Anda di halaman 1dari 19

EFEKTIVITAS PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK MENURUNKAN STRES KERJA

PADA ANGGOTA RESKRIM

THE EFFECTIVENESS OF EMOTION REGULATION TRAINING TO REDUCE WORK


STRESS AMONG CRIMINAL POLICEMAN

Putri Pusvitasari
Hepi Wahyuningsih
Yulianti Dwi Astuti
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
E-mail: putripusvitasari@gmail.com

ABSTRACT

The study examined the effectiveness of emotion regulation training to reduce criminal policeman’s work
stress. This study used a pretest-posttest control group design. The participants were 13 criminal policemen
from two different police stations, namely Polda X and Polsek Y. They were men and women aged
between 20 – 50 years old, and classified into two groups. One group (n = 6) received emotion regulation
training as the experimental group and the other (n = 7) as controlled group (waiting list). Participants
were assessed using work stress scale that had been adapted from Abras (2012) research. The result
showed that there was a significant difference in the implementation of posttest between the experimental
and control group. By using mann whitney, the result concluded that emotion regulation training was
significantly effective to reduce work stress of criminal policeman (Z = -2,006, p = 0,045, where p <
0,05).

Key words : work stress, emotion regulation training

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pelatihan regulasi emosi dalam menurunkan tingkat stres
kerja pada anggota Reskrim. Penelitian ini menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design.
Partisipan dalam penelitian ini adalah 13 orang anggota Reskrim yang bertugas di Polda X dan Polda Y
berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, berusia 20-50 tahun dan dikelompokkan dalam dua kelompok.
Setelah dilakukan proses random, maka terpilih satu kelompok (n=6) sebagai kelompok eksperimen dari
Polda X yang menerima perlakuan berupa pelatihan regulasi emosi. Satu kelompok lainnya (n=7) sebagai
kelompok kontrol (waiting list). Skala stres kerja yang merupakan adaptasi dari penelitian Abras (2012)
dipergunakan sebagai alat ukur. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pelatihan regulasi emosi efektif
dalam menurunkan stres kerja pada anggota reskrim (Z = -2,006, p = 0,045, p < 0,05).

Kata kunci : Stres Kerja, Pelatihan Regulasi Emosi,

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 127


Putri Pusvitasari, Hepi Wahyuningsih, & Yulianti Dwi Astuti

Republik Indonesia merupakan ne- bertugas membina fungsi dan menye-


gara yang berlandaskan dan menjunjung lenggarakan kegiatan-kegiatan penyeli-
tinggi hukum. Hal ini sesuai dengan pa- dikan dan penyidikan tindak pidana
sal 27 UUD 1945 yang berbunyi “Segala umum maupun khusus, termasuk fungsi
warga negara bersamaan kedudukannya identifikasi dan fungsi laboratorium
dalam hukum dan pemerintahan, dan forensik lapangan dalam rangka pene-
wajib menjunjung hukum dan pemerin- gakan hukum, koordinasi dan penga-
tahan itu dengan tidak ada kecualinya.” wasan operasional dan administrasi
Sesuai dengan amanat Undang-undang penyidikan sesuai dengan ketentuan
Dasar Negara Republik 1945 di atas, hukum serta peraturan yang berlaku.
maka dibentuklah aparat negara penegak Direktorat Reskrim memiliki tugas
hukum, yaitu Polisi Republik Indonesia untuk menindak segala jenis perilaku
(Polri). Sesuai dengan UU No 2 tahun kriminal. Kriminal, menurut Lectric Law
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Library (2008), adalah suatu bentuk
Indonesia pasal 13, tugas polisi adalah perilaku yang melanggar hukum. Krimi-
sebagai berikut: “Tugas Pokok Kepolisian nalitas merupakan suatu tindakan yang
dalam mengemban tugasnya adalah dianggap sebagai pelanggaran terhadap
memelihara keamanan dan ketertiban hukum yang berlaku di masyarakat.
masyarakat, menegakkan hukum, serta Sullivan (1977) menyatakan bahwa setiap
melindungi, mengayomi dan melayani anggota polisi kriminal dituntut untuk
masyarakat” (http://kontras.org/8/8/15). menguasai berbagai cabang ilmu agar
Polisi dalam menjalankan tugas mampu memberikan solusi atas masalah
dan tanggung jawabnya sebagai penegak yang belum terpecahkan. Kesaksian dari
hukum diklasifikasikan menjadi beberapa pihak-pihak yang terkait juga dibutuhkan
bagian. Salah satu di antaranya adalah di persidangan. Hal ini menjadi tekanan
direktorat reserse kriminal (reskrim). tersendiri bagi anggota polisi reskrim,
Merujuk pada website resmi Polda DIY yang berasal dari kehadiran keluarga
(2016) di mana Dit. Reskrim terbagi tersangka dan pihak pers yang mengikuti
menjadi dua, yaitu Reserse Kriminal persidangan tersebut. Tekanan lain yang
Umum (Reskrimum) dan Reserse Krimi- muncul adalah berkaitan dengan waktu,
nal Khusus (Reskrimsus). Kedua direkto- di mana mereka dituntut untuk selalu
rat tersebut merupakan unsur pelaksana siap sedia selama 24 jam. Oleh karena
utama Kepolisian Daerah (Polda) yang itu, menurut Sullivan (1977), jika

128 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016


Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Stres Kerja pada Anggota Reskrim

