Anda di halaman 1dari 25

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

ETHICS AND GOVERNANCE SCANDALS

Oleh:
Kelompok 5

A.A Ngr. Agung Wiragita (1881611052)


Putu Ayu Diah Widari Putri (1881621004)
Putu Cintya Purnama Dewi (1881621010)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020

0
1. Etika dan Pemerintahan: Garis Waktu Peristiwa Penting
Diawali dengan tahun 1929, yang telah berkontribusi pada peningkatan kesadaran
akan kebutuhan etika dan tata kelola yang penting untuk diterapkan.

2. Etika dan Pemerintahan: Perkembangan Awal Sebelum Tahun 1970


Peristiwa ini terjadi hingga Black Tuesday pada 29 Oktober 1929, ekonomi di seluruh
dunia telah menikmati "Roaring Twenties," yang mana peristiwa ketika suatu periode
profitabilitas mengalami peningkatan, keadaan pasar yang sedang trend di saat itu, serta sifat
optimisme tanpa batas. Korporasi di saat itu diharapkan melangsungkan tata kelola
perusahaan dengan baik. Hal ini dikarenakan di saat itu kondisi pasar ternak mengalami
penurunan, yang menandakan bahwa dunia usaha sangat spekulatif, dan penuh dengan
konflik kepentingan. Tampaknya didedikasikan untuk layanan para eksekutif atau pemilik
yang mengendalikannya, dan tidak kepada pemangku kepentingan lainnya, termasuk
konsumen, karyawan, dan pemegang saham minoritas atau jauh. Manipulasi dan inflasi
laporan keuangan tersebar luas, sehingga investor tidak mengetahui kondisi keuangan
investasi mereka. Bank, yang seharusnya melindungi uang deposan, gagal karena mereka,
juga, telah berinvestasi dalam investasi spekulatif untuk mendapatkan uang dengan cepat.
Pemerintah-pemerintah dibungkam oleh meluasnya penghapusan kekayaan ketika
pasar jatuh, dan pengangguran melonjak. Orang tidak bisa membayar hipotek mereka
kehilangan rumah mereka. Mereka tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang atau
bahkan belanjaan. ekonomi dunia tidak pulih sampai peningkatan produksi dan pekerjaan
yang terjadi pada tahun 1939 untuk memasok pasukan dalam Perang Dunia II.
Selama Depresi Besar dari 1929 hingga 1939, AS. pemerintah mengakui beberapa
kelemahan etika dan tata kelola yang telah berkontribusi pada bencana, dan menetapkan
undang-undang yang dirancang untuk memperbaikinya, termasuk, antara lain:
1) Securities Act of 1933 atau dikenal sebagai Truth in Securities Act membuat Securities
and Exchange Commission (SEC) AS dan mengharuskan perusahaan mengumpulkan
uang dari publik di Amerika Serikat untuk mendaftar dengan SEC dan mengikuti
peraturannya yang mengatur masalah asli dari beberapa sekuritas korporasi, informasi
investor, sertifikasi audit oleh akuntan independen, dan tanggung jawab perdata untuk
penerbit dan penjamin emisi.
2) Securities Act of 1934 menciptakan kerangka regulasi untuk perdagangan sekunder pada
bursa efek dari sekuritas (saham dan obligasi) dari perusahaan yang terdaftar.

1
3) Glass-Steagall Act of 1933 atau dikenal sebagai The Banking Act of 1933 memindahkan
reformasi perbankan yang dirancang untuk memisahkan fungsi investasi dan perbankan
komersial untuk menjaga terhadap kegagalan bank komersial dari kesalahan investasi
spekulatif.
4) Penasihat investasi Act of 1940 menciptakan kerangka kerja untuk pendaftaran dan
pengaturan penasihat investasi.

3. Etika dan Tata Kelola: 1970-1990


Di era tahun 1950-an dan 1960-an, kesadaran bahwa lingkungan kita adalah sumber
daya yang terbatas menjadi lebih jelas, seperti halnya kesadaran bahwa perusahaan dapat
membuat perubahan untuk melindungi lingkungan. Sebuah kelompok aktivis yang dikenal
sebagai aktivis lingkungan mulai melakukan apa yang mereka bisa untuk meningkatkan
kesadaran umum masyarakat terhadap isu-isu lingkungan dan menyadarkan masyarakat pada
praktik-praktik buruk. Tujuan mereka adalah untuk menekan dewan direksi, eksekutif, dan
manajer untuk menyadari bahwa praktik lingkungan yang buruk tidak hanya akan
membahayakan lingkungan kita, tetapi pada gilirannya akan merusak reputasi individu dan
perusahaan yang terlibat) dan akhirnya profitabilitas mereka.
Environmentalisme bukan satu-satunya "isme" atau pembangunan yang muncul pada
tahun 1970-an di bawah tekanan dari para aktivis yang tertarik. Masalah lain membuat publik
merasa tidak nyaman yang mengakibatkan:
1) Konsumerisme, yaitu mobil yang tidak aman untuk publik dan memunculkan peluang
bagi Ralph Nader untuk meningkatkan kepekaan publik atas keselamatan mobil dan
kebutuhan untuk melindungi konsumen.
2) Investasi yang bertanggung jawab secara sosial.
3) Peraturan tentang perdagangan yang adil, pekerja anak, upah yang adil, dan produksi
sweatshop.
4) Undang-undang Praktik Korupsi Luar Negeri atau FCPA mengandung ketentuan anti-
suap sebagai reaksi terhadap eksekutif Lockheed yang menyuap pejabat Jepang untuk
membeli pesawat perusahaan.

4. Etika dan Tata Kelola: Era Modern-1990 sampai Saat Ini


Pada bulan November 1991, tepat sebelum diperkenalkannya Panduan Hukuman
Federal AS, seorang Hakim berkomentar bahwa jika suatu Perusahaan dapat membuktikan
bahwa semua upaya yang wajar telah dilakukan untuk menghindari kerusakan lingkungan

2
dengan hukuman yang diusulkan hingga $ 2 juta per hari dan waktu penjara untuk eksekutif
yang bertanggung jawab dapat dikurangi menjadi $ 50.000 per hari. Banyak perusahaan besar
mulai mengembangkan uji tuntas lingkungan dan program kepatuhan yang menghasilkan
kesadaran yang lebih besar terhadap masalah lingkungan dan keinginan perusahaan-
perusahaan tersebut untuk menghindari kerusakan lingkungan juga.
Pada dasarnya, perusahaan di bawah arahan direksi mereka, mengembangkan
program tata kelola yang membentuk perilaku mereka dan menguntungkan masyarakat. Hali
ini menekan dari pemangku kepentingan aktivis lainnya, perusahaan telah melembagakan
program tata kelola yang ditujukan untuk:
1) Mendorong dan melindungi whistle-blower.
2) Kesehatan dan keselamatan.
3) Pastikan transaksi yang adil.
4) Mengurangi konflik kepentingan.
5) Pastikan praktik ketenagakerjaan yang wajar.

