Anda di halaman 1dari 20

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Keterampilan Proses Sains

Pendekatan keterampilan proses diharapkan mampu menjadi alternatrif

untuk pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan ketercapaian

indikator pembelajaran. Keterampilan yang diperoleh melalui pendekatan

keterampilan proses dapat dinilai melalui beberapa aspek, misalnya aspek

fisik,aspek psikis, dan aspek sosial. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lita

(2004:33) yaitu keterampilan proses maupun keaktifan siswa dapat dilihat

dari tiga segi , yaitu :

(1) Segi fisik, yang ditunjukan dalam bentuk


gerak,perbuatan,kata2 yang diamati dan terkait dengan konteks
kegiatan belajar;
(2) segi psikis (mental), yang ditunjukan dalam olah pikir dan
sikap yang mendukung kegiatan belajar; dan
(3) segi sosial, budaya, dan alam yang ditunjukan dengan
pendayagunaan lingkungan dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne (dalam Dahar,1995) keterampilan proses sains adalah

keterampilan intelektual yang digunakan semua saintis untuk memahami

fenomena alam. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang

melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual

dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan


10
melakukan keterampilan proses sains siswa akan menggunakan

pikirannya. Keterampilan manual melibatkan dalam keterampilan proses

sains karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran,

penyusunan atau perakitan alat. Sedangkan keterampilan sosial

menggambarkan interaksi siswa dengan sesamanya dalam pembelajaran,

misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Menurut Usman (1993:78) pendekatan keterampilan proses sains dalam

belajar mengajar bertujuan:

(1) untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa karena dalam


keterampilan proses siswa senantiasa berpartisipasi secara aktif
dalam belajar;
(2) untuk memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang
dipelajari siswa karena pada hakikatnya siswa sendirilah yang
mencari dan menemukan konsep tersebut;
(3) untuk menerapkan teori dalam kehidupan masyarakat;
(4) sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan
hidup di dalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk
berpikir logis dalam memecahkan masalah; dan
(5) untuk mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab,
dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan.

Dalam pembelajaran fisika dengan keterampilan proses sains, seluruh

irama gerak atau tindakan dalam proses belajar mengajar akan

menciptakan kondisi belajar yang aktif. Menurut Dimyati dan Mudjiono

(2006:139), mengajar dengan keterampilan proses berarti memberikan

kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar

menceritakan atau mendengar cerita tentang ilmu pengetahuan. Oleh

karena itu, guru bertindak sebagai fasilitator yang dapat menciptakan

kondisi belajar siswa melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang


11
syarat akan interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau

dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses sains.

Semiawan (1992:14-15) berpendapat bahwa terdapat empat alasan

mengapa pendekatan keterampilan proses sains diterapkan dalam proses

belajar mengajar sehari-hari, yaitu:

(1) Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat


sehingga para guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta
dan konsep kepada anak didiknya.
(2) Sesuai dengan pendapat para ahli psikologi yang mengatakan
bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit
dan abstrak jika diserta contoh-contoh konkret, contoh-contoh
yang wajar sesuai dengan situasi dan situasi yang dihadapi,
dengan mempraktekan sendiri upaya penemuan konsep melalui
perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-
benda yang benar nyata.
(3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus
persen, penemuannya bersifat relatif.
(4) Dalam proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep
tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari anak
didik.

Berdasarkan keempat alasan ini dicari cara mengajar-belajar yang sebaik-

baiknya dengan melakukan pendekatan yang baru. Pendekatan itu adalah

cara belajar siswa yang aktif yang mengembangkan keterampilan proses

sains. Keterampilan proses sains ini melibatkan keterampilan-keterampilan

kognitif dan intelektual , manual dan sosial. Keterampilan proses sains

atau intelektual yang terlibat dengan melekukan keterampilan proses

peserta didik menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat

dalam keterampilan proses sains karena mungkin mereka melibatkan

penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau perakitan alat.