dibandingkan dengan bidang kepolisian yang cukup berat. Berdasarkan hasil


lainnya, polisi kriminal dianggap sebagai survei yang dilakukan oleh Oktavia
“urat nadi” kepolisian. (2014), ditemukan bahwa ada beberapa
Tantangan dan tekanan yang diha- faktor penyebab stres yang dialami polisi.
dapi seorang polisi dalam melaksanakan Hasilnya menunjukkan bahwa beban
tugas dan pekerjaannya dapat memicu kerja merupakan penyebab stres terbesar
timbulnya stres. Zakir dan Murat (2011) pada anggota polisi dengan prosentase
berpendapat bahwa profesi polisi diang- 26,08%, kedua adalah konflik dengan
gap sebagai pekerjaan dengan tingkat rekan kerja dan atasan dengan prosentase
stres tinggi karena jam kerja yang 20,65%. Kemudian penyebab stres yang
panjang, struktur kepemimpinan serta ketiga adalah shift kerja yang terlalu lama
kekhawatiran akan keselamatan atau dengan prosentase 18,47%. Sedangkan
dalam artian memiliki resiko yang cukup stressor yang terakhir adalah gaya
tinggi. Profesi polisi rentan terhadap stres kepemimpinan dengan prosentase
karena harus siap siaga dalam melayani 16,3%.
dan mengayomi masyarakat. Seluruh Sepanjang tahun 2005 sampai
hidupnya didedikasikan untuk menjaga tahun 2013 banyak ditemukan kasus
keamanan negara. Sesuai dengan peneli- penyalahgunaan senjata api di lingkung-
tian yang dilakukan oleh Cooper (Vita- an kepolisian yang dilatarbelakangi oleh
rini, 2009) yang menunjukkan bahwa stres kerja. Hal ini semakin diperkuat
stres kerja banyak terjadi pada individu dengan data yang dipaparkan oleh
dengan latar belakang di bidang pelayan- Arisona (2015) bahwa terdapat perilaku-
an, yaitu orang-orang yang bekerja pada perilaku yang menyimpang pada anggota
bidang pelayanan kemanusiaan serta kepolisian terutama dalam hal penya-
berkaitan erat dengan masyarakat, misal- lahgunaan wewenang.
nya perawat, polisi, pekerja sosial, guru, Tindakan-tindakan seperti penya-
konselor, dan dokter. lahgunaan wewenang, pungutan liar,
Hasil riset Mabes Polri pada tahun asusila, narkoba miras dan penembakan
2015 (http://news.liputan6.com/14/6/16) serta kasus bunuh diri merupakan
disebutkan bahwa sekitar 80% anggota gambaran fenomena perilaku polisi yang
polisi reserse kriminal (Reskrim) dan mengalami stres kerja. Berdasarkan data
polisi lalu lintas (Polantas) mengalami yang diperoleh dari Polres Salatiga, di
kondisi stres akibat tekanan pekerjaan mana sepanjang tahun 2010 sampai

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 129


Putri Pusvitasari, Hepi Wahyuningsih, & Yulianti Dwi Astuti

2013 diketahui terdapat beberapa adalah berita pada tahun 2014 tentang
anggota yang bermasalah. Perilaku anggota Polda Metro Jaya menembak
bermasalah tersebut di antaranya adalah kepala atasannya hingga tewas setelah
disersi (lari dari tugas), sering absen keduanya berseteru. Sementara itu, kasus
dinas, penggunaan narkoba dan pemu- lainnya adalah berita pada tahun 2016
kulan. Bahkan permasalahan beberapa ini, di mana seorang anggota Brimob
anggota tersebut berkaitan dengan ACK menembak istrinya tepat di kening
kondisi psikis, seperti depresi, perma- karena ada permasalahan rumah tangga
salahan internal rumah tangga, kejenuh- (http://batampos.co.id/2016/03/13/).
an dengan pekerjaan, serta masalah Sebagaimana yang diungkapkan
keuangan. oleh Neta S. Pane (http://news.okezone.
Oktavia (2014) juga mengungkap- com), yang merupakan Ketua Presidium
kan dalam penelitiannya bahwa kondisi Indonesia Police Watch (IPW) bahwa
stres yang berlarut-larut seringkali me- anggota polisi yang merasa frustasi akibat
nimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. tekanan psikologi akan berdampak pada
Kondisi ini mengakibatkan dampak yang dua hal. Dampak yang pertama adalah
luar biasa terhadap kehidupan anggota terjadinya aksi bunuh diri. Kemudian
polisi sehari-hari, bukan hanya dalam hal yang kedua adalah polisi mudah lepas
psikologis, tetapi juga fisik maupun kontrol dan cenderung emosional. Hal
perilaku. Salah satunya adalah pengam- ini membuat anggota polisi terutama
bilan keputusan buruk pada individu. Hal yang diberikan inventaris berupa senjata
ini berdampak pada kondisi psikologis api menjadi mudah untuk melepaskan
anggota polisi reskrim yang berpengaruh tembakan, bahkan kepada keluarga,
pada perilaku mereka, di mana yang rekan, atau atasannya sendiri. Begitu pula
dapat kita lihat bahwa akhir-akhir ini yang diungkapkan oleh Mantan Kepala
marak terjadi pelanggaran kedisiplinan Korps Brimob Komjen Purnawirawan
yang dilakukan oleh oknum kepolisian. Imam Sudjarwo (http://news.liputan6.
Individu menjadi mudah marah dan com/16/8/16), di mana kasus bunuh diri
tersinggung sehingga tidak mampu polisi sering terjadi karena tekanan kerja
berpikir jernih. Beberapa kasus yang yang membebankan pikiran. Menurut
menunjukkan penyimpangan anggota data IPW (http://sumsel.tribunnews.com
polisi sehingga menimbulkan antipati /16/8/16), terhitung bulan Maret 2016
dan menurunkan citra polisi, di antaranya sudah tercatat enam kasus bunuh diri

130 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016


Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Stres Kerja pada Anggota Reskrim

