Anda di halaman 1dari 10

F.

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 05 Tahun


1996 Tentang Audit Sistem Manajemen Pasal 1 poin a, sistem manajemen kesehatan
dan keselamtan kerja yaitubagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Oesborne dan Zairi menyatakan bahwa sistem manajemen K3 (Safety


Management System, SMS) merupakan susunan standar-standar, prosedur-prosedur,
dan rencana-rencana pengawasan, yang bertujuan mempromosikan keselamatan dan
kesehatan kerja bagi pekerja dan melindungi masyarakat dari kecelakaan kerja (Pun &
Hui, 2002). Manajemen K3 dapat diatikan sebagai salah satu ilmu perilaku yang
mencakup aspek sosial yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja,
baik dari segi perencanaan, pengambilan keputusan, dan organisasi. Fungsi ini dapat
dilaksanakan dengan dua cara, yaitu: 1. Mengungkapkan penyebab kecelakaan, dan 2.
Meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

Tujuan dan sasaran SMK3 terdapat pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 05 Tahun 1996 Tentang Audit Sistem Manajemen Pasal 2 yakni
menciptakan suatu sistem K3 ditempat kerja yang melibatkan unsure manajemen,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif. Suatu program manajemen dikatakan berhasil
mencapai tujuan apabila: a) terdapat pencegahan dan pengendalian bahaya; b) terdapat
pelatihan K3 bagi semua tenaga kerja; c) terdapat analisis risiko ditempat kerja; d)
terdapat komitmen yang tingginterhadap K3; dan e) semua pekerja terlibat penuh
dalam program K3.
Manfaat dari penerapan manajemen K3 adalah:

1. Memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas pekerjaan terhadap


perusahaan, karena adanya jaminan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja.
2. Menunjukan bahwa sebuah perusahaan telah beritikad baik dalam memenuhi
peraturan perundang-undangan, sehingga dapat beroperasi secara normal tanpa
menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan.
3. Mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan, atau sakit akibat kerja, sehingga
perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan oleh kejadian
tersebut
4. Menciptakan adanya aktivitas dan kegiatan yang terorganisir, terarah, dan
berada dalam koridor yang teratur, sehingga organisasi dapat berkonsentrasi
melakukan peningkatan terhadap sistem manajemennya dibandingkan
melakukan perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi.
5. Meningkatkan pekerjaan dan kepuasan pelanggan, karena tenaga kerja dapat
bekerja optimal, kemudian meningkatkan kualitas produk dan jasa yang
dihasilkan.

Terdapat empat pilar yang digunakan menjadi prinsip atau pedoman abgi penerapan
manajemen K3 ditempat kerja, yaitu:

1. Organisasi dan Administrasi


Ada organisasi K3 yang memadai, yang dibentuk oleh perusahaan yang
bersangkutan. Penerapan manajemen K3 merupakan tanggung jawabpimpinan
perusahaan, supervisior, tenaga kerja, penasehat manajemen K3, perwakilan
Hiperkes, dan Komite
2. Peraturan dan Prosedur
Peraturan dan prosedur manajemen K3 diperbaiki untuk pengembangan dan
pemeliharaan kondisi kerja yang sehat dan aman. Bentuk peraturan dan
prosedur tersebut adalah: 1. Peraturan dan prosedur K3 termasuk peralatan
keselamatan, pakaian pelindung diri,dan kelengkapan lainnya; 2. Prosedur
keselamatan kerja termasuk inspeksi, pengecekan, dan penyelidikan; 3.
Prosedur kesehatan kerja termasuk inspeksi dan pemeriksaan, pemeliharaan
fasilitas, pengobatan penyakit akibat kerja dan cedera; serta 4. Hal kebakaran
termasuk identifikasi risiko kebakaran, perlindungan terhadap kebakaran dan
pengontrolannya.
3. Pendidikan dan Pelatihan
Diperusahaan diselenggarakan pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan
K3 dan lingkungan kerja. Pendidikan dan pelatihan harus dilaksanakan secara
teratur dan berkesinambungan.
4. Pengontrolan potensi bahaya di lingkungan kerja
Ada pengawasan dan pengontrolan terhadap potensi bahaya yang ada ditempat
kerja. Untuk itu perlu dilakuakan analisis dan pengontrolan secara statistic,
membandingkan hasil pengukuran dengan standar, serta dilihat dari target yang
ingi dicapai, setelah ada koreksi terhadap potensi bahaya di lingkungan kerja.