5. Significant Ethics dan Skandal Tata Kelola serta Peristiwa


5.1 Enron-Kegagalan Dewan Direksi
Perusahaan Enron dibentuk oleh Ken Lay pada tahun 1985 sebagai hasil
penggabungan dua perusahaan pipa gas alam karena permintaan gas alam meningkatkan laju
persediaan Enron naik terus selama tahun 1990-an, perdagangan dalam kisaran $ 20 hingga $
40. Pada awal tahun 2000, saham mulai naik, diperdagangkan dalam kisaran $ 60 hingga $
90. Pada saat itu, Enron adalah perusahaan publik terbesar ketujuh di Amerika Serikat.
Namun, pada tahun 2001, stok mulai saya jatuh dan pada tanggal 2 Desember 2001,
perusahaan mengajukan perlindungan kebangkrutan. Diawali pusat kantor yang berada di
Houston dengan bisnis utama Enron adalah menjual gas alam. Kemudian pindah ke bisnis
penjualan berjangka energi. Kontrak berjangka adalah perjanjian di mana satu pihak setuju
untuk menjual energi kepada pihak lain pada tanggal yang ditentukan di masa depan dengan
harga yang disepakati hari ini. Dari sudut pandang penjual, pendapatan biasanya dicatat
ketika energi dikirimkan ke pelanggan.
Pada 19 November 2001, perusahaan mengumumkan bahwa mereka tidak dapat
memenuhi pembayaran utang berikutnya. Pada 2 Desember menyatakan kebangkrutan.
Ketika laporan keuangan akhirnya disajikan kembali, pendapatan Enron berkurang lebih dari
$ 2,6 miliar untuk periode empat tahun dari 1997 hingga 2000. Utang keseluruhan meningkat
dengan jumlah yang sama. Hampir separuh dari laba yang dilaporkan, yang telah menaikkan

3
harga sahamnya secara dramatis hingga akhir 1990-an, terbukti salah. Pada saat itu, ini adalah
penipuan terbesar yang pernah dilaporkan di Amerika Serikat.
Menurut penyelidikan internal dari laporan Powers dan penyelidik eksternal, yaitu
Laporan Subkomite Senat, mengumumkan adanya kegagalan Enron yang dikaitkan sebagian
besar terhadap kegagalan dewan direksi untuk memberikan pengawasan dan tata kelola.
Anggota dewan mengetahui dan mengizinkan eksekutif Enron untuk:
1) terlibat dalam transaksi akuntansi berisiko tinggi seperti mencatat pendapatan awal
melalui penggunaan "prabayar";
2) terlibat dalam COu1iCtS yang tidak menarik, seperti Izinkan Jeffrey Skilling, Enro & s
CEO, untuk juga mengoperasikan dana ekuitas swasta yang berhubungan dengan Enron);
3) tidak mencatat kewajiban material off the book melalui penggunaan SPE dan;
4) membayar kompensasi berlebihan kepada eksekutif seniornya, sering tanpa persetujuan
yang tepat, termasuk hampir $ 1 miliar dalam pemilihan saham kepada dua belas
eksekutif senior.
5.2 Arthur Andersen—Budaya Organisasi yang Tidak Tentram
Menjelang pergantian abad ke-21, ada lima kantor akuntan besar: Arthur Andersen
Deloitte Touche Tohmatsu, Ernst & Young, KPMG dan Pricewaterhouse Coopers yang
masing-masing mewakili jaringan perusahaan yang tersebar di seluruh dunia, dengan kantor
di hampir setiap kota besar. Disebut Big-5, perusahaan besar yang telah melakukan oligopoli
ketika datang untuk memberikan layanan audit kepada perusahaan-perusahaan besar yang
diperdagangkan secara publik. Arthur Andersen (selanjutnya hanya Andersen) didirikan pada
tahun 1913 di Chicago. Itu memiliki reputasi untuk integritas dan kompetensi teknis. Pada
tahun 1954 berkembang dari menyediakan layanan akuntansi dan audit untuk memberikan
layanan konsultasi kepada para manajer perusahaan yang juga menyediakan jasa audit. Pada
1984, pendapatan jasa konsultasi lebih besar daripada pendapatan jasa audit. Pada tahun
1989, kelompok konsultan itu dipisahkan menjadi organisasi terpisah, yang akhirnya
mengubah namanya menjadi Accenture. Ketika tahun 1980an budaya di Andersen berubah
menjadi sebagai berikut.
1) Penghasilan pendapatan menjadi kunci untuk promosi.
2) Fokusnya adalah pada penyediaan layanan nonaudit untuk manajemen, termasuk
penyediaan saran tentang bagaimana menyusun transaksi sehingga mereka akan
diungkapkan dengan cara menguntungkan bagi manajemen.
3) Tekanan untuk mengurangi biaya audit meningkat, dan mitra audit diizinkan untuk
mengesampingkan keputusan dari mitra kontrol kualitas.

4
5.3 WorldCom – Power in the Hands of One Man
Dahulu sebelum adanya telepon seluler, panggilan telepon dikirim melalui kabel
telepon optik. Karena mahal bagi setiap perusahaan untuk membangun dan mengoperasikan
jaringan teleponnya sendiri, perusahaan telepon akan berbagi sambungan telepon yang ada.
Perusahaan yang memiliki telepon rumah akan membebankan biaya kepada perusahaan
telepon yang menggunakan biaya layanan itu. Perusahaan telepon kemudian akan
meneruskan biaya kepada pengguna telepon. Dari perspektif pelaporan, perusahaan telepon
akan mencatat biaya untuk biaya penggunaan pihak ketiga, dan mencatat pendapatan untuk
jumlah yang dibebankan kepada pemanggil telepon jarak jauh.
WorldCom, berkantor pusat di Clinton, Mississippi, dimulai pada tahun 1983 oleh
Bernard Ebbers sebagai layanan diskon jarak jauh. Perusahaan ini mengalami pertumbuhan
spektakuler di tahun 1990-an melalui serangkaian pengambilalihan. Akhirnya WorldCom
menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar kedua setelah AT & T, dan Ebbers dikenal
sebagai Telecom Cowboy. Pada tahun 1999 WorldCom merencanakan pengambilalihan $ 115
miliar dari Sprint Corporation. Namun, pengambilalihan itu diveto oleh regulator AS dan
Eropa. Hal ini menempatkan tekanan pada saham WorldCom, yang telah disangga dengan
menggunakan pengambilalihan, daripada pertumbuhan operasi normal, untuk meningkatkan
penghasilan.
WorldCom telah mengembangkan lingkungan perusahaan yang tidak sehat dan tidak
berbudaya. Eksekutif senior terlalu mengimbangi dan mereka memiliki terlalu banyak pilihan
saham. Ada pengawasan yang tidak cukup, dan kekuasaan terkonsentrasi di tangan satu
orang. Situasi serupa terjadi di Australia. HIH Insurance otokratis diperintah oleh satu
individu, yang miskin keputusan manajemen yang tidak tepat menyebabkan perusahaan
bangkrut pada tahun 2001. Ini telah mengembangkan budaya, mirip dengan WorldCom, di
mana keputusan eksekutif yang tidak ditantang atau dipertanyakan. Tanpa keseimbangan
yang memadai kekuasaan antara dewan dan manajemen, maka kemungkinan terjadi
peningkatan kegagalan bisnis.
5.4 Krisis Keyakinan
Sebelum runtuhnya WorldCom pada bulan Juli 2002, kematian Andersen bulan
sebelumnya, dan kebangkrutan Enron pada bulan Desember 2001, investor dan regulator
telah menjadi sangat prihatin tentang kurangnya integritas pemimpin bisnis, dan pasar saham
jatuh, seperti keyakinan dalam laporan keuangan menurun. Selain itu, ada kelemahan yang
jelas dalam struktur pemerintahan yang dirancang untuk memastikan bahwa manajemen tidak