yang dilakukan anggota polisi. Angka ini psikologis individu seperti kecemasan,
cenderung meningkat, mengingat sepan- mudah marah, merasa bosan, dan kehi-
jang tahun 2011 hanya ada satu kasus di langan gairah kerja. Ketiga, gejala peri-
Sumut, tahun 2012 naik menjadi dua laku yang berkaitan dengan kegiatan
orang, dan tahun 2013 naik drastis yang dilakukan seseorang. Orang dengan
hingga tujuh kasus. Kemudian sepanjang kondisi stres mengalami penurunan
2014 ada tiga kasus dan pada 2015 produktivitas, malas untuk bekerja, ingin
sudah terjadi enam kasus polisi bunuh keluar dari tempat kerja, mengalami
diri. Bahkan jumlah anggota polisi yang perubahan kebiasaan makan (kehilangan
bunuh diri tahun 2013 meningkat 300 nafsu makan/ kebanyakan makan), meng-
persen lebih jika dibandingkan tahun- alami peningkatan konsumsi alkohol,
tahun sebelumnya (http://www.posmetro. berbicara cepat, tingkah laku seperti
com/4/7/16). orang yang sedang gelisah dan sulit tidur.
Menurut Robbins (2002), stres ker- Menurut Robbins (2006), ada tiga
ja yaitu tuntutan kerja melebihi kemam- faktor yang menyebabkan munculnya
puan individu. Stres kerja seringkali dide- stres kerja, yaitu: 1). Faktor lingkungan.
finisikan sebagai sesuatu yang negatif, Ketidakpastian lingkungan memengaruhi
masalah-masalah kecil dan remeh, terjadi perancangan struktur organisasi dan
dengan cara yang sama dan serupa pada memengaruhi tingkat stres. Beberapa hal
setiap orang, dan semata-mata bersifat yang memengaruhi faktor lingkungan
mental serta tidak berkaitan dengan fisik. adalah seperti ketidakpastian ekonomi,
Padahal stres kerja ini merupakan reaksi ketidakpastian politik, serta ketidak-
yang normal pada setiap orang dari pastian teknologi; 2). Faktor organisasi.
segala usia. Faktor di dalam organisasi yang dapat
Robbins (2002) mengungkapkan memunculkan stres di antaranya adalah
bahwa ada tiga gejala stres kerja, yaitu tekanan untuk menghindari kesalahan
pertama, fisiologis. Gejala ini berkaitan atau menyelesaikan tugas dalam waktu
dengan fisik seperti perubahan metabo- yang telah ditentukan, beban kerja yang
lisme tubuh, mengalami kesulitan perna- berlebihan, atasan yang selalu menuntut
pasan, mengalami penyakit jantung, dan tidak peka, dan rekan kerja yang
peningkatan tekanan darah, sakit liver, membuat suasana tidak nyaman. Bebe-
dan sakit kepala. Kedua, gejala psikis. rapa faktor tersebut dapat dikelompokkan
Gejala ini berkaitan dengan kondisi seperti tuntunan tugas, tuntutan peran,

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 131


Putri Pusvitasari, Hepi Wahyuningsih, & Yulianti Dwi Astuti

tuntutan antarpribadi, struktur organisasi, stres individu. Seperti yang diketahui


dan kepemimpinan organisasi; 3). Faktor bahwa coping stres ada dua, yaitu fokus
individu, yang terdiri atas keluarga, eko- pada emosi dan fokus pada masalah.
nomi, dan kepribadian. Masalah dalam Pada coping yang berfokus pada emosi,
keluarga misalnya tidak harmonisnya hu- orang berusaha segera mengurangi
bungan antara suami istri serta anak yang dampak stresor dengan menyangkal
tidak disiplin dapat mengakibatkan kon- adanya stresor atau menarik diri dari
disi stres individu terbawa sampai ke situasi. Sebaliknya, pada coping yang
tempat kerja. Begitu pula seberapa besar berfokus pada masalah (problem focused
tingkat penghasilan seseorang dan coping) orang menilai stresor yang
bagaimana cara mengelola keuangan mereka hadapi dan melakukan sesuatu
dapat menjadi faktor munculnya stres. untuk mengubah stresor tersebut.
Stres yang terjadi bisa berasal dari Individu tidak hanya sekedar me-
kepribadian seseorang dan bagaimana miliki emosi, namun emosi ini juga perlu
seseorang bisa menerima segala peru- untuk diatur dalam diri individu tersebut.
bahan dan tuntutan yang terjadi. Hal ini mengandung pengertian bahwa
Berdasarkan wawancara yang dila- individu perlu mengambil sikap terhadap
kukan terhadap anggota reskrim juga emosi yang muncul serta menerima
ditemukan bahwa salah satu dampak konsekuensi dari setiap tindakan emosi
munculnya stres kerja adalah kurangnya mereka (Frijda, 1990). Kondisi ini biasa
kemampuan anggota polisi dalam me- disebut dengan regulasi emosi. Hal ini
ngontrol atau mengendalikan emosinya. sejalan dengan pendapat Gross (1999), di
Akibat banyaknya pekerjaan yang harus mana ia menyebutkan bahwa regulasi
diselesaikan sesuai dengan target, maka emosi merupakan cara individu dalam
tidak jarang anggota polisi, bidang memengaruhi emosi apa yang mereka
reskrim khususnya meluapkan emosi miliki, kapan emosi itu dirasakan, serta
berupa kemarahan kepada keluarganya. bagaimana mereka mengalaminya atau
Emosi juga merupakan salah satu faktor mengekspresikan emosi tersebut. Oleh
yang cukup signifikan memengaruhi karena itu, anggota polisi membutuhkan
munculnya kondisi stres kerja. Nevid dkk keterampilan dalam meregulasi emosi
(2003) menyatakan bahwa ada enam agar mampu mengelola serta mengen-
faktor yang memengaruhi stres. Salah dalikan emosinya dalam menyikapi sega-
satu faktor tersebut adalah cara coping la permasalahan yang sedang dihadapi.

132 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016


Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Stres Kerja pada Anggota Reskrim

