.
8. Peta.
9. Seni batik.
10. Fotografi.
11. Sinematografi.
12. Terjemahan,tafsir,saduran,bunga rampai,database, dan karya lain hasil
pengalihwujudan.

Hak cipta tidak akan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan :

1. Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara.


2. Peraturan perundang-undangan.
3. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah.
4. Putusan Pengadilan atau penetapan hakim.
5. Keputusan badan abitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.

Hak cipta dapat beralih atau dialihkan dengan :

1. Pewarisan.
2. Hibah.
3. Wasiat.
4. Perjanjian tertulis.
5. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Terdapat beberapa langkah untuk pendaftaran Hak Cipta, yaitu :

1. Permohonan pendaftaran hak cipta diajukan kepada Mentri Kehakiman


melalui Dirjen HAKI dengan surat rangkap dua, ditulis dalam bahasa
Indonesia di atas kertas folio berganda.
2. Dalam surat permohonan tersebut tertera :
a. Nama, Kewarganegaraan dan alamat pencipta
b. Nama, kewarganegaraan dan alamat pemenang hak cipta
c. Nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa
d. jenis dan judul ciptaan
e. Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali
f. Uraian ciptaan rangkap tiga
3. Surat permohonan hak cipta hanya dapat diajukan untuk satu ciptaan dan
ditandatangani oleh pemohon/kuasanya.
4. Apabila pemohon adalah satu badan hukum, maka dalam surat
permohonannya harus dilampirkan turunan resmi akta pendidikan badan
hukum tersebut.
5. Apabila surat permohonan diajukan oleh seorang kuasa, maka harus di
tanda tangani oleh penerima kuasa dengan dilampiri surat kuasa.
6. Kuasa tersebut harus WNI.
7. Surat permohonan tanda terima berfungsi sebagai bukti permohonan
penyerahan hak cipta.
8. Apabila permohonan tidak memenuhi syarat maka diberitahukan secara
tertulis untuk melengkapi syaratnya dengan janga waktu 3 bulan.
9. Permohonan yang telah memenuhi syarat diperiksa secara dministratif
oleh Dirjen HAKI.
10. Keputusan Menteri Kehakiman diberitahukan kepada pemohon melalui
Dirjen HAKI.

b. Hak Paten
Paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada
inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Penemuan yang
dimaksud disini merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di
bidang teknologi dalam wujud suatu proses, hasil produksi, Penyempurnaan dan
pengembangan proses, dan penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi.
Tidak semua hak paten dapat diberikan terhadap penemuan-penemuan
baru, seperti :
1. Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau
pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, dan keasusilaan.
2. Metode pemeriksaan, penawaran, pengobatan dan pembedahan yang
diterapkan terhadap manusia atau hewan.
3. Teori atau ilmu pengetahuan di bidang ilmu pengetahuan dan matematika.
4. Semua makhluk hidup kecuali jasad renik.
5. Proses biologis yang esensial.
6. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek
yang sudah terkenal milik pihak lain.
7. Menyerupai nama, foto atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain
kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak.
Paten diberikan untuk invensi/penemuan yang baru dan mengandung langkah
pembaharuan serta dapat diterapkan dalam industri. Dikatakan invensi atau
pembaharuan jika penemuan ataun ide tersebut merupakan hal yang tidak dapat
diduga sebelumnya. Pada dasarnya pemberian paten dilandasi oleh motivasi
tertentu dan juga dimaksudkan untuk :

1. Penghargaan atas suatu hasil karya berupa penemuan baru, dasar


pemberian paten kepada penemu berdasar rasa keadilan dan kelayakan atas
jerih payahnya.
2. Pemberian insentif atas sebuah penemuan dan karya yang inovatif adanya
insentif yang adil dan wajar untuk kegiatan penelitian dan pengembangan
teknologi yang cepat.
3. Paten sebagai sumber informasi teknik merupakan salah satu diberikannya
alasan perlindungan paten atas suatu penemuan tertentu.

