Akuntansi B-190221100063-Bagus - Erlangga - S-Sanksi, Penelitian, Pemeriksaan, Dan Penyidikan.-Makalah - Individu
Akuntansi B-190221100063-Bagus - Erlangga - S-Sanksi, Penelitian, Pemeriksaan, Dan Penyidikan.-Makalah - Individu
HUKUM PAJAK
SANKSI, PENELITIAN,
PEMERIKSAAN, DAN PENYIDIKAN
DOSEN PENGAMPU :
Citra Lutfia,S.E.,M.A.
DISUSUN OLEH:
190221100063
AKUNTANSI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ridho dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas yang
diberikan oleh Ibu Citra Lutfia,S.E.,M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum
Pajak
Tercurah dari segala kemampuan yang ada, saya berusaha membuat makalah
ini dengan bahasa yang mudah dimengerti. Namun saya menyadari sepenuhnya
bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan
pengetahuan saya, maka dengan sepenuh hati saya mohon maaf dan mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan dalam tugas selanjutnya.
(Penulis)
i
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi............................................................................................... ii
Kesimpulan ......................................................................................... 37
Saran .................................................................................................... 37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian pajak sendiri menurut Pasal 1 ayat (1) UU KUP
menerangkan arti pajak sebagai berikut Pajakadalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yangbersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan mendapatkan imbalan secara tidak
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat
Direktorat Jendral Pajak dalam melakukan pembinaan kepada Wajib
Pajak, dengan meningkatkan pelayanan dan melakukan pengawasan untuk
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Beberapa kegiatan yang dibutuhkan
dalam melakukan pengawasan yaitu melalui pengawasan administratif,
penerapan sanksi bagi Wajib Pajak yang melanggar, penagihan bagi Wajib
Pajak yang menunggak dalam melaksanakan kewajibannya, dan penyelidikan
pajak. mereka yang tidak mematuhi kewajiban perpajakannya, maka akan
diberikan Surat Ketetapan Pajak (SKP), yang dapat berupa Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dengan adanya Surat Ketetapan
Pajak tersebut, maka wajib pajak atau penanggung pajak harus segera
melunasi tunggakan pajaknya sesuai dengan batas waktu yang ditentukan,
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa perlu adanya Sanksi Pajak di Indonesia?
2. Apa saja sanksi pajak yang ada di Indonesia?
3. Bagaimana proses penelitian pajak?
4. Mengapa ada pemeriksaan pajak? Apa pengertian dan tujuannya?
5. Bagaimana proses pemeriksaan pajak terhadap WP sesuai UU KUP?
6. Apa itu penyidikan pajak? Bagaimana prosesnya?
2|PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sanksi pajak di Indonesia
2. Mampu menentukan tarif denda yang dikenakan jika terkena sanksi
pajak
3. Mengetahui prosedur penelitian pajak
4. Mengetahui prosedur pengertian pemeriksaan pajak serta tujuannya
5. Mengetahui prosedur pemeriksaan pajak
6. Mengetahui apa itu penyidikan pajak, serta mengetahui tahap proses
penyidikan pajak.
D. Manfaat penulisan
Manfaat Praktis
Bagi pembaca : menjadi sumber referensi dan informasi bagi orang yang
membaca karya tulis ini supaya mengetahui dan lebih mendalami Sanksi,
Penelitian, Pemeriksaan, dan Penyidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SANKSI PAJAK
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang
yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang-undang merupakan rambu-
rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan agar
peraturan atau Undang-undang tidak dilanggar. Sanksi pajak merupakan jaminan
bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan)
akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat
pencegah agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan
Tjahjono (2005), sanksi pajak adalah suatu tindakan yang diberikan kepada
Wajib Pajak ataupun pejabat yang berhubungan dengan pajak yang melakukan
pelanggaran baik secara sengaja maupun karena alpa. Sanksi perpajakan
merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
akan dipatuhi.
Sanksi Administrasi
4
5|PEMBAHASAN
5
6|PEMBAHASAN
10. Berdasarkan Pasal 19 ayat (2) apabila sanksi Wajib Pajak mengangsur
atau menunda pembayaran maka akan dikenai sanksi bunga sebesar
2% per bulan dari jatuh tempopajak yang masih harus dibayar,
dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal
diterbitkannya STP
11. Berdasarkan Pasal 19 ayat (3) apabila sanksi Wajib Pajak kekurangan
pajak akibat penundaan maka akan dikenai sanksi bunga sebesar 2%
per bulan dari kekurangan pembayaran pajak, dihitung dari batas akhir
penyampaian SPT samapi dengan tanggal dibayarnya kekurangan
tersebut
12. Pasal 14 ayat (5) - apabila PKP gagal berproduksi telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan, kepadanya dikenai sanksi bunga
sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak.