Dengan keterampilan proses sains dimaksudkan agar tercipta interaksi


12
sesama anak didik dalam kegitan belajar mengajar dengan keterampilan

proses sains.

Terdapat beberapa pengertian pendekatan keterampilan proses sains

menurut beberapa ahli yaitu :

1. Pendekatan Keterampilan proses adalah pendekatan yang

menumbuhkan dan mengembangkan sampai menguasai sejumlah

kemampuan dan keterampilan fisik dan mental tertentu (Semiawan,

1992).

2. Pendekatan Keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau

anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial,

dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang

pada prinsipnya telah ada pada diri siswa (Depdikbud, 1986 dalam

Dimyati dan Mudjiono, 2006: 138).

3. Menurut Funk (dalam Moedjiono Dkk, 2002) mengungkapkan bahwa :

a. Pendekatan Keterampilan proses memberikan kepada siswa

pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa

dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih

baik mengerti akta dan konsep ilmu pengetahuan.

b. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan

siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar

menceriterakan atau mendengarkan ceritera tentang ilmu

pengetahuan. Di sisi lain, siswa merasa bahagia sebab mereka aktif

dan tidak menjadi pelajar yang pasif.


13
c. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajarkan ilmu

pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu

sekaligus.

d. Pendekatan keterampilan proses sains (PKPS) merupakan

pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA.

(Nuryani , 1995)

Jadi, pendekatan keterampilan proses sains menekankan pada bagaimana

siswa belajar, bagaimana mengelolah perolehannya, sehingga dipahami

dan dapat dipakai sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam

kehidupannya di masyarakat.

Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa

tahapan. Tahapan- tahapan pendekatan keterampilan proses sains menurut

Dimiyati dan Mudjiono (1990:49) sebagai berikut:

Pendekatan keterampilan proses sains lebih cocok diterapkan pada


pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan
tahapan : (1) penampilan fenomena; (2) apersepsi;(3)
Menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang
dimilki siswa;(4) Demonstrasi atau eksperimen;(5) Siswa mengisi
lembar kerja;(6) Guru memberikan penguatan materi dan
penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori
permasalahan.

Penerapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains

memungkin siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang

pada dasarnya sudah dimiliki oleh siswa.


14
Hal ini didukung oleh pendapat Arikunto (2004:33) menyatakan bahwa:

Pendekatan berbasis keterampilan proses adalah wawasan atau


anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual
,sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan
mendasar yang pada prinsipnya keterampilan-keterampilan
intelektual tersebut telah ada pada diri siswa.

Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan intruksional yang

berada diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains

dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa. Menurut pendapat Tim Action Researh Buletin Pelangi

Pendidikan (1993:35). Keterampilan proses sains dibagi menjadi dua

antara lain:

(1) Keterampilan proses dasar (Basic Science Proses Skill), meliputi

observasi, klasifikasi, pengukuran, pengkomunikasian dan menarik

kesimpulan. Indikator keterampilan proses sains dasar ditunjukan

pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar

Keterampilan Indikator
dasar
Obsevasi Mampu menggunakan semua indera
(Observing) (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap,
dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi,
dan menamai sifat benda dan kejadian secara
teliti dari hasil pengamatan.
Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan
(classifying) ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan
menentukan dasar penggolangan terhadap suatu
obyek.
Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan
(Measuring) untuk menentukan secara kuantitatif dan
kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang
sesuai untuk Panjang, luas, volume, waktu, berat,
dan lain-lain.dan mampu mendemonstrasikan
perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan
pengukuran lain.
15
Pengkomunikasian Mampu membaca dan mengkompilasi informasi
(Communicating) dalam grafik atau diagram, menggambar data
empiris dengan grafik, tabel atau diagram,
menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis dan
jelas.
Menarik Mampu membuat suatu kesimpulan tentang
Kesimpulan suatu benda atau fenomena setelah
(inferring) mengumpulkan,menginterpretasi data dan
informasi.

