Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

HUKUM PAJAK

SANKSI, PENELITIAN,
PEMERIKSAAN, DAN PENYIDIKAN

DOSEN PENGAMPU :

Citra Lutfia,S.E.,M.A.

DISUSUN OLEH:

Bagus Erlangga Syahputra

190221100063

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

AKUNTANSI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ridho dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas yang
diberikan oleh Ibu Citra Lutfia,S.E.,M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum
Pajak

Tercurah dari segala kemampuan yang ada, saya berusaha membuat makalah
ini dengan bahasa yang mudah dimengerti. Namun saya menyadari sepenuhnya
bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan
pengetahuan saya, maka dengan sepenuh hati saya mohon maaf dan mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan dalam tugas selanjutnya.

Tujuan saya membuat makalah ini untuk menjelaskan tentang Sanksi,


Penelitian, Pemeriksaan, dan Penyidikan.Terakhir saya ucapkan terimakasih untuk
semua pihak yang sudah membantu dan memudahkan penyelesaian makalah ini, saya
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Bangkalan, 21 Februari 2020

(Penulis)

i
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar .......................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ....................................................................... 2
D. Manfaat ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 4

A. Sanksi Pajak .............................................................................. 4


B. Penelitian Pajak ....................................................................... 14
C. Pemeriksaan Pajak .................................................................. 16
D. Penyidikan Pajak ..................................................................... 31

BAB III PENUTUP ............................................................................ 37

Kesimpulan ......................................................................................... 37

Saran .................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 38

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian pajak sendiri menurut Pasal 1 ayat (1) UU KUP
menerangkan arti pajak sebagai berikut Pajakadalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yangbersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan mendapatkan imbalan secara tidak
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat
Direktorat Jendral Pajak dalam melakukan pembinaan kepada Wajib
Pajak, dengan meningkatkan pelayanan dan melakukan pengawasan untuk
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Beberapa kegiatan yang dibutuhkan
dalam melakukan pengawasan yaitu melalui pengawasan administratif,
penerapan sanksi bagi Wajib Pajak yang melanggar, penagihan bagi Wajib
Pajak yang menunggak dalam melaksanakan kewajibannya, dan penyelidikan
pajak. mereka yang tidak mematuhi kewajiban perpajakannya, maka akan
diberikan Surat Ketetapan Pajak (SKP), yang dapat berupa Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dengan adanya Surat Ketetapan
Pajak tersebut, maka wajib pajak atau penanggung pajak harus segera
melunasi tunggakan pajaknya sesuai dengan batas waktu yang ditentukan,

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa perlu adanya Sanksi Pajak di Indonesia?
2. Apa saja sanksi pajak yang ada di Indonesia?
3. Bagaimana proses penelitian pajak?
4. Mengapa ada pemeriksaan pajak? Apa pengertian dan tujuannya?
5. Bagaimana proses pemeriksaan pajak terhadap WP sesuai UU KUP?
6. Apa itu penyidikan pajak? Bagaimana prosesnya?
2|PENDAHULUAN

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sanksi pajak di Indonesia
2. Mampu menentukan tarif denda yang dikenakan jika terkena sanksi
pajak
3. Mengetahui prosedur penelitian pajak
4. Mengetahui prosedur pengertian pemeriksaan pajak serta tujuannya
5. Mengetahui prosedur pemeriksaan pajak
6. Mengetahui apa itu penyidikan pajak, serta mengetahui tahap proses
penyidikan pajak.

D. Manfaat penulisan
Manfaat Praktis
Bagi pembaca : menjadi sumber referensi dan informasi bagi orang yang
membaca karya tulis ini supaya mengetahui dan lebih mendalami Sanksi,
Penelitian, Pemeriksaan, dan Penyidikan.

Bagi penulis : melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai


sumber, memperoleh kepuasan intlektual, memperluas cakrawala
pengetahuan, melatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif
4|PEMBAHASAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. SANKSI PAJAK

Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang
yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang-undang merupakan rambu-
rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan agar
peraturan atau Undang-undang tidak dilanggar. Sanksi pajak merupakan jaminan
bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan)
akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat
pencegah agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan

Tjahjono (2005), sanksi pajak adalah suatu tindakan yang diberikan kepada
Wajib Pajak ataupun pejabat yang berhubungan dengan pajak yang melakukan
pelanggaran baik secara sengaja maupun karena alpa. Sanksi perpajakan
merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
akan dipatuhi.

Macam-Macam Sanksi Pajak

Pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan


kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Sanksi pajak terdiri dari dua jenis yaitu :

Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi merupakan pembayaran yang dilakukan oleh Wajib


Pajak yang telah melakukan pelanggaran terdahap Peraturan Perundang –
undangan Perpajakan kepada Negara, khususnya berupa bungan ataupun
kenaikan. Sanksi Adminintrasi ini dibedakan menjadi 3, yaitu saknsi yang
berupa bunga, sanksi denda administrasi, dan juga sanksi kenaikan.
a. Sanksi berupa bunga
1. Berdasarkan Pasal 8 ayat (2) apabila sanksi Wajib Pajak pembetulan
SPT tahunan dalam dua tahun maka akan dikenai sanksi bunga sebesar
2% per bulan dari jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran

4
5|PEMBAHASAN

2. Berdasarkan Pasal 8 ayat (2a) apabila sanksi Wajib Pajak pembetulan


SPT Masa dalam dua tahun maka akan dikenai sanksi bunga sebesar
2% per bulan dari jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran

3. Berdasarkan Pasal 9 ayat (2a) apabila sanksi Wajib Pajak


keterlambatan pembayaran pajak masa maka akan dikenai sanksi
bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang terutang, dihitung
mulai tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran

4. Berdasarkan Pasal 9 ayat (2b) apabila sanksi Wajib Pajak


keterlambatan pembayaran pajak tahunan maka akan dikenai sanksi
bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang terutang, dihitung
mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan
sampai dengan tanggal pembayaran

5. Berdasarkan Pasal 13 ayat (2) apabila sanksi Wajib Pajak SKPKB


karena pajak yang terutang kurang atau tidak dibayar, dan penerbitan
NPWP dan pengukuhan PKP secara jabatan maka akan dikenai sanksi
bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah kurang dibayar, maksimal 24
bulan

6. Berdasarkan Pasal 13 ayat (5) apabila sanksi Wajib Pajak SKPKB


diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena adanya tindak pidana
maka akan dikenai sanksi bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang
tidak ataupun kurang dibaya

7. Berdasarkan Pasal 14 ayat (3) apabila sanksi Wajib Pajak :


 PPh tahun berjalan tidak atau kurang bayar
 SPT kurang bayar
Maka akan dikenai sanksi bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah
pajak tidak ataupun kurang bayar, maksimal 24 bulan

5
6|PEMBAHASAN

8. Berdasarkan Pasal 15 ayat (4) apabila sanksi Wajib Pajak SKPKBT


diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena adanya tindak pidana
maka akan dikenai sanksi bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang
tidak ataupun kurang dibayar

9. Berdasarkan Pasal 19 ayat (1) apabila sanksi Wajib Pajak SKPKB/T,


pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan
kurang bayar terlambat dibayar maka akan dikenai sanksi bunga
sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar, dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal
pelunasan atau diterbitkannya Surat Tagihan Paksa

10. Berdasarkan Pasal 19 ayat (2) apabila sanksi Wajib Pajak mengangsur
atau menunda pembayaran maka akan dikenai sanksi bunga sebesar
2% per bulan dari jatuh tempopajak yang masih harus dibayar,
dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal
diterbitkannya STP

11. Berdasarkan Pasal 19 ayat (3) apabila sanksi Wajib Pajak kekurangan
pajak akibat penundaan maka akan dikenai sanksi bunga sebesar 2%
per bulan dari kekurangan pembayaran pajak, dihitung dari batas akhir
penyampaian SPT samapi dengan tanggal dibayarnya kekurangan
tersebut

12. Pasal 14 ayat (5) - apabila PKP gagal berproduksi telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan, kepadanya dikenai sanksi bunga
sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak.

b. Sanksi Berupa Denda


Sanksi berupa denda adalah jenis sanksi yang paling banyak
ditemukan dalam UU perpajakan. Terkait besarannya denda dapat
ditetapkan sebesar jumlah tertentu, persentase dari jumlah tertentu, atau
suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.

