Laporan Fitofarmasi Jambu Biji b3
Laporan Fitofarmasi Jambu Biji b3
Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Jambu batu, Psidium guajava ata sering disebut dengan jambu biji dan jambu klutuk
adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil disebarkan ke Indonesia melalui Thailand.
Tanaman jambu biji merupakan tanaman dari keluarga Myrtaceae. Tanaman jambu biji
terutama tumbuh di negara-negara tropis dan subtropis yang merupakan salah satu tanaman
ekonomi utama di Taiwan. Tanaman jambu biji terdiri dari beberapa jenis diantaranya jambu
biji lokal dan jambi biji bangkok, ada yang mempunyai daging buah berwarna putih dan ada
yang berwarna merah. Hal yang dapat mempengaruhi kandungan senyawa dalam tanaman
adalah tempat tumbuh tanaman yang dipengaruhi oleh jenis tanah, curah hujan, iklim,
intensitas sinar matahari, ketinggian dan lingkungan disekitar tempat tumbuhnya serta umur
tanaman. Senyawa yang terkandung dalam daun jambu biji yaitu senyawa polifenol, karoten,
flavonoid, saponin dan tanin. Daun jambu biji mempunyai khasiat sebagai anti-inflamasi,
anti-mutagenik, anti-mikroba dan analgesik. Jambu batu memiliki buah berwara hijau dengan
daging buah berwarna putih atau merah dan berasa asam manis. Buah jambu batu dikenal
mengandung banyak vitamin C.
Buah jambu ini mengandung banyak vitamin dan serat, sehingga sangat cocok sekali
dikonsumsi untuk menjaga kesehatan. Warna daging jambu biji yang berwarna merah
mengindikasikan jambu biji kaya akan vitamin A yaitu berkhasiat sebagai kesehatan mata dan
sebagai antioksida. Salah satu kandungan nutrisi yang terdapat pada jambu yang bermanfaat
untuk tubuh adalah asam askorbat atau vitami c. Vitamin c membantu menjaga bagian setiap
jaringan tubuh. Vitamin c sendiri berperan untuk menumbuhkan kolagen, protein yang
mendukung sel dan jaringan tubuh anda tetap utuh dan tanpa vitamin c tubuh anda dapat
mengalami pecah pembuluh darah, robeknya kulit dan gigi menjadi rusak.
Antioksidan
Antioksidan alami yang terkandung dalam tumbuhan umumnya merupakan senyawa
fenolik dan polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat,
kumarin dan asam-asam polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktifitas
antioksidan meliputi flavon, flavonol, flavonon, isoflavon, katekin dan kalkon.
Antidiare
Senyawa aktif yang ada pada daun jambu biji yang berfungsi sebagai antidiare yaitu
tanin. Ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk membasmi bakteri atau mikroba
penyebab diare ( Salmonella typhii, E.coli, Shigella dysentriae). Komposisi kimia di
dalam daun jambu biji yaitu mengandung tanin 9-12 %, minyak atsiri, minyak lemak,
asam malat, asam arsobat, asam psidolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam
guajavarin dan vitamin.
Antibakteri
Daun jambu biji juga memiliki kandungan antibakteri, seperti guaijaverin dan
avikularin.
Antiinflamasi
Selain senyawa- senyawa yang lain daun jambu biji juga mengandung flavonoid yang
memberikan efek terapi yaitu salah satunya adalah antiinflamasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman
Tanaman jambu biji dalam sistematika dunia tumbuhan diklasifikasi sebagai berikut :
- Divisi : Spermatophyta
- Kelas : Dicotyledonae
- Ordo : Myrtaceae
- Famili : Myrtaceae
- Genus : Psidium
- Spesies : Psidium guajava L
B. Uraian Tanaman
Tanaman jambu biji merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis,
banyak ditanam sebagai tumbuhan buah-buahan pada ketinggian 1-200 m diatas
permukaan laut, dan merupakan perdu atau pohon kecil, umumnya tinggi tanaman 3-
10 m, kulit batangnya licin, terkelupas dalam potongan ruas tangkai teratas segi empat
tajam. Daun muda berbulu abu-abu dan bertangkai pendek dan bulat memanjang.
Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena
daunnya diketahui mengandung malat (Depkes, 1984). Daun jambu biji merupakan
bagian yang memiliki khasiat sebagai antidiare, astrigen, sariawan dan mengentikan
pendarahan. (Yuliani etal 2001).
Selain daunnya, buah jambu biji terutama yang berwarna merah sering
digunakan untuk mengobati penyakit demam berdarah. Jus dari jambu merah
dikatakan dapat menaikkan trombosit penderita penyakit demam berdarah.
C. Kandungan Kimia
Daun jambu biji mengandung berbagai macam komponen, diantaranya
kelompok senyawa tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai kuersetin. Kuersetin
memiliki aktivitas menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase yang berarti
menghambat pertumbuhan virus berinti RNA. (Anonim, 2006).
D. Khasiat dan Manfaat
Daun jambu biji dimanfaatkan sebagai salah satu sumber bahan obat. Daun
jambu biji berkhasiat untuk mengobati sariawan, diare dan radang lambung.
E. Ekstraksi Daun Jambu Biji
Ekstraksi adalah kegiatan dalam pembuatan ekstrak, yaitu kegiatan penarikan
kandungan kimia yang dapat larut, sehingga terpisah dan bahan yang tidak dapat larut
dengan pelarut yang sesuai. Metode yang dikenal antara lain dengan cara dingin yaitu
maserasi, perkolasi, atau dengan cara panas yaitu refluks, sokhlet, digesti, infus dan
dekok.
Teknik untuk mendapatkan ekstrak daun jambu biji dapat dilakukan dengan
beberapa metode. Maserasi dan ekstraksi sinambung merupakan dua metode ekstraksi
yang lazim digunakan. Maserasi adalah proses penyarian dengan cara perendaman
serbuk dalam air atau pelarut organik, sehingga zat-zat yang terkandung di dalamnya
akan terlarut (Ansel, 1989). Sedangkan, ekstraksi sinambung adalah ekstraksi dengan
cara panas yang umumnya menggunakan sokhlet. Sehingga terjadi ekstraksi
berkesinambungan dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik. Proses maserasi diawali dengan adanya pendingin balik. Proses maserasi
diawali dengan serbuk simplisia daun jambu biji, sebanyak 500 gram diekstrak
dengan menggunakan 3,6 liter etanol 70% dalam maserator selama 3 hari dengan
sesekali dikocok dan dua kali remaserasi, sedangkan proses ekstraksi sinambung
diawali dengan serbuk simplisia dan jambu biji 500 gram diekstrak dengan
menggunakan etanol 70% melalui lima tahap dalam sokhlet pada suhu 50-70’C
sehingga larutan menjadi jernih yang menandakan simplisia telah terekstrak
sempurna. Menurut Muhammad Fajar et al (2011), aktovitas antioksidan yang terbaik
cenderung ditunjukkan fraksi hasil maserasi, dibandingkan hasil ekstraksi sinambung.
F. Metode Analisis Senyawa Marker dengan KLT Densitometri
Senyawa marker pada daun jambu biji adalah kuersetin. Beberapa kondisi
analisis senyawa kuersetin menggunakan KLT adalah sebagai berikut :
- Ekstrak etanol 70% daun jambu biji metode maserasi dianalisis dengan KLT
densitometer menggunakan fase gerak toluen : aseton : metanol : asam formiat
(26:8:5:1) dengan fase diam plat KLT silika gel Go F254. Pengukuran kadar
kuersetin dengan densitometri dilakukan pada 280nm (Moo,2010)
- Uji kualitatis kueursetin dalam ektrak etanol 70% daun jambu biji terstandar
terhadap peningkatan jumlah megakanosit pada mencit menggunakan KLT-
Densitometri. Fase gerak yang digunakn adalah kloroform : aseton : asam formiat
(15:3,3:2,5) dengan panjang gelombang densitometer 254nm dan 360nm. Untuk
uji kuantitatifnya dilakukan pada panjang gelombang 375nm yang merupakan
panjang gelombang maksimal kuersetin. (Sann, 2006).
