Copernicus, Tycho Brahe, Galileo dan Kepler adalah peletak dasar astronomi
modern. Copernicus adalah seorang biarawan (Katolik). Galileo adalah juga
seorang Kristen (Katolik) yang sungguh-sungguh walaupun pernah ada masalah
soal "Teori Heliosentris versus Teori Geosentris". Kepler telah mendapatkan
rumus-rumus yang masih dipakai sampai sekarang untuk meramalkan gerakan
planet-planet. Kepler mula-mula belajar teologi. Tetapi setelah 2 tahun ia
pindah jurusan dan mempelajari astronomi. Pengaruh studi teologinya besar
dalam pernyataan- pernyataannya dibidang astronomi. Ia berkata bahwa ia
selalu berusaha memikirkan "Pikiran Allah" ("thinking God's thoughts after
Him"). Ia percaya secara harafiah Kitab Kejadian 1,2 mengenai Penciptaan alam
semesta dalam waktu enam hari. Dalam salah satu bukunya ia menulis : "Since
we astronomers are priests of the highest God in regard to the book of nature, it
befit us to be thoughtful, not of the glory of our own minds, but rather, above all
else, of the glory of God."( Terjemahan bebasnya adalah sbb : "Karena kami,
ahli astronomi adalah imam Allah yang Maha Tinggi tentang buku alam
semesta, sepatutnyalah kami memuliakan Allah, dan bukan pikiran kami
sendiri".)
2. FRANCIS BACON (1561-1626)
Von Braun mengembangkan rocket V-2 sewaktu perang dunia ke-II. Pada tahun
1945 ia beremigrasi ke-Amerika Serikat. Pada tahun 1960 ia menjadi direktur
NASA. Ia sangat berjasa akan kemajuan Amerika Serikat dibidang satelit dan
teknologi ruang angkasa.Von Braun adalah anggota gereja Lutheran yang aktip.
Ia menulis :"Manned space flight is an amazing achievement, but it has opened
for mankind thus far only a tiny door for viewing the awesome reaches of space.
An outlook through this peephole at the vast mysteries of the universe should
only confirm our belief in the certainty of its Creator. I find it as difficult to
understand a scientist who does not acknowledge the presence of a superior
rationality behind the existence of the universe as it is to comprehend a
theologian who would deny the advances of science."("Penerbangan ruang
angkasa yang berawak adalah suatu prestasi yang menakjubkan, tetapi sampai
sekarang ia hanya membuka pintu yang kecil untuk melihat ruang angkasa yang
sangat luas. Suatu pengamatan dari lubang intip ini, seharusnya meneguhkan
iman kita akan kepastian ada nya Penciptanya. Saya merasa sama sulitnya untuk
mengerti seorang ilmuwan yang tidak mengakui adanya Allah yang Maha Tahu
dibelakang alam semesta ini, seperti seorang teolog yang menyangkal adanya
kema juan dalam ilmu pengetahuan alam.)
5. THALES (Yunani, 624-546 SM)
Thales adalah seorang ahli filsafat. Pada zamannya seorang ahli filsafat
mempelajari matematika, astronomi, fisika dan ilmu pengetahuan alam. Thales
lahir di Yunani kemudian pergi ke Mesir untuk belajar. Ia mengukur tinggi
piramida dengan menggunakan pengertian kesebangunan dan meramalkan
waktu peredaran matahari. Tak heran jika ia disebut sebagai Bapak Awal Ilmu
Matematika dan Astronomi. Dalam sebuah cerita, di suatu malam ia berjalan
sambil menatap bintang di langit. Tiba-tiba ia terperosok masuk selokan.
Seorang wanita budak yang sudah tua melihat kejadian itu berkata kepadanya,
"Tuanku, bila anda tidak dapat melihat jalan bagaimana anda dapat
menceritakan sesuatu tentang bintang-bintang?"
6. PHYTAGORAS (Yunani, 582-493 SM)
Sejak kecil Ali bin Abi Thalib menyukai berbagai ilmu dan ikut dengan
Nabi Muhammad SAW. Kelak Ali dinikahkan dengan putri Rasul, Fatimah
R.A. dan hidup dalam kesederhanaan yang teramat sangat. Meskipun hidup
dalam kesederhanaan Ali tidak surut dalam mencari ilmu pengetahuan, tak
heran bila Rasul pernah bersabda, "Apabila aku kota ilmu maka Ali adalah
gerbangnya".
Ketika awal lambang bilangan dalam matematika menggunakan huruf-huruf
seperti yang pernah diajarkan oleh bangsa Romawi tergolong rumit, Ali
mempopulerkan lambang bilangan dalam huruf Arab dengan angka 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9 dan 0. Ali juga yang menyederhanakan penulisan lambang bilangan
Romawi di mana sepuluh dengan "X", seratus dengan "C", seribu dengan "M"
dan seterusnya dipermudah dengan menambahkan angka nol di belakang angka
puluhan, ribuan dan satuan dengan bilangan 10, 100, 1000 dan seterusnya, di
mana angka "0" dalam bilangan Arab diwakili dengan titik.
10. COPERNICUS (Polandia, 1473-1543)