5
beroperasi bisnis untuk lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri. Terdapat sejumlah
kegagalan tata kelola perusahaan yang spektakuler.
5.5 Sarbanes-Oxley Bertindak Menutup Pintu Gudang
SOX memberikan arah dalam tiga bidang utama: tanggung jawab manajemen, konflik
kepentingan, dan tanggung jawab auditor dan komite audit. Sebuah tanggung jawab utama
manajemen adalah untuk menerapkan sistem pengendalian internal yang tepat untuk
memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan adalah akurat, lengkap, dimengerti, dan
transparan. Selain itu, laporan keuangan triwulan dan tahunan harus menyertakan sertifikasi
manajemen, yang ditandatangani oleh CEO dan CFO, membuktikan ruang lingkup,
kecukupan, dan efektivitas pengendalian internal perusahaan mengenai pelaporan keuangan.
Beberapa bagian dari SOX dirancang untuk mengurangi konflik kepentingan. Ini
termasuk yang memerlukan:
1) Pengungkapan perdagangan saham manajemen dan setiap transaksi yang manajemen
memiliki dengan investor besar dan
2) That all publicly traded companies have a corporate code of ethics.
Bagian dari SOX menangani tanggung jawab auditor dan komite audit. Beberapa di
antaranya mengharuskan:
1) Para direktur yang duduk di komite audit tidak bergantung pada manajemen,
2) Komite audit memiliki setidaknya satu anggota yang merupakan ahli keuangan, dan yang
lainnya harus melek secara finansial,
3) Komite audit memiliki anggaran waktu dan uang yang cukup untuk menyelesaikan
pekerjaannya,
4) Laporan auditor kepada komite audit tanpa manajemen yang hadir, dan
5) Auditor tidak memberikan layanan manajemen apa pun, selain pajak dan teknologi
informasi, kepada klien auditnya.
5.6 Penampungan Pajak - Bukan untuk Kepentingan Umum
Praktisi pajak dipekerjakan untuk memberikan saran kepada klien tentang bagaimana
untuk membayar jumlah minimum pajak. Kadang-kadang, akuntan menjadi terlalu agresif
dalam merancang strategi pajak. Hal ini terjadi untuk kedua Ernst & Young (E & Y) dan
KPMG. Mereka merekomendasikan bahwa mereka didenda, dan Internal Revenue Service
(IRS) dilaksanakan Edaran 230. Profesional pajak perlu tahu klien dan membuat perencanaan
pajak saran yang masuk akal dan konsisten dengan hukum dan kebutuhan klien.
Para kritikus berpendapat bahwa peraturan yang mengharuskan pendapat baru akan
menghalangi praktisi pajak yang paling dari menyediakan saran pajak berarti bagi klien

6
mereka. Pendapat akan mencakup disclaimer bahwa klien tidak harus bergantung pada saran
untuk dilindungi terhadap penuntutan, denda, dan/atau denda. Jika mereka ingin tingkat yang
lebih tinggi jaminan, klien harus membayar lebih untuk “pendapat tertutup”. Bertentangan
dengan keinginan para kritikus, tandingan yang menang. praktisi pajak telah menunjukkan
pengabaian tersebut untuk standar hukum dan profesional bahwa pemerintah harus
memberlakukan standar baru dari perilaku profesional pada preparers pajak dan konsultan
pajak.
5.7 Subprime Mortgage Meltdown - Keserakahan tanpa Due Diligence
Krisis pinjaman subprime sudah terjadi pada tahun berjalan, tetapi untuk proporsi
krisis pada tahun 2008 dengan kebangkrutan Lehman Brothers, dan perusahaan investasi tua
dan terhormat berkantor pusat di New York dengan operasi di seluruh dunia. Sebelum krisis
bisa diatasi, pemerintah di Amerika Serikat dan Eropa harus menyelamatkan atau
menyediakan dana untuk bank-bank dan perusahaan-perusahaan besar untuk mencegah
kebangkrutan mereka, dan juga harus meningkatkan likuiditas dalam perekonomian mereka
sendiri untuk memberikan stimulasi ekonomi. Krisis menyebar ke seluruh dunia karena
investor membeli dan menjual sekuritas pada basis global, dan banyak diadakan sekuritas
yang dirusak oleh kegagalan hipotek dari pasar perumahan AS.
Sebagian besar bencana subprime mortgage dapat diringkas dalam satu kata:
keserakahan. Pemilik mulai rakus melihat tempat tinggal mereka sebagai investasi bukan
sebagai rumah. Peraturan pajak yang memungkinkan dari bunga kredit, tetapi orang tidak
sewa, lebih didorong untuk mengambil hipotek besar. Perusahaan hipotek menjual sebanyak
hipotek yang mereka bisa, terlepas dari risiko, sehingga mereka bisa mengumpulkan komisi
hipotek dan kemudian menjual hipotek untuk investor lain, sehingga menghindari risiko
default. Emiten dari CDO melihat keuntungan yang tinggi dalam menjual sekuritas berbasis
mortgage, selama pasar terus meningkat. Pengelolaan risiko melalui pembelian CDS benar-
benar menjadi strategi yang sangat spekulatif, bertaruh pada arah mana pasar akan pergi.
Penasehat kredit dikumpulkan biaya tanpa benar menganalisis risiko yang terkait dengan
CDO. Untuk menyelamatkan ada kemungkinan, asalkan tidak ada yang bertanya apa yang
akan terjadi itu apabila gelembung pasar pecah. Ketika itu meledak, bahkan mereka yang
berada di sela-sela yang terpengaruh dalam kemerosotan ekonomi yang dihasilkan.
5.8 Dodd-Frank Wall Street Reform dan Undang-undang Perlindungan Konsumen
Pada bulan Juli 2010 sebagai akibat dari krisis subprime mortgage, Kongres AS
meloloskan Reformasi Dodd-Frank Wall Street dan Undang-undang Perlindungan
Konsumen. Tujuan keseluruhannya adalah untuk menyediakan stabilitas keuangan dan

7
meningkatkan perlindungan konsumen dengan memberlakukan lebih banyak peraturan di
pasar investasi, termasuk yang berikut:
1) Agen federal baru dibuat yang akan mengidentifikasi risiko yang terkait dengan
instrumen dan paket keuangan yang rumit. Lembaga-lembaga ini adalah untuk
memberikan perlindungan konsumen dari praktik layanan keuangan yang menipu terkait
dengan hipotek, kartu kredit, dan produk keuangan lainnya.
2) Peraturan baru tentang produk keuangan berisiko, seperti derivatif keuangan.
3) Aturan yang lebih ketat atas kegiatan perantara keuangan, seperti broker hipotek, hedge
fund, dan lembaga pemeringkat kredit.
4) Pemerintah AS tidak lagi diizinkan untuk menyelamatkan finansial mengacaukan
organisasi.
5) Pemegang saham sekarang memiliki suara lebih besar pada tingkat kompensasi eksekutif.
Secara keseluruhan, aturan-aturan dan peraturan baru dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan konsumen dengan memberlakukan pembatasan lebih pada
kegiatan organisasi yang beroperasi di pasar jasa keuangan. Hanya waktu yang akan
memberitahu apakah ini akan membantu untuk mencegah krisis ekonomi serupa di masa
mendatang.
5.9 Bernard Madoff - Jika Itu Terlalu Baik untuk Menjadi Benar
Carlo Ponzi (1882-1949) menemukan sebuah skema pintar menipu investor yang
sekarang menyandang namanya. Pada tahun 1920 Ponzi mendirikan sebuah perusahaan di
Boston untuk membeli kupon luar ongkos kirim dan mengubahnya menjadi uang tunai.
seperti bisnis adalah sah. Cara dia dioperasikan bisnis itu tidak. Dia berjanji kembali
fenomenal kepada investor: 50 persen dalam enam minggu.
Skema ponzi bekerja karena banyak orang mencari sesuatu untuk apa-apa, dan penipu
memberi mereka apa-apa untuk sesuatu. Bahkan investor yang seharusnya tahu lebih ditipu.
Mereka seharusnya tahu bahwa pakaian yang sedang ditawarkan untuk dijual tidak ada.
Pepatah lama - jika itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan mungkin - adalah saran bahwa
semua investor harus mengikuti. Jika tidak, mereka akan menemukan bahwa mereka juga
berjalan telanjang di samping Kaisar pakaian barunya.

