Anda di halaman 1dari 11

Psikostudia

Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582


Volume 9 No.3 | November 2020: 214-224 e-ISSN: 2657-0963
DOI: 10.30872/psikostudia

Hubungan Adiksi Internet dan Perilaku Merokok Pada Remaja


Teddy Ali Siregar1, Stephani Raihana Hamdan2
1Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Indonesia
Email: teddyalisiregar@gmail.com
2Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Indonesia

Email: stephanihamdan@unisba.ac.id

Article Info ABSTRACT


Article history: The purpose of this study was to see the relationship between Internet
Addiction and Smoking Behavior. There are several studies that state
Received 26 August 2020
contradictory results between internet addiction and smoking
Revised 07 september 2020
behavior. This research uses purposive sampling technique, with 51
Accepted 15 September 2020
research subjects. The method used in this study was correlational
research method. Data collection in this study used a questionnaire
Keywords: regarding the Internet Addiction Test (IAT). The data obtained is
ordinal data. The results showed that there was a relationship between
Internet
internet addiction and smoking behavior. The correlation aspect of
Addiction
internet addiction, the highest neglect work aspect to smoking
Behavior
behavior, the lowest correlation is excessive use between internet
Smoking
addiction and smoking behavior, the description of teenage smoking
Teenager
behavior in Bandung City mostly had moderate smoking behavior.

ABSTRAK Kata kunci


Internet
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara Adiksi Internet
Adiksi
dengan Perilaku Merokok. Beberapa penelitian yang menyatakan hasil yang
Perilaku
kontradiktif antara kecanduan internet dan perilaku merokok. Penelitian ini
Merokok
menggunakan teknik purposive sampling, subjek meliputi 51 orang. Metode yang
Remaja
digunakan peneliti merupakan metode korelasional. Pengumpulan data
menggunakan kuisioner Internet addiction test (IAT). Data penelitian berskala
ordinal. Hasil dalam penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang cukup era
antara adiksi internet dan perilaku merokok. Korelasi aspek adiksi internet, aspek
neglect work paling tinggi terhadap perilaku merokok, korelasi aspek excessive
use yang paling rendah terhadap perilaku merokok, gambaran perilaku merokok
remaja di Kota Bandung sebagian besar mempunyai perilaku merokok yang
sedang.

Dalam tahap perkembangan manusia, berdasarkan fakta ini pula remaja


masa remaja adalah periode masa transisi dikatakan rentan terhadap perilaku adiksi
dari masa anak-anak menuju masa dewasa. (Sarwono, 2004).
Pada masa remaja berasal dari dalam diri Adiksi adalah suatu aktivitas yang
ataupun dari luar terutama lingkungan menkonsumsi zat/substansi yang
sosial (Prayitno, 2006). Pada masa ini juga dilakukan secara berulang dan
remaja akan mengalami berbagai tantangan menimbulkan dampak buruk bagi individu.
seperti krisis identitas, senantiasa mencari Kecanduan dapat memiliki banyak jenis
hal-hal baru, sehingga mudah terpengaruh seperti bermain judi, penggunaan obat-
lingkungan sosial seperti teman sebayanya obatan, mengakses internet, aktivitas