(2) Keterampilan proses terpadu ( intergated Science Proses Skil ),

meliputi merumuskan hipotesis, menamai variabel, mengontrol

variabel, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen,

interpretasi, merancang penyelidikan, aplikasi konsep. Indikator

keterampilan sains terpadu ditunjukan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Indikator Keterampilan Proses Sains Terpadu

Keterampilan Terpadu Indikator


Merumuskan hipotesis Mampu menyatakan hubungan antara dua
(formulating Hypotheses) varibel, mengajukan perkiraan penyebab
suatu hal terjadi dengan mengungkapkan
bagaimana cara melakukan pemecahan
masalah.
Menamai variabel Mampu mendefinisikan semua variabel
(Naming Variables) jika digunakan dalam percobaan
Mengontrol variabel Mampu mengidentifikasi variabel yang
(control Variables) mempengaruhi hasil percobaan, menjaga
kekonstanannya selagi memanipulasi
variabel bebas.
Membuat definisi Mampu menyatakan bagaimana mengukur
operasional ( making semua faktor atau variabel dalam suatu
operational defition) eksperimen.
Melakukan Eksperimen Mampu melakukan kegiatan,mengajukan
(experimenting) pertanyaan yang sesuai,meyatakan
hipotesis, mengidentifikasi dan mengontrol
variabel, mendefinisikan secar operasional
variabel-variabel, mendesain sebuah
eksperimen yang jujur, menginterpretasi
hasil eksperimen.
16
Interpretasi Mampu menghubung-hubungkan hasil
(interpretting) pengamatan terhadap obyek untuk menarik
kesimpulan, menemukan pola atau
keteraturan yang dituliskan (misalkan
dalam tabel) suatu fenomena alam.
Merancang penyelidikan Mampu menetukan alat dan bahan yang
(investigating) diperlukan dalam suatu penyelidikan,
menentukann variabel kontrol, variabel
bebas, menentukan apa yang akan diamati,
diukur dan ditulis, dan menentukan cara
dan langkag kerja yang mengarah pada
pencapaian kebenaran ilmiah.
Aplikasi konsep Mampu menjelaskan peristiwa baru
( aplling concepts) dengan menggunakan konsep yang telah
dimilki dan mampu menerapkan konsep
yang telah dipelajari dalam situasi baru.

Adapun mengenai keterampilan proses sains dan indikatornya menurut

Indrawati (1999) ditunjukan pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Indikator Keterampilan Proses Sains menurut Indrawati

KPS Indikator
Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda.
Mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan yang nyata pada objek atau
Melakukan pengamatan
peristiwa.
(observasi)
Membaca alat ukur.
Mencocokan gambar dengan uraian
tulisn / benda.
Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan
Menafsirkan pengamatan hasil pengamatan.
(interpretasi) Menafsirkan fakta atau data menjadi
suatu penjelasn yang logis.
Mencari perbedaan atau persamaan,
Mengelompokkan mengontraskan ciri-ciri,
(klasifikasi) membandingkan dan mencari dasar
penggolongan.
Mengajukan perkiraan tentang sesuatu
Meramalkan (prediksi) yang belum terjadi berdasarkan suatu
kecendrungan/ pola yang sudah ada.
Mengutarakan suatu gagasan.
Menjelaskan penggunaan data hasil
Berkomunikasi
penginderaan secara akurat suatu objek
atau kejadian.
17
Mengubah data dalam bentuk tabel
kedalam bentuk lainnya misalnya grafik,
peta secara akurat.
Hipotesis merupakan dugaan sementara
tentang pengaruh variabel amnipulasi
terhadap variabel respon. Hipotesis
Berhipotesis
menyatakan penggambaran yang logis
dari suatu hubungan yang dapat diuji
melalui eksperimen.
Menentukan alat dan bahan, menentukan
variabel atau peubah yang terlibat dalam
suatu percobaan, menentukan variabel
Merencanakan percobaan/ terikat dan variabel bebas, menentukan
penyelidikan apa yang diamati, di ukur/ ditulis, serta
menentukan cara dan langkah kerja
termasuk keterampilan merencanakan
penelitian.