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa oleh penghuni lapas yang dari hari ke
regulasi emosi dapat dijadikan sebagai hari semakin meningkat sehingga menye-
mediator dalam konteks penyesuaian babkan overcapacity dan overcrowded.
terhadap stres (Troy & Mauss, 2011). Ruang dalam lapas di Indonesia tidak
Lazarus (Gruyak, Gross, & Etkin, 2011) mampu menampung jumlah narapidana.
juga mengungkapkan hal yang sama, di Jika stres disebabkan oleh stres lingkung-
mana regulasi emosi dapat digunakan an, maka yang dapat dilakukan untuk
untuk mengelola tuntutan eksternal dan mengurangi stres adalah dengan melaku-
internal yang spesifik serta berat atau kan penataan ulang terhadap bangunan
melebihi sumber daya individu yang di lapas.
dinilai sebagai stres. Studi lain menunjukkan bahwa
Ada beragam intervensi untuk me- pelatihan berpikir positif efektif dalam
nurunkan tingkat stres. Salah satu upaya menurunkan tingkat stres pada maha-
intervensi adalah manajemen stres. siswa (Kholidah & Alsa, 2012). Meskipun
Segarahayu (2013) telah melakukan studi penelitian ini juga memiliki keterbatasan,
manajemen stres untuk menurunkan yaitu generalisasi hasil penelitian ini
tingkat stres pada narapidana. Namun terbatas pada subjek dengan kategori
penelitian tersebut ternyata kurang efektif sangat tinggi dan tinggi saja sehingga
dalam mengurangi tingkat stres. Hal ini belum diketahui efeknya pada subjek
dikarenakan beberapa kekurangan dalam dengan stres sedang, rendah dan sangat
tritmennya, di mana dua teknik yang rendah. Penelitian ini juga tidak melaku-
digunakan dalam manajemen stres saling kan follow up (tindak lanjut) atau
memengaruhi satu sama lain sehingga mengevaluasi sampai berapa lama efek
keefektifannya menurunkan stres menjadi pelatihan dapat bertahan.
berkurang. Dua teknik yang dimaksud Ada sebuah penelitian yang dilaku-
adalah teknik dalam mengelola emosi, kan oleh Padyab, Erlanson, dan Brulin
yaitu relaksasi dan afirmasi positif, yang (2016) di Swedia mengenai korelasi
dirasa masih kurang dalam meregulasi antara burnout dengan lingkungan sosial
emosi subjek penelitian. Faktor lain yang kerja dan stres batin sebagai strategi
menyebabkan tidak efektifnya pelatihan coping pada polisi. Hasil penelitian ini
manajemen stres ini adalah sumber stres menunjukkan bahwa stres batin sangat
subjek penelitian berasal dari lingkungan. memengaruhi kelelahan emosi dan
Kepadatan dan kesesakan diakibatkan depersonalisasi. Hal ini berarti strategi

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 133


Putri Pusvitasari, Hepi Wahyuningsih, & Yulianti Dwi Astuti

coping berupa stres batin merupakan meningkatkan kemampuan individu un-


prediktor yang signifikan memengaruhi tuk bertahan dalam menghadapi kemung-
kondisi burnout yang ditunjukkan deng- kinan stres selanjutnya. Sebaliknya, bila
an meningkatnya kelelahan emosi dan terjadi kegagalan dalam proses koping
depersonalisasi pada anggota polisi. maka individu bersangkutan akan meng-
Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi alami stres yang berkelanjutan, yang
yang dapat diterapkan untuk mengurangi termanifestasi dalam berbagai gangguan
kelelahan emosi yang dirasakan akibat psikis dan fisik, seperti gangguan kese-
beban pekerjaan yang cukup tinggi, di hatan, dan masalah sosial lainnya.
mana strategi tersebut berupa regulasi Menurut Greenberg (2002), regu-
emosi yang dapat mengurangi pengala- lasi emosi adalah kemampuan yang
man emosi negatif maupun tingkah laku dimiliki seseorang untuk menilai, meng-
maladaptif. Fox (Kostiuk & Fouts, 2002) atasi, mengelola, dan mengungkapkan
menyatakan bahwa regulasi emosi adalah emosi yang tepat dalam rangka mencapai
kemampuan untuk merespon tuntutan keseimbangan emosional. Kemampuan
yang berlangsung dari berbagai pengala- yang tinggi dalam mengelola emosi akan
man emosi dengan cara yang bisa memampukan individu untuk segera
diterima secara sosial dan cukup fleksibel bangkit dari keterpurukan kehidupannya.
untuk memungkinkan reaksi spontan, Selanjutnya Thompson (1994) menyata-
termasuk kemampuan untuk menunda kan bahwa regulasi emosi terdiri atas dua
reaksi spontan yang diperlukan. proses yaitu proses intrinsik dan ekstrin-
Pelatihan regulasi emosi merupa- sik yang bertanggungjawab untuk belajar
kan salah satu cara untuk menurunkan mengenali, memantau, mengevaluasi,
stres. Ketrampilan regulasi emosi yang dan memodifikasi reaksi emosional.
efektif dapat meningkatkan pembelajaran Cahyono dan Koentjoro (2015)
mengelola emosi secara signifikan. Indi- juga melakukan penelitian eksperimen
vidu yang mampu menilai situasi, meng- tentang Appreciative Inquiry Coaching
ubah pikiran negatif dan mengontrol untuk menurunkan stres kerja pada polisi
emosinya menurut Gross dan John lalu lintas. Tritmen berupa Appreciative
(Wade & Tavris, 2007) akan memiliki Inquiry Coaching ini hanya mencakup
koping yang positif terhadap masalahnya. kognitif saja, di mana tujuannya adalah
Pada proses koping yang berhasil maka mengubah kognisi individu menjadi
akan terjadi proses adaptasi yang lebih positif mengenai stressor dalam

134 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016


Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Stres Kerja pada Anggota Reskrim

pekerjaannya. Sedangkan intervensi regu- menurunkan stres kerja pada anggota


lasi emosi dilakukan dengan melatih Reskrim.
anggota reskrim untuk mengenal emosi-
emosi yang muncul pada dirinya, baik METODE PENELITIAN
emosi positif maupun negatif. Selan-
jutnya mengekspresikan emosi yang Desain Penelitian
dirasakan secara verbal maupun non Metode yang digunakan dalam
verbal, mengelola emosi dan mengubah penelitian ini adalah metode eksperimen
emosi negatif menjadi positif dengan kuasi dengan rancangan pretest-posttest
mengurangi emosi negatif dan mening- control group design. Desain eksperimen
katkan emosi positif dalam dirinya dilakukan dengan pengukuran awal
(Greenberg, 2002). (prates) sebelum perlakuan diberikan dan
Berdasarkan latar belakang yang pascates sesudahnya, sekaligus ada
telah dikemukakan di atas, maka dapat kelompok perlakuan atau eksperimen
diajukan hipotesis penelitian, yaitu dan kelompok kontrol.
pelatihan regulasi emosi efektif dalam

Tabel 1. Rancangan Penelitian


Kelompok Prates Perlakuan Pascates Tindaklanjut
KE O1 X O2 O3
KK O1 -X O2 O3

Keterangan :
KE : Kelompok Eksperimen
KK : Kelompok Kontrol
O1 : Pengukuran sebelum perlakuan (prates)
O2 : Pengukuran setelah perlakuan (pascates)
O3 : Pengukuran Tindak Lanjut
X : Pemberian pelatihan regulasi emosi
-X : Tanpa pelatihan regulasi emosi

