Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang hidup

bermasyarakat dan saling tolong menolong satu sama lainnya. Manusia sebagai

makhluk sosial akan selalu membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu memerlukan orang lain di

sekitarnya (Siswoyo,2007). Interaksi antara individu salah satunya dengan saling

tolong menolong. Perilaku saling tolong-menolong ini disebut juga dengan

perilaku prososial.

Orang yang mempunyai perilaku prososial tinggi dapat di lihat seperti

contoh kasus seorang perawat Palestina yang bernama Razan Ashraff Najjar yang

menjadi relawan paramedis pada pertempuran antara masyarakat Palestina

dengan tentara Israel (liputan6, 2017). Saat ini, perilaku Prososial mulai jarang

ditemui khususnya di wilayah perkotaan. Salah satu contoh kurangnya prososial

di wilayah perkotaan khususnya DKI Jakarta yaitu pada kendaraan umum,

penumpang commuter line berinisial D tidak mau memberikan tempat duduk pada

ibu hamil, dan ia menumpahkan kekesalannya lewat media sosial path, ia

menuliskan kalau sangat benci kepada ibu hamil yang tiba-tiba meminta tempat

duduknya (Kompas, 2016).

1
2

Kurangnya perilaku prososial juga terlihat ketika ada orang yang terkena

musibah seperti kecelakaan lalu lintas dijalan, kebanyakan orang hanya

menonton, bahkan ada yg sibuk merekam atau memvideo orang yang kecelakaan

tersebut tanpa menolongnya. Kecelakaan di Kemayoran Jakarta Pusat adalah salah

satu contohnya, kecelakaan yang melibatkan pengendara sepeda motor dan mobil

didaerah Kemayoran, dalam video yang diunggah @thenewbreakinggregetan

lewat akun instagram terlihat seorang pria tergeletak di jalan raya dan dalam video

itu tidak ada satu orang pun yang bergegas menolong korban, padahal banyak

orang yang berlalu lalang di sekitar kejadian tersebut (kompas, 2016). Hal ini

sangat membahayakan korban jika tidak segera ditolong, bahkan dapat

menyebabkan kematian bagi yang mengalami kecelakaan tersebut. Dari berita-

berita yang sudah dipaparkan peneliti, dapat dilihat bahwa perilaku prososial di

masyarakat perkotaan khususnya DKI Jakarta terdapat indikasi perilaku prososial

yang kurang.

Carlo dan Randall (2002) menyebutkan bahwa perilaku prososial adalah

tindakan menolong secara suka rela yang dimaksudkan untuk memberikan

manfaat kepada orang lain dengan beberapa motif atau jenis prososial yang

mendasarinya. Penelitian yang dilakukan oleh Carlo dan Randal (2002)

mengungkapkan bahwa perilaku prososial yang muncul pada diri individu

dipengaruhi oleh beberapa jenis yang masing-masing jenis tersebut memiliki

korelasi tersendiri dalam situasi yang berbeda, ada perbedaan antara individu yang

menolong karena diminta dan individu yang menolong secara spontan, ada

perbedaan perilaku prososial tinggi dan rendah berdasarkan hal-hal yang

menggugah emosional, selain itu perilaku prososial di interlisasi oleh


3

norma/prinsip-prinsip dan simpati, dan membantu orang lain karena di motivasi

oleh motivator ekstrinsik.

Peneliti melakukan studi awal dengan melakukan wawancara pada

kondektur busway pada hari minggu 3 November 2018 di dalam busway arah

Harmoni-Pulogadung, ia mengatakan bahwa selama bertugas pasti ada saja

menemui orang-orang yang tidak peduli dengan orang lain bahkan enggan

memberikan tempat duduknya kepada lansia karena ia merasa sudah menempati

duluan. “kadang ya ada aja mbak yang kaya gitu, ga mau ngalah sama yang tua,

pura-pura ga liat kalau ada orang tua yang berdiri, pada sibuk main hp, kalau

sepi saya tegur dan ngomong baik-baik kalau ada ibu-ibu atau bapak-bapak yang

mau duduk, setelah ditegur baru orang itu mau memberikan tempat duduknya,

tapi kalau penuh agak susah ngontrolnya”.

Peneliti melanjutkan melakukan studi awal dengan menaiki angkutan

umum lain yaitu commuter line jurusan stasiun Kota-Bogor pada hari yang sama,

peneliti mengamati ada beberapa orang yang membawa anak dan balita berdiri

tanpa diberi tempat duduk, tidak adanya petugas pada gerbong yang peneliti naiki

membuat penumpang mengabaikan peraturan ataupun kesadaran sendiri untuk

memberikan kursi pada wanita hamil, lansia, serta ibu atau bapak yang membawa

anak atau balita. Kebanyakan dari mereka terlihat asik bermain dengan

Smartphonenya sehingga tidak memperhatikan lingkungan di sekitarnya.


