PENDAHULIUAN
digunakan untuk Ibu kota provinsi. Polres merupakan organisasi yang bertanggung
dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan bagi setiap
masyrakat. Salah satu unsur yang harus diperhatikan oleh Polres dalam memberikan
gambling dirumuskan bahwa tugas pokok Polri adalah penegak hukum, pelindung,
ketaatan pada hukium yang berlaku. Kepolisian yang sering dihadapkan dalam
pelapor yang banyak dan harus bertindak cepat dalam menangani kasus dari
masyarakat. Kepolisian dalam menjalankan profesinya sangat rawan terhadap
kecemasan dan stres, kondisi ini dipicu karena adanya tuntutan dari pihak organisasi
dan interaksinya dengan pekerjaan yang sering mendatangkan konflik atas apa yang
dilakukan. Selain itu seorang anggota kepolisian selalu dihadapkan pada tuntutan
idialisme profesi dan menghadapi berbagai macam persoalan baik dari masyarakat
Senjata api adalah senjata yang melepaskan satu atau lebih proyektil yang
didorong dengan kecepatan tinggi oleh gas yang dihasilkan oleh pembakaran suatu
bahan yang dapat meledak (propelan). Proses pembakaran cepat secara tekhnis
disebut deflagrasi. Senjata api dahulu umumnya menggunakan bubuk hitam sebagai
propelan, sedangkan senjata api modern kini menggunakan bubuk nirasap, cardite,
atau propelan lainnya. Kebanyakan senjata api modern menggunakan laras melingkar
untuk memberikan efek putaran pada proyektil untuk menambah kestabilan lintasan.
Fungsi senjata api bagi Anggota Kepolisian sebagaimana telah diatur dalam undang-
undang kepolisian bahwa penggunaan fungsi senjata api bagi kepolisian untuk
untuk melindungi dari tindakan kejahatan, tetapi penggunaan fungsi senjata api harus
tetap mengikuti prosedur dan standarisasi agar tidak disalahgunakan oleh Oknum
Kepolisian melihat banyaknya kasus yang terjadi akibat penyalahgunaan senjata api
oleh Polisi yang menggunakan senjata api tidak selayaknya untuk menjalankan tugas
dari Kepolisian melainkan untuk tujuan yang berbeda-beda. Peraturan yang mengatur
mengenai peraturan senjata api oleh polisi antara lain diatur dalam Perkapolri No. 8
Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam
8/2009”), serta didalam Perkapolri No. 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan
menggambarkan cemas ketika berada dalam tekanan tugas yang sangat berpotensi
tindakan yang berbahaya bagi masyarakat sekirat yang ada di TKP (Tempat Kejadian
Perkara).
Ada beberapa anggota kepolisian Polres Tanah Karo yang beranggapan bahwa
memiliki senjata api untuk keamanan bagi diri nya di luar tugasnya sebagai anggota
kepolisian. Karena dengan kondisi memiliki senjata api anggota merasa tingkat
keamanannya lebih aman dari pada tidak memegang senjata api. Oleh karena itu para
anggota kepolisian yang mimiliki senjata api selalu membawanya karena mereka
dunia Kepolisian”).
Namun Kembali lagi, dikarenakan memiliki senjata api itu tetap membuat
kasus kriminal yang bisa mengakibatkan cidera atau bisa juga kemataian bagi
tersangka yang sudah di DPO (Daftar Pencarian Orang) yang sudah terdaftar di
kantor-kantor Kepolisian. Jadi Kepolisian merasa ada tekanan tersendiri seperti rasa
khawatir yang besar, ancaman, dan emosional. Menurut Lazarus (1978). Kecemasan
ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidak menyenangkan, dan merupakan
pengalaman yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya dan
tidak menentu. Pada umumnya kecemasan bersifat subjektif, yang ditandai dengan
adanya perasaan tegang, khawatir, takut, dan disertai adanya perubahan fisiologis,
seperti peningkatan denyut nadi, perubahan pernapasan, dan tekanan darah. Anggota
seperti tugas menangkap pelaku kejahatan yang dianggap paling sulit yang dapat
menimbulkan emosi untuk menggunakan senjata api yang dimiliki anggota ketika
kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang di tandai dengan perasaan ketakutan
dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh, serta prilaku terganggu tetapi masih
dalam batas normal. Pekerjaan yang berorientasi melayani orang lain dapat
kecemasan berupa tanda dan gejala yang muncul pada seseorang yang mengalami
kecemasan bila di lihat dari segi Psikologis antara lain: Ditandai dengan adanya
perasaan tegang, khawatir, takut, dan disertai adanya perubahan fisiologis, seperti
kepolisian akan merasa, bahwa dirinya tidak berdaya dan merasa khawatir dari
kecemasan memiliki senjata api yang berpengaruh dalam pekerjaannya yang diluar
Anggota akan lebih memfokuskan pikirannya ke senjata api yang ia miliki dengan
berpikir bahwa masyarakat takut melihat senjata api tersebut. Jika dibiarkan berlarut-
larut tanpa ada penyelesaian masalah yang memadai, kondisi ini akan berakibatkan
pada kinerja anggota yang menurun karna adanya kekhawtiran dalam kecemasan
memiliki senjata api. Pada keadaan cemas, seseorang sering menjadi iritabel (Mudah
Tersinggung) dan mudah marah akibat ketidakstabilan emosi. Dalam hal ini
Koeswara (2021). Menerapkan dengan salah salah satu dari tujuh mekanis yang di
kemukakan oleh Freud ialah Regresi, merupakan suatu mekanis yang dimana
seseorang untuk emnghindari diri dari kenyataan yang mengancam, kembali ketaraf
perkembangan yang lebih rendah. Contoh seorang anggota kepolisian yang dulunya
memliki senjata api dalam tugas apapun, kini tidak memiliki senjata api dan bertugas
yang tidak berpotensi memiliki senjata api, semisal tugas di Sumber Daya
(SUMDA).
tanggungjawab akan berubah dengan sifat yang ketidakstabilan emosi dan perasaan
kepada anggota lainnya dan masyarakat yang mau dilayani di Polres. Dalam hal ini
Polres dan masyarakat akan sangat dirugikan akibat daripada cemas yang dialami
anggota itu sendiri. Beban kerja yang demikian ini memungkinkan sekali porsenil
Polri menderita gejala psikologis yang disebut Kecemasan. Menurut Rollo May,
dalam Vidya Diana (2019) kecemasan diakibatkan oleh perasaan tidak aman,
permusuhan, konflik dan kondisi lingkungan social budaya yang kurang kondusif.
yaitu faktor yang dimana berkontribusi pada terjadinya kecemasan meliputi ancaman
Pendidikan orang tua dirumah, Pendidikan disekolah, dan pengaruh sosialnya, serta
pengalaman dalam kehidupannya. Seseorang menjadi pencemas terutama akibat
proses imitasi dan identifikasi dirinya terhadap kedua orang tuanya dari pada
seseorang akan berbeda dari orang lain, bergantung pada tipe kepribadian tersebut.
Dalam penelitian Hendrati dan Pungky (2005) menemukan, bahwa ada hubungan
signifikan antara tipe kepribadian dan motivasi berprestasi dengan kecemasan dalam
dapat dilatih untuk mengubah prilaku menjadi seseorang yang tidak mudah cemas.
Hal ini tentu harus ada keinginan yang kuat dari individu tersebut. Namun kenyataan
di kepolisian Polres Tanah Karo masih banyak terdapat anggota yang memiliki
tingkat kecemasannya cukup tinggi dimana dapat dilihat dari hasil wawancara
interpersonal yang di lakukan oleh peneliti terhadap anggota kepolisian Polres Tanah
Karo.
”Perasaan bapak, dek waktu memiliki senjata api bapak merasa was-was,ya
merasa takut juga dan gelisa, karena itu selalu bapak bawa kemana-mana.
Kalua dirumah, banyak anak-anak jadi takut dimainin anak-anak dirumah,
Ketika bapak keluar rumah bapak merasa risau karena senjata api takut di
salahgunakan jika ada sidikit masalah di tengah jalan. Karena bisa saja Ketika
ada sedikit permasalahan, saya emosian Ketika memiliki senjata api itu. Jadi
seketika lagi ada tugas pengamanan semacam huru-hara dan perampokan.
Merasa takut salah sasaran saat menggunakan senjata api tersebut. Soal nya
bapak pernah menembak seaorang yang sedang dalam kasus kriminal sehingga
dia mengalami luka yang serius, dan itu membuat saya sedikit mengalami
traumatis”. (wawancara interpersonal, Senin, 28 Juni 2021 pukul 14.30 WIB).