Wartono (2003:168) menuliskan bahwa pendekatan keterampilan proses

sains merupakan pendekatan pembelajaran yang dalam penyususnan

strategi mengajarnya mengembangkan keterampilan-keterampilan proses

sains bersamaan dengan fakta-fakta dan konsep-konsep serta prinsip sains

dalam menyusun strategi mengajar.

2. Pembelajaran Fisika Berwawasan Lingkungan

Dalam penerapan metode eksperimen siswa dapat memperoleh kepandaian

yang diperlukan dan langkah-langkah berpikr ilmiah. Namun, metode

eksperimen memiliki beberapa kelemahan, seperti keterbatasan alat dan

bahan yang relatif mahal dapat menghambat pelajaran selanjutnya. Untuk

mengatasi kelemahan tersebut, eksperimen dapat dilaksanakan dengan

menggunakan peralatan sederhana yang didesain oleh guru menggunakan

barang-barang bekas yang ada disekitar kita.


18

Menurut Mulyasa (2008:108) mengungkapkan bahwa:

Pendayagunaan lingkungan sekitar sekolah merupakan suatu


pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan
keterlibatan peserta didik (siswa) melalui pendayagunaan lingkungan
sebagai sumber belajar.

Ditinjau dari kamus besar bahasa Indonesia (2002) menuliskan wawasan

lingkungan sebagai:

Cara pandang yang berlandaskan pada keinginan untuk


mempertahankan kemampuan daya dukung lingkungan tempat
tinggal seseorang.

Jadi pembelajaran fisika berwawasan lingkungan adalah pembelajaran

fisika yang mempertahankan atau memanfaatkan daya dukung lingkungan

tempat tinggal siswa sebagai suatu proses pembelajaran yang diperoleh

dari lingkungan. Hal ini didukung oleh Sudrajat yang mengungkapkan

bahwa:

lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri


dari (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik alam lingkungan
sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu- ilmu sosial dan
kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk
mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan
kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partisipasi dalam
memelihara dan melestarikan.

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada diluar individu.

Pemanfaatan lingkungan menjadi salah satu sumber belajar dapat

memberikan pembelajaran yang dekat dengan kesehariannya sehingga

belajar menjadi bermakna.


19
Rohani (2004:19-20) mengungkapkan bahwa ada dua macam cara

menggunakan lingkungan sebagi sumber pembelajaran:

1. Membawa peserta didik dalam lungkungan dan masyarakat untuk


keperluan pelajaran (karyawisata, service projects, school camping,
interviev, survei).
2. Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas
pengajaran untuk kepentingan pelajaran (resources persons,benda-
benda seperti pameran atau koleksi).

Guru dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan menjadi

sumber belajar dengan membawakan benda-benda yang ada dilingkungan

menjadi sumber belajar atau membawa siswa ke lingkungan sehingga

siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber-sumber yang ada

dilingkungaannya.

Pembelajaran fisika berwawasan lingkungan dirancang sedemikian rupa

sehingga pembelajaran ini dapat dilaksanakan dengan bahan dan peralatan

yang berasal dari lingkungan tempat tinggal siswa, sehingga dapat

diperoleh dengan mudah dan murah. Menurut Soemanto (1998:35) sebagai

berikut:

Topik yang digunakan untuk pembelajaran berwawasan lingkungan


ini juga merupakan topik yang sangat dekat dengan kehidupan,
dengan harapan dapat lebih meningkatkan makna ilmu pengetahuan
alam itu sendiri dalam kehidupan siswa sehingga dapat memberikan
manfaat yang besar bagi kebutuhan masyarakat.