6. Public Disillusionment: The Occupy Movement


Pada tanggal 17 September 2011 di kota New York terjadi gerakan yang berusaha
menguasai seluruh kota, gerakan menyatakan diri sebagai penduduk Wall Street. Gerakan
tersebut lalu dinamakan gerakan Occupy yang bertujuan dalam rangka menentang

8
kesenjangan ekonomi dan kurangnya akuntabilitas perusahaan. Gerakan Occupy ini dalam
waktu 3 minggu telah menyebar ke seluruh dunia, yakni ke lebih dari 1.500 kota dan lebih
dari 80 negara yang memiliki komunitas.
Survei mengungkapkan bahwa puluhan juta orang mendukung gerakan tersebut,
mereka berpendapat bahwa kebanyakan orang tidak dapat disalahkan atas krisis subprime
mortgage serta kemiskinan dan kebangkrutan keuangan yang terjadi di pemerintahan seluruh
dunia. Pada gerakan ini berusaha menyadarkan para pemimpin bisnis atas kelalaiannya dalam
mengemban tanggungjawab etis mereka. Kelalaian tanggungjawab etis ini tercermin dari
perilaku para pemimpin bisnis yang hanya berfokus pada keuntungan pribadi dengan
mengorbankan kepentingan perusahaan dan masyarakat.
6.1 Pemegang Saham Disillusioment: Resolusi Pemegang Saham
Pemegang saham yang tidak menyetujui manajemen, dewan dan kinerja perusahaan
memiliki dua opsi, yakni mereka dapat memilih untuk menjual sahamnya, atau mereka dapat
memperjuangkan perubahan dengan mengajukan resolusi pemegang saham yang akan dipilih
pada rapat umum tahunan. Resolusi pemegang saham merupakan upaya yang dapat dilakukan
pemegang saham yang menduga, manajemen berperilaku salah dalam proses operasional
perusahaan.
Pemegang saham melalui resolusi pemegang saham berusaha untuk mengungkapkan
berbagai masalah yang mereka temui dalam perusahaan. Hal yang diungkapkan oleh para
pemegang saham dapat diklasifikasikan ke dalam lima bidang dasar, sebagai berikut:
1) Masalah lingkungan yang terkait dengan pembahasan topik-topik seperti perubahan iklim,
energi terbarukan, polusi, dan limbah berbahaya.
2) Masalah sosial yang terkait dengan hak asasi manusia, keselamatan pekerja, kode etik
perilaku dan filantropi.
3) Masalah tata kelola yang mencakup peran dan fungsi dewan direksi, termasuk bagaimana
mereka dipilih dan dibayar.
4) Resolusi transparansi yang menuntut keterlibatan dan komunikasi pemangku kepentingan
yang lebih besar terkait dengan pengungkapan risiko.
5) Masalah kompensasi yang mengungkapkan pemberian komposisi dan jumlah pembayaran
kepada manajer senior.
6.2 Skandal Libor: Bagaimana Manipulasi Bank Benchmark Internet Rate
Skandal tingkat LIBOR pada tahun 2012 merupakan kisah manipulasi sistematis suku
bunga acuan yang didukung oleh budaya penipuan di bank terbesar di dunia yang mana
dalam lingkungan tersebut masih sedikit terdapat peraturan yang menjadi dasar dalam suku

9
bunga acuan. Setelah beberapa decade, para pemegang saham, eksekutif dan pedagang yang
bertindak dengan mengorbankan orang lain, akhirnya tindakan tersebut berada pada tahap
penyelidikan dan tuntutan hukum.
Pada saat skandal LIBOR, 18 bank terbesar di dunia memberikan perkiraan biaya
yang harus mereka bayarkan untuk berbagai pinjaman antar bank (pinjaman dari bank lain).
Perkiraan ini dikirim ke kantor berita reuters (yang bertindak untuk BBA) untuk perhitungan
rata-rata dan publikasinya. Begitu besarnya investasi mempengaruhi bahwa manipulasi kecil
dalam tingkat LIBOR dapat memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap laba bank dan
para pedagang yang terlibat dalam manipulasi tersebut.
6.3 Bagaimana Skandal LIBOR Datang ke Cahaya
Timothy Geithner, presiden bank cadangan federal New York (fed), mengirim email
kepada Mervyn King, Gubernur Bank of England pada tanggal 1 Juni 2008 yang mana isi
dari email tersebut menyarankan cara-cara untuk "peningkatan" LIBOR. Meskipun email
berikutnya melaporkan persetujuan atas saran, dan munculnya sebuah Wall Street Journal
dari 2008 hingga 2011, namun perubahan serius tidak diterapkan hingga bulan Oktober
tahun 2012.
6.4 Contoh Kerugian Disebabkan oleh LIBOR Manipulasi
Banyak pemilik rumas meminjam pinjaman hipotek mereka berdasarkan variabel atau
tingkat yang disesuaikan, daripada tetap-tingkat dasar. Akibatnya banyak dari peminjam
menerima tingkat baru pada setiap bulan pertama berdasarkan tingkar LIBOR. Sebuah
penelitian yang dipersiapkan untuk gugatan class action telah menunjukan bahwa pada setiap
bulan pertama untuk tahun 2007-2009, tingkat LIBOR naik lebih dari 7,5 basis poin rata-rata.
Satu pengamat memperikan bahwa setiap bank yang mengajukan LIBOR mungkin
bertanggung jawab untuk sebanyak $2,3 milliar.

7. Tanda Tanda Kesenjangan Etika


Arrianne Jennings menjabarkan tujuh penyebab masalah etika dalam organisasi :
1) Tekanan untuk mencapai tujuan, terutama yang keuangan dengan biaya apapun
2) Budaya yang tidak mendorong percakapan dan diskusi terbuka dan jujur
3) Seorang CEO yang dikelilingi oleh orang-orang yang akan setuju dan menyanjng CEO,
sama dengan CEO yang reputasinya berada diluar kritik
4) Dewan lemah dengan tidak melaksanakan tanggung jawab fidusia mereka dengan
ketekunan

10
5) Sebuah organisasi yang mempromosikan orang-orang atas dasar nepotisme dan
favoritisme
6) Hubris. Keyakinan arogan bahwa aturan berlaku untuk orang lain, tetapi tidak untuk kita
7) Sikap biaya atau manfaat yang cekat yang menunjukan bahwa perilaku etis yang buruk
didapat dan diimbangi oleh perilaku etis yang baik.