Berdasarkan wawancara diatas, ditemukan masih ada bebarapa anggota di Polres
Tanah Karo yang mengalami aspek psiologis dimana aspek psiologis merupakan detak
jantung yang meningkat, itu dapat dilihat dari perasaan was-was saat memiliki senjata
api. Anggota Polres Tanah Karo mengalami aspek afektif dimana aspek efektif
merupakan rasa takut terhadap dirinya akan ditimpa bahaya, itu dapat dilihat dari takut
dimaini anak-anak saat di rumah, takut salah gunakan, merasa takut salah sasaran saat
Polres Tanah Karo sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Gambaran Kecemasan Memiliki Senjata Api Pada Anggota Kepolisian Polres
Tanah Karo”.
B. Identifikasi Masalah
dapat di gambarkan pada anggota kepolisian saat memiliki senjata api. Kecemasan
kekawatiran, suatu rasa takut yang tidak terekspresikan dan tidak ter arah karena
suatu sumber ancaman atau pikiran seseuatu yang akan dating tidak jelas dan tidak
teridentifikasi. Kecemasan timbul karena adanya sesuatu yang tidak jelas atau tidak
diketahui sehingga muncul perasaan yang tidak tenan, rasa khawatir, atau ketakutan
menurut Rachma (2009). Dampak pada anggota Polres Tanah Karo dapat dilihat dari
rasa gelisa, takut, dan traumatic yang dialami oleh anggota Kepolisian Polres Tanah
Karo. Kecemasan yang dialami anggota Polres Tanah Karo akan sangat
menggambarkan kulaitas pelayanan yang diberikan oleh Polres Tanah Karo kepada
masyarakat setempat.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui apakah hal tersebut
memiliki gambaran kecemasan yang signifikan pada anggota Polres Tanah Karo.
C. Batasan Masalah
Gambara Kecemasan Memiliki Senjata Api Pada Polres Tanah Karo. Kecemasan
yang ditekankan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kecemasan yang timbul
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “apakah ada gambaran kecemasan memiliki senjata api pada anggota
E. Tujuan Penelitian
kecemasan memiliki senjata api pada anggota kepolisian Polres Tanah Karo.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara umum diharapkan memberikan konstribusi ilmiah bagi
terkait mengenai gambaran kecemasan dan diharapkan dapat menjadi bahan refrensi
2. Manfaat Praktis
instansi dan pimpinan tentang kecemasan yang dapat berguna untuk menurunkan
kecemasan pada anggota kepolisia agar instansi bisa mencapai tujuannya dengan
maksimal.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Polisi
1. Pengertian Polisi
Menurut Erma Yulihastin kata “polisi” dapat merunjuk kepada tiga hal, yaitu
orang, institusi (Lembaga), atau fungsi. Kata polisi yang merujuk kepada “orang”
yaitu bahwa anggota badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan
ketertiban umum. Kata polisi yang bermakna institusi, biasa disebut dengan
Kepolisian Daerah atau Polda. Sedangkan pengetian polisi sebagai fungsi atau
polisi adalah sebagai alat penegak hukum, fungsi polisi meliputi penegak hukum
pidana dan pemelihara ketertiban, keamanan dan ketertiban masyarakat. Fungsi Polri
menegakkan keadilan sesuain hukum yang berlaku, (2) memerangi kejahatan yang
mengganggu dan merugikan masyarakat dan negara, (3) mengayomi warga Nagara
Berdasarkan dari definisi diatas bahwa pengertia dari polisi meliputi fungsinya
yang mana polisi adalah suatu lembaga Negara yang menjaga keamanan, ketertiban,
dan pengayom bagi masyarakat. Bahkan memliki tuga untuk wajib membersihkan
2. Senjata Api
Senjata api menurut Tom A.Warlow adalah senjata yang dapat dibawa kemana-
mana, yang cara kerjanya menggunakan peluru, didorong oleh beban yang bersifa
Mauricio C. Ulep dalam karyanya yang berjudul The Law on Firearms and
mencangkup senapan, senapan kuno serdadu, karabin, senjata laras pendek, revoler,
pistol, dan lainnya, yang mungkin dikeluarkan oleh serbuk mesiu atau bahan peledak
Charles Springwood menyatakan senjata api merupakan jenis senjata api yang
berdasarkan cara kerjanya dan fungsi dari senjata api tersebut. Springwood (2007)
Berdasarkan dari definisi diatas terdapat bahwa pengertian dari senjata api
dapat dilihat dari cara kerja dan fungsinya, semisal cara kerja dari pistol
menggunakan peluru, didorang oleh beban yang bersifat meledak. Yang mana bisa
Polisi memiliki senjata api sebab secara formal diatur oleh hukum negara atau
Undang-Undang negara dan petunjuk lembara Kepolisian. Standar legal senjata api
merupakan penjahat dengan tingkat kejahatan yang serius. Namun, sejak tahun 1970-
yang memakai kekerasan secara paksa atau untuk situasi yang menyertakan
yang berarti antara angka pembunuhan oleh polisi dan tingkat kejahata kekerasan
kekerasan pada warga negara sebagai reaksi terhadap tingkat kekerasan yang ditemui
dalam lingkungan pekerjaan mereka. Jacob dan Britt (1979), menggunakan data yang
sama, menemukan bahwa pembunuhan yang dilakukan polisi lebih tinggi di negara
dengan kesenjangan ekonomis yang besar. Mereka menemukan perubahan,
interpretasi kekerasan yang dilakukan polisi secara sederhana sebagai reaksi terhadap
tingkat kekerasan pada komunitas. Beberapa peneliti memberi saran bahwa stress
akibat pekerjaan mungkin merupakan slah satu faktor polisi melakukan tembakan.