- Identifikasi fraksi dan ekstrak metanol daun jambu biji dianalisis menggunakan
KLT dengan menggunakan standar kuersetin. Fase gerak yang digunakan adalah
toluen : etil asetat : asam formiat (5:4:1) dan deteksi menggunakan NaOH.
(Jayakumari et al, 2012).
- Dekok daun jambu biji dianalisis KLT dengan fase gerak diklorometan : etil asetat
: metanol : asam asetat (8:4:2:0,1) fase diam silika gel G60 F254 dan deteksi
menggunakan FeCl3. (Birdi et al, 2010).
- Identifikasi ekstraksi metanol daun jambu biji menggunakan KLT dengan fase
gerak campuran metanol : air : etil asetat : asam asetat (13,5:10:100:2) kuersetin
digunakan sebagai standar. (Jusuf, 2010).
BAB III
METODE
EKSTRAKSI
PERHITUNGAN : kadar kuersetin dalam ekstrak kering dihitung dari kurva baku
larutan pembanding dan dinyatakan dalam mg kuersetin /g ekstrak.
REPLIKASI : ulangi proses penetapan kadar sebanyak tiga kali. Tentukan nilai koefisien
variasi (KV) kadar kuersetin dari tiga replikasi
3.6 Formulasi Tablet
Setelah itu hitung tangen dari sudut diam dengan cara membagi h
dengan r
Timbang 20 tablet
Lalu tentukan nilai koefisien variasi (KV) kadar kuersetin dari tiga tablet
BAB IV
% rendemen = 50,5 %
Kloroform :
Aseton :
Asam Formiat :
X (massa) Y (konsentrasi)
1456,7 200
3546,7 400
7179,9 800
121630,8 1600
Persamaan regresi :
a= 31,56 b= 0,126 r= 0,996
1) y= bx+a
832,7 = 0,126x + 31,56
x = 6358,25 ng
2) y= bx+a
925,8 = 0,126x + 31,56
x = 7097,14 ng
3) y= bx+a
790,1 = 0,126x + 31,56
x = 6-2-,16 ng
Nilai x rata-rata = 6491,85 ng = 6,49 g
SD : 550,780
CV : 8,48%
Dalam 25 ml
Presentase kadar :
C. Hasil Evaluasi
Uji Sifat Alir Ekstrak Kering
Variabel Data
25 mg 10% 20%
300 mg 5% 10%
Jadi tidak ada penyimpangan rata-rata bobot tablet sesuai tabel diatas
Uji Kerapuhan
0,63 g 0,65 g
0,65 g 0,65 g
0,65 g 0,65 g
0,63 g 0,64 g
0,65 g 0,65 g
0,65 g 0,63 g
0,62 g 0,64 g
0,65 g 0,65 g
0,62 g 0,65 g
0,65 g 0,65 g
Rata-rata berat tablet sebelum dilakukan pengujian : 0,643 g
0,63 g 0,63 g
0,63 g 0,64 g
0,64 g 0,62 g
0,63 g 0,63 g
0,64 g 0,62 g
0,64 g 0,64 g
0,64 g 0,64 g
0,64 g 0,62 g
0,63 g 0,65 g
0,65 g 0,63 g
Rata-rata berat tablet setelah dilakukan pengujian : 0,6345 g
%kerapuhan = (bobot awal-bobot akhir)x 100%
= (0,643 – 0,6345) x 100% = 0,85 %
Tablet dianggap baik bila memiliki kerapuhan tidak lebih dari 1%
Y (area) sampel :
Sampel 1 = 480,29
Sampel 2 = -
Sampel 3 = -
X (massa) Y (konsentrasi)
4846,76 400
8355,60 800
15004,71 1600
24601,80 3200
Persamaan regresi :
a= -373,54 b= 0,142 r= 0,996
y= bx+a
480,29 = 0,142x -373,54
x = 6012,887 ng = 6,013 g
Dalam 25 ml
Presentase kadar :
4.2 Ekstraksi
Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang
sebagai bahan awal, bahan antara, atau bahan produk jadi. Ekstrak dipandang sebagai
bahan awal dianalogikan dengan bahan baku obat dengan teknologi fitofarmasi
diproses menjadi produk jadi. Ekstrak sebagai bahan antara berarti masih menjadi
bahan yang dapat diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat tunggal, ataupun tetap
sebagai campuran dengan ekstrak lain. Pada praktikum pembuatan sediaan tablet
bahan alam yang terstandar ini dibuat terlebih dahulu ekstrak dari daun jambu biji,
daun jambu biji bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik sehingga dalam
pembuatannya menggunakan metode maserasi yaitu proses pengekstrakkan
simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Keuntungan cairan penyari dengan
maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah
diusahakan, sedangkan kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariannya
kurang sempurna.