Pembelajaran fisika berwawasan lingkungan merupakan alternatif strategi

pembelajaran yang memperdayakan guru dalam menerapkan metode

eksperimen. Hal ini merupakan solusi dari berbagai kendala penerapan

metode eksperimen di sekolah yang sering dialami, seperti terbatasnya


20
fasilitas laboratorium dan waktu. Hal ini didukung oleh Soedadi (2000:12)

yang menyatakan bahwa:

Penggunaan bahan-bahan sederhana atau menyertai pertanyaan


dengan informasi yang dikenal juga merupakan suatu kondisi-kondisi
penting dalam proses belajar.

Dalam rangka siswa dapat mempelajari sesuatu yang telah dikenal dan

sudah terbiasa dengannya. Terutama dalam mempresentasikan sebuah

eksperimen kepada siswa dengan tujuan menunjukan kejadian yang

mengherankan, tidak akan berhasil kecuali eksperimen dilakukan dengan

menggunakan bahan sederhana yang dikenal siswa.

Keterampilan proses sains yang diharapkan muncul dikenal siswa

disesuaikan dengan ranah jenjang dari keterampilan proses sains yang

ingin dicapai dalam kurikulum fisika. Gagasan pembelajaran ini berawal

dari beberapa penelitian yang dilakukan dan ditetapkan oleh para ahli

Fisika di luar negeri sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan atau keterampilan tentang ilmu pengetahuan

alam. Seperti diungkapkan oleh Sunyono dan maryatun (2005) bahwa

“pembelajaran yang padat dengan penyampaian informasi menjadi

pembelajaran berbasis yang bertujuan agar siswa memiliki kecakapan

hidup”.

Pada proses pembelajaran siswa diharapkan dapat mencapai kompetensi

dasar yang telah ditetapkan. Kompetensi dasar itu akan dimiliki siswa

apabila siswa terlibat dalam pembelajaran yang berorientasi pada tujuan


21
dengan dua dimensi, yaitu dimensi kecakapan proses dan dimensi mata

pelajaran.

Penguasaan proses mensyaratkan penggunaan model pembelajaran siswa

aktif atau pembelajaran berpusat pada siswa, sedangkan penguasaan

dimensi kedua yaitu dengan penguasaan dan kepemilikan konsep dasar

keilmuan yang mensyaratkan model pembelajaran tuntas serta adanya

kegiatan belajar siswa mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-

hari. Hal ini didukung oleh Subroto (1996:46) yang menyatakan bahwa:

proses pembelajaran yang berwawasan lingkungan merupakan


kegiatan sadar yang dilakukan oleh seseorang yang menghasilkan
perubahan tingkah laku, sikap, dan keterampilan intelektual.

Perubahan tersebut terjadi akibat adanya interaksi antara individu dengan

lingkungan sekitar yang mempengaruhinya. Individu yang melakukan

kegiatan belajar secara sadar akan mendapatkan pengalaman. Pengalaman

yang didapat dari kegiatan belajar tersebut, akan memudahkan individu

untuk mendapatkan pengalaman lainnya, seperti kesiapan mental dalam

menghadapi situasi yang hampir sama ataupun situasi yang baru.

3. Keterampilan Berpikir Kritis

Berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar

mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). “Mengingat”

pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah

dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan

“memahami” memerlukan perolehan apa yang didengar dan dibaca serta


22
melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Kemampuan berpikir

seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar

informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang

untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi menurut

Reason (1981) dalam Sanjaya (2006: 228). Hal ini ditambahkan oleh

Edward Glaser (1941) dalam Fisher (2009:3) mendefinisikan berpikir

kritis sebagai:

(1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-


masalah dan hal-hal berada dalam jangkauan pengalaman seseorang;
(2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran
logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-
metode tersebut. Berfikir kritis menuntut upaya keras untuk
memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan
bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya.

Berikut adalah analisa pemikiran yang membahas elemen-elemen dalam

berpikir menurut Richard Paul .