214
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582
e-ISSN: 2657-0963

seksual dan hal lainnya (Kusumadewi, obatan tertentu dan yang kedua adalah
2009). non-physical addiction yaitu kecanduan
Young (2010) mendefinisikan adiksi tanpa adanya pengaruh zat tertentu
internet sebagai kegagalan pada individu Gangguan otak pada adiksi terjadi karena
untuk dapat mengontrol perilakunya ketika paparan berulang pada suatu zat atau
sedang mengakses internet sehingga pengulangan kegiatan tertentu yang
berpotensi menjadi masalah serius yang dapat meningkatkan pelepasan
mempengaruhi penurunan fungsi kerja otak neurotransmitter dopamin dalam siklus
atau mental dalam kehidupan sehari- dopaminergik mesokortikolimbik,
harinya. Kecanduan internet menjadi suatu menyebabkan efek reward. Peningkatan
sindrom yang ditandai oleh fakta bahwa pelepasan dopamin yang abnormal secara
subjek yang mengalami kecanduan akan berulang mendorong penyesuaian
menghabiskan banyak waktu menggunakan kembali, yang mengubah fungsi sirkuit,
Internet dan tidak dapat mengontrol yang memanifestasikan dirinya dalam
penggunaannya di Internet. Internet di era bentuk perilaku kompulsif yang tipikal dari
digital menjadi komponen penting dalam keadaan kecanduan (Saddock, 2015).
kehidupan manusia dan saat ini Penelitian Zhang (2015) telah
menyebabkan manusia banyak bergantung membuktikan bahwa perilaku dan
pada teknologi internet (Garvin, 2019). karakteristik dari seseorang yang
Berdasarkan hasil wawancara dengan mengalami adiksi internet serupa dengan
remaja yang aktif menggunakan internet di judi patologis atau gangguan
Bandung, peneliti menemukan bahwa ketergantungan zat. Sebagian besar
aktivitas menggunakan internet sudah perilaku impuls dimulai pada loop ventral
menjadi bagian dari gaya hidup bagi sistem motivasi, dan sebagian dari
mereka. Mereka mengatakan setiap hari perilaku bergerak ke bagian dorsal, yang
pasti akan menggunakan fasilitas internet berarti dari perilaku impulsif ke kompulsif.
seperti untuk bermain game yang sifatnya Informasi ini juga berasal dari
online, streaming film, dan aktif di media hippocampus, amigdala dan area lain dari
sosial. Oleh karena penggunaannya yang prefrontal korteks (Stahl, 2013).
praktis di zaman sekarang, separuh waktu Menurut Young (1996) menyatakan
setiap harinya mereka akan gunakan untuk bahwa adiksi internet terlihat dari sindrom
mengakses internet atau dunia maya. yang ditandai dari perilaku seseorang yang
Selain itu hasil wawancara juga dapat menghabiskan waktu yang sangat
menyebutkan bahwa beberapa remaja banyak untuk mengakses internet dan
menyatakan bahwa menggunakan internet tidak mampu mengontrol diri ketika
dilakukan secara bersamaan dengan sedang online. Berdasarkan Internet
kegiatan merokok juga dapat memberikan addiction test, Young (2010) membagi
kenikmatan dan dampak positif bagi adiksi internet kedalam empat aspek,
mereka, seperti menunjukan eksistensi diri yaitu:
mereka ataupun sebagai gaya hidup. 1. Salience, ditandai adanya pikiran-pikiran
Menurut Dodes (2002) terdapat dua berlebihan tentang internet, hingga
jenis kecanduan atau adiksi. Pertama adalah berkhayal atau berfantasi mengenai
physical addiction yaitu kecanduan internet.
dikarenakan penggunaan zat atau obat-

Hubungan adiksi internet dan perilaku merokok remaja 215


(Teddy Ali Siregar, Stephani Raihana Hamdan)
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582
e-ISSN: 2657-0963

2. Excessive use, ditandai penggunaan Kartono (2010) menyebutkan


internet secara berlebihan sehingga seorang pelajar gagal dalam pelajaran,
mengakibatkan kehilangan kontrol individu tersebut akan memiliki
terhadap waktu penggunaannya kecenderungan untuk mengganggu
3. Neglect to work, ditandai individu lebih kegiatan belajar teman-teman sekelas dan
mementingkan waktunya dalam akan bergaul dengan teman sebaya yang
mengakses internet sehingga tidak baik, yang akan kenakalan-kenakalan
mengabaikan tugas di kehidupanya. remaja yang lain seperti merokok ataupun
4. Anticipation, ditandai individu yang mencuri.
menjadikan internet sebagai Menurut Aritonang (1997),
penyelesaian masalah atau strategi Komalasari (2000), dan Nasution (2007)
coping dari permasalahan nyata yang merokok adalah perilaku yang kompleks
seharusnya ia hadapi, sehingga aktivitas dan merupakan hasil interaksi dari aspek
internet menjadi hal yang paling penting kognitif, kondisi psikologis, dan keadaan
bagi kehidupannya fisiologis. Perilaku merokok dapat
5. Lack of control, Individu tidak dapat didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang
mengontrol dirinya sehingga waktu yang berhubungan dengan rokok, yang diukur
digunakan demi mengakses internet melalui intensitas merokok, waktu
terus meningkat dari apa yang di merokok, dan fungsi merokok dalam
rencanakan. kehidupan sehari-hari.
6. Neglect social life, Mengabaikan Berdasarkan dari paparan diatas
kehidupan sosialnya secara sengaja peneliti berasumsi bahwa remaja yang
dikarenakan lebih mementingkan waktu mengalami adiksi internet mengabaikan
untuk mengakses internet daripada aktifitas lainnya seperti sekolah dan
melakukan aktivitas sosial di kegiatan lain yang membuat remaja lebih
kehidupannya. mudah melakukan aktifitas yang
Young menyebutkan (1996) dampak cenderung negatif salah satunya adalah
dari internet addiction remaja pelajar merokok.
ditandai kondisi sulit untuk menyelesaikan Penelitian li, dkk (2015)
tugas, sulit belajar untuk menghadapi ujian, menyebutkan adanya korelasi dan
dan kurang tidur akibat penggunaan konsekuensi negatif dari fisik dan psikis
internet yang berlebihan di malam hari. pada orang yang mengalami adiksi
Selain itu, penggunaan internet berlebihan internet. Orang dengan adiksi internet
pada remaja menyebabkan menurunnya lebih sering mengalami masalah
prestasi bahkan dikeluarkan dari sekolah. kesehatan fisik, seperti obesitas karena
Hal tersebut dapat terjadi jika remaja berkurangnya aktifitas dan gangguan tidur
tidak mampu mengontrol diri dengan baik ataupun masalah perilaku seperti
sehingga remaja mengabaikan tugas- penggunaan zat. Hasil penelitian H
tugasnya di sekolah (neglect to work) maka Morioka (2016) juga menyatakan terdapat
remaja dikhawatirkan dapat mengalami hubungan yang cukup era tantara perilaku
krisis identitas, sehingga remaja memiliki merokok dengan problematic internet use
kecenderungan berperilaku negatif (PIU). Namun pada kajian lain yang
(Widiarti, 2010). dilakukan oleh Choi (2009) dalam
pelitiannya menunjukkan tidak ada kaitan