Subjek Penelitian mal satu tahun sebagai anggota Reskrim,


Subjek dalam penelitian ini adalah berusia antara 20-50 tahun, berjenis kela-
anggota polisi yang telah bekerja mini- min laki-laki maupun perempuan, serta

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 135


Putri Pusvitasari, Hepi Wahyuningsih, & Yulianti Dwi Astuti

memiliki tingkat stres kerja pada kategori adaan dirinya. Rentang skor yang diberi-
sedang-tinggi (berdasarkan hasil kan bergerak dari 1 sampai 6. Bobot
screening). penilaian untuk pernyataan favorable
yaitu: selalu = 6, sangat sering = 5,
Metode Pengumpulan Data sering = 4, jarang = 3, sangat jarang = 2,
Pengukuran pada penelitian ini dan tidak pernah = 1, sedangkan bobot
menggunakan skala stres kerja yang akan penilaian untuk pernyataan unfavorable
diberikan kepada subjek penelitian pada yaitu: selalu = 1, sangat sering = 2,
saat prates, pascates dan tindak lanjut. sering = 3, jarang = 4, sangat jarang = 5,
Skala stres kerja digunakan sebagai alat dan tidak pernah = 6.
ukur untuk memperoleh data penelitian Semakin tinggi nilai yang diperoleh
yang secara langsung diisi oleh subjek. subjek pada skala ini, maka semakin
Skala tersebut diadaptasi dari skala yang tinggi stres kerja yang dirasakan. Semakin
dibuat oleh Abras (2012). Skala ini rendah nilai yang diperoleh subjek, maka
memfokuskan aitem pertanyaan pada semakin rendah stres kerja yang dimiliki
stres yang merugikan atau berdampak subjek. Jumlah keseluruhan pada skala
negatif bagi anggota reskrim (distress). stres kerja ini adalah 23 aitem. Skala ini
Skala stres kerja tersebut dibuat dengan berisi aitem-aitem yang bertujuan untuk
mengacu pada teori yang dikemukakan mengukur tingkat stres kerja. Skala stres
oleh Robbins (2002). Robbins menyata- kerja ini memiliki butir aitem yang sahih.
kan bahwa ada tiga aspek stres kerja, di Aitem sahih adalah aitem yang memiliki
mana ketiga aspek tersebut nantinya akan koefisien validitas aitem sama dengan
dituangkan dalam blue print penelitian. atau lebih besar dari 0,30. Koefisien
Adapun tiga aspek tersebut adalah reliabilitas skala stres kerja ini adalah
psikologis, fisiologi, dan perilaku. 0,836, sedangkan koefisien validitasnya
Aitem-aitem dalam skala ini meru- bergerak pada angka 0,302 – 0,641
pakan pernyataan dengan enam pilihan
jawaban, yaitu “Selalu” (S), “Sangat Prosedur Intervensi
Sering” (SS), “Sering” (SR), “Jarang” (JR), Ada beberapa tahap dalam pelak-
“Sangat Jarang” (SJ), dan “Tidak Pernah” sanaan penelitian ini. Pertama, persiapan.
(TP). Subjek hanya diperkenankan Pada tahap ini peneliti melengkapi
memilih salah satu dari enam alternatif perizinan penelitian untuk disampaikan
jawaban yang paling sesuai dengan ke- kepada pihak terkait. Selain itu, analisis

136 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016


Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Stres Kerja pada Anggota Reskrim

kebutuhan dilakukan untuk mengetahui Trainer yang dipilih adalah seorang


kebutuhan pelatihan melalui wawancara psikolog yang memiliki surat izin praktik
dengan anggota reskrim. Selanjutnya, yang telah berpengalaman minimal tiga
peneliti menyusun modul pelatihan dan tahun dalam mengisi kegiatan pelatihan
melakukan uji coba modul. Modul psikologi, pernah mengikuti program
pelatihan regulasi emosi ini merupakan kegiatan pelatihan psikologi, memiliki
modifikasi dari modul pelatihan yang kemampuan interpersonal yang baik dan
dikembangkan oleh Andriani (2016). memiliki beberapa kualifikasi keteram-
Subjek penelitian terpilih berdasar- pilan sebagai konselor antara lain hangat,
kan izin dari pihak petinggi kepolisian empatik, dan penuh penerimaan.
untuk melakukan prates terhadap kurang Kedua, pelaksanaan intervensi. In-
lebih 50 orang anggota reskrim. Pen- tervensi yang diberikan adalah pelatihan
jaringan subjek penelitian akan dilakukan regulasi emosi. Pelatihan regulasi emosi
pada dua markas polisi yang berbeda. dalam penelitian ini merupakan kemam-
Berdasarkan hasil prates yang didapat- puan individu dalam mengelola emosi-
kan, peneliti melakukan screenin. Peserta emosi negatif maladaptif menjadi emosi
yang terpilih menjadi subjek penelitian yang positif dan adaptif serta meng-
merupakan peserta yang memiliki tingkat gunakan konsep keterampilan regulasi
stres kerja dengan kategori tinggi dan emosi dari Greenberg (2002). Pelatihan
sedang. Lembar persetujuan penelitian regulasi emosi ini telah dilaksanakan
diberikan pada subjek sebelum intervensi selama tujuh sesi dalam dua hari per-
diberikan, memuat kesepakatan bersama temuan. Serangkaian acara pelatihan ini
antara peneliti dan partisipan yang digu- berlang-sung selama ± 7 jam. Materi
nakan sebagai bukti persetujuan bahwa pelatihan meliputi pengantar pelatihan
subjek setuju dan bersedia menjalani dan perkenalan diri, sekilas penjelasan
prosedur penelitian. Adapun isi dari mengenai stres dan emosi serta hu-
lembar persetujuan ini adalah maksud bungan di antara keduanya, perkenalan
dan tujuan penelitian, hak serta kewa- dengan ragam emosi, cara meng-
jiban subjek penelitian, dan hal-hal lain ekspresikan emosi, cara mengelola
yang berkaitan dengan jalannya pene- emosi, serta cara mengubah emosi
litian negatif menjadi emosi yang lebih positif.
Persiapan lain sebelum intervensi
adalah pemilihan trainer atau fasilitator.

