IMPROVING KNOWLEDGE OF BURNS INJURY AND FIRST AID IN BURNS INJURY AMONG
AISYIYAH RANTING MEMBERS
ABSTRAK
Latar Belakang: luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas manusia dalam
rumah tangga, industri, trafic accident, maupun bencana alam. Penderita luka bakar yang paling rentan adalah
pada wanita karena peran utama mereka dalam keluarga yaitu banyak yang bersinggungan dengan api dan listrik
seperti memasak dan menyetrika. Penanganan luka bakar yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak yang
akan merugikan penderita.
Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan tentang cidera luka bakar, serta pertolongan pertama
kegawatdaruratan yang tepat pada luka bakar pada anggota ranting Aisyiyah Sidabowa, kecamatan Patikraja.
Metode: program ini diberikan dengan metode ceramah, dan pemaparan materi menggunakan alat audio visual
laptop dan LCD. Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan pemutaran video edukasi pertolongan pertama
pada cidera luka bakar, setelah pemutaran video dilanjutkan dengan simulasi/ demonstrasi tata cara pertolongan
pertama pada cidera luka bakar termasuk mengenalkan jenis-jenis bahan dan obat yang direkomendasikan untuk
pertolongan pertama luka bakar. Dan yeng terakhir adalah sesi diskusi
Hasil: peserta memahami gambaran umum seputar luka bakar dan bahayanya serta peserta bisa mengerti
penanganan P3K yang tepat. Peserta bisa menjawab pertanyaan pemateri dan berdiskusi terkait materi yang
disampaikan.
Kesimpulan: terdapat peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang bahaya luka bakar dan penanganan
P3K luka bakar.
ABSTRACT
Background: Burns are a kind of trauma that occurs as a result of human activities in the household, industry,
traffic accidents, and natural disasters. The most vulnerable burn sufferers are women because of their main
role in the family, many of their activities are contact with fire and electricity such as cooking and ironing.
Improper handling of burns can have an adverse impact on sufferers
The aim of this program was to increase knowledge about burn injuries, as well as proper emergency first aid
treatment of burns to the members of Aisyiyah Sidabowa, Patikraja
Method: this program was provided with the lecture method, and the presentation of material used audio visual
tools, such as laptop and LCD. After giving the material, we continued with educational videos for first aid in
burn injuries, after that we also gave them a simulation / demonstration of procedures for first aid in burn
injuries including introducing the types of materials and drugs recommended for it. The last was a discussion
session.
Results: participants understand about burns and the dangers, as well as participants can understand the
proper handling of burn injury first aid. Participants can answer the speakers' questions and discuss the
material that presented.
Conclusion: there is an increase in knowledge and understanding about burns, partisipants also understand
about appropriate first aid of burn injury.
103
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IV Tahun 2019
“Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-43-1
PENDAHULUAN
Menurut WHO, secara luas mendefiniskan luka bakar sebagai cidera yang disebabkan oleh
panas (objek panas, gas atau api), bahan kimia, listrik dan petir, gesekan, atau radiasi. Luka bakar
merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas manusia dalam rumah tangga,
industri, trafic accident, maupun bencana alam. Penderita luka bakar yang paling rentan adalah pada
wanita peran utama mereka dalam keluarga yaitu banyak yang bersinggungan dengan api dan listrik
seperti memasak dan menyetrika (Ahuja & Bhattacharya, 2004). Demikian pula anak kecil (< 10
tahun) dan orang tua (usia >50 tahun) merupakan kriteria tertinggi terhadapa luka bakar berat
(Giovany, Pamungkas & Inayah, 2015).