6
7|PEMBAHASAN
1. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) apabila sanksi Wajib Pajak SPT tidak
disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan :
a. SPT Masa PPN maka akan dikenai sanksi berupa denda sebesar
Rp. 500.000
b. SPT Masa lainnya maka akan dikenai sanksi berupa denda sebesar
Rp. 100.000
c. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan maka akan dikenai sanksi
berupa denda sebesar Rp. 1.000.000
d. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi maka akan dikenai
sanksi berupa denda sebesar Rp. 100.000
7
8|PEMBAHASAN
8
9|PEMBAHASAN
Maka hal ini akan dikenai sanksi berupa kenaikan sebesar 100% dari
PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang disetor, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor; atau 100%
dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar
5. Berdasarkan Pasal 17C ayat (5) apabila Wajib Pajak yang SKPKB
yang terbit dilakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu maka hal ini akan dikenai
sanksi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan
pembayaran pajak
6. Berdasarkan Pasal 17D ayat (5) apabila Wajib Pajak yang SKPKB
yang terbit setelah dilakukan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak bagi Wajib Pajak dengan persyaratan tertentu maka hal ini akan
dikenai sanksi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah
kekurangan pembayaran pajak
Sanksi Pidana
Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum.
Dalam perpajakan pun dikenai adanya sanksi pidana. UU KUP menyatakan
bahwa pada dasarnya, pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir
untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
9
10 | P E M B A H A S A N
2. Berdasarkan Pasal 39 ayat (1) apabila Wajib Pajak setiap orang yang
dengan sengaja :
a. Tidak mendaftarkan diri sebagai NPWP dan tidak dikukuhkan
sebagai PKP
b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau PKP
c. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan
d. Menyampaikan Suarat Pemberitahuan dengan atau tidak
menyertakan keterangan yang isinya benar atau tidak lengkap
10
11 | P E M B A H A S A N
3. Berdasarkan Pasal 39 ayat (2) apabila Wajib Pajak yang melakukan lagi
tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun maka hal ini
akan dikenai sanksi berupa pidana pada nomor 1 dan akan ditambahkan
satu kali menjadi dua kali sanksi pidana
11
12 | P E M B A H A S A N
Maka hal ini akan dikenai sanksi berupa pidana penjara paling singkat
dua tahun dan paling lama selama enam tahun dan denda paling sedikit
dua kali jumlah faktur pajak dan paling banyak enam kali jumlah faktur
pajak
7. Berdasarkan Pasal 41 ayat (2) apabila pejabat yang sengaja tidak memenui
kewajiban dan merahasiakan segala sesuatu yang diketahui oleh Wajib
Pajak dalam rangka jabatannya atas pengaduan orang yang kerahasiannya
dilanggar maka hal ini akan dikenai sanksi pidana penjara paling lama dua
tahun dan denda paling banyak sebesar Rp. 50.000.000
10. Berdasarkan Pasal 41C ayat (1) apabila setiap orang yang sengaja tidak
memnuhi kewajiban dan merahasiakan segala sesautu yang diketahui oleh
Wajib Pajak dalam rangka jabatan dan menjalankan ketentuan peraturan
perundang- undangan perpajakan maka hal itu akan dikenai sanksi pidana
kurungan paling lama selama satu tahun atau denda paling banyak sebesar
Rp. 1.000.000.000
12
13 | P E M B A H A S A N
11. Berdasarkan Pasal 41C ayat (2) apabila setiap orang dengan sengaja
menyebabkan tida terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain dalam
merahasiakan segalanya kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka
jabatan untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang – undangan
dengan perpajakan maka hal ini akan dikenai sanksi berupa pidana
kurungan paling lama sepuluh bulan atau denda yang paling banyak
sebesar Rp. 800.000.000
12. Berdasarkan Pasal 41C ayat (3) setiap orang yang sengaja tidak
memberikan data yang diminta oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk
kepentingan penerimaan Negara maka hal itu akan dikenai sanksi berupa
pidana kurungan paling lama sepuluh bulan atau denda paling banyak
sebesar Rp. 800.000.000
13. Berdasarkan Pasal 41C ayat (4) apabila setiap orang yang dengan sengaja
menyalahgunakan data dan informasi perpajakan sehingga menimbulkan
kerugian bagi Negara maka hal itu akan dikenai pidana kurungan paling
lama satu tahun atau denda paling banyak sebesar Rp. 500.000.000
13
14 | P E M B A H A S A N
B. Penelitian Perpajakan
Penelitian di bidang pajak merupakan hal yang sangat menarik untuk diteliti.