6
7|PEMBAHASAN

Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan


sanksi pidana. Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah
pelanggaran yang sifatnya alpa atau disengaja. dimuat hal-hal yang dapat
menyebabkan sanksi administrasi berupa denda, bentuk pengenaan denda,
dan besarnya denda.

1. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) apabila sanksi Wajib Pajak SPT tidak
disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan :
a. SPT Masa PPN maka akan dikenai sanksi berupa denda sebesar
Rp. 500.000
b. SPT Masa lainnya maka akan dikenai sanksi berupa denda sebesar
Rp. 100.000
c. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan maka akan dikenai sanksi
berupa denda sebesar Rp. 1.000.000
d. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi maka akan dikenai
sanksi berupa denda sebesar Rp. 100.000

2. Berdasarkan Pasal 8 ayat (3) apabila sanksi Wajib Pajak pembetulan


sendiri dan belum disidik maka akan dikenai sanksi berupa denda
sebesar 150% dari jumlah pajak yang kurang dibayar

3. Berdasarkan Pasal 14 ayat (4) apabila sanksi Wajib Pajak


a. Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, tidak membuat faktur pajak
b. Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, tidak mengisi faktur pajak
secara lengkap
c. PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai masa penerbitan faktur
pajak
Maka akan dikenai sanksi berupa denda sebesar 2% dari Dasar
Pengenaan Pajak
a. Berdasarkan Pasal 14 ayat (5) apabila sanksi Wajib Pajak PKP
gagal berproduksi telah diberikan pengembalian Pajak Masukan
maka hal ini akan dikenai sanksi berupa denda sebesar 2% dari
Dasar Pengenaan Pajak
b. Berdasarkan Pasal 25 ayat (9) apabila sanksi Wajib Pajak
keberatan ditolak atau dikabulkan sebagian maka hal ini akan
dikenai sanksi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak

7
8|PEMBAHASAN

berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang


telah dibayar sebelum mengajukan keberatan
c. Berdasarkan Pasal 27 ayat (5d) apabila sanksi Wajib Pajak
permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian maka hal
ini akan dikenai sanksi berupa denda sebesar 100% dari jumlah
pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan

c. Sanksi berupa Kenaikan


Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan
adalah sanksi yang paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila
dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi
berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung dengan
angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.

Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan


karena Wajib Pajak tidak memberikan informasi-informasi yang
dibutuhkan dalam menghitung jumlah pajak terutang.

1. Berdasarkan Pasal 8 ayat (5) apabila sanksi Wajib Pajak


pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT setelah lewat dua
tahun sebelum terbitnya SKP maka hal ini akan dikenai sanksi berupa
kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang dibayar

2. Berdasarkan Pasal 13 ayat (3) apabila sanksi Wajib Pajak


a. SKPKB karena SPT tidak disampaikan sebagimana disebut
dalam surat teguran maka hal ini akan dikenai sanksi berupa
kenaikan sebesar 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar
dalam setahun
b. PPN/PPnBM tidak seharusnya dikompensasi atau tidak
seharusnya dikenai tarif 0%
c. Kewajiban pembukuan dan pemeriksaan tidak dipenuhi
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang

8
9|PEMBAHASAN

Maka hal ini akan dikenai sanksi berupa kenaikan sebesar 100% dari
PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang disetor, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor; atau 100%
dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar

3. Berdasarkan Pasal 13A apabila sanksi Wajib Pajak yang tidak


menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak
benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya
tidak benar, yang dilakukan karena kealpaan dan pertama kali maka
hal ini akan dikenai sanksi berupa kenaikan sebesar 100% dari
jumlah pajak yang kurang dibayar yag ditetapkan melalui penerbitan
SKPKB

4. Berdasarkan Pasal 15 ayat (2) apabila sanski Wajib Pajak yang


kekurangan pajak pada SKPKBT maka hal ini akan dikenai sanksi
berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak

5. Berdasarkan Pasal 17C ayat (5) apabila Wajib Pajak yang SKPKB
yang terbit dilakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu maka hal ini akan dikenai
sanksi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan
pembayaran pajak

6. Berdasarkan Pasal 17D ayat (5) apabila Wajib Pajak yang SKPKB
yang terbit setelah dilakukan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak bagi Wajib Pajak dengan persyaratan tertentu maka hal ini akan
dikenai sanksi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah
kekurangan pembayaran pajak
Sanksi Pidana
Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum.
Dalam perpajakan pun dikenai adanya sanksi pidana. UU KUP menyatakan
bahwa pada dasarnya, pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir
untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

9
10 | P E M B A H A S A N

Dalam UU Perpajakan Indonesia, ketentuan mengenai sanksi pidana


pada intinya diatur dalam Bab VIII UU KUP sebagai hukum pajak format.
Namun, dalam UU Perpajakan lainnya, dapat juga diatur sanksi pidana.
Sanksi pidana biasanya disertai dengan sanksi administrasi berupa denda,
walaupun tidak selalu ada.

Di dalam Undang – Undang Perpajakan, sanksi pidana dapat berupa denda


pidana, pidana kurungan mauoun pidana penjara. Sanksi tersebut dapat
dikenakan kepada Wajib Pajak, Pejabat Pajak maupun Pihak Ketiga. Berikut
adalah ketentuan umum dan tata cara perpajakan diantarnya sebagai berikut :
1. Berdasarkan Pasal 38 ayat (1) apabila Wajib Pajak setiap orang yang
karena kealpaanya :
a. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau juga melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
Negara dan perbuatan tersebut merupaka perbuatan setelah
perbuatan yang pertama kali (yang telah dikenai sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari jumlah pajak yang
kurang atau tidak dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan
SKPKB)
Maka hal ini akan dikenai sanksi pidana kurungan paling sedikit tiga
bulan atau paling lama selama satu tahun kali jumlah pajak terutang dan
paling banyak dua kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar

2. Berdasarkan Pasal 39 ayat (1) apabila Wajib Pajak setiap orang yang
dengan sengaja :
a. Tidak mendaftarkan diri sebagai NPWP dan tidak dikukuhkan
sebagai PKP
b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau PKP
c. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan
d. Menyampaikan Suarat Pemberitahuan dengan atau tidak
menyertakan keterangan yang isinya benar atau tidak lengkap

10
11 | P E M B A H A S A N

e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan yang sesuai dengan Pasal


29
f. Memperlihatkan buku, catatan, dan bahkan dokumen yang palsu
dan seolah – olah dibenarkan dan tidak sesuai keadaannya
g. Tidak menyelenggarakan dan tidak meminjamkan buku, catatan,
dan bahkan dokumen
h. Tidak menyimpan buku, catatan, bahkan dokumen yang telah
dilakukan secara online sebagaimana yang sudah dijelaskan pada
Pasal 28 ayat (11)
i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong dan sehingga
membuat kerugian pada Negara
Maka hal tersebut akan dikenai sanksi pidana paling singkat selama
enam tahun dan denda dua kali jumlah pajak yang terutang dan paling
banyak sebesar empat kali jumlah pajak yang terutang

3. Berdasarkan Pasal 39 ayat (2) apabila Wajib Pajak yang melakukan lagi
tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun maka hal ini
akan dikenai sanksi berupa pidana pada nomor 1 dan akan ditambahkan
satu kali menjadi dua kali sanksi pidana