Dalam penerapan SMK3, perusahaan wajib melaksanakan 5 prinsipyang diatur


dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 05 Tahun 1996
Tentang Audit Sistem Manajemen Pasal 4 ayat 1, antara lain:

a. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan


SMK3. Komitmen dan kebijakan meliputi:
a. Kepemimpinan dan komitmen
Pengurus harus menunjukan kepemimpinan dan komitmen terhadap K3
dengan menyediakan sumber daya yang memadai.
b. Tinjauan awal K3
Tinjauan awal K3 di perusahaan dilakuakan dengan mengidentifikasi
kondisi yang ada dibandingkan dengan ketentuan yang diatur dalam
Permenakertrans no. 05 tahun 1996 yaitu mengidentifikasi sumber bahaya
yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, penilaian tingkat pengetahuan,
pemenuhan peraturan perundangan, dan standar K3, membandingkan
penerapan K3 dengan perusahaan dan sector lan yang lebih baik, meninjau
sebab dan akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi, dan gangguan
serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan K3, menilai
efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
c. Kebijakan K3
Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh
pengusaha atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan
perusahaan, komitmen, dan tekad pelaksanaan K3, kerangka dan program
kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat
umum atau operasional.
b. Perencanaan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3
Perusahaaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai
keberhasilan penerapan dan kegiatan SMK3 dengan sasaran yang jelas, dan
dapat diukur. Perencanaan ini terbagi atas:
d. Perencanaan identifikasi bahaya, dan pengendalian risiko dari kegiatan,
produksi barang dan jasa.
e. Pemenuhan akan peraturan dan perundangan dan persyaratan lainnya, dan
setelah itu menjelaskan peraturan perundanga dan persyaratan kepada
seluruh tenaga kerja.
f. Menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan K3 yang ditetapkan oleh
perusahaan yang harus dapat diukur, menggunakan satuan atau indicator
pengukuran, sasaran pencapaian, dan jangka waktu pencapaian.
g. Menggunakan indikatir kinerja sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3.
h. Perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung .
penerapan awal SMK3 yang berhasil memerlukan rencana yang dapat
dikembangkan secara berkelanjutan dan dengan jelas 1). Mendapatkan
tujuan serta sasaran SMK3 yang dapat dicapai dengan menetapkkan sistem
penanggungjawab dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan
fungsi dan tingkat manajemen yang bersangkutan; 2). Menetapkan sarana
dan jangka waktu untuk pencapaian tujuan dan sasaran.
c. Menerapkan kebijakan secara K3 efektif dengan mengembangkan kemampuan
dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan,
dan sasaran K3. Penerapan SMK3 yang perlu mendapat perhatian perusahaan
adalah:
- Jaminan kemampuan yang meliputi sumber daya manusia, sarana, dana
integrasi, tanggung jawab, tanggung gugat, konsultasi, motivasi dan
kesadaran, pelatihan dan kompetensi kerja.
- Kegiatan pendukung yang meliputi komunikasi, pelaporan,
pendokumentasian, pengendalian dokumen, pencatatan, dan manajemen
informasi.
- Identifikasi sumber bahaya, penilaian, dan pengendallian risiko yang
meliputi: identifikasi sumber bahaya, penilaian risiko, tindakan
pengendalian, perancangan (desain), dan rekayasa, pengendalian
administrasi, tinjauan ulang kontrak, pembelian, prosedur menghadapi
keadaan darurat atau bencana, prosedur menghadapi insiden, prosedur
rencana pemulihan keadaan darurat.
d. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan
perbaikan, dan pencegahan. Terdapat 3 kegiatan dalam melakuakan
pengukuran dan evaluasi yaitu:
- Inspeksi dan pengujian
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur inspeksi,
pengujian, dan pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran K3.
- Audit SMK3
Audit SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keterkaitan
penerapan SMK3. Audit harus dilaksanakan secara sistematis dan
independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan
menggunakan metodologi yang sudah ditetapkan.
- Tindakan perbaikan dan pencegahan
Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit, dan tinjauan
ualang SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk identifikasi
tindakan perbaikan dan pencegaham serta manajemen menjamin
pelaksanaannya secara sistematik dan efektif.
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara
berkelanjutan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3. Tinjauan ualang SMK3
harus meliputi:
- Evaluasi terhadap penerapan kebijakan K3
- Tujuan, sasaran, dan kinerja K3
- Hasil temuan audit SMK3
- Evaluasi efektivitas penerapan SMK3
- Kebutuhan untuk mengubah SMK3.

G. Aspek Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sumber-sumber hukum yang menjadi dasar penerapan program keselamatan


dan kesehatan kerja (K3) di Indonesia adalah:

1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja:


Diberlakuakan pada tanggal 12 Januari 1970 yang memuat berbagai persyaratan
tentang keselamatan kerja. Dalam UU ini ditetapkan mengenai, kewajiban pengusaha,
kewajiaban tenaga kerja serta syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh
organisasi.

2. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Tenga Kerja:

- Pasal 86 menyebutkan bahwa setiap organisasi wajib menerapkan upaya


keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk melindungi keselamatan tenaga
kerja.
- Pasal 87 mewajibkan setiap organisasi melaksanakan sistem manajemen K3
yang terintegrasi dengan manajemen lainnya.