8. Tren Etika Dan Pemerintahan


Pemerintah akan bersikukuh untuk memperketat pedoman dan pemerintah yang
menarik perhatian dari keserakahan telah terbukti sangat kuat bagi banyak orang untuk
melawan, dan mereka telah menyerah pada konflik di tangan untuk menggerogoti perusahaan
mereka sendiri yang dulunya mampu merubah yuridiksi menghindari peraturan sekarang
adalah langkah langkah global yang dirancang untuk mengespoks dan menerapkan etika
buruk. Perubahan dalam hukum, seguasi dan standar hanyalah bagian dari apa yang dimiliki
pemegang saham dimasa modern, harapan untuk perilaku etis. Kegagalan untuk memenuhi
harapan-harapan ini sekarang berdampak pada profesional dan bahkan jika perilaku itu dalam
batas batas hukum.

11
CASES
Enron’s Questionable Transactions

1. Direksi Enron menyadari bahwa konflik kebijakan kepentingan Enron akan dilanggar
oleh usulan pengaturan manajemen SPE dan operasional Fastow dan mereka
memerintahkan CFO, Andrew Fastow, sebagai langkah pengawasan alternatif,
mempertahankan bahwa ia harus menjaga perusahaan agar tidak terkena masalah. Apa
yang salah dengan alternatif mereka?
Jawaban:
Terjadinya kesalahan yang mengakibatkan kerugian pada alternatif ini adalah pihak
manajemen Enron memberikan tugas yang rangkap pada Andrew Fastow tanpa
memikirkan masalah yang akan terjadi. Andrew Fastow adalah merupakan orang yang
mengajukan tentang pengaturan anak perusahaan (SPE). Andrew Fastow mengatur
keadaan keuangan anak perusahaan agar terlihat berjalan sesuai dengan rencana dan juga
ditugaskan untuk melakukan pengawasan padahal sebenarnya hal itu tidak boleh
dilakukannya. Jadi seharusnya pihak independen yang tidak memiliki hubungan dengan
Andrew Fastow lah yang ditunjuk sebagai pengawas agar fungsi pengawasan dapat
berjalan baik dan agar tidak terjadi masalah.

2. Ken Lay adalah Ketua Dewan dan CEO dalam waktu yang lama. Bagaimana mungkin dia
berkontribusi atas kurangnya tata kelola yang baik?
Jawaban:
Adanya rangkap jabatan atau jabatan ganda yang dimiliki Ken Lay membuat ia cenderung
tidak dapat mengelola tugasnya dengan baik secara bersamaan sehingga ia tidak dapat
mempertahankan profesionalitas yang dimilikinya. Sebagai ketua dewan ia juga
mengawasi hasil kerjanya sendiri sebagai CEO sehingga evaluasi yang seharusnya
diberikan oleh ketua dewan tidak terlaksana dengan baik. Selain itu dengan adanya
rangkap jabatan seperti ini apalagi dengan waktu yang cukup lama akan dapat
menimbulkan terjadinya konflik kepentingan.

3. Aspek manakah dari sistem tata kelola Enron yang gagal bekerja dengan baik? Jelaskan?
Jawaban:
Menurut pendapat dari kelompok kami, sistem tata kelola Enron yang gagal bekerja
dengan baik adalah sistem pengawasannya. Dewan komisaris Enron membiarkan

12
manajemen melakukan tindakan tidak etis (kecurangan) dengan memanfaatkan celah
pada aturan akuntansi. Hal ini dapat terlihat dari rangkap jabatan yang dimiliki oleh Ken
Lay dengan waktu/masa jabatan yang sangat lama. Terdapat pula aspek lain seperti
adanya kecurangan pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh akuntan perusahaan, serta
auditor yang memberikan opini atas laporan keuangan Enron tidak memiliki independensi
dan malah terpengaruh dengan adanya hubungan kedekatan dengan manajemen Enron.

4. Mengapa tidak banyak whistleblower yang berani bersuara, dan mengapa tidak ada yang
membuat perbedaan yang signifikan? Bagaimana cara mendorong whistleblower agar
lebih berani bersuara?
Jawaban:
Terjadinya sedikit whistleblower pada kasus Enron dikarenakan keterlibatan pihak
internal seperti eksekutif yang juga dijanjikan keuntungan besar dari transaksi tersebut
sehingga semakin kecil kemungkinan adanya whistleblower karena mereka terlibat dalam
kecurangan tersebut. Adapun cara untuk mendorong whistleblower lebih berani bersuara
adalah dengan memberikan perlindungan bagi whistleblower agar identitasnya
dirahasiakan dari publik dan pihak internal perusahaan. Sehingga mereka dapat lebih
leluasa membuat laporan karena tidak takut terkena sanksi atau kesulitan mencari tempat
kerja. Adanya kompensasi bagi pelapor juga dapat memberikan motivasi untuk
melakukan whistleblowing.

5. Apa yang harus dilakukan oleh auditor internal untuk membantu direktur?
Jawaban:
Menurut kelompok kami, hal yang dapat dilakukan oleh auditor internal sebagai
profesional yang menjaga kepentingan pemegang saham dan dewan direksi adalah
dengan melaporkan temuan-temuan mereka sebagai peringatan awal bagi direktur.

6. Situasi konflik kepentingan apa yang dapat diidentifikasi dalam kegiatan SPE dan
kegiatan eksekutif?
Jawaban:
Situasi konflik kepentingan dalam kegiatan SPE terjadi saat Enron ingin mendapatkan
investor independen sebesar 3% kepemilikan namun hal tersebut tidak tercapai. Sehingga
manajemen eksekutif membuat skenario dimana salah satu staff Enron mendaftar sebagai
sebuah perusahaan untuk menjadi investor independen dengan menggunakan dana

13
pinjaman bank. Sementara konflik kegiatan eksekutif terjadi ketika Board of Director
ingin memperkaya diri mereka sendiri dan disisi lain adalah kewajiban untuk
mempertahankan kinerja perusahaan dan melaporkannya secara transparan kepada publik.
Namun, para direksi akhirnya mengambil tindakan yang memperkaya diri mereka sendiri
dan mengorbankan kepentingan publik.

7. Mengapa Anda berpikir bahwa Arthur Andersen (AA), auditor Enron, tidak
mengidentifikasi penyalahgunaan SPE sebelumnya dan membuat dewan direksi
menyadari dilema ini?
Jawaban:
Karena KAP Arthur Andersen tidak mengidentifikasi penyalahgunaan SPE karena masih
adanya celahdalamstandar akuntansi atau kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh Enron
untuk melakukan kecurangan. Selainitu, sebagian besar eksekutif keuangan Enron
merupakan mantan staff KAP Arthur Andersen, sehingga saat proses audit terjadi akan
mempengaruhi independensi dan sikap skeptisme yang dimiliki auditor KAP Arthur
Andersen dikarenakan adanya hubungan kedua belah pihak. Pemberian fee audit yang
melebihi standar dari yang seharusnya juga dijadikan salah satu factor tidak
teridentifikasinya penyalahgunaan SPE.