Hubungan adiksi internet dan perilaku merokok remaja 216


(Teddy Ali Siregar, Stephani Raihana Hamdan)
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582
e-ISSN: 2657-0963

yang erat antara merokok dengan penelitian ini memiliki kriteria-kriteria


kecanduan internet. spesifik, yaitu:
Berdasarkan uraian tersebut maka 1. Remaja dengan usia 15 – 19 tahun.
peneliti menemukan bahwa terdapat 2 hasil 2. Remaja di Kota Bandung
kajian yang memiliki hasil yang kontradiktif 3. Remaja yang mengakses internet
sehingga peneliti tertarik untuk meneliti setidaknya diatas 20 jam selama
“Korelasi Adiksi Internet dan Perilaku seminggu.
Merokok pada Remaja”. 4. Remaja yang setidaknya pada 1 bulan
terakhir pernah melakukan aktivitas
METODE PENELITIAN merokok.
Jumlah sampel minimum pada
Desain Penelitian
penelitian ini diambil berdasarkan atas
Pendekatan penelitian ini
jenis penelitian yang dibuat oleh Fraenkel
menggunakan pendekatan kuantitatif dan
dan Wallen (1993) dengan panduan bahwa
metode korelasional. metode korelasi
penelitian korelasional membutuhkan
dilakukan untuk mencari dan melihat
sampel minimal sebanyak 50 orang.
derajat hubungan, dengan menghubungkan
Dengan berdasarkan sumber kajian
terhadap variabel pertama, yaitu adiksi
di atas, jumlah sampel minimal yang
internet dan variabel kedua perilaku
diperoleh di dalam penelitian ini telah
merokok (Fraenkel & Hyun, 2012).
mencapai jumlah minimum yaitu 51 orang
Dari pernyataan tersebut maka dapat
mengingat penelitian ini merupakan
dikatakan bahwa penelitian hubungan atau
penelitian korelasional yang bertujuan
korelasional adalah sebuah usaha yang
untuk melihat hubungan antara dua
dilakukan untuk mengetahui apakah ada
variabel.
hubungan antara variabel satu dengan yang
lainnya. Dalam penelitian korelasi setiap
Metode Pengumpulan Data
variabel tidak diberi suatu manipulasi atau
Metode yang digunakan dalam
mencoba mengukur hal-hal yang
pengumpulan data penelitian ini
mempengaruhi variabel tersebut. Jenis
menggunakan angket/kuisioner dalam
penelitian korelasional digunakan karena
bentuk google sheet yang dibagikan
penelitian ini dirancang untuk menentukan
kepada beberapa kelompok remaja
hubungan antar variabel, dalam hal ini
menggunakan kontak whatsapp pribadi
untuk menguji hubungan antara variabel
kepada seluruh responden penelitian.
adiksi internet dan perilaku merokok.
Adapun alat ukur yang digunakan,
yaitu angket yang berjumlah 20 item
Subjek Penelitian
pertanyaan berdasarkan aspek dari IAT
Dalam penelitian ini populasi atau
(internet addiction test) yang dibuat dan
subyek penelitiannya adalah remaja di Kota
dipergunakan pertama kali oleh Dr.
Bandung. Teknik pengambilan sampel yang
Kimberly Young dengan sistem skor 0-5
digunakan dalam penelitian ini adalah
dan terdiri dari 6 aspek yaitu salience,
purposive sampling yaitu pengambilan
excessive use, neglect work, anticipation,
sampel dengan mengambil sampel dari
lack of control dan neglect social life. Dan 8
populasi berdasarkan suatu kriteria
item pertanyaan untuk mengukur
tertentu (Jogiyanto, 2007). Dalam
intensitas merokok dengan tambahan