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 137


Putri Pusvitasari, Hepi Wahyuningsih, & Yulianti Dwi Astuti

Teknik Analisis Data HASIL PENELITIAN


Metode analisis data yang digu-
nakan berupa metode statistik dengan Deskripsi Data Penelitian
teknik analisis non-parametrik Mann Data dalam penelitian ini men-
Whitney U Test dengan bantuan program deskripsikan 13 subjek penelitian yang
SPSS 16.00 for windows. terdiri atas 6 subjek kelompok ekspe-
rimen dan 7 subjek kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen terdiri atas 4
orang laki-laki dan 2 orang perempuan,
sedangkan kelompok kontrol terdiri atas
4 orang laki-laki dan 3 orang perempuan.

Tabel 2. Perbandingan pratest, pascates, tindak lanjut tingkat stres kerja antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Klasifikasi
Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD
Prates 69 88 78,83 7,47 66 78 71,43 3,87
Pascates 52 73 65 8,05 65 81 73,29 5,12
Tindak lanjut 50 75 61,83 11,70 68 83 75,29 5,96

Tabel di atas menunjukkan bahwa Hasil Uji Asumsi


pada saat pelaksanaan prates, pascates, Uji normalitas menggunakan tehnik
dan tindak lanjut, terdapat perbedaan Kolmogorof-Smirnov menunjukkan p >
nilai mean antara kelompok eksperimen 0,05 yang berarti sebaran data pada
dan kelompok kontrol. Kelompok ekspe- prates, pascates, dan tindak lanjut dinya-
rimen mengalami penurunan skor pada takan normal. Uji homogenitas Levene’s
saat pascates dan tindak lanjut. Sedang- test menunjukkan p > 0,05, artinya se-
kan kelompok kontrol, apabila dilihat baran data kelompok eksperimen dan
dari nilai mean justru mengalami kelompok kontrol baik pada saat prates
peningkatan skor, namun tidak begitu maupun pascates memiliki varian yang
signifikan. homogen atau data berasal dari populasi-
populasi dengan varian yang sama,
namun sebaran data tindak lanjut antara

138 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016


Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Stres Kerja pada Anggota Reskrim

kedua kelompok tidak memiliki varian parametrik dapat dilakukan. Uji hipotesis
yang homogen. non-parametrik yang akan dilakukan
adalah Mann Whitney U Test. Selain
Hasil Uji Hipotesis karena uji asumsi tidak terpenuhi, uji
Berdasarkan uji asumsi diketahui non-parametrik ini juga digunakan
bahwa data yang didapatkan normal, dengan pertimbangan jumlah subjek
namun hasil data tindak lanjut tidak penelitian yang terbatas.
homogen, sehingga analisis non-

Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis


Data Z P Keterangan
Prates -1,726 0,084 Tidak Signifikan
Pascates -2,006 0,045 Signifikan
Tindak lanjut -2,011 0,044 Signifikan

Hasil analisis Mann Whitney yang Kondisi yang sama juga terjadi pada data
telah dilakukan pada data prates menun- tindak lanjut, di mana nilai Z = -2,011
jukkan bahwa nilai Z = -1,726 dan p = dan p = 0,044 (p < 0,05). Hal ini
0,084 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan menunjukkan bahwa ada perbedaan
bahwa tidak ada perbedaan yang signi- yang signifikan antara kelompok
fikan antara kelompok eksperimen deng- eksperimen dengan kelompok kontrol
an kelompok kontrol pada saat pelaksa- pada pelaksanaan tindak lanjut.
naan prates. Hasil ini dianggap wajar
mengingat kondisi awal subjek pada PEMBAHASAN
kedua kelompok memang diharapkan
sama atau tidak ada perbedaan. Penelitian ini bertujuan untuk me-
Kemudian hasil analisis yang dilakukan nguji hipotesis pelatihan regulasi emosi
pada data pascates menunjukkan bahwa dapat menurunkan tingkat stres kerja
nilai Z = -2,006 dan p = 0,045 (p < pada anggota reskrim. Pengukuran stres
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada kerja dilakukan sebelum dan sesudah
perbedaan yang signifikan pada saat pela-tihan regulasi emosi diberikan, serta
pelaksanaan pascates antara kelompok pada periode tindak lanjut (follow up)
eksperimen dengan kelompok kontrol. pada kelompok eksperimen dan kontrol.

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 139


Putri Pusvitasari, Hepi Wahyuningsih, & Yulianti Dwi Astuti

Berdasarkan analisis kuantitatif dengan Hal ini dimaksudkan agar subjek dapat
menggunakan uji non-parametrik Mann mewaspadai setiap perubahan emosi
Whitney U Test, menunjukkan bahwa yang dirasakan sehingga mampu meng-
ada perbedaan yang signifikan pada saat ambil tindakan yang tepat ketika sedang
pelaksanaan pascates dan tindak lanjut menghadapi situasi yang menekan.
antara kelompok eksperimen dengan Subjek dalam penelitian ini juga
kelompok kontrol. Berdasarkan penje- mempraktekkan teknik untuk mengelola
lasan di atas, maka dapat disimpulkan emosi dengan cara mengubah respon
bahwa pelatihan regulasi emosi memiliki emosi yang dirasakannya dengan latihan
pengaruh terhadap menurunnya tingkat relaksasi pernapasan dan relaksasi otot
stres kerja pada anggota reskrim. progresif. Relaksasi bertujuan untuk
Pelatihan regulasi emosi yang ter- melatih anggota tubuh bersikap lebih
diri atas materi berkenalan dengan ragam santai atau rileks ketika dalam keadaan
emosi, mengekspresikan emosi, menge- tegang atau sedang menghadapi situasi
lola emosi, dan mengubah emosi negatif yang menekan. Menurut Sarafino dan
menjadi emosi positif, memiliki pengaruh Smith (2011), relaksasi menjadi salah
terhadap stres kerja. Keterampilan perta- satu cara yang baik dalam mengurangi
ma yang diajarkan dalam pelatihan ini tingkat stres. Utanti (Subandi, 2002) juga
adalah mengenal emosi, baik itu emosi menyatakan bahwa dengan menjalankan
positif maupun negatif. Berdasarkan metode relaksasi yang dilakukan rutin
penelitian sebelumnya yang dilakukan setiap hari dapat mengurangi rasa terte-
oleh Gohm (2003) dijelaskan bahwa kan dan dapat mengatur emosi. Hasilnya
kemampuan mengenal emosi yang baik adalah seseorang menjadi lebih tangguh
akan dapat memberikan reaksi emosi dalam menghadapi tekanan luar yang
yang baik dan tepat sehingga pada berupa kejayaan maupun kegagalan,
akhirnya dapat terhindar dari keadaan harapan, dan ketakutan, kejengkelan dan
distress psikologis. Pada saat proses frustasi. Sejalan dengan yang diungkap-
pelatihan berlangsung, subjek penelitian kan oleh Shapiro (Hidayati, Purwanto &
mampu mengenal dan mengidentifikasi Yuwono, 2008) bahwa kemampuan
emosi dalam diri. Selain itu, subjek mengelola emosi akan memengaruhi
penelitian juga dapat mengidentifikasi perilaku setiap individu dalam mengatasi
seberapa besar tingkat emosi yang permasalahan yang muncul pada diri
dirasakannya melalui termometer emosi. sendiri, termasuk dalam permasalahan