8. Bagaimana Anda mengenali budaya perusahaan Enron? Bagaimana kontribusinya


terhadap bencana?
Jawaban:
Mengenali budaya dari perusahaan Enron dapat dikenali pada sikap yang selalu
mementingkan kepentingan agen (eksekutif Enron) daripada kepentingan prinsipal
perusahaan dan hal tersebut menciptakan prilaku tidak etis dengan memanfaatkan
celah/kelemahan pada standar keuangan dengan cara memberikan fee audit yang melebihi
standar danekskutif Enron dengan leluasa membuat keputusan pada perusahaan Enron.
Sikap yang selalu mementingkan kepentingan agen tersebutlah yang menyebabkan
bencana pada perusahaan Enron terjadi dan berakibat pada kehancuran perusahaan Enron
sendiri.

14
ARTICLE REVIEW

Title : Effect of Ethical Leadership on Corporate Governance, Performance and


Social Responsibility: A Study of Selected Deposit Money Banks in Benue
State, Nigeria
Published in : International Journal of Community Development & Management Studies,
Vol. 2, 19–35, 2018
Author : Kenneth Chukwujioke Agbim

1. Area Of Interest
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemimpinan etis pada tata kelola
perusahaan, kinerja perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan di bank deposito uang
Nigeria yang dipilih. Penelitian ini juga terbatas pada peristiwa di deposit money banks antara
2006 dan 2016. Pemilihan periode ini karena fakta bahwa adanya krisis ekonomi global,
kasus praktik tidak etis sangat tinggi, insiden perampingan dan merger/langsung diambil alih
oleh investor baru, yang semuanya telah memberikan pengaturan unik untuk penelitian yang
terjadi dalam periode ini.
2. Phenomenon
Belakangan ini skandal-skandal perusahaan telah semakin meningkatkan
kekhawatiran tentang kesadaran etis dan manajemen etika dalam domain bisnis. Etika bisnis,
tata kelola perusahaan, dan tanggung jawab sosial perusahaan berkembang sebagai gerakan
untuk memeriksa praktik yang tidak etis dan korup dalam organisasi dengan perluasan
meningkatkan kinerja organisasi. Namun, penerapan langkah-langkah ini belum
menghasilkan hasil yang diinginkan. Ini terbukti dalam jumlah eksekutif puncak perusahaan
raksasa seperti Enron dari Amerika Serikat dan Satyam di India yang telah terlibat dalam
praktik yang tidak etis.
Di Nigeria, perilaku bisnis yang tidak etis banyak dilakukan oleh organisasi (Eluka &
Chukwu, 2013). Secara khusus, subsektor ekonomi Nigeria yang paling terpukul oleh korupsi
dan skandal korporasi adalah bank deposito uang. Hal ini dapat dibuktikan dari tindakan yang
dilakukan oleh Bank Sentral Nigeria (CBN) dengan mencairkan 26 bank deposito uang pada
tahun 1997 karena skandal keuangan dan akuntansi yang melibatkan manajemen puncak.
Pada tahun 2006, bank puncak menyatakan 10 bank deposito uang bangkrut dan pada tahun
2009 menempatkan 8 bank deposito uang di bawah manajemen setelah menghapus tim
manajemen eksekutif. Kemudian, terjadinya peningkatan jumlah rekening non-performing

15
pada bank deposito uang di Nigeria, yaitu AfriBank, Spring Bank dan Bank PHB yang
diambil alih oleh CBN pada tahun 2011 melalui Assets Management Corporation of Nigeria
(AMCON). Eluka dan Chukwu, dan Ngwube (2013) menegaskan bahwa CBN
mengidentifikasi tata kelola perusahaan yang buruk sebagai faktor utama yang berkontribusi
terhadap kegagalan bank.
3. Theoritical Foundation
Beberapa tinjauan literatur untuk konstruksi portofolio optimal berdasarkan
penelitian-peneitian terdahulu, sebagai berikut.
(1) Social Learning Theory
Social Learning Theory dikemukakan oleh Bandura pada tahun 1977. Teori ini
menjelaskan tentang standar belajar perilaku individu, melalui: (1) vicariously, yaitu
dengan melihat orang lain, yaitu manajer (Mitchell dan Palmer, 2010); (2) pemodelan
langsung dapat ditunjukkan sebagai alat pendidikan; dan (3) dengan persuasi verbal
(Bandura, 1977). Dari perspektif kepemimpinan etis, para pemimpin etis dapatmembantu
karyawan untuk menjadi lebih percaya diri tentang kemampuan mereka, memperkuat
pola perilaku dan motivasi mereka, dan memperjelas kepada karyawan bagaimana tugas
dan upaya mereka akan berkontribusi pada pencapaian tujuan unit kerja yang penting (De
Hoogh dan Den Hartog, 2008; Walumbwa, et al., 2011).
(2) Social Exchange Theory
Social Exchange Theory dikemukakan oleh Blau pada tahun 1964. Teori ini menyatakan
bahwa karyawan cenderung mengembangkan hubungan berkualitas tinggi berdasarkan
pada siapa mereka berinteraksi, bagaimana mereka berinteraksi, dan pengalaman mereka
(Blau, 1964; Cropanzano & Mitchell, 2005). Dengan kata lain, semakin sering karyawan
berinteraksi dengan atasan langsung mereka, semakin besar kemungkinan hubungan akan
lebih kuat (Dienesch & Liden, 1986, seperti dikutip dalam Walumbwa et al., 2011). Hal
ini menjadikan kepemimpinan sebagai mata uang yang penting dalam pertukaran sosial
(Wayne, Shore, Bommer & Tetrick, 2002; Cropanzano & Mitchell, 2005; Erdogan, Liden
& Kraimer, 2006). Pengikut para pemimpin etis lebih cenderung menganggap diri mereka
berada dalam hubungan pertukaran sosial dengan para pemimpin mereka karena
perlakuan etis yang mereka terima dan karena kepercayaan yang mereka rasakan. Ketika
karyawan merasa bahwa pemimpin mereka memiliki minat terbaik dan peduli, mereka
cenderung untuk membalas dengan meningkatkan kinerja (Trevino & Brown, 2005).

16
(3) Stakeholder Theory
Stakeholder Theory dikemukakan oleh R. E. Freeman pada tahun 1984. Teori ini
menyatakan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab sosial yang mengharuskan
mereka untuk mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terkena dampak
tindakan mereka dengan cara manajer harus menyesuaikan kebijakan mereka untuk
memenuhi kebutuhan semua pemangku kepentingan, bukan hanya pemegang saham
(Freeman, 1984).
(4) Kepemimpinan Etis
Etika sangat penting untuk bisnis yang baik. Sebab, etika mengacu pada prinsip-prinsip
yang diterima benar atau salah yang mengatur perilaku seseorang, anggota profesi atau
tindakan organisasi (Hill, 2009). Pentingnya etika lebih lanjut melahirkan rumusan kode
etik sebagai proses untuk menciptakan dan mempromosikan perilaku etis di antara
karyawan. Suatu sistem etika dapat terkandung dalam kode etik dengan diformulasikan
menjadi prinsip-prinsip etika dan diintegrasikan ke dalam budaya organisasi (Loumbeva,
2008). Upaya agar suatu organisasi menjadi etis, maka diperlukan pemimpin etis untuk
menerapkan prinsip-prinsip etika dan katup inti lainnya dalam budaya organisasi untuk
tujuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam organisasi. Kepemimpinan adalah proses
di mana seorang individu memberikan pengaruh atas orang lain dan menginspirasi,
memotivasi dan mengarahkan kegiatan mereka untuk membantu mencapai tujuan
kelompok atau organisasi (Yukl, 2006; Jones & George, 2008). Kepemimpinan etis
adalah demonstrasi perilaku yang sesuai dalam bentuk tindakan pribadi dan hubungan
interpersonal melalui komunikasi dua arah, penguatan, dan pengambilan keputusan
(Trevino et al., 2003).
(5) Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan adalah sistem internal yang mencakup kebijakan, proses dan
orang-orang yang melayani kebutuhan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya dengan mengarahkan dan mengendalikan kegiatan manajemen dengan cerdas,
obyektifitas dan integritas yang baik (Dovonan, 2003). Tata kelola perusahaan yang
efektif memastikan bahwa perusahaan dikelola dan diatur demi kepentingan pemilik dan
pemegang saham mereka melalui desentralisasi kekuasaan, keadilan, etika atau nilai-nilai
moral dan transparansi (Ahmed, Alam, Jafar & Zaman, 2008; Ogbulu & Emini, 2012;
Peters & Bagshaw, 2014).