4. Berdasarkan Pasal 39 ayat (3) apabila Wajib Pajak yang melakukan


percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahbunakan atau
menggunakan tanpa hak NPWP atau PKP dan menyertakan keterangan
yang tidak sesuai isinya dalam pengajuan permohonan kompensasi pajak
maka hal ini akan dikenai sanksi berupa pidana penjara paling sigkat enam
bulan dan paling lama dua tahun dan juga denda paing sedikit dua kali
jumlah kompensasi dan paling banyak yaitu sebesar empat kali

5. Berdasarkan Pasal 39A apabila Wajib Pajak yang dengan sengaja :


a. Menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, bukti setoran pajak yang sesuai dengan
transaksi
b. Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP

11
12 | P E M B A H A S A N

Maka hal ini akan dikenai sanksi berupa pidana penjara paling singkat
dua tahun dan paling lama selama enam tahun dan denda paling sedikit
dua kali jumlah faktur pajak dan paling banyak enam kali jumlah faktur
pajak

6. Berdasarkan Pasal 41 ayat (1) apabila pejabat yang karena kealpaannya


yang tidak melakukan kewajiban dan merahasiakan segalanya kepada
Wajib Pajak dalam rangka jabatannya atas pengaduan orang yang
kerahasiannya dilanggar maka hal ini akan dikenai sanksi berupa pidana
kurungan paling lama satu tahun dan denda paling banyak sebesar Rp.
25.000.000

7. Berdasarkan Pasal 41 ayat (2) apabila pejabat yang sengaja tidak memenui
kewajiban dan merahasiakan segala sesuatu yang diketahui oleh Wajib
Pajak dalam rangka jabatannya atas pengaduan orang yang kerahasiannya
dilanggar maka hal ini akan dikenai sanksi pidana penjara paling lama dua
tahun dan denda paling banyak sebesar Rp. 50.000.000

8. Berdasarkan Pasal 41A apabila setiap orang yang wajib memberikan


keterangan atau bukti yang diminta oleh Direktorat Jenderal Pajak tetapi
dengan sengaja menyertakan keterangan yang tidak sesuai maka hal ini
akan dikenai sanksi pidana kurungan paling lama satu tahun dan denda
paling banyak sebesar Rp. 25.000.000

9. Berdasarkan Pasal 41B apabila setiap orang dengan sengaja menghalangi


bahkan mempersulit penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan maka
hal ini akan dikenai sanksi pidana penjara paling lama tiga tahun dan
denda paling banyak sebesar Rp. 75.000.000

10. Berdasarkan Pasal 41C ayat (1) apabila setiap orang yang sengaja tidak
memnuhi kewajiban dan merahasiakan segala sesautu yang diketahui oleh
Wajib Pajak dalam rangka jabatan dan menjalankan ketentuan peraturan
perundang- undangan perpajakan maka hal itu akan dikenai sanksi pidana
kurungan paling lama selama satu tahun atau denda paling banyak sebesar
Rp. 1.000.000.000

12
13 | P E M B A H A S A N

11. Berdasarkan Pasal 41C ayat (2) apabila setiap orang dengan sengaja
menyebabkan tida terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain dalam
merahasiakan segalanya kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka
jabatan untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang – undangan
dengan perpajakan maka hal ini akan dikenai sanksi berupa pidana
kurungan paling lama sepuluh bulan atau denda yang paling banyak
sebesar Rp. 800.000.000

12. Berdasarkan Pasal 41C ayat (3) setiap orang yang sengaja tidak
memberikan data yang diminta oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk
kepentingan penerimaan Negara maka hal itu akan dikenai sanksi berupa
pidana kurungan paling lama sepuluh bulan atau denda paling banyak
sebesar Rp. 800.000.000

13. Berdasarkan Pasal 41C ayat (4) apabila setiap orang yang dengan sengaja
menyalahgunakan data dan informasi perpajakan sehingga menimbulkan
kerugian bagi Negara maka hal itu akan dikenai pidana kurungan paling
lama satu tahun atau denda paling banyak sebesar Rp. 500.000.000

13
14 | P E M B A H A S A N

B. Penelitian Perpajakan
Penelitian di bidang pajak merupakan hal yang sangat menarik untuk diteliti.
Pajak merupakan beban yang signifikan dalam perusahaan sehingga selalu ada
kecenderungan Perusahaan untuk menghindarnya.
Pasal 1 UU KUP menjelaskan pengertian dari Penelitian, serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan
lampiran-lampiran termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan
penghitungannya.
a. Penelitian Kelengkapan SPT
Peraturan Menteri Keuangan No. 243/PMK03/2014 menyatakan bahwa terhadap
SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak atau kuasanya dilakukan pengolahan yang
meliputi :
 Penelitian SPT
 Perekaman SPT
Setelah dilakukannya penelitian SPT , jika SPT yang disampaikan Wajib Pajak
atau kuasanya dinyatakan lengkap maka Wajib Pajak itu mendapatkan bukti
penerimaan. Dan apabila SPT dinyatakan tidak lengkap, maka Wajib Pajak tersebut
diberi kesempatan untuk memenuhi kelengkapan agar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan dibidang perpajakan. Untuk SPT yang sudah
diberikan bukti penerimaan direkam kedalam basis data perpajakan.
Direkotorat Jenderal Pajak membuat peraturan teknis tentang penelitian Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP), yaitu
sebagai berikut :
 Penelitian SPT Tahunan (Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. Per-
29/PJ/2014)
 Penelitian SPT Masa PPN (Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. Per-
2/PJ/2011); Peraturan Direktorat Pajak No. Per-21/PJ/2013. Untuk SPT
Tahunan, apabila berdasarkan perekaman SPT Tahunan, diketahui bahwa :
 SPT Tahunan yang telah menyatakan lebih bayar yang disampaikan setelah
tiga tahun sesudah berakhirnya bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan
Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis; atau
 SPT Tahunan yang telah disampaikan setelah Direktorat Jenderal Pajak
melakukan pemeriksaan atau menerbitkan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).
KPP menyampaikan surat pemberitahuan kepada pihak Wajib Pajak yang
menyatakan bahwa SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan. Dan apabila

14
15 | P E M B A H A S A N

berdasarkan perekaman SPT, Wajib Pajak diharuskan menyampaikan SPT


Tahunan lebih dari satu, SPT Tahunan yang telah disampaikan dianggap
bukan SPT Tahunan dan KPP mengirimkan pemberitahuan kepada pihak
Wajib Pajak. Dan untuk SPT Masa PPN, prosedurnya tidak berbeda dari SPT
Tahunan.
Jika berdasarkan hasil penelitian, terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
akibat salah tulis dan atau salah hitung, maka Direktorat Jenderal Pajak dapat
menerbitkan SPT untuk Masa Pajak, sebagaimana yang sudah ada didalam Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2008 dan setelahnya (Peraturan Menteri Keuangan
No.145/PMK.03/2012). Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STP ditambah
dengan sanksi administrasi yang berupa bunga sebesar 2% per bulan untuk paling
lama dua puluh empat bulan. Hal ini sudah diatur dalam Pasal 14 ayat (3) UU KUP
2007. Jumlah bunga tersebut dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya
Surat Tagihan Pajak (STP).
b. Penelitian Pasca – Perekaman SPT
Direktorat Jenderal Pajak mengatur penelitian internal pasca – perekaman SPT
(Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. Per-170/PJ/2007). Hasil dari penelitian
internal tersebut adalah penerbitan Surat Himbauan kepada pihak Wajib Pajak. Surat
Himbauan merupakan surat yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh pihak Kantor
Pelayanan berdasarkan hasil penelitian internal untuk meminta klarifikasi kepada
pihak Wajib Pajak terhadap adanya dugaan belum dipenuhinya kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.
Untuk menanggapi Surat Himbauan KPP tersebut pihak Wajib Pajak diberi
kesempatan untuk melakukan Konseling, yang merupakan sarana yang telah
disediakan bagi Wajib Pajak untuk melakukan klarifikasi terhadap data yang
tercantum dalam Surat Himbauan tersebut. Konseling ini difasilitasi oleh Petugas
Konseling, yang tidak lain adalah Account Representative (AR) yang menangani
Wajib Pajak yang bersangkutan. Dan hasil dari konseling ini akan dituangkan ke
dalam Berita Acara Pelaksanaan Konseling (BAPK). BAPK ini ditandangani oleh
Petugas Konseling, Kepala Seksi, dan Wajib Pajak atau Kuasanya. Dalam hal ini
Wajib Pajak atau kuasanya menolak untuk menandatangani BAPK, Petugas
Konseling membuat Berita Acara Penolakan.