Hubungan adiksi internet dan perilaku merokok remaja 217


(Teddy Ali Siregar, Stephani Raihana Hamdan)
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582
e-ISSN: 2657-0963

data demografis seperti riwayat pertama dan skala perilaku merokok berdistribusi
merokok, riwayat anggota keluarga yang normal.
merokok, jumlah teman dekat yang Hasil uji linieritas yang dilakukan
merokok, tempat biasa untuk merokok, pada 51 sampel penelitian dengan antara
jumlah penghasilan, waktu merokok paling variabel adiksi internet dan perilaku
sering, kegiatan merokok yang lebih banyak merokok diperoleh nilai signifikansi 0,057
sebagai data penguat dari hasil penelitian yang lebih besar dari 0,05 (0,057 > 0,05).
yang diperoleh. Hasil uji tersebut menunjukan bahwa data
skala adiksi internet dan skala perilaku
Teknik Analisis Data merokok linier.
Data yang diperoleh dari penelitian ini Hubungan-hubungan antara variabel
merupakan data ordinal dengan akan dihitung secara statistik. Perhitungan
pengolahan statistik non parametrik. Dalam dilakukan untuk mengukur korelasi yaitu:
memastikan ada tidaknya hubungan antara 1. Adiksi internet dengan perilaku
kedua variabel dilihat dengan merokok
menggunakan uji korelasi Rank Spearman 2. Gambaran umum adiksi internet
( ). Dalam menentukan apakah kedua
3. Gambaran umum perilaku merokok
variabel berhubungan dalam sampel
tersebut, kita menguji signifikansi dari Rank 4. Hasil Tabulasi Silang Adiksi Internet
Spearman, dimana kriteria penolakan Dengan Perilaku Merokok
dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan dk =
Korelasi Adiksi Internet Dengan Perilaku
n-2 jika rs ≥ rtabel maka H0 ditolak, dan
Merokok
berlaku sebaliknya.
Hipotesis yang diajukan dalam
Peneliti menggunakan teknik analisis
penelitian ini adalah sebagai berikut:
ini karena koefisien korelasi Rank Spearman
H0: Tidak terdapat hubungan positif
sangat sesuai untuk mencari hubungan
antara adiksi internet dan perilaku
antara dua variabel yang sekurang-
merokok pada remaja di Kota Bandung.
kurangnya memiliki data ordinal.
H1: Terdapat hubungan positif antara
adiksi internet dan perilaku merokok pada
HASIL PENELITIAN
remaja di Kota Bandung.
Pada penelitian ini cara mengetahui Pada uji hipotesis dilakukan dengan
keeratan hubungan antara kedua variabel, menggunakan ketentuan, jika nilai Sig <
dilakukan perhitungan statistik dengan 0,01 maka H0 di tolak. Berikut ini
menggunakan metode koefisien korelasi merupakan hasil penelitian mengenai
Rank Spearman pada aplikasi SPSS 23.0 For hubungan antara adiksi internet dan
Windows. Sebelum perhitungan uji korelasi perilaku merokok pada remaja. Hasil
dilakukan uji normalitas dan uji linieritas. penelitian menunjukkan bahwa terdapat
Pada hasil uji normalitas dengan hubungan yang positif antara adiksi
menggunakan uji One Sample Kolmogorov- internet dan perilaku merokok. Hal
Smirnov Test yang dilakukan pada 51 tersebut dapat dibuktikan dengan hasil
sampel penelitian diperoleh hasil Asympt koefisien korelasi sebesar 0,446
Sig K S – Z = 0,200 > 0,05. Hasil tersebut berdasarkan Guilford (1956) nilai tersebut
menunjukan bahwa skala adiksi internet masuk dalam derajat korelasi yang cukup

Hubungan adiksi internet dan perilaku merokok remaja 218


(Teddy Ali Siregar, Stephani Raihana Hamdan)
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582
e-ISSN: 2657-0963

erat antara adiksi internet dengan perilaku tinggi adiksi internet maka semakin
merokok. Hal ini juga menunjukan meningkat pula perilaku merokok pada
hubungan positif yang artinya semakin remaja.
Tabel 1 Korelasi Adiksi Internet Dengan Perilaku Merokok
Adiksi Internet Perilaku Merokok
Correlation
1.000 .446**
Coefficient
Adiksi Internet
Spearman's Sig. (1-tailed) . .001
rho N 51 51
Correlation
Perilaku Merokok .446** 1.000
Coefficient
Sig. (1-tailed) .001 .
N 51 51