“ Whenever we think, we think for a purpose within a point of view


based on assumptions leading to implications and consequences. We
use concepts, ideas and theories to interpret data, facts, and
experiences in order to answer questions, solve problems, and resolve
issues”.
23

Gambar 1. Elemen dasar dalam proses berpikir

Thinking, then:

generates purposes (menghasilkan tujuan)


raises questions (menimbulkan pertanyaan)
uses information (menggunakan informasi)
utilizes concepts (menggunakan konsep)
makes inferences (membuat kesimpulan)
makes assumptions (membuat asumsi)
generates implications (menghasilkan implikasi)
embodies a point of view (mengandung sudut pandang)

Berdasarkan pendapat Paul di atas, setiap kali seseorang berpikir, yang

terjadi seseorang tersebut berpikir untuk suatu tujuan dalam sudut pandang

berdasarkan pada asumsi-asumsi yang mengarah ke implikasi dan

konsekuensi. Kemudian menggunakan konsep, ide-ide dan teori-teori

untuk menginterpretasikan data, fakta, dan pengalaman untuk menjawab

pertanyaan, menyelesaikan masalah, dan menyelesaikan isu. Selanjutnya

setelah berpikir, maka membuat atau menghasilkan tujuan, menimbulkan


24
pertanyaan, menggunakan informasi, menggunakan konsep, membuat

inferensi/kesimpulan, membuat asumsi, menghasilkan implikasi, dan

berdasarkan sudut pandang.

Mengukur kemampuan berpikir kritis dapat berupa interpretasi, analisis,

evaluasi, kesimpulan, dan penjelasan, sebagaimana didefinisikan oleh

Facione dalam The Delhi Report (1990 : 159).

Tabel 4. Indikator kemampuan berpikir kritis

No Indikator Sub Indikator

1. Interpretasi : 1. Menanyakan pertanyaan yang


Mengenali, mengklasifikasi, relevan / menyelidiki ide-ide
dan menjelaskan data 2. Memvalidasi data
3. Mengenal persoalan dan masalah
2. Analisis : 1. Menafsirkan bukti
Identifikasi maksud dan 2. Mempertimbangkan anggapan /
inferensi hubungan antar asumsi
data 3. Mengidentifikasi informasi yang
salah
3. Evaluasi : 1. Mendeteksi bias
Memutuskan kredibilitas 2. Mempertimbangkan hukum/
informasi standar etik
3. Menggunakan refleksi kecurigaan
4. Menguji alternative
5. Memutuskan sesuai dengan bukti
4. Inferensi : 1. Memprediksi konsekuensi
Mengambil kesimpulan 2. Melakukan penalaran deduktif /
yang wajar dari bukti-bukti induktif
3. Mendukung kesimpulan dengan
bukti
4. Menetapkan prioritas
5. Rencana pendekatan
6. Memodifikasi / intervensi
individual
Melakukan penelitian dalam
praktek
5. Penjelasan : 1. Memutuskan hasil
Menyamakan hasil kegiatan 2. Merevisi rencana
penalaran berdasarkan 3. Mengidentifikasi persepsi orang
argumen yang meyakinkan lain
25
Keahlian berpikir tingkat tinggi (High Order Thingking) yang

dikemukakan oleh Gunawan (2004 :74) meliputi aspek berpikir kritis,

berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Berpikir kritis

adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan

menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan

keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, menganalisis

masalah yang bersifat terbuka (dengan banyak kemungkinan

penyelesaian), menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan

memperhitungkan data yang relevan. Keahlian berpikir kritis lainnya

adalah kemampuan mendeteksi bias, melakukan evaluasi, membandingkan

dan mempertentangkan, serta kemampuan untuk membedakan antara fakta

dan opini.

Selain indikator berpikir kritis, ada pula ciri-ciri dari berpikir kritis. Zeidler

dalam Suprapto (2008) menyatakan ciri-ciri orang yang mampu berpikir

kritis adalah:

1. memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk


mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari
dan memecahkan masalah.
2. bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan
kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya.