15
16 | P E M B A H A S A N

Petugas Konseling ini melakukan penelitian dan analisis berdasarkan


ketentuan peraturan perundangan – undangan perpajakan dengan menggunakan
keahlian profesionalnya untuk memperoleh simpulan atas data yang telah diklarifikasi
oleh Wajib Pajak. Berdasarkan simpulan hasil penelitian, Petugas Konseling
memberikan rekomendasi tindak lanjut terhadap Wajib Pajak. Rekomendasi tersebut
dituangkan dalam Laporan Pelaksanaan Konseling yang harus dibuat paling lambat
tujuh hari setelah pelaksanaan konseling berakhir.
Apabila Wajib Pajak atau kuasanya mengakui kebenaran data dan bersedia
untuk melaksanakan pembetulan atau pembenaran SPT, maka Petugas Konseling
wajib melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembetulan tersebut. Dalam hal
ini setelah jangka waktu empat belas hari sejak tanggal pelaksanaan konseling
berakhir, Wajib Pajak beum membetulkan SPT, terhadap Wajib Pajak tersebut agar
diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan.

C. Pemeriksaan Perpajakan

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No.82/PMK.03/2011 pemeriksaan


merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang - undangan perpajakan.

Pemeriksaan merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan, mencari, dan


mengolah data untuk menguji kebenaran atau kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan bertujuan untuk melaksanakan ketentuan perpajakan.
Pemeriksaan lengkap merupakan yang dilakukan Wajib Pajak meliputi
seluruh jenis pajak, tujuan lain baik tahun berjalan atau tahun sebelumnya yang
dilakukan dengan menerapkan teknik – teknik pemeriksaan yang lazim digunakan
dalam pemeriksaan pada umumnya.
Pemeriksaan Sederhana Lapangan merupakan pemeriksaan pajak yang
meliputi seluruh jenis pajak atau tujuan lain baik tahun berjalan atau tahun
sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik – teknik pemeriksaan dengan
bobot dan kedalaman yang sederhana.
Pemeriksaan Sederhana Kantor merupakan pemeriksaan pajak meliputi jenis
pajak tertentu untuk tahun berjalan atau tahun sebelumnya yang dilakukan dengan

16
17 | P E M B A H A S A N

menerapkan teknik – teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang


sederhana.
Sedangkan Pemeriksaan Pajak yaitu mengandung beberapa unsure pokok
seperti informasi terukur dengan kriteria tetap, satuan usaha, pengumpulan dan
pengevaluasian bukti serta orang yang kompeten dan indpenden.
Beberapa Unsur – Unsur Pokok dalam pemeriksaan pajak dapat diuraikan
sebagai berikut yaitu :
1. Informasi yang terukur dengan kriteria tetap (proses pemeriksaan pajak
dimulai dengan mencari dan mengolah informasi yang terutang dalam SPT
yang diidi oleh pihak Wajib Pajak sesuai dengan sistem self assessment)
2. Satuan usaha (setiap akan melakukan pemeriksaan, ruang lingkup
pemeriksaan harus dinyatakan secara jelas)
3. Mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti (segala informasi yang
dipergunakan oleh pemeriksa pajak untuk menentukan informasi terukur yang
diperiksa melalui evaluasi agar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan)
4. Pemeriksa yag kompeten dan independen (setiap pemeriksa pajak diharuskan
memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang cukup agar dapat
memahami kriteria yang dipergunakan)

Tujuan pemeriksaan

Pemeriksaan memiliki beberapa tujuan diantaranya yaitu :

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka


memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib
Pajak.

Hal - hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan yaitu :

 Surat Pembayaran menunjukan kelebihan pembayaran pajak, dan


termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak

 Surat Pembayaran Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi

 Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Surat Pemberitahuan


tidak terpenuhi

17
18 | P E M B A H A S A N

 Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh


Direktorat Jenderal Pajak

 Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak tepat


waktunya

2. Terdapat tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan


perundang - undangan perpajakan.

Didalam pemeriksaannya meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka :

 Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan

 Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

 Wajib Pajak mengajukan keberatan

 Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan


Neto

 Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

 Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai

 Penentuan Wajib Pajak yang berlokasi di daerah terpencil

 Pencocokan data dan atau alat keterangan

 Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak Penentuan saat mulai


berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan.

 Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian


Penghindaran Pajak Berganda.

Tahapan Pemeriksaan
Pemeriksaan dimulai dengan penyampaian Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan atau pengiriman surat panggilan dalam rangka
pemeriksaan kantor.
Hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui
penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) yang dilampiri
dengan daftar temuan hasil pemeriksaan dengan mencantumkan dasar hukum
atas temuan tersebut.

18
19 | P E M B A H A S A N

Pemeriksaan dalam pengujian kepatuhan Wajib Pajak diakhiri dengan


pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan produk hukum yang dapat
berupa:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Pemeriksaan untuk tujuan lain ditutup dengan diterbitkannya LHP
yang berisi usulan diterima atau ditolaknya permohonan WP.

Ruang lingkup dan jangka waktu pemeriksaan

1. Ruang lingkup pemeriksaan terdiri dari :

 Pemeriksaan Kantor. Dalam hal ini meliputi suatu jenis pajak tertentu baik
tahun berjalan maupun tahun – tahun sebelumnya yang dilakukan di
kantor Direktorat Jenderal Pajak.

 Pemeriksaan Lapangan yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis
pajak, untuk tahun berjalan maupun tahun – tahun sebelumnya dan atau
untuk tujuan tertentu yang dilakukan ditempat Wajib Pajak.
2. Pemeriksaan kantor hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana
3. Pemeriksaan lengkap dilaksanakan dalam jangka waktu dua bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama delapan bulan
4. Pemeriksaan lapangan dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan lengkap atau
pemeriksaan sederhana
5. Pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan dalam jangka waktu empat
minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lama yaitu selama enam
minggu
6. Pemeriksaan Esperanto lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu selama
satu bulan dan dapat pula diperpanjang menjadi selama paling lamadua bulan
7. Apabila didalam pelaksanaan Pemeriksaan kantor telah ditemukan indikasi
adanya tranksaksi yang mengandung unsure transfer pricing, maka lingkup
pemeriksaan ditingkatkan menjadi Pemeriksaan Lapangan
8. Pemeriksaan lapangan berkenaan dengan ditemukannya indikasi adanya
unsure transfer pricing, yang memerlukan pemeriksaanyang lebih mendalam
serta memerlukan waktu yang lebih lama dilaksanakan dalam jangka waktu