Gambaran Umum Adiksi Internet Berdasarkan data tabel 2 dapat


Hasil frekuensi dan data persentase dikatakan bahwa sebanyak 22 orang atau
dari adiksi internet dapat dilihat pada tabel sebanyak 43,1% mempunyai adiksi internet
berikut: kategori sedang, kemudian 13 orang atau
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Adiksi Internet sebanyak 25,5% mempunyai adiksi internet
Kategori Frekuensi Persentase kategori ringan, dan 11 orang atau
Normal 5 9,8% sebanyak 21,6% mempunyai adiksi internet
Ringan 13 25,5% kategori berat, serta 5 orang atau
Sedang 22 43,1% sebanyak 9,8% mempunyai adiksi internet
Berat 11 21,6%
kategori normal. Dari data tersebut dapat
Total 51 100%
diidentifikasi bahwa sebagian besar
remaja di Kota Bandung mempunyai
adiksi internet yang sedang.
Tabel 3 Hasil Rekapitulasi Adiksi Internet
Kategori
Dimensi Normal Ringan Sedang Berat
F % F % F % F %
Salienceo 8 15,7 18 35,3 16 31,4 9 17,6
Excessive use 3 5,9 12 23,5 18 35,3 18 35,3
Neglect work 11 21,6 15 29,4 17 33,3 8 15,7
Anticipation 9 17,6 5 9,8 26 51,0 11 21,6
Lack of control 9 17,6 13 25,5 12 23,5 17 33,3
Neglect social life 13 25,5 3 5,9 25 49,0 10 19,6

Pada aspek salience mayoritas dalam dalam kategori sedang dan berat yaitu
kategori ringan yaitu sebanyak 35,3%. sebanyak 35,3%. Artinya bahwa sebagian
Artinya bahwa sebagian besar remaja di besar remaja di Kota Bandung mempunyai
Kota Bandung mempunyai salience yang excessive use yang sedang dan berat. Pada
ringan. Pada aspek excessive use mayoritas aspek neglect work mayoritas dalam

Hubungan adiksi internet dan perilaku merokok remaja 219


(Teddy Ali Siregar, Stephani Raihana Hamdan)
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582
e-ISSN: 2657-0963

sedang yaitu 33,3%. Pada aspek anticipation Berdasarkan data demografi


mayoritas dalam kategori sedang yaitu menunjukan bahwa mereka menghisap 5-14
51,0%. Pada aspek lack of control mayoritas batang rokok dalam sehari atau setara
dalam kategori berat yaitu sebanyak 33,3%. dengan setengah bahkan 1 bungkus rokok.
Pada aspek neglect social life mayoritas Dari perolehan data tentang usia perokok
dalam kategori sedang yaitu 49,0%. remaja di Kota Bandung mayoritas 22 orang
atau sebanyak 43,1% berusia 19 tahun yang
Gambaran Umum Perilaku Merokok artinya kebanyakan perokok di Kota
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Bandung berada pada tahap remaja akhir.
Kategori Frekuensi Persentase Berdasarkan pendidikan terakhir
Ringan 9 17,6% perokok remaja di Kota Bandung mayoritas
Sedang 31 60,8% 43 orang atau sebanyak 84,3%
Berat 11 21,6% berpendidikan SMA, Berdasarkan usia
Total 51 100% pertama kali merokok sebagian besar
remaja di kota Bandung mulai merokok
Hasil frekuensi dan data persentase saat duduk di bangku SMP sebanyak 22
dari perilaku merokok dapat dikatakan orang atau 43,1%, pada tingkat SMP.
bahwa sebanyak 31 orang atau sebanyak Berdasarkan riwayat keluarga remaja yang
60,8% artinya Sebagian besar remaja di merokok di Kota Bandung mayoritas 13
Kota Bandung memiliki perilaku merokok orang atau sebanyak 25,5% adalah Ayah.
pada taraf sedang.
Hasil Tabulasi Silang Adiksi Internet Dengan Perilaku Merokok
Tabel 5 Tabulasi Silang Adiksi Internet Dengan Perilaku Merokok
Perilaku Merokok
Total
Ringan Sedang Berat
Adiksi
Normal 2 3 0 5
Internet
Ringan 4 9 0 13
Sedang 2 13 7 22
Berat 1 6 4 11
Total 9 31 11 51