4

Peneliti juga melakukan pengamatan pada salah satu akun youtube yang

berinisial BP, dalam akun tersebut terdapat banyak unggahan perilaku menolong,

salah satunya ialah menolong seorang bapak yang tidak mempunyai tempat

tinggal, dalam unggahan tersebut dijelaskan bahwa BP menyewa rumah selama

satu tahun yang nantinya rumah itu akan ditempati oleh bapak tersebut, karena

akun video tersebut di upload di youtube BP maka video itupun menjadi salah

satu konsumsi publik yang banyak dilihat orang yang menonton. Setelah

mengupload video tersebut akun BP dibanjiri oleh komen yang mengatakan kalau

BP adalah orang yang baik dan patut dicontoh oleh yang lainnya.

Peneliti melakukan observasi di jalan raya Tanjung Duren Jakarta Barat

sekitar pukul 19.40 pada hari Sabtu, disitu sedang terjadi kecelakaan antara

pengemudi motor dengan mobil yang mengakibatkan pengendara motor terluka,

kebanyakan masyarakat yang ada di sekitar lokasi kejadian hanya menonton

kecelakaan tersebut, banyak motor yang berhenti hanya untuk melihat dan

kemudian memfoto kejadian tersebut sehingga mengakibatkan jalan satu arah

tersebut mengalami kemacetan.

Permasalahan tentang perilaku prososial telah banyak menarik perhatian

para peneliti, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Gumelar

(2014) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara empati

terhadap perilaku prososial di jejaring twitter. Dalam penelitian ini semakin tinggi

empati yang dimiliki pengguna jejaring sosial twitter maka semakin tinggi pula

perilaku prososialnya. Hal ini menjelaskan bahwa perilaku prososial pada


5

pengguna jejaring sosial twitter dalam berbagi ulang informasi kegiatan sosial

dipengaruhi oleh empati yang mereka miliki.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gumelar dan Puspita

(2014), penelitian yang dilakukan oleh Anjani (2018) juga menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara empati dengan perilaku prososial pada

siswa SMK Swasta X di Surabaya. Semakin tinggi empati semakin tinggi pula

perilaku prososial yang dilakukan oleh siswa SMK Swasta X Surabaya.

Begitupun sebaliknya, semakin rendah empati yang dimiliki siswa, maka semakin

rendah perilaku prososial yang dilakukan siswa.

Empati merupakan bagian penting yang digunakan untuk membangun

sebuah komunikasi serta hubungan sosial yang positif antar sesama makhluk

hidup, dengan adanya empati, orang dapat memberikan sebuah respon yang

diharapkan atau di butuhkan oleh lingkungan di sekitarnya dalam bentuk perilaku

menolong.

Perilaku menolong terhadap orang lain merupakan sebuah kebutuhan yang

berguna untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan yang di hadapi oleh

makhluk hidup yang tidak dapat diselesaikan sendiri (Anjani, 2018). Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Pinasti dan Kustanti (2017) mengatakan bahwa

salah satu penyebab seseorang mempunyai empati yang rendah adalah akibat

penggunaan Smartphone yang berlebihan (addiction Smartphone).

Smartphone adalah piranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi

praktis yang secara spesifik dirancang lebih canggih dibandingkan dengan

tekhnologi sebelumnya (Wijanarko & Setiawati, 2016). Hardware dan software


6

pada Smartphone secara dramatis meningkatkan beberapa aplikasi yang

dikembangkan sesuai dengan gaya hidup kita diluar dari imajinasi kita. Fungsi

dari Smartphone bukan hanya sebagai ponsel namun sebagai komputer, mp3, atau

pemutar video. Dengan Smartphone kita dengan mudah mendapatkan informasi

yang diinginkan setiap saat dan dimana saja. Akibatnya, masyarakat modern ini

sangat tertarik untuk mendapatkannya (Kwon,dkk, 2013).

Pengguna biasanya memeriksa Smartphone untuk mengetahui

pemberitahuan masuk, pesan e-mail, dan komentar dari sosial media miliknya

lebih dari satu kali dalam satu jam, dan menggunakan internet pada Smartphone

lebih dari satu kali dalam satu hari (rosen,dkk, 2013). Penggunaan Smartphone

memberi banyak manfaat bagi masyarakat. Dampak positif dari penggunaan

Smartphone antara lain : a) Smartphone memiliki mobilitas yang tinggi. b)

Pengguna Smartphone dapat mengetahui informasi dari belahan dunia manapun.

c) Dengan adanya Smartphone, pengguna tidak perlu repot untuk melihat peta,

karena Smartphone dapat digunakan sebagai alat navigator dll (Choirunnisa,

2012).