19
20 | P E M B A H A S A N

yang paling lama yaitu selama dua tahun. Didalam jangka waktu pelaksanaan
yang lama ini tidak berlaku dalam hal pemeriksaan yang dilaksanakan
berkenaan dengan Surat Pemberitahuan yang menyatakan permohonan
pengambilan kelebihan pembayaran pajak
Pedoman dan Norma Pemeriksaan dalam Pajak
Dalam pemeriksaan yang dilakukan haruslah berpedoman dengan Norma
Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak, Pemeriksaan, dan Wajib
Pajak.
Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka
Pemeriksaan Lapangan yaitu sebagai berikut:
 Pemeriksa Pajak wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak
 Pemeriksa Pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada
pihak Wajib Pajak apa saja yang akan diperiksa
 Pemeriksa Pajak wajib memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat
Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak
 Pemeriksa Pajak wajib memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa dan juga
dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan pada waktu melakukan
pemeriksaan
 Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis tentang apa yang akan
dilakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak
 Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk dan arahan kepada Wajib Pajak
mengenai penyelenggaraan pembukuan maupun pencatatan dan juga
mengenai kewajiban perpajakan dalam tahun ke tahun selanjutnya
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak
tentang hasil pemeriksaan berupa hal – hal yang berbeda anatar Surat
Pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib Pajak
 Pemeriksaan Pajak wajib mengembalikan buku – buku, catatan – catatan, dan
dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak dalam waktu
paling lama selama empat belas hari sejak selesainya pemeriksaan
 Pemeriksaan Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak
berhak segala sesuatu yang diketahui kepadanya oleh Wajib Pajak dalam
rangka pemeriksaan

20
21 | P E M B A H A S A N

Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak dalam rangka


Pemeriksaan Kantor diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksa Pajak, menggunakan surat panggilan yang ditandatangani oleh
Kepala Kantoryang bersangkutan, memanggil Wajib Pajak untuk datang
ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
b. Pemeriksa Pajak wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak
c. Pemeriksa Pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa
d. Pemeriksa Pajak wajib mengembalikan buku – buku, catatan – catatan,
dan dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak dengan
waktu yang paling lama selama tujuh hari setelah selesainya pemeriksaan
e. Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib
Pajak tentang hasil pemeriksaan berupa hal – hal yang berbeda antara
Surat Pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan
f. Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk dan arahan kepada Wajib Pajak
mengenai penyelenggaraan pembukuan maupun pencatatan dan juga
mengenai kewajiban perpajakan dalam tahun ke tahun selanjutnya
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
g. Pemeriksaan Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak
berhak segala sesuatu yang diketahui kepadanya oleh Wajib Pajak dalam
rangka pemeriksaan
Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pelaksanaan Pemeriksaan adalah
sebagai berikut :
a. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan
b. Laporan Pemeriksaan Pajak disusun berdasarkan Kertas Kerja
Pemeriksaan
c. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh seorang atau lebih Pemeriksa Pajak
d. Pemeriksaan dilakukan pada saat jam kerja dan apabila dipandang perlu
dapat dilanjutkan diuar jam kerja
e. Hasil Pemeriksaan Lapangan yang seluruhnya disetujui Wajib Pajak maka
akan dibuatkan surat pernyataannya tentang persetujuan tersebut dan
ditandatangani oleh Wajib Pajak yang bersangkutan
f. Untuk temuan hasil Pemeriksaan Lengkap yang tidak atau tidak
seluruhnya disetujui oleh Wajib Pajak, dilakukan Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan dan dibuatkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan

21
22 | P E M B A H A S A N

g. Pemeriksaan dapat dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Kantor


Wajib Pajak, Kantor lainnya atau di pabrik atau tempat usaha atau tempat
pekerjaan bebas atau dapat juga di tempat tinggal Wajib Pajak ataupun
tempat lain yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak
h. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak, diterbitkan surat ketetapan pajak
dan surat Tagihan Pajak, kecuali pemeriksaan dilanjutkan dengan tindakan
penyidikan
Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Wajib Pajak adalah sebagai berikut :
a. Wajib Pajak harus memberikan akses kepada petugas pemeriksa untuk
mengakses dan/atau mengunduh data dari catatan, dokumen, dan dokumen
lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.
b. Wajib Pajak yang diperiksa juga memiliki kewajiban memberikan
kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruangan yang
merupakan tempat penyimpanan dokumen, uang, dan/atau barang yang
dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha Wajib Pajak dan
melakukan peminjaman dan/atau pemeriksaan di tempat-tempat tersebut.
c. Dalam hal petugas pemeriksa membutuhkan keterangan lain selain buku,
catatan, dan dokumen lain, Wajib Pajak harus memberikan keterangan lain
yang dapat berupa keterangan tertulis dan/atau keterangan lisan.
d. Dalam hal pemeriksaan lapangan, wajib pajak berhak meminta kepada
pemeriksa pajak untuk memperlihatkan surat perintah pemeriksaan dan
tanda pengenal pemeriksa.
e. Wajib pajak berhak meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan.
f. Dalam hal pemeriksaan kantor, wajib pajak wajib memenuhi panggilan
untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
g. Wajib pajak berhak meminta kepada pemeriksa pajak rincian yang
berkenaan dengan hal-hal yang berberda antara hasil pemeriksaan dengan
surat pemberitahuan.
h. Wajib pajak atau kuasanya wajib menandatangani surat pernyataan
persetujuan apabila seluruh hasil pemeriksaan disetujuinya.

22
23 | P E M B A H A S A N

i. Dalam hal pemeriksaan lengkap, Wajib pajak atau kuasanya wajib


menandatangani berita acara hasil pemeriksaan apabila hasil pemeriksaan
tidak atau tidak seluruhnya disetujui.

Pelaksanaan pemeriksaan juga didasarkan pada pedoman pemeriksaan pajak yang


meliputi Pedoman Umum Pemeriksaan Pajak, Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan
Pajak, dan Laporan Pemeriksaan Pajak.
Pedoman Umum Pemeriksaan diantaranya yaitu sebagai berikut :
a. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang :
 Bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengabdian, bersikap
terbuka, sopan, dan objektif serta menghindarkan diri dari perbuatan
tercela
 Menggunakan keahliannya secara cermat dan seksama serta
memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya
tentang Wajib Pajak
 Telah mendapatkan pendidikan teknis yang cukup dan memiliki
keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak
b. Temuan hasil pemeriksaan dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan
sebagai bahan untuk menyusun Laporan Pemeriksaan Pajak
Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan diantaranya yaitu sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik,
yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan dan juga mendapatkan
pengawasan yang seksama
b. Pendapat dan kesimpulan Pemeriksa Pajak harus didasarkan pada temuan
yang kuat dan juga harus berlandaskan ketentuan peraturan perundang –
undangan perpajakan
c. Luas pemeriksaan ditentuka berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang
harus dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, tanya jawab,
dan tindakan lain yang berkenaan dengan pemeriksaan
Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak diantaranya yaitu sebagai berikut :
a. Laporan Pemeriksaan Pajak disususn secara ringkas dan jelas yang
memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat
kesimpulan Pemeriksaan Pajak yang didukung dengan adanya temuan
kuat tentang ada atau tidaknya penyimpangan terhadap peraturan

23
24 | P E M B A H A S A N

perundang – undangan perpajakan, dan juga memuat pula pengungkapan


informasi lain yang terkait
b. Laporan Pemeriksaan Pajak yang berkaitan dengan pengungkapan
penyimpangan Surat Pemberitahuan harus memperhatikan Kertas Kerja
Pemeriksaan anatara lain mengenai :
 Faktor pebandingan
 Nilai absolute dari penyimpangan
 Sifat dari penyimpangan
 Petunjuk atau temuan adanya penyimpangan
 Pengaruh penyimpangan
 Hubungan dengan permasalahan lainnya
c. Laporan Pemeriksaan Pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap dan
terperinci yang sesuai dengan tujuan dari pemeriksaan itu
Macam – macam Metode Pelaksanaan Pemeriksaan
Metode pemeriksaan adalah teknik dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan
terhadap buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain
yang terdiri atas metode langsung dan tidak langsung.
Ada dua macam metode pelaksanaan pemeriksaan diantaranya yaitu :
1. Metode langsung (metode yang digunakan dengan cara menguji
kebenaran angka – angka dalam Surat Pemberitahuan, laporan keuangan,
buku dan catatan serta dokumen pendukung yang sesuai dengan proses
pemeriksaan) atau teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan
pengujian atas kebenaran pos pos Surat Pemberitahuan (SPT) termasuk
lampirannya, yang dilakukan secara langsung terhadap buku, catatan, dan
dokumen terkait.
2. Metode tidak langsung (metdoe yang dilakukan dengan cara penhujian
atas kebenaran angka- angka dalam Surat Pemberitahuan secara tidak
langsung melalui suatu pendekatan penghitungan tertentu mengenai
penghasilan dan biaya)
Metode tidak langsung dapat digunakan sebagai pelengkap atau
pengganti dari metode langsung dalam hal pemakaian metode langsung atau
tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Metode tidak langsung yang biasa
digunakan anatar lain metode transaksi tunai, metode perbandingan kekayaan
bersih, metode satuan dan volume, metode pendekatan produksi dan metode
pendekatan laba kotor.