Karena asal mula stress bersal juga dari kecemasan yang mana polisi sedang memiliki
senjata api.
Lebih jauh John Van Maanen berpendapat bahwa menembak kegiatan rutinitas
kepolisian yang memiliki senjata api tidak dapat di prediksi. Hal itu akan terjadi pada
mereka, tetapi dalam prakteknya keadaan yang mereka alami akan sangat bermacam-
yang memiliki senjata api, tidak dapat di prediksi saat menggunakan atau
dalam perlindungan tugasnya yang dapat membunuh jika ada pelaku kejahatan yang
A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang
akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk
dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan. Freud (1933/1964).
ketidakberdayaan dirinya dan respons terhadap kehidupan yang hampa dan tidak
berarti.
universal, suatu rasa takut emosional yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran,
suatu rasa takut yang idak terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber
ancaman atau pikirian sesuatu yang akan dating tidak jelas dan tidak teridentifikasi
Taylor (1995).
abnormal:
a. Kecemasan Normal
Kecemasan normal adalah suatu kecemasan yang derajatnya masih ringan, dan
merupakan suatu reaksi yang dapat mendorong konseli untuk bertindak, seperti:
menunjukkan kurang percaya diri, dan juga dapat melakukan mekanisme pertahanan
ego, contoh: memberi- kan suatu alasan g rasional atas kegagalan yang dialaminya.
b. Kecemasan Abnormal
Kecemasan abnormal adalah suatu kecemasan yang sudah kronis, adanya
kecemasan tersebut dapat menimbulkan perasaan dan tingkah laku yang tidak efisien,
misalnya mahasiswa harus mengulang ujian, karena ujian pertama belum lulus.
kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan yang tidak menyenangkan yang dapat
menimbulkan rasa kekhawatiran, emosional, dan rasa takut kepada individu yang
memliki kecemasan.
I. Faktor eksternal
terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan).
b. Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri
yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut akan mengalami
berpikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir rasional
dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru.
operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah untuk
mengalami kecemasan, di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih
gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri - ciri
orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba
sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah
mempunyai ciri - ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena orang
dengan tipe kepribadian B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas.
f. Lingkungan dan situasi: Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata
lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang
biasa ia tempati.
g. Umur: Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah
mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua tetapi ada
kecemasan.
yang dapat mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka
kecemasan.
ujian.
Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam kecemasan yang telah
diuraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan dilatar belakangi
dari fakor internal dan eksternal. Ada juga berpendapat kecemasan beraktor yang ada
dari dalam diri seseorang dan faktor dari luar diri seseorang yakni pekerjaan, konflik
3. Aspek-aspek Kecemasan
Spielberger, Liebert, dan Morris dalam (Elliot, 1999); Jeslid dalam Hunsley
(1985); Mandler dan Sarason dalam Hockey (1983); Gonzales, Tayler, dan Anton
konsep yang terdiri dari 2 dimensi utama, yaitu kekhawatiran dan emosionalitas.