Kwon, dkk (2013) mengungkapkan bahwa semakin lengkap aplikasi, fitur,

dan fungsi Smartphone akan meningkatkan kecenderungan ketergantungan

individu terhadap Smartphone. Hal ini akan menyebabkan seseorang menjadi

adiksi. Adiksi adalah ketika seseorang terobsesi dengan aktifitas tertentu yang

menghasilkan gangguan atau kegiatan sehari-hari dan menunjukan pola yang

sama dengan ketergantungan zat. Adiksi Smartphone adalah perilaku

ketergantungan yang memungkinkan menjadi masalah sosial seperti menarik diri,

kesulitan dalam performa aktivitas sehari-hari atau sebagai gangguan control


7

impuls terhadap diri individu. Menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi

Penyelenggara Jasa Internet (APJII), hampir seluruh dari total penggunaan

internet ialah merupakan masyarakat yang berusia 19-34 tahun (49,52 %).

Kwon, dkk (2013) mengungkapkan bahwa adiksi bukan hanya mengacu

pada penyalahgunaan obat atau zat, dapat juga mengacu pada perjudian, internet,

game bahkan mengacu pada Smartphone, dengan mudahnya kita dapat mengakses

internet melalui Smartphone menjadi pola kecanduan perilaku yang serius.

Dampak bagi kesehatan yang di hasilkan dari sering bermain Smartphone akan

menyebabkan gangguan tidur, bermasalah dengan konsentrasi dan bisa

menyebabkan sakit fisik di leher dan pergelangan tangan, dan juga dapat

mempengaruhi keseimbangan antara kehidupan bekerja dan kehidupan pribadi.

Hasil studi awal yang dilakukan peneliti melalui penyebaran angket ke 30

masyarakat di kota Jakarta, masyarakat DKI Jakarta kebanyakan menghabiskan

waktu luang dengan bermain Smartphone, ketika bangun tidur pertama kali yang

mereka cari ialah Smartphone, ketika sedang dalam kendaraan umum untuk

menghilangkan bosan kebanyakan orang memilih untuk bermain Smartphone

untuk membuka sosial media seperti instagram, facebook, banyak masyarakat

yang mengatakan menggunakan Smartphone selama 7-8 jam sehari, dan merasa

gelisah ketika Smartphone tertinggal dirumah saat ia sedang pergi ke kantor atau

keluar rumah. Dari hasil studi awal tersebut peneliti meyimpulkan bahwa

masyarakat DKI Jakarta mempunyai kecenderungan ketergantungan pada

Smartphone dan tidak bisa lepas dari Smartphone mereka.


8

Sudah banyak penelitian yang meneliti tentang adiksi Smartphone seperti

yang dilakukan oleh Jeong & Lee, (2015) tentang Smartphone Addiction and

Empathy among Nursing. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa

kesusahan pribadi yang termasuk dalam empati afektif ternyata menjadi faktor

yang mempengaruhi adiksi Smartphone. Penelitian lain tentang adkisi

Smartphone yang dilakukan oleh Falk, dkk (2015) tentang Can Text Messages

Increase Empathy and Prosocial Behavior? The Development and Initial

Validation of Text to Connect” menjelaskan bahwa pesan teks dapat

membangunkan indikator afektif dari empati dan perilaku prososial, tetapi dapat

menurunkan persepsi diri terhadap empati, meskipun intervensi pesan teks singkat

tidak secara konsisten mempengaruhi sifat kepribadian yang terkait dengan

empati, namun untuk penggunaan teknologi seluler dapat mengubah motivasi dan

perilaku empatik.

Berbagai macam penelitian tentang perilaku prososial dan adiksi

Smartphone telah banyak dilakukan, namun belum banyak penelitian yang

spesifik mengaitkan hubungan antara adiksi Smartphone dengan perilaku

prososial maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan

antara adiksi Smartphone dengan perilaku prososial. Hal inilah yang mendasari

penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara adiksi

Smartphone dengan perilaku prososial pada masyarakat DKI Jakarta”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara adiksi Smartphone dengan
9

perilaku prososial pada masyarakat di DKI Jakarta yang dilihat dari dimensi-

dimensinya?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan data-data empirik

mengenai hubungan antara adiksi Smartphone dengan jenis-jenis perilaku

Prososial , yaitu public, emotional, altruisme, compliant, dire, dan anonymous

pada masyarakat di DKI Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi kalangan

akademis atau mahasiswa yang akan melakukan penelitian terhadap tema

yang sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

masyarakat di DKI Jakarta tentang gambaran perilaku prososial dan

mampu menerapkan perilaku prososial di lingkungan sekitar dan

mengetahui dampak negatif dari adiksi Smartphone, sehingga dapat

mengontrol penggunaan Smartphone dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Lembaga Pemerintahan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada lembaga

pemerintahan terkait tentang gambaran perilaku prososial masyarakat di


10

DKI Jakarta, supaya dapat membuat kebijakan-kebijakan untuk

meningkatkan perilaku prososial di kalangan masyarakat di DKI Jakarta,

dan dapat menghimbau masyarakat agar menggunakan Smartphone

dengan bijak.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi

peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang sama.

Anda mungkin juga menyukai