24
25 | P E M B A H A S A N

Tehnik Pemeriksaan Pajak


Teknik pemeriksaan adalah cara-cara pengumpulan bukti, pengujian,
dan/atau pdmbuktian yang dikembangkan oleh Pemeriksa Pajak untuk
meyakini kebenaran pos-pos yang diperiksa.
Berikut adalah macam-macam Teknik Pemeriksaan.
 Pemanfaatan informasi internal maupun eksternal oleh pihak Direktorat
Jenderal Pajak
 Pengujian keabsahan dokumen
 Evaluasi
 Analisis angka –angka
 Penelusuran angka – angka
Tata Cara Pemeriksaan
Berikut adalah tata cara melakukan pemeriksaan pajak :
1. Dilakukan oleh seorang pemeriksa atau lebih
2. Jika Wajib Pajak atau bahkan kuasanya tidak menunjukkan atau
meminjamkan buku, tidak mengizinkan memsauki ruangan tertentu
bahkan tidak memberikan keterangan yang diperlukan oleh pihak
pemeriksa maka Wajib Pajak tersebut diharuskan mendatangani Surat
Penyataan Penolakan Pemeriksaan (SP3)
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan yang disetujui akan dibuatkan
Laporan Pemeriksaan Pajak (LP2), dan diterbikan SKP dan STP sejauh
tidak ada tindakan penyidikan.
4. Temuan dalam pemeriksaan lengkap baik yang disetujui sebagian atau
bahkan sepenuhnya oleh Wajib Pajak maka dilakukan Pembahasan Skhir
Pemeriksaan (PAHP)
5. Laporan pemeriksaan akhir yang dibuat harus diberitahukan kepada Wajib
Pajak dengan tujuan konsekuensi dari self assessment system, bahan bagi
Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, bahan untuk Wajib Pajak
melakukan penyesuaian pembukuan.
Hak – hak Wajib Pajak apabila dilakukan Pemeriksaan
 Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memperlihtkan Tanda
Pengenal Pemeriksa
 Meminta tindasan Surat Perintah Pemeriksa Pajak
 Menolak untuk diperiksa apabila Pemeriksa tidak dapat menunjukkan
Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan

25
26 | P E M B A H A S A N

 Meminta penjelasan tentang maksud dan tujuan dari dilakukannya


pemeriksaan tersebut
 Meminta tanda bukti peminjaman buku, catatan, serta dokumen –
dokumen yang dipinjam oleh Pemeriksa Pajak
 Meminta rincin yang berkenaan dengan hal – hal yang berbeda anatara
hasil pemeriksaan dengan Surat Pemeberitahuan mengenai koreksi yang
dilakukan oleh Pihak Pemeriksa Pajak terhadap SPT yang telah
disampaikan
 Mengajukan pengaduan apabila kerahasian usaha Anda dibocorkan
kepada pihak lain yang tidak berhak
 Memperoleh lembar Asli Berita Acara Penyegelan apabila Pemeriksa
Pajak melakukan penyegelan atas tempat atau ruangan tertentu
Kewajiban Wajib Pajak apabila dilakukannya Pemeriksaan
 Memeperlihatkan dan meminjamkan buku, catatan, dokumen lainnya yang
berkaitan dengan usaha Wajib Pajak yang diperlukan oleh pihak
pemeriksa
 Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau
ruangan yang dianggap atau dipandang perlu oleh pihak pemeriksa dan
member bantuan untuk kelancaran pemeriksaan
 Memberi keterangan lisan dan atau tertulis yang diminta oleh pemeriksa
 Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan tepat waktu;
 Memperlihatkan dan/atau meminjamkan dokumen yang menjadi dasar
penghitungan penghasilan;
 Memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang
dikelola secara elektronik;
 Memberikan kesempatan tim pemeriksa untuk memasuki dan memeriksa
ruangan yang menjadi tempat penyimpanan dokumen serta
meminjamkannya;
 Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, yang dapat berupa:
a. menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak
apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik
memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;
b. memberikan bantuan kepada tim pemeriksa untuk membuka
barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau

26
27 | P E M B A H A S A N

c. menyediakan ruangan khusus dalam hal pemeriksaan dilakukan di


tempat Wajib Pajak;
 meminjamkan Kertas Kerja Pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan publik;
 menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan; dan
 memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Penolakan dan Penyegelan dalam Pemeriksaan


1. Pemeriksaan Lapangan

Diakukan karena WP tidak memenuhi kewajiban pasal 29 ayat (3)


huruf a, b, c UU KUP. Dan WP diwajibkan menandatagani Surat Pernyataan
Penolakkan Pemeriksaan. Lalu Pemeriksa membuat BA penolakan
Pemeriksaan.

2. Pemeriksaan Kantor
Dilakukan karena WP memenuhi panggilan namun menolak adanya
pemeriksaan. Dan sama seperti pemeriksaan lapangan WP harus
menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Lalu Pemeriksa
membuat BA penolakan Pemeriksaan.

Dilakukan penyegelan karena disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya yaitu


 Wajib Pajak tidak memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk
memasuki ruang tertentu
 Wajib Pajak tidak berada ditempat pada saat dilakukannya pemeriksaan
 Wajib Pajak menolak member bantuan guna kelancaran pemeriksaan
 Sebagai upaya pengamanan sebelum pemeriksaan dilakukan
Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Dalam melakukan Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksa Pajaka memiliki
wewenang :
a. Memeriksa dan meminjam buku, catatan , dan dokumen keterangan
lainnya termasuk keluaran atau media komputer dan perangkat
elektronik pengolahan data lainnya
b. Meminta keterangan tertulis atau lisan dari pihak Wajib Pajak yang
diperiksa

27
28 | P E M B A H A S A N

c. Memasuki ruangan atau tempat yang diduga merupakan tempat


menyimpan barang, uang, dokumen yang dapat memberi petunjuk
tentang keadaan usaha wajib pajak atau tempat lainnya yang dianggap
penting dan melakukan pemeriksaan ditempat tersebut
d. Meminta keterangan dan data yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Pihak Wajib Pajak yang diperiksa
e. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut (pada huruf c),
apabila Wajib Pajak atau kuasanya tidak memberikan kesempatan
untuk memasuki tempat atau ruangan yang dimaksud, ataupun tidak
ada tempat pada saat pemeriksaan dilakukan
2. Dalam melakukan Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak memiliki
wewenang diantaranya yaitu sebagai berikut :
a. Memeriksa dan bahkan meminjam buku dan catatan pihak Wajib
Pajak
b. Meminta keterangan lisan dan bahkan dapat juga tertulis dari pihak
Wajib Pajak yang diperiksa
c. Meminta keterangan dan bahkan data yang diperlukan dari pihak
ketiga yang memiliki hubungan dengan pihak Wajib Pajak yang
diperiksa
Atas peminjaman buku – buku dan lain – lain diberikan tanda bukti
peminjaman yang menyebutkan secara rinci dan jelas mengenai jenis dan
jumlahnya.
3. Jika saat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak atu kuasanya
tidak ada ditempat maka pemeriksaan tetap dilakukan sepanjang ada pihak
yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk bertindak selaku mewakili
Wajib Pajak, sebatas hanya untuk yang ada kewenangannya dan kemudia
pemeriksaan ditunda untuk dilanjutkan pada kesempatan berikutnya
4. Untuk keperluan pengamanan pemeriksaan, maka sebelum dilakukan
Pmeriksaan Lapangan ditunda, Pemeriksaan Pajak dapat melakukan
penyegelan
5. Jika pada saat Pemeriksaan Lapangan dilanjutkan setelah dilakukan,
Wajib Pajak atau kuasanya tidak juga ada ditempat, maka pemeriksaan
tetap dilakukan dengan terlebih dahulu meminta pegawai Wajib Pajak
yang bersangkutan untuk mewakili Wajib Pajak untuk membantu
kelancaran pemeriksaan