Pajak merupakan beban yang signifikan dalam perusahaan sehingga selalu ada
kecenderungan Perusahaan untuk menghindarnya.
Pasal 1 UU KUP menjelaskan pengertian dari Penelitian, serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan
lampiran-lampiran termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan
penghitungannya.
a. Penelitian Kelengkapan SPT
Peraturan Menteri Keuangan No. 243/PMK03/2014 menyatakan bahwa terhadap
SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak atau kuasanya dilakukan pengolahan yang
meliputi :
Penelitian SPT
Perekaman SPT
Setelah dilakukannya penelitian SPT , jika SPT yang disampaikan Wajib Pajak
atau kuasanya dinyatakan lengkap maka Wajib Pajak itu mendapatkan bukti
penerimaan. Dan apabila SPT dinyatakan tidak lengkap, maka Wajib Pajak tersebut
diberi kesempatan untuk memenuhi kelengkapan agar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan dibidang perpajakan. Untuk SPT yang sudah
diberikan bukti penerimaan direkam kedalam basis data perpajakan.
Direkotorat Jenderal Pajak membuat peraturan teknis tentang penelitian Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP), yaitu
sebagai berikut :
Penelitian SPT Tahunan (Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. Per-
29/PJ/2014)
Penelitian SPT Masa PPN (Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. Per-
2/PJ/2011); Peraturan Direktorat Pajak No. Per-21/PJ/2013. Untuk SPT
Tahunan, apabila berdasarkan perekaman SPT Tahunan, diketahui bahwa :
SPT Tahunan yang telah menyatakan lebih bayar yang disampaikan setelah
tiga tahun sesudah berakhirnya bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan
Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis; atau
SPT Tahunan yang telah disampaikan setelah Direktorat Jenderal Pajak
melakukan pemeriksaan atau menerbitkan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).
KPP menyampaikan surat pemberitahuan kepada pihak Wajib Pajak yang
menyatakan bahwa SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan. Dan apabila
14
15 | P E M B A H A S A N
15
16 | P E M B A H A S A N
C. Pemeriksaan Perpajakan
16
17 | P E M B A H A S A N
Tujuan pemeriksaan
17
18 | P E M B A H A S A N
Tahapan Pemeriksaan
Pemeriksaan dimulai dengan penyampaian Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan atau pengiriman surat panggilan dalam rangka
pemeriksaan kantor.
Hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui
penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) yang dilampiri
dengan daftar temuan hasil pemeriksaan dengan mencantumkan dasar hukum
atas temuan tersebut.
18
19 | P E M B A H A S A N
Pemeriksaan Kantor. Dalam hal ini meliputi suatu jenis pajak tertentu baik
tahun berjalan maupun tahun – tahun sebelumnya yang dilakukan di
kantor Direktorat Jenderal Pajak.
Pemeriksaan Lapangan yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis
pajak, untuk tahun berjalan maupun tahun – tahun sebelumnya dan atau
untuk tujuan tertentu yang dilakukan ditempat Wajib Pajak.
2. Pemeriksaan kantor hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana
3. Pemeriksaan lengkap dilaksanakan dalam jangka waktu dua bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama delapan bulan
4. Pemeriksaan lapangan dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan lengkap atau
pemeriksaan sederhana
5. Pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan dalam jangka waktu empat
minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lama yaitu selama enam
minggu
6. Pemeriksaan Esperanto lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu selama
satu bulan dan dapat pula diperpanjang menjadi selama paling lamadua bulan
7. Apabila didalam pelaksanaan Pemeriksaan kantor telah ditemukan indikasi
adanya tranksaksi yang mengandung unsure transfer pricing, maka lingkup
pemeriksaan ditingkatkan menjadi Pemeriksaan Lapangan
8. Pemeriksaan lapangan berkenaan dengan ditemukannya indikasi adanya
unsure transfer pricing, yang memerlukan pemeriksaanyang lebih mendalam
serta memerlukan waktu yang lebih lama dilaksanakan dalam jangka waktu
19
20 | P E M B A H A S A N
yang paling lama yaitu selama dua tahun. Didalam jangka waktu pelaksanaan
yang lama ini tidak berlaku dalam hal pemeriksaan yang dilaksanakan
berkenaan dengan Surat Pemberitahuan yang menyatakan permohonan
pengambilan kelebihan pembayaran pajak
Pedoman dan Norma Pemeriksaan dalam Pajak
Dalam pemeriksaan yang dilakukan haruslah berpedoman dengan Norma
Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak, Pemeriksaan, dan Wajib
Pajak.
Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka
Pemeriksaan Lapangan yaitu sebagai berikut:
Pemeriksa Pajak wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak
Pemeriksa Pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada
pihak Wajib Pajak apa saja yang akan diperiksa
Pemeriksa Pajak wajib memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat
Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak
Pemeriksa Pajak wajib memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa dan juga
dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan pada waktu melakukan
pemeriksaan
Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis tentang apa yang akan
dilakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak
Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk dan arahan kepada Wajib Pajak
mengenai penyelenggaraan pembukuan maupun pencatatan dan juga
mengenai kewajiban perpajakan dalam tahun ke tahun selanjutnya
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak
tentang hasil pemeriksaan berupa hal – hal yang berbeda anatar Surat
Pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib Pajak
Pemeriksaan Pajak wajib mengembalikan buku – buku, catatan – catatan, dan
dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak dalam waktu
paling lama selama empat belas hari sejak selesainya pemeriksaan
Pemeriksaan Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak
berhak segala sesuatu yang diketahui kepadanya oleh Wajib Pajak dalam
rangka pemeriksaan
20
21 | P E M B A H A S A N
21
22 | P E M B A H A S A N
22
23 | P E M B A H A S A N
23
24 | P E M B A H A S A N
24
25 | P E M B A H A S A N
25
26 | P E M B A H A S A N
26
27 | P E M B A H A S A N
2. Pemeriksaan Kantor
Dilakukan karena WP memenuhi panggilan namun menolak adanya
pemeriksaan. Dan sama seperti pemeriksaan lapangan WP harus
menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Lalu Pemeriksa
membuat BA penolakan Pemeriksaan.
27
28 | P E M B A H A S A N
28
29 | P E M B A H A S A N
6. Dalam hal pegawai Wajib Pajak yang diminta mewakili Wajib Pajak
menolak untuk membantu kelancaran pemeriksaan, maka pegawai
tersebut harus mendatangani Surat Pernyataan Penolakan Membantu
Kelancaran Pemeriksaan
7. Dalam hal terjadi penolakan untuk mendatangani Surat Pernyataan
Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak
membuat Berita Acara Penolakan Membantu Kleancaran Pemeriksaan
yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak
8. Dalam hal Wajib Pajak atau kuasanya tidak memenuhi kewajiban sebagai
berikut :
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh kegiatan usaha, pekerjaanbebas Wajib
Pajak atau objek yang terutang pajak
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tampat atau ruang yang
dipandang perlu dan member bantuan untuk kelancaran pemeriksaan
c. Memberikan keterangan yang diperlukan,
Maka Wajib Pajak atau kuasanya diharuskan mendatangani Surat
Pernyataan Penolakan Pemeriksaan
9. Dalam hal terjadi penolakan untuk mendatangani Surat Pernyataan
Penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 8 maka
Pemriksa Pajak mebuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak
10. Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan atau Berita Acara Penolakan
Pemeriksaan sebagaimana yang sudah dapat dijadikan dasar untuk
penetapan besarnya pajak yang terutang secara jabatan ataupun dilakukan
penyidikan
29
30 | P E M B A H A S A N
disusun dengan merujuk pada Pedoman Penyusunan LHP. Pedoman ini dibuat agar
format LHP menjadi seragam. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
LHP adalah sebagai berikut.
1. LHP adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil pemeriksaan
yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai
dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.
2. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos
yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan
Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak
adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan,
dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan
Pemeriksaan.
3. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berisi antara
lain mengenai:
a. Penugasan pemeriksaan;
b. Identitas Wajib Pajak;
c. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;
d. Pemenuhan kewajiban perpajakan;
e. Data/informasi yang tersedia;
f. Lampiran yang diwajibkan;
g. Buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain
yang dipinjam;
h. Materi yang diperiksa;
i. Uraian hasil pemeriksaan;
j. Ikhtisar hasil pemeriksaan;
k. Penghitungan pajak terutang; dan
l. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.