140 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016


Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Stres Kerja pada Anggota Reskrim

kerja. Hal ini sesuai dengan yang akan beban yang dimiliki sedikit ter-
diungkapkan oleh subjek penelitian, di angkat. Bahkan ada subjek yang semakin
mana teknik relaksasi cukup membawa lega ketika mengetahui bahwa orang
manfaat untuk mereka, yaitu memberikan yang diajak bercerita juga memiliki
efek tenang, nyaman, lega, dan lebih masalah yang sama sehingga merasa
santai atau rileks pada tubuh serta tidak memikul beban itu sendiri.
pikiran. Pelatihan untuk mengubah emosi
Selain itu, subjek penelitian ini ju- negatif menjadi positif dengan meng-
ga diberikan salah satu materi mengenai gunakan teknik reframing mampu mem-
keterampilan mengekspresikan emosi, berikan pengaruh terhadap stres kerja
baik itu secara lisan maupun tulisan. karena emosi positif dapat menghentikan
Kemampuan mengekspresikan emosi atau meminimalkan dampak emosi
yang dilakukan baik secara lisan maupun negatif yang dihadapi saat menghadapi
tulisan dapat membantu meningkatkan kondisi stres. Keterampilan mengubah
kesehatan, kesejahteraan psikologis dan emosi negatif menjadi emosi positif
fungsi fisik pada seseorang saat meng- adalah kemampuan individu untuk
hadapi peristiwa traumatik dalam hidup- menilai dan bertangung jawab terhadap
nya dan membatu mengatasi distres emosi-emosi yang dirasakannya sehingga
psikologis, mengurangi emosi-emosi ne- individu tersebut dapat membuat
gatif dan menurunkan simtom-simtom keputusan yang tepat dalam kehidupan-
depresi (Greenberg & Stone, 1992). nya sehari-hari (Greenberg, 2002). Emosi
Keterampilan mengekspresikan emosi positif baik berupa optimisme, kebaha-
dalam pelatihan ini menekankan pada giaan, perilaku memaafkan, harapan,
pentingnya berbagi perasaan baik itu cinta maupun rasa syukur, terbukti dapat
secara tertulis maupun lisan kepada mengatasi dan mengurangi kecende-
kepada orang lain dan mencari penyele- rungan stres dan depresi (Tugade &
saian permasalahan sehingga beban- Fredrickson, 2007). Individu yang memi-
beban psikologis yang dirasakan dapat liki emosi positif lebih dapat bersikap
berkurang. Hal ini sesuai dengan kondisi adaptif terhadap berbagai stresor kehi-
subjek penelitian setelah melaksanakan dupan. Berdasarkan hasil lembar kerja
sesi mengekspresikan emosi, di mana reframing yang dikerjakan oleh subjek,
beberapa subjek mengaku bahwa dirinya menunjukkan bahwa adanya kemam-
merasa lebih tenang dan lega, seakan- puan subjek dalam mengubah emosi,

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 141


Putri Pusvitasari, Hepi Wahyuningsih, & Yulianti Dwi Astuti

pikiran dan perilaku yang negatif menjadi ini dimaksudkan agar anggota dapat
lebih positif. menjalankan fungsi psikologisnya secara
optimal, meskipun banyak beban peker-
SIMPULAN DAN SARAN jaan yang harus dikerjakan.

Saran DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka Abras, O. R. (2012). Pengaruh pelatihan
dapat disimpulkan bahwa pelatihan efikasi diri pada Sales Marketing
regulasi emosi terbukti efektif dalam terhadap penurunan stres kerja
karyawan CV. AI Semarang. Tesis
menurunkan stres kerja pada anggota
(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Pro-
reskrim. gram Magister Psikologi Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Saran Universitas Islam Indonesia.
Saran yang dapat diberikan dari
Andriani, D. R. (2016). Pelatihan regulasi
hasil penelitian ini adalah perlunya
emosi untuk meningkatkan resi-
memperhatikan waktu pelatihan. Apabila
liensi pada pendamping (caregiver)
subjek penelitian memiliki keterbatasan skizofrenia. Tesis (tidak diterbit-
waktu dan pertimbangan kelelahan fisik, kan). Yogyakarta: Program Magister
maka pelatihan dapat dilakukan dalam Psikologi Fakultas Psikologi dan
beberapa kali pertemuan dengan waktu Ilmu Sosial Budaya Universitas
Islam Indonesia.
yang singkat. Selain itu, penelitian selan-
jutnya juga diharapkan dapat memper-
Arisona, A. A. (2015). Perbedaan tingkat
timbangkan jumlah peserta pelatihan. stres kerja antara anggota polri
Peneliti menyarankan bagi penelitian fungsi reserse dengan satlantas di
selanjutnya untuk membatasi subjek salatiga. Tugas Akhir (tidak diterbit-
penelitian, sebaiknya tidak lebih dari kan). Program Studi Psikologi Fa-
kultas Psikologi Universitas Kristen
tujuh orang sehingga pelatihan menjadi
Satya Wacana.
lebih intensif dan efektif.
Secara praktis pelatihan regulasi Cahyono, A. S. D. & Koentjoro. (2015).
emosi dapat menjadi bahan pertimbang- Appreciative inquiry coaching un-
an bagi Polda untuk mengatasi persoalan tuk menurunkan stres kerja. Gadjah
stres kerja yang dialami anggotanya. Hal

142 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016


Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Stres Kerja pada Anggota Reskrim

Mada Journal of Professional Psy- framework. Cognition & emotion.


chology, 1 (2), 89 – 107. 25 (3), 400-412.