Di Indonesia angka kematian akibat luka bakar masih tinggi sekitar 40%, terutama diakibatkan
oleh luka bakar berat. Menurut studi analisis yang dilakukan oleh Martina dan Wardhan (2015) di
Unit Luka Bakar RSCM dari Januari 2011-Desember 2012, terdapat 275 pasien luka bakar dan 203
diantaranya adalah dewasa. Dari studi tersebut jumlah kematian akibat luka bakar pada pasien dewasa
yaitu 76 pasien (27,6%). Diantara pasien yang meninggal, 78% disebabkan oleh api, luka bakar listrik
(14%), air panas (4%), kimia (3%) dan metal (1%). Hasil penelitian dari Rybarczyk, et al (2017) dari
melaporkan bahwa kelompok anak anak menjadi yang paling beresiko terhadap cidera luka bakar dan
seseorang yang terkena luka bakar di rumah, cairan panas dan api adalah penyebab yang paling sering
terjadi.
Penanganan luka bakar yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak yang akan merugikan
penderita. Baik buruknya perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang
dimiliki. Semakin tinggi pengetahuan maka perilaku seseorang terhadap suatu masalah akan semakin
baik (Mustika, 2015). Sehingga sangat perlu adanya penanganan atau pertolongan pertama pada luka
bakar yang benar. Pertolongan pertama adalah penanganan yang diberikan saat kejadian atau bencana
terjadi di tempat kejadian, sedangkan tujuan dari pertolongan pertama adalah menyelamatkan
kehidupan, mencegah kesakitan makin parah, dan meningkatkan pemulihan (Paula, K., dkk,2009).
Terdapat kebiasaan masyarakat yang kurang tepat, seperti halnya yang dilkaukan oleh beberapa
masyarakat lingkungan Aisyiah Ranting Sidabowa jika mengalami luka bakar. Banyak orang yang
memberikan pertolongan pertama pada kasus luka bakar dengan mengoleskan pasta gigi, mentega,
kecap, minyak, dan masih banyak lagi anggapan dan kepercayaan seseorang yang selama ini diyakini
di masyarakat. Hingga kini masih banyak masyarakat yang percaya dengan hal tesebut. Ada juga yang
mengompres dengan air es atau air dingin. Kebiasan-kebiasan tersebut adalah cara yang tidak
direkomendasikan karena akan menambah keparahan luka bakar dan bisa menyebabkan masalah lebih
lanjut seperi infeksi dan pembengkakan. Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain
mencegah infeksi, memacu pembentukan kolagen dan mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat
berkembang sehingga dapat menutup permukaan luka (Syamsuhidayat dan Jong, 2004). Hal tersebut
justru akan merusak jaringan kulit lebih dalam (Rionaldo D, 2014).
Perlu diketahui bahwa penyebab angka kematian dan kecacatan akibat kegawat daruratan
adalah tingkat keparahan akibat kecelakaan, kurang memadainya peralatan, sistem pertolongan dan
pengetahuan penanganan korban yang tidak tepat dan prinsip pertolongan awal yang tidak sesuai.
Pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat memegang posisi besar dalam menentukan
keberhasilan pertolongan. Banyak kejadian penderita pertolongan pertama yang justru meninggal
dunia atau mengalami kecacatan akibat kesalahan dalam pemberian pertolongan awal.
Ketergantungan masyarakat kepada tenaga medis untuk melakukan tindakan penyelamatan dasar bagi
korban kecelakaan, sudah waktunya di tinggalkan. Hal ini karena kurangnya kemampuan masyarakat
dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (Azhari, 2011). Apabila penanganan luka bakar tidak
benar berdampak timbulnya beberapa macam komplikasi. Luka bakar tidak hanya menimbulkan
kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh system tubuh pasien. Pada pasien dengan luka
bakar luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam
komplikasi yang memerlukan penanganan khusus (Moenadjat, 2009). Dalam meminimalisir angka
kejadian kecacatan dan kematian yang ditimbulkan akibat luka bakar, Dibutuhkan peran aktif
perawat, mahasiswa keperawatan, dan petugas Kesehatan lainya termasuk Dinas Kesehatan dalam
pencegahan kebakaran dan penanganan luka bakar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan
104
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IV Tahun 2019
“Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-43-1
dan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada luka bakar. Selain itu perlu merubah keyakinan
masyarakat yang masih menggunakan odol dalam penanganan luka bakar dan mengajarkan cara
penanganan luka bakar yang benar.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kejadian luka bakar di masyarakat
masih cukup tinggi, khususnya pada kaum wanita dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
pertolongan pertama kegawatdaruratan pada luka bakar masih rendah Pada masyarakat ini juga belum
pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya luka bakar dan pertolongan pertamanya. Untuk itu perlu
dilakukannya upaya peningkatan pengetahuan bahaya luka bakar dan P3K kegawatan Luka Bakar
pada Anggota Ranting Aisyiyah Sidabowa, kecamatan Patikraja. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahaya luka bakar dan kemampuan penatalaksanaan
pertolongan pertama cidera luka bakar.