Pelaksanaan pemeriksaan secara operasional pada dasarnya meliputi kegiatan
untuk :
1. Meningkatkan Pelayanan terhadap masyarakat Wajib Pajak dalam hal Surat
Pemberitahuan Wajib Pajak menyatakan lebih bayar
2. Mengawasi dan membina kepatuhan pemenuhan kewajiban Wajib Pajak
dalam memenuhi ketentuan perundang – undangan perpajakan
3. Menguji kelengkapan dan kebenaran metriil dari pengisian Surat
Pemberitahuan
30
31 | P E M B A H A S A N
31
32 | P E M B A H A S A N
32
33 | P E M B A H A S A N
33
34 | P E M B A H A S A N
34
35 | P E M B A H A S A N
5. Penyitaan
6. Mengambil alih dan atau meyimpan barang tertentu
Penghentian Penyidikan
Penyidikan dapat dihentikan karena dalam hal sebagai berikut :
1. Bukti yang ada tidak cukup
2. Peristiwanya bukan merupakan tundak pidana dibidang perpajakan
3. Peristiwanya sudah kadaluwarsa
4. Tersangkanya sudah meninggal dunia
5. Dengan alasan untuk kepentingan penerimaan Negara, atas permintaan
Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan dengan
syarat :
Wajib Pajak melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar yang atau
tidak seharusnya dikembalikan
Wajib Pajak yang membayar sanksi administrasi berupa denda sebesar
empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar atau tidak
seharusnya dikembalikan
Asas – Asas dalam Hukum Penyidikan
Berikut ini beberapa asas dalam hukum pajak diantaranya yaitu :
1. Asas praduga salah yaitu bahwa setiap orang yang disangka, dituntut, atau
dihadapkan dimuka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah
sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahan –
kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap
2. Asas persamaan dimuka hukum yaitu bahwa setiap orang mempunyai hak
dan kewajiban yang sama dimata hukum, tanpa adany perbedaan
3. Asas hak memperoleh bantuan atau penasehat hukum yaitu bahwa setiap
tersangka perkara tindak pidana dibidang perpajakan wajib diberi
kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata – mata diberikan
untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya sejak dilakukan
pemeriksaan terhadapnya.
Norma Penyidikan
Berikut ini beberapa norma – norma penyidikan pajak diantaranya yaitu :
1. Didalam melakukan tugasnya penyidik pajak harus berdasarkan ketentuan
peraturan perundang – undangan perpajakan, KUHAP dan hukum pidana
yang berlaku
35
36 | P E M B A H A S A N
36
37 | P E N U T U P
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Melihat perbedaan revisi UU KUP dari tahun ketahun cukup signifikan guna
mendobrak Wajib Pajak ataupun Pribadi/Badan Usaha yang masih belum terdaftar
dalam KPP/DJP untuk lebih giat dalam melakukan pembayaran iuran yang bersifat
wajib dan memaksa. Hal ini didukung dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 78 tahun 2019.
Aturan terbaru tersebut merupakan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman
modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah tertentu. Aturan ini biasa
disebut Tax Allowance. Dari dukungan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pajak
menjadi salah satu Anggaran dana yang berasal dari masyarakat untuk selanjutnya di
alokasikan ke dalam beberapa aspek yang dapat membangun kualitas Sumber Daya
Manusia.
Fungsi dan tujuan penelitian, pemeriksaan, dan penyidikan pajak secara
keseluruhan serta adanya sanksi pajak adalah supaya Wajib Pajak melaporkan
kegiatan usahanya dengan benar. Karena Wajib Pajak harus melaporkan kegiatan
usahanya sesuai keadaan sebenarnya. Tidak ada yang ditutupi, tidak ada yang
disembunyikan dan terbuka. Wajib Pajak harus menghitung pajak terutang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Saran
Situasi ekonomi Indonesia saat ini masih mengalami tahap berkembang, maka
sebagai masyarakat Negara yang baik seharusnya menjalankan perintah yang telah
dibuat dan disepakati sebelumnya. Khususnya melaksanakan pembayaran pajak
sesuai waktu yang dijadwalkan pada pembukuan tahun pajak, guna mewujudkan
kesejahteraan rakyat, memajukan sektor ekonomi Indonesia, infrastruktur, sarana &
prasarana, maupun kesenjangan sosial yang belum teratasi.
37
37 | R E F E R E N S I
DAFTAR PUSTAKA
Resmi, Siti. 2013. Perpajakan : Teori dan Kasus. Edisi 7 .Jakarta : Salemba
empat
Suandy,Erly. 2016. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba empat
Waluyo. 2018. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba empat
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Widyaningsih, Aristanti. 2017. Hukum Pajak dan Perpajakan. Bandung:
Alfabeta
Suandy, Erly. 2002. Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
Anthony, Robert N., James S. Reece. 2007. Accounting for Tax. Jakarta
Ali Wafa. 2017. Modul-1 Ketentuan Umum Perpajakan dan Pengadilan
Pajak. Makalah. Dalam: Pelatihan Brevet Pajak A & B, Kediri, Februari
UU KUP 2017
http://www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak
http://www.pajak.go.id/content/seri-kup-pembetulan-ketetapan-pajak
http://www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak-dan-sanksi-administrasi