DIY, Polda. (2016). Website resmi Hidayati, R., Purwanto, Y., & Yuwono, S.
POLDA DIY. http://jogja.polri.go.id (2008). Kompetensi emosi, stres
/3/6/2016 kerja dan kinerja karyawan. Jurnal
Psikologi, 2 (1).
Frijda, N. H. (1990). The emotion. Paris:
Cambridge University Press. http://www.kontras.org/uu_ri_ham/UU%
20Nomor%202%20Tahun%20200
Gohm, C. (2003). Mood regulation and 2%20tentang%20Kepolisian%20N
emotional intellegence: Individual egara%20Republik%20Indonesia.p
differences. Journal of Personality df/8/8/2015
and Social Psychology. 84 (3), 594-
607 http://news.okezone.com/read/2014/03/1
9/500/957363/ini-penyebab-polisi-
Greenberg, L. S & Stone, A. A. (1992). tembak-atasan/3/8/2015
Emotional disclosure about trauma
and its relation to health: Effect of http://sumsel.tribunnews.com/2016/03/3
previous disclosure and trauma 1/banyak-polisi-bunuh-diri-jadi-
severity. Journal of Personality and masalah-besar-polri/16/8/16
Social Psychology. 63 (1), 75-84.
http://www.pos-metro.com/2015/11/tren-
Greenberg. L.S. (2002). Emotion-focused polisi-bunuh-diri-akibat-stres.html/
therapy: Coaching clients to work 4/7/2016
through their feelings. APA:
Washington DC Kholidah, E. N. & Alsa, A. (2012).
Berpikir positif untuk menurunkan
Gross, J. J. (1999). Emotion and emotion stres psikologis. Jurnal Psikologi,
regulation, dalam L.A. Pervin & 39 (1), 67 – 75.
O.P. John (Ed), Theory and
research (2nd edition). New York: Kostiuk, L.M., & Fouts, G.T. (2002).
Guildford. Understanding of emotions and
emotion regulation in adolescent
Gruyak, A., Gross, J. J., & Etkin, A. females with conduct problems: A
(2011). Explicit and implicit emo- qualitative analysis. (On-Line). http:
tion regulation: A dual – process //www.nova.edu/ssss/QR/QR7-
1/kostiuk.html. 11/10/12

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 143


Putri Pusvitasari, Hepi Wahyuningsih, & Yulianti Dwi Astuti

Skripsi (tidak diterbitkan). Malang:


Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. Fakultas Pendidikan Psikologi Uni-
(2003). Psikologi abnormal edisi versitas Negeri Malang.
kelima jilid I. Jakarta: Erlangga.
Subandi. (2002). Psikoterapi. Yogyakarta:
Oktavia, I. (2014). Hubungan antara Pustaka Pelajar.
dukungan sosial rekan kerja
dengan stres kerja pada anggota Sullivan, J. L. (1977). Introduction to
polisi di polresta surakarta. Skripsi police science: 3rd Ed. New York:
(tidak diterbitkan). Surakarta: Fakul- McGraw Hill.
tas Psikologi Universitas Muham-
madiyah Surakarta. The Lectric Law Library’s Legal Lexicon
On. (2008). Crime. (On-Line). http:
Padyab, M., Erlanson, S. B., & Brulin, C. //www.lectlaw.com/23/7/16
(2016). Burnout, coping, stress of
conscience and psychosocial work Thompson, R.A. (1994). Emotion
environment among patrolling poli- regulation: A theme in search of
ce officers. Springer (J Police Crim definition. (On-Line). http://psycho
Psych), 10, 1 – 9. logy.ucdavis.edu/labs/thompson/pu
bs/article/thompson1994.pdf
Robbins, S. P. (2002). Perilaku orga- 11/10/12
nisasi, konsep, kontroversi, dan
aplikasi (Edisi keenam). Jakarta: PT. Troy, A. & Mauss, I. (2011). Resilience in
Buana Ilmu Populer. the face of stress: emotion
regulation as a protective factor. In
Robbins, S. P. (2006). Perilaku organisasi steren M. Southwick, Brett T. Litz,
(edisi kesepuluh). Jakarta: PT. Dennis Charney, and Mathew J.
Indeks Kelompok Gramedika. Friedman (ed). Resilience and
mental health challenges across
Sarafino, E. P. & Smith, T. W. (2011). the life span (pp. 30 – 44).
Health psychology biopsychosocial Cambridge University Press.
interaction. 7th edition. New York:
John Wiley & Sons, Inc. Tugade, M. & Fredrickson, B. (2007).
Regulation of positive emotions:
Segarahayu, R.D. (2013). Pengaruh ma- Emotion regulation strategies that
najemen stres terhadap penurunan promote resilience. Journal of
tingkat stres narapidana wanita di Happiness Studies. 8, 311 – 333.
lapas wanita kelas IIA Malang.

144 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016


Efektivitas Pelatihan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Stres Kerja pada Anggota Reskrim

Vitarini, N. A. (2009). Hubungan antara Journal of Police Studies. 13 (3), 19


konflik peran ganda dengan stres – 38.
kerja pada guru wanita sekolah
dasar di kecamatan kebonarum Alvin, S. (2016). Tugas terlalu berat,
klaten. Skripsi (Tidak Diterbitkan). alasan maraknya polisi bunuh
Surakarta: Fakultas Psikologi Uni- diri?. (On-Line). http://news.
versitas Muhamadiyah Surakarta. liputan6.com/read/2497559/tugas-
terlalu-berat-alasan-maraknya-
Wade, C. & Tavris, C. (2007). Psikologi polisi-bunuh-diri/16/8/16
jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Syah, M. H. (2015). Mabes polri: Ada
Zakir & Murat. (2011). Police job stress penelitian, 80 persen polisi stres.
dan stress reduction/ coping (On-Line). http://news.liputan6.
programs: The effect on the com/read/2355394/mabes-polri-
relationship with spouses. Turkish ada-penelitian-80-persen-polisi-
stres/14/6/2016

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016 | 145

Anda mungkin juga menyukai