METODE
Pada program ini, digunakan beberpa metode yang digunakan. Yang pertama adalah
melakukan persiapan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan, koordinasi dengan mitra.
Kedua, mengadakan kegiatan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah, yaitu digunakan untuk
memaparkan materi yang telah disusun oleh tim pelaksana, pemateri meggunakan media laptop dan
LCD dalam pemaparan materi. Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan pemutaran video
edukasi pertolongan pertama pada cidera luka bakar, setelah pemutaran video dilanjutkan dengan
simulasi/ demonstrasi tata cara pertolongan pertama pada cidera luka bakar termasuk mengenalkan
jenis-jenis bahan dan obat yang direkomendasikan untuk pertolongan pertama luka bakar. Selanjutnya
ada sesi diskusi/ tanya jawab antara pemateri dan peserta yang membaas masalah seputar luka bakar
dan penanganan.
105
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IV Tahun 2019
“Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-43-1
KESIMPULAN
Kegiatan upaya peningkatan Pengetahuan bahaya luka bakar dan P3K kegawatan Luka Bakar
pada Anggota Ranting Aisyiyah Sidabowa dapat meningkatkan pengetahuan seputar bahaya luka
bakar, meliputi pengetahuan tentang pengertian, agen penyebab, klasifikasi dan derajat luka bakar,
tanda-tanda luka bakar. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan metode penatalaksanaan p3k
luka bakar yang tepat.
Melihat dukungan dan tanggapan yang baik dari pihak pengurus ranting Aisyiyah dan anggota,
maka perlu diadakannya pendidikan kesehatan lain,yang menyangkut permasalahan kesehatan yang
banyak dialami oleh anggota karena mayoritas anggota adalah usia lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja R, Bhattacharya S. (2004). ABC of burns: burns in the developing world and burn disasters.
BMJ 2004;329:447–9
Giovany, Lisa; Pamungkas, K.A; & Inayah. (2015). Profil Pasien Luka Bakar Berat yang Meninggal
di RSUD Arifin Achmad Profinsi Riau Periode Januari 2011-Desember 2013. Artikel portal
garuda. Diakses tanggal 14 Mei 2018 dari https://media.neliti.com/media/publications/184861-
ID-profil-pasien-luka-bakar-berat-yang-meni.pdf
ICD-10: World Health Organization. (2010) International Statistical Classification of Diesases and
Health Problems 10t Revision for 2010. Di akses pada 14 September 2018. Dari:
http://apps.who.int/classifications/ icd10/browse/2010/en
Martina, NR; Wardhana, A. (2013). Burn: mortality analysis of adult burn patients. Jurnal Plastik
Rekonstruksi.
Rybrarczyk, M.M.; Schafer, J.M.. et al. (2017). A systematic review of burn injuries in low- and
middle-income countries: Epidemiology in the WHO-defined African Region. African Journal
of Emergency Medicine 7 (2017) 30–37. Di akses tanggal 14 September 2018. Dari
file:///E:/jurnal%20gadar%20recent/2017.%20A%20systematic%20review%20of%20burn%20i
njuries%20in%20low-%20and%20middle-income.pdf
106