3. UU No. 8 Tahun 1998 Tentang Perlinungan Konsumen:

Pada pasal 2 menyebutkan bahwa perlindungan konsumen berdasarkan manfaat,


keadilan, kesinambungan, keamanan dan keselamatan konsumen. Pasal 4 menyebutkan
mengenai hak konsumen antara lain hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengonsumsi barang dan jasa. Dalam perundangan ini terkandung aspek
keselamtan konsumen (consumer safety) dan keselamatan produk (product safety).

4. UU No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

UU ini dimaksudkan untuk menggantikan UU No. 2 Tahun 1951 tentang pernyataan


berlakunya UU kecelakaan No. 33 Tahun 1947 dan PP No. 33 Tahun 1977 tentang
asuransi sosial tenaga kerja (Astek). UU ini mulai berlaku sejak 17 Febuari 1992, dalam
konsideran UU ini bahwa dengan semakin meningkatnya peran tenaga kerja dalam
membangun nasional dan semkain tinggi risiko yang mengancam keselamatan, dan
kesejahteraan tenaga kerja, maka perlu upaya perlindungan tenaga kerja. Pemberian
perlindungan tenaga kerja meliputi pada saat tenaga kerja melakukan pekerjaan dalam
hubungan kerja maupun diluar melalui program jaminan sosial tenaga kerja dengan
mekanisme asuransi.
- pasal 6 (1): dinyatakan bahwa ruang lingkup program jamsostek meliputi:
jaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua, dan jaminan pemeliharaan
kesehatan.
- Daftar penyakit yang tibul karena hubungan kerja diatur dalam keputusan
presiden No. 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan
kerja.
- Penyelenggaraan program jamsostek diatur dengan PP No. 14 Tahun 1993
meliputi: kepesertaan, iuran, besar dan tata cara pembayaran melalui PP No. 28
Tahun 2002 dilakukan perubahn ketiga atas PP No. 14 Tahun 1993, khususnya
untuk mengubah ketentuan pasal 22 (1). Mengenai jaminan kematian dan
lampiran II huruf A angka 3 mengenai besarnya santunan kematian
(lumpusum).
- Petunjuk teknis kepesertaan dan pelayanan jamsostek diatur di dalam peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/MEN/1993.

5. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Khususnya Pada Pasal 23:

Secara garis besar UU ini, diuraikan sebagia berikut:

- Kesehatan kerja diselenggrakan untuk maksud agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendri dan masyarakat disekelilingnya,
agar diperoleh produktifitas yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja.
- Upaya kesehatan kerja pada hakekatnya penyerasian kepastian kerja, beban
kerja, dan lingkungan kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga
kerja dan mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Syarat kesehatan kerja
meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis sesuai dengan
jenis pekerjaannya, persyaratan bahan baku, peralatan, dan proses kerja serta
tempat atau lingkungan kerja.
- Tempat kerja adalah tempat yang terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap,
yang dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa, oleh satu atau
beberapa orang pekerja, tempat kerja yang wajib menyelenggarakan kesehatan
kerja adalah tempat yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah
berjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit sepuluh orang.

6. UU Hygiene Perusahaan No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No.
120:

Mengenai hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor mulai sejak diundangkan pada
tanggal 25 Febuari 1961.

7. UU Pengawasan Ketenagakerjaan No. 21 Tahun 2003:

Tentang pengesahan Konvensil ILO No 81 mengenai pengawasan ketenagakerjaan


dalam industry dan perdagangan dimaksudkan untuk dapat melaksanakan pengawasan
ketenagakerjaan secara efektif sesuai standar yang ditetapkan oleh International Labour
Organization (ILO).

8. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bnagunan Gedung:

Gedung memuat aspek keselamatan bangunan (building safety) antara lain:

- Pasal 16: persayratan keadaan banguan gedung sebagaiman meliputi


persyaratan keselamatan, kesehatan kenyamanan dan kemudahan.
- Pasal 17: persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana meliputi
persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan,
serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi
bahaya kebakaran dan bahaya petir.
- Pasal 21: persyaratan kesehatan bangunan gedung meliputi persyaratan sistem
penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangnan gedung.

9. UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009:

UU ini diatur dalam BAB tersendiri yaitu pasal 164-166, sebagai berikut:
a. upaya kesehatan kerja ditunjukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Yang dimaksud upaya kesehatan, meliputi:

- Pekerja di sector formal


- Pekerja di sector informal
- Bagi setiap orang selain pekerja yang berada dilingkungan kerja.

b. Pengelolaan tempat kerja wajib menanti standar kesehatan kerja yang diatur oleh
ketentuan yang berlaku dan menjamin lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung
jawab atas terjadinya kecelakaan kerja.

c. Pengelolaan tempat kerja wajib melakuakan segala bentuk upaya kesehatan melalui
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.

d. Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi , hasil


pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui organisasi sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan.

e. Majiakn atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya


pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh
biaya pemeliharaan, dan keshatan kerja.

f. Pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk perlindungan pekerja.

Anda mungkin juga menyukai