17
(6) Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan didefinisikan sebagai gambaran di mana organisasi memenuhi tujuan
akan dicapai (Geogopolus & Tannenbaum, 1957). Evaluasi kinerja selama waktu ini
difokuskan pada pekerjaan, orang dan struktur organisasi. Berdasarkan hal tersebut,
kinerja perusahaan dapat didefinisikan sebagai hasil keuangan dan non-keuangan dari
input berwujud dan tidak berwujud untuk produksi barang dan atau jasa oleh perusahaan.
(7) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial adalah cara manajer dan karyawan perusahaan memandang
kewajiban atau kewajiban mereka untuk membuat keputusan yang melindungi,
meningkatkan, dan meningkatkan kesejahteraan dan kesejahteraan pemangku
kepentingan dan masyarakat secara keseluruhan (Carroll, 1981, seperti dikutip Jones &
George, 2008). Realisasi nilai-nilai mereka secara komersial dan nilai-nilai mereka
kepada karyawan dan masyarakat mengharuskan perubahan dari tanggung jawab sosial
bisnis ke tanggung jawab sosial perusahaan.
4. Methodology
Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei. Alat yang digunakan untuk
analisis adalah regresi linier. Pernyataan item dalam kuesioner diukur pada skala Likert lima
poin, dari poin satu untuk jawaban atas pernyataan sangat tidak setuju sampai poin lima
untuk jawaban atas pernyataan sangat setuju. Analisis data dibantu dengan program SPSS.
5. Data and Method
Populasi penelitian terdiri dari 16 bank deposito uang dengan 56 cabang dan 894 staf
di Benue, Negeria. Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling terstratifikasi
dan metode penentuan ukuran sampel individual yang digunakan untuk memilih ukuran
sampel 15 bank, 49 cabang bank dan 276 staf dari populasi. Teknik sampling terstratifikasi
digunakan karena kerangka sampel dibagi menjadi sejumlah bank deposito uang, jumlah
cabang bank dan jumlah staf bank. Sumber data primer: karyawan bank dan pelanggan
menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder bersumber dari buku teks, jurnal dan
makalah seminar.
6. Findings
Pada penelitian telah menemukan beberapa bukti empiris terkait dengan hipotesis
yang dirumuskan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Model regresi statistik pada pengaruh kepemimpinan yang beretika pada tata kelola
perusahaan menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kepemimpinan yang
beretika dan tata kelola perusahaan yakni R=.925. R square yang disesuaikan

18
mengungkapkan bahwa kepemimpinan yang beretika menjelaskan 85,6% (Adj. R2= .
856) dari total variasi dalam tata kelola perusahaan. Adanya hubungan antara
kepemimpinan yang beretika dan tata kelola perusahaan adalah signifikan (β= .475, t =
29.222, P <.05). Oleh karena itu berdasarkan regresi statistik tersebut maka H 1 ditolak.
Hal Ini menunjukkan bahwa untuk setiap unit peningkatan dalam kepemimpinan yang
beretika, sikap bank-bank terhadap tata kelola perusahaan yang baik meningkat sebanyak
0,475 unit.
(2) Statistik model regresi untuk hipotesis kedua mengungkapkan adanya hubungan yang
kuat (R = 0,897) antara kepemimpinan yang beretika dan kinerja perusahaan. R square
yang disesuaikan mengungkapkan bahwa kepemimpinan yang beretika menjelaskan
78,8% (Adj. R2 = .788) dari total variasi dalam kinerja perusahaan. Koefisien model
lebih lanjut menunjukkan bahwa efek kepemimpinan yang beretika pada kinerja
perusahaan adalah signifikan (β = .383, t = 24.028, P <.05). Oleh karena itu berdasarkan
regresi statistik tersebut maka H2 ditolak. Hal ini menyimpulkan bahwa 38% responden
berpendapat bahwa bank memiliki sikap positif terhadap kepemimpinan yang beretika.
(3) Statistik model regresi menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara
kepemimpinan yang beretika dan CSR (R = .904). R square yang disesuaikan
mengungkapkan bahwa kepemimpinan etis menjelaskan 85,3% (Adj. R2 = .853) dari
total variasi dalam CSR. Koefisien model lebih lanjut menunjukkan bahwa efek dari
kepemimpinan yang beretika pada CSR adalah signifikan (β = .420,
t = 26.423, P <.05). Oleh karena itu berdasarkan regresi statistik tersebuk maka H3
ditolak. Hal ini menyimpulkan bahwa bank berkomitmen untuk CSR sebagaimana
diindikasikan oleh 42% responden.
7. Conclusions
Urgensi untuk mengutamakan etika kepemimpinan, tata kelola perusahaan, kinerja
perusahaan dan CSR adalah premi didasarkan pada bentuk korupsi yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Selain itu, faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap upaya untuk
mengutamakan variabel-variabel yang disebutkan ini adalah meningkatnya tekanan dari
pemanasan global dan perubahan iklim, dan berbagai pengaruh globalisasi. Oleh karena itu,
transformasi yang diinginkan dalam perusahaan saat ini dapat lebih ditingkatkan
kepemimpinan etis, tata kelola perusahaan, kinerja perusahaan, dan CSR bersama-sama
menjadi bagian integral dari budaya perusahaan.

19
8. Recommendations and Further Researches
Penelitian ini menggunakan ukuran subjektif untuk seluruh variabel, terutama untuk
kinerja perusahaan dan CSR. Ini karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
salah untuk menyamakan tindakan subjektif dan obyektif. Namun, untuk penelitian lebih
lanjut, penggunaan ukuran obyektif atau tindakan subjektif yang lebih baik disarankan
sebagai cara generalisasi temuan ini. Pada akhirnya, penelitian ini tidak mengontrol gaya
kepemimpinan lain seperti gaya kepemimpinan transformasional yang terkait dengan
kepemimpinan yang beretika. Dengan demikian, penelitian selanjutnya harus mengendalikan
atau menyelidiki pengaruh gaya kepemimpinan lain.
9. Further Researches
Untuk menggeneralisasi temuan untuk seluruh Nigeria, studi serupa harus dilakukan
dilakukan di geopolitik zona negara lainnya.