Remaja yang memiliki tingkat adiksi PEMBAHASAN


internet normal dan ringan akan memiliki
Hasil penelitian dan perhitungan
perilaku merokok yang ringan dan sedang.
statistik yang telah disajikan menunjukkan
Selanjutnya, untuk remaja yang memiliki bahwa terdapat hubungan yang positif
tingkat adiksi internet sedang dan berat,
antara adiksi internet dengan perilaku
maka memiliki perilaku merokok yang merokok pada remaja di Kota Bandung. Hal
sedang dan berat. Hal ini dapat dikatakan
tersebut dapat dibuktikan dengan hasil
bahwa terdapat hubungan antara adiksi koefisien korelasi sebesar 0,446 yang
internet dan perilaku merokok pada remaja termasuk dalam derajat korelasi yang cukup
di Kota Bandung. Hubungan ini bersifat erat antara adiksi internet dengan perilaku
searah. merokok. Hal ini juga menunjukan
hubungan positif yang artinya semakin

Hubungan adiksi internet dan perilaku merokok remaja 220


(Teddy Ali Siregar, Stephani Raihana Hamdan)
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582
e-ISSN: 2657-0963

tinggi adiksi internet maka semakin 2 dari ke-6 aspek adiksi internet yang
meningkat pula perilaku merokok pada dimiliki oleh remaja di Kota Bandung berada
remaja. pada kategori sedang yaitu neglect work
Hasil penelitian ini sejalan dengan dan aspek anticipation, kemudian 2 aspek
penelitian dari Morioka (2016) yang berada pada kategori ringan yaitu salience
menyatakan bahwa hubungan erat antara dan neglect social life, 1 aspek pada kategori
merokok dan penggunaan Internet yang berat yaitu lack of control, dan 1 aspek pada
bermasalah dalam hal ini kecanduan kategori sedang dan berat yaitu excessive
Internet (Internet Addiction) di antara use.
remaja Jepang. Hal ini juga diperkuat oleh Berdasarkan perhitungan statistik
Liem (2014) di Korea Selatan yang pada variabel perilaku merokok pada
menunjukan bahwa merokok dapat remaja, gambaran perilaku merokok remaja
memprediksi risiko tinggi untuk kecanduan di Kota Bandung mempunyai perilaku
internet. Data yang diperoleh dalam merokok yang sedang yaitu sebanyak 31
penelitian ini dikumpulkan dari remaja di orang atau sebanyak 60,8%, mereka
warung internet di kota Bandung. Hal ini menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari
tidak sejalan dengan temuan Choi (2009) atau setara dengan setengah bahkan 1
yang menjelaskan bahwa remaja Amerika bungkus rokok hal ini sejalan dengan jumlah
Serikat yang kecanduan internet tidak uang saku per bulan perokok remaja di Kota
menunjukkan peningkatan perilaku Bandung mayoritas 34 orang atau sebanyak
merokok. Maka dapat dikatakan hasil 66,7% memiliki uang saku antara Rp
penelitian ini hanya sejalan dengan 1.000.000 – Rp 3.000.000 Jika dilihat dari
penelitian di benua Asia -dalam hal ini jumlah penghasilan atau uang saku mereka
Jepang dan Korea Selatan- dan tidak sejalan perbulan sekitar kondisi ini juga dapat
dengan benua lain. mendukung mereka untuk selalu dapat
Untuk memperoleh data yang lebih mengakses internet secara berlebihan
rinci tentang hubungan adiksi internet karena dengan jumlah tersebut sangat
dengan perilaku merokok pada remaja di mungkin mereka untuk secara terus
Kota Bandung, maka berikut ini akan menerus membeli paket internet atau
dibahas mengenai korelasi dari aspek-aspek bermain game online di warung internet
adiksi internet dengan perilaku merokok dan juga membeli 1 bungkus rokok dengan
pada remaja di Kota Bandung. kisaran harga Rp.20.000,00/ bungkus setiap
Berdasarkan perhitungan statistik harinya. Dari perolehan data tentang usia
pada variabel adiksi internet, terdapat 22 perokok remaja di Kota Bandung mayoritas
orang atau sebanyak 43,1% mempunyai 22 orang atau sebanyak 43,1% berusia 19
adiksi internet kategori sedang, kemudian tahun yang artinya kebanyakan perokok di
13 orang atau sebanyak 25,5% mempunyai Kota Bandung berada pada tahap remaja
adiksi internet kategori ringan, dan 11 orang akhir .
atau sebanyak 21,6% mempunyai adiksi Berdasarkan pendidikan terakhir
internet kategori berat, serta 5 orang atau perokok remaja di Kota Bandung mayoritas
sebanyak 9,8% mempunyai adiksi internet 43 orang atau sebanyak 84,3%
kategori normal. berpendidikan SMA, Berdasarkan usia
Setelah dihitung pada setiap aspek pertama kali merokok sebagian besar
dari adiksi internet, dapat diketahui bahwa remaja di kota Bandung mulai merokok saat