Wade dalam Achmad (2007) juga mengidentifikasi delapan karakteristik

berpikir kritis, yakni meliputi:

1. kegiatan merumuskan pertanyaan,


2. membatasi permasalahan,
3. menguji data-data,
4. menganalisis berbagai pendapat dan bias,
5. menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
26
6. menghindari penyederhanaan berlebihan,
7. mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
8. mentoleransi ambiguitas.

Pott (1994) dalam Techonly (2010) menyatakan bahwa:

Ada tiga strategi spesifik untuk pembelajaran kemampuan berpikir


kritis, yakni membangun kategori, menentukan masalah, dan
menciptakan lingkungan yang mendukung (fisik dan intelektual).

Pada penelitian ini indikator kemampuan berpikir kritis siswa yang digunakan

yaitu : interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan penjelasan.

B. Kerangka Pemikiran

Keterampilan proses sains siswa merupakan keterampilan dalam

pembelajaran yang mengarah kepada pengembangan kemampuan mental

fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih

tinggi dalam diri individu. Pendekatan keterampilan proses sains dalam

pembelajaran diharapkan dapat membuat siswa menjadi aktif dalam

kegiatan pembelajaran sehingga dari pendekatan keterampilan proses

sains tersebut siswa akan mempunyai keterampilan yang diperoleh dari

latihan kemampuan-kemampuan mental fisik dan sosial yang mendasar

sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Tujuan

pembelajaran dengan keterampilan proses sains adalah memperoleh

pengetahuan suatu cara untuk melatih kemampuan-kemampuan

intelektualnya dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi

kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperoleh siswa.


27
Pada awal pembelajaran, guru memberikan fenomena alam dalam

kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang ditampilkan

dalam LKS. Dengan fenomena tersebut guru dapat merangsang berpikir

kritis siswa dengan memberikan pertanyaan mengapa fenomena alam

tersebut dapat terjadi. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk

menjawab pertanyaan sebagai langkah untuk mengajukan hipotesis,

dengan demikian siswa akan terlatih untuk berpikir kritis untuk

mengungkap konsep fenomena alam. Setelah siswa berhipotesis, langkah

selanjutnya adalah pelaksanaan eksperimen.

Keterampilan proses sains pada pelaksanaan eksperimen disajikan dengan

tersusun rapi dalam LKS, dengan urutan seperti melakukan pengamatan

(observasi), berhipotesis, merencanakan percobaan, melakukan percobaan,

menafsirkan pengamatan (interpretasi), meramalkan (prediksi),

menerapkan konsep atau prinsip dan berkomunikasi yang dilatih. Langkah

selanjutnya adalah menguji hipotesis. Hasil yang sudah didapatkan dari

kegiatan eksperimen kemudian dihubungkan dengan teori yang ada.

Langkah yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan dan

mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh. Dengan kegiatan

eksperimen yang terlatih maka keterampilan proses sains siswa akan

meningkat. Dengan pendekatan keterampilan proses sains siswa dapat

mengalami dan menemukan sendiri konsep-konsep fisika sehingga siswa

mampu memahami apa yang sedang dipelajari sehingga keterampilan

berpikir kritis siswa dapat meningkat.Siswa dilatih untuk mengembangkan

sikap-sikap yang dikehendaki seperti aktif, berkerjasama, berdiskusi,


28
menyimpulkan dan mengkomunikasikan suatu konsep yang telah

diperoleh. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan

dan telah terlatih itu lama kelamaan akan menjadi suatu keterampilan,

yaitu keterampilan berpikir kritis yang mencakup keterampilan

menginferensi, menginterpretasi, mengevaluasi, menganalisis dan

menjelaskan.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai uraian diatas, maka

dapat dijelaskan dalam paradigma pemikiran sebagai berikut:

X Y

Gambar 2. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

Keterangan:

X : Keterampilan proses sains berwawasan lingkungan


Y : Keterampilan berpikir kritis

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh keterampilan proses sains berwawasan lingkungan

terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 1 SMA

Swadhipa 1 Natar.

2. Ada peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA

1 SMA Swadhipa 1 Natar setelah dilaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains

berwawasan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai