Anda di halaman 1dari 2

LEMBAR TUGAS MANDIRI

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

TOPIK : PENGERTIAN, SEJARAH, DAN RUANG LINGKUP KESEHATAN


REPRODUKSI

Kesehatan reproduksi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014


adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses
reproduksi. Sedangkan berdasarkan IAWG (2010) Kesehatan reproduksi adalah
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang menyeluruh -dan tidak tidak semata-
mata terbebas dari penyakit atau kecacatan- dalam semua hal berhubungan dengan
sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Kesehatan reproduksi oleh karena itu
menyatakan bahwa seseorang mampu memiliki kehidupan seks yang memuaskan dan
aman dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan bebas untuk
memutuskan, kapan dan seberapa sering melakukannya.

Terdapat 3 ruang lingkup kesehatan reproduksi berdasarkan PP Nomor 61


Tahun 2014 yaitu
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
Pelayanan kesehatan ibu dilakukan sedini mungkin dimulai dari masa remaja
sesuai dengan perkembangan mental dan fisik. Pelayanan kesehatan Ibu
diselenggarakan melalui:
1. Pelayanan Keseharan Reproduksi Remaja
2. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Hamil, Persalinan, dan
sesudah Melahirkan
3. Pengaturan kehamilan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Kesehatan Seksual
4. Pelayanan Kesehatan Sistem Reproduksi
b. Indikasi darurat medis dan perkosaan sebagai pengecualian atas larangan aborsi
Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan karena dua hal yaitu indikasi
kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaan.
c. Reproduksi dengan bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah

Kesehatan Reproduksi saat ini merupakan hasil rentetan dari sejarah di masa
lalu.
a. Vienna Declaration and Programme of Action (25 Juni 1993)
Konferensi Internasional tentang HAM mendiskusikan tentang HAM dalam
perspektif gender. Pada konferensi ini dilakukan lah deklarasi bahwa “Hak asasi
perempuan dan Hak anak perempuan adalah mutlak, terpadu, dan merupakan
bagian dari HAM’.
b. International Conference on Population and Development (Kairo, 1994)
Konferensi ini melahirkan kebijakan baru tentang pembangunan dan
kependudukan, dimana tidak lagi terfokus pada pencapaian target populasi
tertentu tetapi lebih ditujukan pada upaya penstabilan laju pertumbuhan
penduduk yang berorientasi pada kepentingan pembangunan manusia. Bagian
terpenting pada program ini adalah penyediaan pelayanan kesehatan reproduksi
yang menyeluruh, yang memadukan KB, pelayanan kehamilan dan persalinan
yang aman, pencegahan dan pengobatan IMS/HIV, informasi dan konseling
seksualitas, serta pelayanan kesehatan perempuan yang mendasar lainnya.
c. Konferensi Perempuan Internasional ke-4 (Beijing, 1995)
Platform for action atau kerangka aksi memberikan fokus pada 12 area kritis,
yaitu kemiskinan, pendidikan dan pelatihan, kesehatan, kekerasan perempuan
dan anak perempuan, konflik bersenjata, ekonomi, pengambilan keputusan di
lembaga, mekanisme institusional, HAM, media, lingkungan, dan diskriminasi.
d. ICPD + 5 (1999)
Lima tahun setelah ICPD Kairo. Ditentukan target baru ICPD+5 yaitu, akses
pendidikan dasar, akses fasilitas kesehatan, mengurangi kesenjangan
penggunaan kontrasepsi, sekurangnya 60% ibu melahirkan akan ditolong tenaga
terlatih, dan pelayanan pencegahan HIV untuk kelompok 15-24 tahun.

Referensi

Republik Indonesia. 2014. PP Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi.


IAWG. 2010. Buku Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi dalam
Situasi Darurat Bencana.

Anda mungkin juga menyukai