Hubungan adiksi internet dan perilaku merokok remaja 221


(Teddy Ali Siregar, Stephani Raihana Hamdan)
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582
e-ISSN: 2657-0963

duduk di bangku SMP sebanyak 22 orang hubungan adiksi internet dan perilaku
atau 43,1%, pada tingkat SMP. Banyaknya merokok pada remaja, maka dapat dibuat
remaja yang memulai merokok pada usia simpulan sebagai berikut:
yang cukup muda yaitu saat duduk di 1. Hasil korelasi adiksi internet dan perilaku
bangku SMP hingga saat ini yang sebagian merokok menunjukan terdapat
besar berada pada tingkat SMA hubungan yang positif dengan hasil
menunjukan bahwa terdapat setidaknya 22 koefisien korelasi sebesar 0,446 yang
orang (43,1%) remaja di Kota Bandung termasuk dalam derajat korelasi yang
sudah melakukan aktivitas merokok selama cukup erat. Artinya semakin tinggi adiksi
kurang lebih 1 tahun, berdasarkan pendapat internet remaja maka semakin
Hovart (Kusumadewi, 2009) penggunaan meningkat pula perilaku merokok pada
zat atau substansi yang berlangsung cukup remaja.
lama dan dilakukan secara berulang dapat 2. Hasil korelasi aspek adiksi internet yang
dikatakan sebagai adiksi, maka dapat paling tinggi terhadap perilaku merokok
disimpulkan bahwa sebagian besar remaja adalah aspek neglect work yaitu sebesar
di Kota Bandung telah mengalami 0,568, sedangkan hasil korelasi aspek
kecanduan. Hal ini juga sejalan dengan adiksi internet yang paling rendah,
hipotesis penelitian yang menunjukan terdapat pada aspek excessive use
bahwa sebagian besar atau 22 orang (43,1%) termasuk kedalam derajat yang lemah
remaja di Kota Bandung memiliki perilaku yaitu sebesar 0,264.
merokok dengan kategori perokok sedang 3. Gambaran adiksi internet pada remaja di
dan adiksi internet pada taraf sedang. Kota Bandung yang paling signifikan
Berdasarkan riwayat keluarga remaja yaitu sebanyak 22 orang atau sebanyak
yang merokok di Kota Bandung mayoritas 43,1% berada pada taraf sedang.
13 orang atau sebanyak 25,5% adalah Ayah. 4. Gambaran perilaku merokok pada
Besar kemungkinan perilaku merokok remaja di Kota Bandung yang paling
mereka dipengaruhi oleh melihat ayah signifikan yaitu sebanyak 31 orang atau
sebagai sosok laki-laki dewasa dan di sekitar 60,8% mempunyai perilaku
idolakan sehingga hal ini sejalan dengan merokok pada taraf sedang
pernyataan bahwa remaja melakukan
kegiatan merokok sebagai simbolisasi, Saran
menarik perhatian lawan jenis dan dianggap Berdasarkan hasil penelitian yang
menarik untuk dilakukan. Sedangkan telah dilakukan, peneliti memberikan
sisanya yaitu 11 orang atau sebanyak 21,6% beberapa poin saran yang diharapkan dapat
mempunyai perilaku merokok kategori bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkaitan
berat, dan 9 orang atau sebanyak 17,6% dalam penelitian ini, yaitu:
mempunyai perilaku merokok kategori 1. Bagi remaja di Kota Bandung untuk
ringan. memperbaiki lack of control sehingga
memiliki kemampuan dalam mengontrol
SIMPULAN DAN SARAN diri ketika mengakses internet dan
excessive use untuk lebih mengendalikan
Simpulan
dan membatasi diri dalam penggunaan
Berdasarkan hasil penelitian yang
internet sehingga tidak melakukan
diperoleh dari hasil statistik untuk melihat
pengabaian pada kebutuhan-kebutuhan