Paten tidak diberikan begitu saja tanpa adanya permohonan dari inventor.
Permohonan paten diajukan dengan membayar biaya kepada Direktorat Jendral,
penetapan mengenai biaya pengajuan permohonan paten selalu mempehatikan
keadaan dan keperluan yang mampu mendorong para penemu untuk mengajukan
permintaan paten sebagai penemunya. Permohonan juga harus memuat :

a. Tanggal, bulan, tahun surat permohonan


b. Alamat lengkap dan alamat jelas pemohon
c. Nama lengkap dan kewarganegaraan investor
d. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila pemohonan diajukan melalui
kuasa
e. Surat kuasa khusus
f. Pernyataan permohonan untuk dapat diberikan paten
g. Judul invensi
h. Klaim yang terkandung dalam invensi
i. Deskripsi tentang invensi
j. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi
k. Abstrak invensi

Hak paten juga memiliki jangka waktu atau tenggang waktu yang
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Paten Biasa
Paten dapat diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun
terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak
dapat diperpanjang
b. Paten Sederhana
Paten sederhana diberikan untuk jangka waktu 10 than terhitung
sejak tanggal penerimaan dan tidak dapat diperpanjang.
c. Hak Merek
Merek atau biasa dikenal dengan brand adalah penanda identitas dari
sebuah penanda identitas dari sebuah produk barang atau jasa yang ada dalam
perdagangan. Secara yuridis pengertian merek dalam Pasal 1 ayat 1 UU No 15
Tahun 2001 dijelaskan bahwa merek adalah tanda yang berupa gambar, nama,
kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang dan jasa.
Mengenai tata cara perolehan hak merek, memperoleh hak merek bukan
berarti ijin untuk menggunakan merek itu sendiri. Siapapun berhak memakai
merek apapun, didaftar ataupun tidak sepanjang tidak sama dengan merek
terdaftar milik orang lain di kelas dan jenis barang dan jasa yang sama. Hanya
saja dengan merek terdaftar, si pemilik merek punya hak melarang siapapun untuk
menggunakan merek yang sama.
Menurut pasal 28 UU merek 2001 mengatur jangka waktu perlindungan
atas hak merek selama 10 tahun secara limitatif dengan waktu terhitung sejak
tanggal penerimaan. Dengan didaftarkanya merek, pemiliknya mendapat hak atas
merek yang dilindungi oleh hukum. Dalam pasal 3 UU merek 2001 dinyatakan
hak atas merek adalah hak eklusif yang diberikan leh Negara kepada pemilik
merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu
dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak
lain untuk menggunakanya.
Merek yang telah didaftar tadi diberikan perlindungan oleh negara kepada
pemilik, tapi tidak semua merek pendaftaranya diterima karena tidak terpenuhi
unsur-unsur penting dari pendaftaran merek. Menurut pasal 5 UU merek 2001
tidak dapat didaftarkan jika :
1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.
2. Tidak memiliki daya pembeda
3. Telah menjadi milik umum

2.3 Faktor Penyebab Masyarakat Tidak Mematuhi Hukum HaKI


Hak kekayaan intelektual merupakan hak ekslusif yang diberikan negara
kepada individu untuk memberikan izin atau melarang orang lain melaksanakan
hak ekonomi dari produk yang dilindungi HKi. Tindak pidana atau pelanggaran di
bidang HaKI merupakan delik aduan. Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual
Freddy Harris mengungkapkan pentingnya suatu negara untuk mengedepankan
inovasi berbasis kekayaan intelektual. Beliau menuturkan selama 3 tahun sudah
banyak masyarakat tidak mematuhi hukum dengan melakukan pelanggaran-
pelanggaran di bidang ini. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
masyarakat untuk tidak mematuhi hukum di bidang HaKI, yaitu :
1. Pelanggaran HaKI umumnya dilakukan untuk mengambil jalan pintas
guna mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
2. Masyarakat menganggap hukum yang dijatuhkan pengadilan terlalu
ringan.
3. Ada beberapa masyarakat yang masih bangga apabila hasil karyanya ditiru
orang lain, namun kebiasaan ini sudah mulai hilang berkat adanya
peningkatan kesadaran hukum masyarakat.
4. Dengan melakukan pelanggaran, pajak atas produksi hasil pelanggaran
tersebut tidak perlu dibaya kepada pemerintah.
5. Masyarakat tidak memperhatikan apakah barang yang dibeli tersebut asli
atau palsu, yang penting bagi mereka harganya murah dan terjangkau.

2.4 Contoh Kasus Pelanggaran Hak Cipta

A. Spotify Dituntut $1.6 Miliar Atas Pelanggaran hak Cipta


Perusahaan streaming musik, Spotify, dituntut oleh Wixen Music Publishing
minggu lalu karena diduga menggunakan ribuan lagu, termasuk lagu-lagu karya
Tom Petty, Neil Young dan the Doors, tanpa lisensi dan kompensasi kepada
penerbit karya musik, Reuters melaporkan, Selasa (2/1).Wixen, pemegang lisensi
ekslusif untuk lagu-lagu seperti “Free Fallin” karya Tom Petty, “Light My Fire”
karya the Doors, (Girl We Got a) Good Thing oleh Weezer dan karya musisi lain
seperti Stevie Nicks, menuntut ganti rugi dan kompensasi setidaknya senilai 1,6
miliar dolar.
Spotify tidak memiliki lisensi langsung atau lisensi wajib dari Wixen yang
memperbolehkan perusahaan tersebut untuk memproduksi ulang dan
mendistribusikan lagu-lagu tersebut, kata Wixen dalam tuntutan hukumnya yang
diajukan ke pengadilan federal California.
Wixen juga menuduh Spotify menggunakan jasa pihak ketiga, yaitu penyedia
layanan lisensi dan royalti, Harry Fox Agency. Menurut Wixen, pihak ketiga
tersebut “tidak memadai untuk mendapatkan lisensi-lisensi yang dibutuhkan.”
Spotify menolak untuk memberikan komentar.Pada Mei, perusahaan yang
bermarkas di Stockholm, Swedia, setuju membayar lebih dari 43 juta dolar untuk
menyelesaikan rencana tuntutan bersama yang menuduh Spotify tidak membayar
royalti untuk beberapa lagu yang disediakan kepada pengguna.Nilai perusahaan
Spotify, yang berencana masuk bursa tahun ini, telah naik sebanyak 20 persen
menjadi 19 miliar dolar dalam beberapa bulan
BAB III
PENUTUP

2.3 Kesimpulan
Hak Kekayaan Intelektual atau disingkat “HKI” adalah hak yang timbul atas
hasil olah pikir manusia yang menghasilkan suatu produk yang juga berguna
untuk manusia. Secara umum dapat dikatakan bahwa obyek yang diatur dalam
HKI adalah karya-karya yang lahir karena kemampuan intelektual manusia. Oleh
karena itu hak-hak tersebut digolongkan ke dalam hak-hak atas barang-barang
yang tak berwujud. Digolongkannya hak-hak tersebut ke dalam hukum harta
kebendaan adalah karena hak-hak tersebut memililki sifat-sifat hak-hak
kebendaan dan dapat dimiliki secara absolut (hak mutlak). Ada beberapa macam
hak Intelektual yaitu, hak cipta, hak paten, dan hak merek. Berdasarakan
pengawasan Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual masih banyak terjadi
pelanggaran-pelanggaran HakI oleh masyarakat. hal ini terjadi karena masyarakat
menganggap hukuman yang diberikan ntuk pelanggaran HaKI terlalu ringan,
masyarakat melakukan pelanggaran guna mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya, dan masyarakat tidak perlu membayar pajak atas produksikepada
pemerintah.

2.4 Saran
Saran untuk masyarakat :
1. Meningkatkan pengetahuan tentang HaKI agar perlindungan
akan HaKI bisa benar-benar ditegakkan.
2. Lebih menyadari akan pentingnya HaKI.
3. Tidak semena-mena mengakui karya atau ciptaan orang
lain.gh
DAFTAR RUJUKAN

Asyhadie. 2005. Hukum Bisnis. Jakarta : Rajawali.

Santiago Faisal. 2012.Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta : Mitra Wacana


Media

Miru Ahmadi. 2005. Hukum Merek. Jakarta : Raja Grafindo Persada

NN,. Hak Kekayaan Intelektual. (Online) (hki.co.id)

Anda mungkin juga menyukai