28
29 | P E M B A H A S A N

6. Dalam hal pegawai Wajib Pajak yang diminta mewakili Wajib Pajak
menolak untuk membantu kelancaran pemeriksaan, maka pegawai
tersebut harus mendatangani Surat Pernyataan Penolakan Membantu
Kelancaran Pemeriksaan
7. Dalam hal terjadi penolakan untuk mendatangani Surat Pernyataan
Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak
membuat Berita Acara Penolakan Membantu Kleancaran Pemeriksaan
yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak
8. Dalam hal Wajib Pajak atau kuasanya tidak memenuhi kewajiban sebagai
berikut :
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh kegiatan usaha, pekerjaanbebas Wajib
Pajak atau objek yang terutang pajak
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tampat atau ruang yang
dipandang perlu dan member bantuan untuk kelancaran pemeriksaan
c. Memberikan keterangan yang diperlukan,
Maka Wajib Pajak atau kuasanya diharuskan mendatangani Surat
Pernyataan Penolakan Pemeriksaan
9. Dalam hal terjadi penolakan untuk mendatangani Surat Pernyataan
Penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 8 maka
Pemriksa Pajak mebuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak
10. Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan atau Berita Acara Penolakan
Pemeriksaan sebagaimana yang sudah dapat dijadikan dasar untuk
penetapan besarnya pajak yang terutang secara jabatan ataupun dilakukan
penyidikan

Laporan Pemeriksaan Pajak


Pemeriksa membuat Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Hasil pemeriksaan
harus diberitahukan kepada Wajib Pajak apabila terdapat perbedaan antara Surat
Pemberitahuan (SPT) dengan hasil pemeriksaan.
Berdasarkan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
9/PJ/2010 tentang Standar Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan, bentuk, isi, dan format Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

29
30 | P E M B A H A S A N

disusun dengan merujuk pada Pedoman Penyusunan LHP. Pedoman ini dibuat agar
format LHP menjadi seragam. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
LHP adalah sebagai berikut.
1. LHP adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil pemeriksaan
yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai
dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.
2. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos
yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan
Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak
adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan,
dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan
Pemeriksaan.
3. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berisi antara
lain mengenai:
a. Penugasan pemeriksaan;
b. Identitas Wajib Pajak;
c. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;
d. Pemenuhan kewajiban perpajakan;
e. Data/informasi yang tersedia;
f. Lampiran yang diwajibkan;
g. Buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain
yang dipinjam;
h. Materi yang diperiksa;
i. Uraian hasil pemeriksaan;
j. Ikhtisar hasil pemeriksaan;
k. Penghitungan pajak terutang; dan
l. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.
Pelaksanaan pemeriksaan secara operasional pada dasarnya meliputi kegiatan
untuk :
1. Meningkatkan Pelayanan terhadap masyarakat Wajib Pajak dalam hal Surat
Pemberitahuan Wajib Pajak menyatakan lebih bayar
2. Mengawasi dan membina kepatuhan pemenuhan kewajiban Wajib Pajak
dalam memenuhi ketentuan perundang – undangan perpajakan
3. Menguji kelengkapan dan kebenaran metriil dari pengisian Surat
Pemberitahuan

30
31 | P E M B A H A S A N

4. Menentukan tenteng kepastian tentang keadaan Wajib Pajak yang sebenarnya


baik dari segi administrasi maupun potensi fiskalnya.
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan dan Penghitungan Pajak
Bagian ini berisi informasi mengenai ringkasan koreksi masing-masing pos
yang diperiksa sebagaimana dimaksud dalam angka romawi II huruf E di atas beserta
penghitungan pajak terutang, kredit pajak, pajak yang kurang (lebih) dibayar, sanksi
administrasi, jumlah pajak yang masih harus (lebih) dibayar dan/atau Surat Tagihan
Pajak.

Simpulan dan Usulan Pemeriksa


Simpulan Pemeriksa, yang berisi:
1. informasi mengenai ringkasan penghitungan pajak sebelum dan setelah
pemeriksaan, serta rasio keuangan dan persentase koreksi yang
dihasilkan; dan
2. data/informasi yang diproduksi oleh Pemeriksa setelah melakukan
pemeriksaan.
Usulan Pemeriksa, yang berisi:
1. usulan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak dan/atau usulan
lainnya berdasarkan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan yang berlaku;
atau
2. usulan penghentian pemeriksaan dalam hal Tim Pemeriksa
mengusulkan penghentian pemeriksaan sesuai ketentuan yang berlaku.
Pemeriksaan merupakan tahap sebelum proses penyidikan. Apabila di
dalam pemeriksaan didapatkan kejanggalan-kejanggalan maka akan
ditindaklanjuti dengan proses penyidikan.
D. Penyidikan Pajak
Penyidikan tindak pidana dibidang pepajakan merupaka serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
buktitersebut membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan yang terjadi serta
menemukan tersangkanya. Penyidikan tindak pidana dibidang ini hanya dapat
dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak yang telah diberikan wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana
dibidang Perpajakan.

31
32 | P E M B A H A S A N

Menurut undang-undang no 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan


Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang no
28 Tahun 2007, pengertian penyidikan adalah sebagai berikut :
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti
itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.

Tujuan dari diakannya Penyidikan Pajak


Berikut adalah beberapa tujuan diadakannya pajak :
1. Tindak pidana menjadi terang
2. Menemukan tersangka
3. Mengetahui besarnya pajak yang telah digelapkan
Tindakan penyidikan dilakukan apabila terjadi ataub ditemukannya bukti
pendahuluan, yaitu adanya bukti baik berupa lisan maupun tulisan, perbuatan,
keterangan, ataupun benda – benda yang dapat memberikan petunjuk bahwa adanya
suatu tindak pidana telah terjadi dan dapat merugikan Negara.

Pihak yang Melakukan Penyidikan


Dalam Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, pihak yang
berwenang untuk melakukan proses penyidikan adalah Pejabat pegawai Negeri Sipil
tertentu dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus
sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan. Wewenang tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.
2. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan.
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang perpajakan.
4. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan.

32
33 | P E M B A H A S A N

5. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,


pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
6. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan;
7. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
8. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan.
9. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi.
10. Menghentikan penyidikan;dan/atau melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan proses penyidikan, penyidik memeberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut
umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-Undang Hukum Acara Pidana. Apabila
diperlukan, penyidik juga dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lain
demi kelancaran proses penyidikan.