Hubungan adiksi internet dan perilaku merokok remaja 222


(Teddy Ali Siregar, Stephani Raihana Hamdan)
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582
e-ISSN: 2657-0963

dasar dalam kehidupannya sehingga 15-19,


terhindar dari adiksi internet. http://dx.doi.org/10.30872/psikostudia
2. Bagi orang tua agar dapat memperbaiki .v8i1.2384
aspek neglect social life pada anak- Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistic
anaknya yang berada pasa usia remaja in Psychology and Education. 3rd Ed.
seperti mengarahkan anaknya untuk McGraw-Hill Book Company, Inc.
mengikuti kegiatan organisasi di sekolah Jogiyanto, H.M. (2007). Metode Penelitian
ataupun diluar sekolah agar anak tidak Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman–
menghabiskan seluruh waktunya untuk Pengalaman. Penerbit BPFE
menggunakan internet. Yogyakarta.
3. Bagi dinas Pendidikan atau pihak Kartono. (2010). Patologi Sosial 2. Kenakalan
sekolah agar memberikan fokus lebih Remaja. CV. Rajawali Expres.
pada siswa yang terindikasi neglect to Komalasari, D. H. (2000). Faktor-Faktor
work (pengabaian tugas). Dinas/pihak Penyebab Perilaku Merokok pada
sekolah dapat memberikan motivasi Remaja. Jurnal Psikologi Universitas
pada siswa-siswanya agar tidak Gadjah Mada, 3(1), 1-11.
mengabaikan tugas dan tanggung Kusumadewi, bT. n. (2009). Hubungan
jawabnya di sekolah dan mengarahkan antara kecanduan game online
pada pergaulan yang tidak baik seperti terhadap keterampilan sosial pada
bergaul dengan teman-teman yang remaja. Jurnal Universitas Indonesia, 8-
sering bolos sekolah ataupun merokok. 13.
Li, W., O'Brien, J. E., Snyder, S. M., &
DAFTAR PUSTAKA Howard, M. O. (2015). Characteristics
of internet addiction/pathological
Aritonang, M.R. (1997). Fenomena wanita
internet use in U.S. university
merokok. Jurnal psikologi Universitas
students: a qualitative-method
Gadjah Mada. Universitas Gadjah Mada
investigation. PloS one, 10(2),
Press
e0117372.
Choi W. S., Gillin J. C., & Pierce J. P. (2009).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.01
Symptoms and cigarette smoking
17372.
predict development and persistence
Liem, A. (2014). Pengaruh media massa,
of sleep problems in US adolescents.
keluarga, dan teman terhadap
Depressive Sari Pediatri Vol. 11, No. 3.
perilaku merokok remaja di
Dodes, L. M. (2002). The heart of addiction.
Yogyakarta. Makara Hubs-Asia, 18(1),
HarperCollins Publishers.
41-52.
Frankel, J. & Wallen, N. (1993). How to
Nasution. (2007). Perilaku Merokok pada
Design and Evaluate research in.
Remaja. Medan: Academia.edu.
Education, (second edition). McGraw-
Morioka, O. I, H. (2016). Association
Hill Inc. Gasperz, Vincent.
Between Smoking and Problematic
Fraenkel, J. R., & Hyun, H. H. (2012). How to
Internet Use Among Japanese
Design and Evaluate. McGrow-Hill.
Adolescents: Large-Scale Nationwide
Garvin. (2019). Hubungan Antara Kesepian
Epidemiological Study.
Dengan Problematic Internet Use
Cyberpsychology, Behavior, and Social
Pada Remaja. Jurnal Psikostudia 8 (1)
Networking, 557-561.

Hubungan adiksi internet dan perilaku merokok remaja 223


(Teddy Ali Siregar, Stephani Raihana Hamdan)
PSIKOSTUDIA: Jurnal Psikologi p-ISSN: 2302-2582
e-ISSN: 2657-0963

Prayitno, E. (2006). Psikologi Perkembangan Cyber Psychology & Behavior, 1(3), 237–
Remaja. Angkasa Raya. 244.
Saddock, K. (2015). Synopsis Of Psychiatry: http://doi.org/doi:10.1089/cpb.1998.1.2
Behavioral Scienes/Cinical/Psychiatri 37
edisi sebelas. Salemba Medika. Young, K. S. (2010). Internet Addiction: The
Sarwono, S. W. (2004). Psikologi Remaja. Emergence Of A New Clinical
Grafindo Persada. Disorder. Cyber Psychology and
Stahl, S. M. (2013). Stahl Essential Behavior, 1(3), 237-244.
Psycopharmacology. 4th ed. Cambrige Zhang, R. (2015). Internet dependence in
University Press. Chinese high school students:
Widiarti, I. (2010). Hubungan antara kontrol Relationship with sex, self-esteem,
diri dengan kecanduan game online and social support. Psychological
pada remaja di Malang (Skripsi thesis). Reports: Disability & Trauma, 117(1), 1-
Universitas Negeri Malang. 18. https:/doi.org/
Young, K. (1996). Internet addiction: The 10.2466/18.21.PR0.117c11z0.
emergence of a new clinical disorder.

Hubungan adiksi internet dan perilaku merokok remaja 224


(Teddy Ali Siregar, Stephani Raihana Hamdan)

Anda mungkin juga menyukai