20
ARTICLE REVIEW

Title : Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan


Keuangan Menggunakan Beneish Model Pada Perusahaan yang Menerapkan
Asean Corporate Governance Scorecard
Published in : Jurnal Aset (Akuntansi Riset), 9(1), 101–132, 2017
Author : Aprilia

1. Area Of Interest
Penelitian ini dilakukan di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2011-2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh analisa fraud
pentagon terhadap kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan beneish model pada
perusahaan yang menerapkan ASEAN CG Scorecard.
2. Phenomenon
Sudah banyak terjadi kasus mengenai manipulasi laporan keuangan yang melanda
dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE,
2014) memperkirakan kerugian yang terjadi akibat kecurangan dan penyalahgunaan adalah
5% dari pendapatan tahunan. ACFE mengungkapkan ada tiga kategori utama dalam
kecurangan yang terjadi, terdiri dari: penyalahgunaan aktiva (Asset Misappropiation), korupsi
(Corruption), dan kecurangan laporan keuangan (Financial Statement Fraud). Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecurangan (fraud) disebut dengan segitiga
kecurangan (fraud triangle) yang kemudian berkembang menjadi fraud diamond dan
perkembangan model fraud terbaru adalah fraud pentagon ditemukan oleh Jonathan Marks
(2012). Laporan keuangan menjadi tolak ukur dari efisiensi dan efektifitas kinerja suatu
perusahaan, dan diharapkan laporan keuangan dapat berfungsi secara maksimal dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pihak berkepentingan. Pendidikan yang
semakin tinggi memberikan calon akuntan profesional bekal mengenai pengetahuan etika
yang semakin banyak. Individu dengan usia yang lebih tua memiliki etika yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu dengan usia yang lebih muda.
3. Theoritical Foundation
Beberapa tinjauan literatur
a) Teori Agensi (Agency Theory)
Agency theory menunjukkan bahwa perusahaan dapat dilihat sebagai suatu hubungan
kontrak (loosely defined) antara pemegang atau pemilik saham dengan pihak

21
operasional perusahaan. Prinsipal sebagai pemilik modal atau perusahaan memiliki
akses dan ingin mengetahui informasi-informasi yang berkaitan dengan
perusahaannya, sedangkan agen sebagai pelaku riil dalam kegiatan operasional
perusahaan dan tentunya mengetahui informasi berkaitan dengan operasi dan kinerja
perusahaan secara menyeluruh. Pihak manajemen yang dipekerjakan oleh pemegang
saham diberikan sebagian kekuasaan untuk mengambil keputusan terbaik bagi
kepentingan prinsipal. Dalam prakteknya, teorikeagenan menyatakan akan sulit untuk
mempercayai manajemen (agent) akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan
pemegang saham (principal).
b) Fraud Model
Fraud Model sudah berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini,
pertama kali fraud model ditemukan oleh Donald R.Cressey (1953) yang kemudian
dikenal sebagai fraud triangle. Fraud triangle menggambarkan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kecurangan. Fraud triangle kemudian berkembang menjadi
fraud diamond yang ditemukan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Perkembangan
model fraud terbaru ditemukan oleh Jonathan Marks (2012) yang disebut sebagai The
Crowe’s Fraud Pentagon. Perbedaan nyata antara fraud triangle dan fraud pentagon
adalah dalam fraud triangle berfokus pada kecurangan yang dilakukan pada tingkat
manajemen tingkat menengah sedangkan fraud pentagon mempunyai skema
kecurangan yang lebih luas dan menyangkut manipulasi yang dilakukan oleh CEO.
c) Kecurangan (Fraud)
Kecurangan (Fraud) merupakan perbuatan yang disengaja dengan maksud menipu
dan mengambil keuntungan dari pihak lain. Kecurangan laporan keuangan atau biasa
disebut sebagai financial statement fraud. Menurut Arens et al. (2008: 12) kecurangan
laporan keuangan adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang
disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan. Banyak kasus
mengenai fraud pada laporan keuangan diantaranya mengenai lebih saji pada
pengakuan aktiva, pendapatan atau pengabaian kewajiban.

4. Methodology
Penelitian ini merupakan penelitian survei, mengambil sampel dari satu populasi
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data yang dikumpulkan
bersifat cross sectional. Alat yang digunakan untuk analisis adalah regresi linier berganda
yang terdiri dari Pengujian Statistik Deskriptif, Uji Normalitas, Uji Asumsi Klasik, Uji
Kelayakan Model, dan Uji Hipotesis Analisis data menggunakan program IBM SPSS 21.0.

22
5. Data and Method
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 50 perusahaan berpredikat ASEAN CG
Scorecard dan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data yang
dilakukan dengan data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek
atau subjek penelitian.
6. Findings
Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan hasil bahwa:
a) Variabel politisi CEO tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap kecurangan
laporan keuangan;
b) Variabel frekuensi kemunculan gambar CEO tidak berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan;
c) Variabel kebijakan hutang-piutang meragukan yang tidak diumumkan tidak
berpengaruh signifikan terhadap terhadap kecurangan laporan keuangan;
d) Variabel terbatasnya akses informasi entitas bertujuan khusus tidak berpengaruh
signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan;
e) Variabel efektifitas pengawasan tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap
kecurangan laporan keuangan;
f) Variabel pergantian ketua auditor internal tidak berpengaruh signifikan terhadap
terhadap kecurangan laporan keuangan;
g) Variabel stabilitas keuangan berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan;
h) Variabel tekanan pihak eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan;
i) Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap
kecurangan laporan keuangan;
j) Variabel pergantian kebijakan akuntansi perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap terhadap kecurangan laporan keuangan;
k) Variabel opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan.
7. Conclusions
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya stabilitas keuangan yang diproksikan
dengan rasio perubahan total aset saja yang berpengaruh signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan. Sedangkan untuk variabel lainnya yaitu politisi CEO, frekuensi
kemunculan gambar CEO, kebijakan hutang-piutang meragukan yang tidak diumumkan,

23
terbatasnya akses informasi entitas bertujuan khusus, efektifitas pengawasan, pergantian
ketua auditor internal, tekanan pihak eksternal, kepemilikan manajerial, pergantian kebijakan
akuntansi perusahaan, opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan.
8. Recommendations
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu penelitian ini merupakan perusahaan yang
sudah memperoleh sertifikat ASEAN CG Scorecard, dimana perusahaan tersebut sudah
terbukti menjalankan GCG dengan baik. Sehingga hasil penelitian yang diperoleh sebagian
besar variabel independennya tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Maka untuk penelitian selanjutnya memakai variabel pengukuran lainnya untuk fraud
pentagon agar mendapat hasil yang diinginkan, karena variabel yang digunakan didalam
penelitian ini kurang cocok untuk digunakan di Indonesia. Hal ini disebabkan variabel-
variabel independen yang digunakan sebagai proksi masing-masing elemen fraud pentagon
lebih terfokus kepada perilaku manusia sehingga tidak secara langsung berkaitan dengan data
laporankeuangan.
9. Further Researches
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat melakukan beberapa hal, yakni:
pertama diharapkan menggunakan proksi variabel dependen yang menggunakan pengukuran
rasio keuangan dan akan lebih baik apabila analisa pengaruh fraud pentagon terhadap
kecurangan laporan keuangan juga menggunakan penyebaran kuesioner untuk lebih
meyakinkan pengukuran variabel independennya (mixed method); kedua agar penelitian
selanjutnya dapat memilih sampel penelitian perusahaan yang memiliki net loss (mengalami
kerugian finansial) sehingga akan mempengaruhi hasil penelitian yang dihasilkan.

24

Anda mungkin juga menyukai