Dimensi emosi merujuk kepada reaksi fsiologis dan sistem syaraf otonomik yang
timbul akibat situasi atau objek tertentu. Juga merupakan perasaaan yang tidak
menyenangkan dan reaksi emosi terhadap hal buruk yang tidak menyenangkan dan
reaksi emosi terhadap hal buruk yang dirasakan yang mungkin terjadi terhadap
merupakan aspek komunitif dari kecemasan yang dialami berupa pikiran negatif
sesuai yang diharapkan, kritis terhadap diri sendiri, menyerah terhadap situasi yang
ada, dan merasa khwatir berlebihan tentang kemungkinan apa yang dilakukan. Shah
a. Komponen fisik, seperti pusing, sakit perut, tangan berkeringat, perut mual,
Adler dan Rodman (1991) menyatakan terdapat dua faktor yang menyebabkan
adanya kecemasan, yaitu pengalaman yang negatif pada masa lalu dan pikiran yang
tidak rasional.
mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila individu
tersebut menghadapi situasi atau kejadian yang sama dan juga tidak menyenangkan,
misalnya; pernah gagal dalam test. Hal tersebut merupakan pengalaman umum yang
kejadian, melaikan kepercayaan atau keyakinan tentang kejadian itulah yang menjadi
penyebab kecemasan.
kecemasan sebagai contoh dari pikirn tidak rasional yang disebut dua pikiran yang
tidak tepat.
melaksanakan tugas.
4. Ciri-Ciri Kecemasan
Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005) ada tiga ciri-ciri kecemasan, yaitu
1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya; (a) kegelisahan, kegugupan, (b)
tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, (c) sensasi dari pita ketat yang
mengikat di sekitar dahi, (d) kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada, (e)
banyak berkeringat, (f) telapak tangan yang berkeringat, (g) pening atau pingsan, (h)
mulut atau kerongkongan terasa kering, (i) sulit berbicara, (j) sulit bernafas, (k)
bernafas pendek, (l) jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, (m) suara
yang bergetar, (n) jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, (o) pusing, (p)
merasa lemas atau mati rasa, (q) sulit menelan, (r) kerongkongan merasa tersekat, (s)
leher atau punggung terasa kaku, (t) sensasi seperti tercekik atau tertahan, (u) tangan
yang dingin dan lembab, (v) terdapat gangguan sakit perut atau mual, (w) panas
dingin, (x) sering buang air kecil, (y) wajah terasa memerah, (z) merasa sensitif atau
“mudah marah”.
(b) perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di
masa depan, (c) keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa
ada penjelasan yang jelas, (d) terpaku pada sensasi ketubuhan, (e) sangat waspada
terhadap sensasi ketubuhan, (f) merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang
normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, (g) ketakutan akan
kehilangan kontrol, (h) ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, (i)
berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, (j) berpikir bahwa semuanya tidak lagi
bisa dikendalikan, (k) berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa
bisa diatasi, (l) khawatir terhadap hal-hal yang sepele, (m) berpikir tentang hal
mengganggu yang sama secara berulang-ulang, (n) berpikir bahwa harus bisa kabur
dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan, (o) pikiran terasa bercampur aduk
berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah
secara medis, (r) khawatir akan ditinggal sendirian, (s) sulit berkonsentrasi atau
memfokuskan pikiran.
Senjata Api
yang memiliki senjata api diantaranya adanya kecemasan realistic dan kecemasan
neurotic. Beberapa tokoh yang mengemukakan tentang faktor dari kecemasan yang
senjata api. Yang mana faktor tersebut yang di kemukakan oleh Sigmund Freud
utama dan memegang peranan penting dalam dinamika kepribadian seorang individu.
Freud membagi kecemasan kedalam dua tipe yaitu kecemasan realistic dan
kecemasan neurotic.
a. Kecemasan realistic yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya nyata
yang ada dilingkungan maupun di dunia luar. Contohnya seseorang anggota
Kepolisian yang memiliki senjata api memiliki ancaman dan bahaya untuk
menggunakan senjata api Ketika dia bertugas atau di luar tugas. Sebab diluar tugas
anggota Kepolisian juga membawa senjata api, jadi Ketika ada selisih paham dengan
masyarakat yang membuat emosi kepolisian yang menunjang yang mengakibatkan
bentrok yang melibatkan penyalahgunaan senjata api. Dari pada itu anggota
Kepolisian memiliki gambaran kecemasan Ketika sedang memiliki senjata api
tersebut.
b. Kecemasan neurotik yaitu rasa takut, jangan-jangan insting-insting akan
lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang dapat membuatnya
melainkan ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting di
senjata api. Anggota kepolisian merasa takut salah sasaran kepada masyarakat
jika polisi memiliki senjata api yang mengeluarkan insting untuk menembak memiliki
rasa takut mengenai orang yang tidak bersalah dan membuatnya di hukum.
menggunakan senjata api yang mengaibatkan cidera serius kepada pelaku Tindakan
kriminal yang tertenbak. Jadi Kepolisian perlu bombingan konseling minimal sebulan
C. Kerangka Konseptual
wujudnya
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah Gambaran kecemasan memiliki senjata api pada
kepolisian.