Tindak pidana dibidang perpajakan


Berikut beberapa tindak pidana yang ada dibidang perpajakan meliputu perbuatan
yaitu :
1. Yang dilakukan oleh seorang atau badan yang diwakili oleh orang tertentu
2. Memenuhi rumusan Undang – Undang
3. Diancam dengan sanksi pidana
4. Melawan hukum
5. Dilakukan dibidang perpajakan
6. Dapat menimbulkan kerugian bagi pendapatan Negara

Wewenang Penyidik Pajak


Berikut adalah beberapa wewenang yang dimiliki oleh penyidik pajak diantaranya
yaitu :

33
34 | P E M B A H A S A N

1. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan yang


berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan agar keterangan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas
2. Menerima, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang perpajakan
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana diidang perpajakan
4. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana dibidang perpajakan
5. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana dibidang perpajakan
6. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut
7. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi
8. Memotret sesorang yang diberkaitan dengan tindak pidana dibidang
perpajakan
9. Menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan pada
saat pemriksaan berlangsung dan memeriksa identitas atau dokumen yang
dibawa
10. Menghentikan penyidikan
11. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana dibidang perpajakan menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan

Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh penyidik


Berikut ini adala beberapa tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak penyidik
diantaranya yaitu :
1. Pemanggilan tersangka atau saksi
2. Pembatasan kebebasan orang yang dipanggil (dilakukan kalau perlu
sekali)
3. Penggeledahan
4. Pemeriksaan tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti

34
35 | P E M B A H A S A N

5. Penyitaan
6. Mengambil alih dan atau meyimpan barang tertentu
Penghentian Penyidikan
Penyidikan dapat dihentikan karena dalam hal sebagai berikut :
1. Bukti yang ada tidak cukup
2. Peristiwanya bukan merupakan tundak pidana dibidang perpajakan
3. Peristiwanya sudah kadaluwarsa
4. Tersangkanya sudah meninggal dunia
5. Dengan alasan untuk kepentingan penerimaan Negara, atas permintaan
Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan dengan
syarat :
 Wajib Pajak melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar yang atau
tidak seharusnya dikembalikan
 Wajib Pajak yang membayar sanksi administrasi berupa denda sebesar
empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar atau tidak
seharusnya dikembalikan
Asas – Asas dalam Hukum Penyidikan
Berikut ini beberapa asas dalam hukum pajak diantaranya yaitu :
1. Asas praduga salah yaitu bahwa setiap orang yang disangka, dituntut, atau
dihadapkan dimuka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah
sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahan –
kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap
2. Asas persamaan dimuka hukum yaitu bahwa setiap orang mempunyai hak
dan kewajiban yang sama dimata hukum, tanpa adany perbedaan
3. Asas hak memperoleh bantuan atau penasehat hukum yaitu bahwa setiap
tersangka perkara tindak pidana dibidang perpajakan wajib diberi
kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata – mata diberikan
untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya sejak dilakukan
pemeriksaan terhadapnya.
Norma Penyidikan
Berikut ini beberapa norma – norma penyidikan pajak diantaranya yaitu :
1. Didalam melakukan tugasnya penyidik pajak harus berdasarkan ketentuan
peraturan perundang – undangan perpajakan, KUHAP dan hukum pidana
yang berlaku

35
36 | P E M B A H A S A N

2. Penyidik pajak sebagai penegak hukum wajib memelihara dan


meningkatkan sikap terpuji sejalan dengan tugas,fungsi,wewenang serta
tanggung jawabnya
3. Penyidik pajak harus membawa tanda pengenal pajak dan surat perintah
penyidikan pada saat melakukan penyidikan
4. Penyidik dapat dibantu oleh petugas pajak lain atas tanggung jawabnya
berdasarkan izin tertulis dari atasannya
5. Penyidikan dilaksanakan berdasarkan Laporan Buku Penulisan dan Surat
Perintah Penyidikan
6. Penyidik pajak dalam setiap tindakannya harus membuat Laporan dan
Berita Acara
Latar Belakang Penghentian Penyidikan
Secara umum latar belakang penghentian penyidikan diantaranya yaitu sebagai
berikut :
1. Untuk menegakkan prinsip peadilan yang tepat, cepat, dan biaya ringan
serta untuk tegaknya kepastian hukum dalam kehidupan masyarakat
2. Menghindari dari kemungkinan tuntutan ganti kerugian
3. Keluarnya Surat Penghentian Penyidikan Perkara (SP3) tidak membawa
akibat terhapusnya kewenangan penyidik untuk memeriksa kasus kembali.
Apabila dikemudian hari ditemukan bukti yang cukup maka kasus tersebut
akan dimulai penyidikan kembali
Sanksi yang Berkenaan dengan Penyidikan
Dibawah ini terdapat beberapa sanksi yang berkenaan dengan penyidikan,
diantaranya :
1. Pihak ke 3 (Bank, Akuntan, Notaris, Konsultan Pajak, Kantor
Administrasi dan lainnya) yang sengaja tidak memberikan bukti yag
diminta, atau memberi keterangan ataupun bukti yang tidak benar maka
diancam dengan dikenai pidana pejara paling lama selama satu tahun daan
denda paling banyak sebesar Rp. 5.000.000
2. Bagi siapa saja yang menghalangi atau mempersulit penyidikan dibidang
perpajakan maka diancam dengan dikenai pidana penjara paling lama
selama tiga tahun dan juga dikenai denda paling besar sebesar Rp.
10.000.000

36
37 | P E N U T U P

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Melihat perbedaan revisi UU KUP dari tahun ketahun cukup signifikan guna
mendobrak Wajib Pajak ataupun Pribadi/Badan Usaha yang masih belum terdaftar
dalam KPP/DJP untuk lebih giat dalam melakukan pembayaran iuran yang bersifat
wajib dan memaksa. Hal ini didukung dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 78 tahun 2019.
Aturan terbaru tersebut merupakan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman
modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah tertentu. Aturan ini biasa
disebut Tax Allowance. Dari dukungan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pajak
menjadi salah satu Anggaran dana yang berasal dari masyarakat untuk selanjutnya di
alokasikan ke dalam beberapa aspek yang dapat membangun kualitas Sumber Daya
Manusia.
Fungsi dan tujuan penelitian, pemeriksaan, dan penyidikan pajak secara
keseluruhan serta adanya sanksi pajak adalah supaya Wajib Pajak melaporkan
kegiatan usahanya dengan benar. Karena Wajib Pajak harus melaporkan kegiatan
usahanya sesuai keadaan sebenarnya. Tidak ada yang ditutupi, tidak ada yang
disembunyikan dan terbuka. Wajib Pajak harus menghitung pajak terutang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Saran
Situasi ekonomi Indonesia saat ini masih mengalami tahap berkembang, maka
sebagai masyarakat Negara yang baik seharusnya menjalankan perintah yang telah
dibuat dan disepakati sebelumnya. Khususnya melaksanakan pembayaran pajak
sesuai waktu yang dijadwalkan pada pembukuan tahun pajak, guna mewujudkan
kesejahteraan rakyat, memajukan sektor ekonomi Indonesia, infrastruktur, sarana &
prasarana, maupun kesenjangan sosial yang belum teratasi.

37
37 | R E F E R E N S I

DAFTAR PUSTAKA

 Resmi, Siti. 2013. Perpajakan : Teori dan Kasus. Edisi 7 .Jakarta : Salemba
empat
 Suandy,Erly. 2016. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba empat
 Waluyo. 2018. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba empat
 Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
 Widyaningsih, Aristanti. 2017. Hukum Pajak dan Perpajakan. Bandung:
Alfabeta
 Suandy, Erly. 2002. Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
 Anthony, Robert N., James S. Reece. 2007. Accounting for Tax. Jakarta
 Ali Wafa. 2017. Modul-1 Ketentuan Umum Perpajakan dan Pengadilan
Pajak. Makalah. Dalam: Pelatihan Brevet Pajak A & B, Kediri, Februari
 UU KUP 2017
 http://www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak
 http://www.pajak.go.id/content/seri-kup-pembetulan-ketetapan-pajak
 http://www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak-dan-sanksi-administrasi

Anda mungkin juga menyukai