Pertama sampel yang telah kering dirajang sampai halus, ditimbang sebanyak
100 gram untuk dijadikan ekstrak. Pembuatan ekstrak daun jambu biji yang
mengandung quersetin ini didahului dengan memaserasi 1 bagian simplisia dengan 5
bagian pelarut (etanol 96%). Maserasi dengan etanol ini bertujuan untuk menyari
kandungan kimia yang terdapat dalam simplisia dan etanol merupakan pelarut global
yang dapat melarutkan senyawa. 100 gram serbuk kering daun jambu biji dimasukkan
ke dalam maserator, ditambah 1000 ml etanol 96% direndam selama 6 jam sambil
sekali-kali diaduk. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan jenis dan
jumlah pelarut yang sama. Setelah didiamkan dan dimaserasi dengan etanol 96%
selama 18 jam, maserat kemudian disaring dengan kain flanel kemudian diendapkan
semalam bertujuan untuk mengendapkan partikel halus yang tidak tersaring serta
bahan-bahan tak larut yang ikut terbawa penyari. Filtrat yang didapatkan kemudian
dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum (Rotary Evaporator) pada suhu
dibawah 50°C, hal ini bertujuan agar ekstrak tidak rusak, hingga diperoleh ekstrak
kental. Sehingga hasil yang diperoleh dari maserasi sebanyak 100 gram sampel yaitu
didapatkan bobot ekstrak kental sebesar 50,01 gram. Dan didapatkan nilai rendemen
yaitu :
Nilai rendemen yang didapat yaitu 50,01%, nilai yang didapat cukup besar.
Menurut prosedur, setelah didapatkan ekstrak kental kemudian dikeringkan dengan
penambahan sorban (Aerosil®) sebanyak 1-2% dari bobot ekstrak kental. Namun,
kami tidak melakukan penambahan sorban (Aerosil®) karena ekstrak kental yang
kami dapatkan sudah kami anggap kering dibuktikan dengan ekstrak kental yang telah
mengeras (kaku) sampai sulit untuk dilakukan penimbangan kembali. Namun setelah
hasil yang didapatkan kurang sesuai pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksud
kering disini yaitu sampai ekstrak itu dapat ditabur dan tidak menggumpal, sehingga
dimungkinkan tidak adanya penambahan sorban (Aerosil®) itu akan berpengaruh
terhadap sifat alir, kadar, dan nilai CV yang akan dibahas pada pembahasan
selanjutnya.
4.3 Penetapan Kadar Senyawa Aktif Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidii Folium)
Setelah itu membuat larutan uji dengan menimbang 250 mg ekstrak, diaduk rata
dalam 15 ml etanol di tabung reaksi dengan vortex mixer. Kemudian larutan disaring dalam
labu ukur 25 ml dan dibilas kertas saring dengan etanol sampai tanda batas.
200 ng 1456,7
400 ng 3546,7
800 ng 7179,9
1600 ng 121630,8
6358,25 ng 832,7
7097,14 ng 925,8
6020,16 ng 790,1
x 100%
x 100% = 16,225%
Nilai standar deviasi dan koefisien variasi menunjukkan nilai dari suatu ketelitian
(presisi). Suatu metode dikatakan memiliki ketelitian yang baik jika nilai CV lebih kecil dari
5%. Semakin kecil nilai SD dan CV maka semakin teliti. Pada hasil percobaan diperoleh nilai
SD sebesar 550,780 dan nilai CV sebesar 8,48%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
hasil percobaan tidak sesuai dengan literatur (Kuswandi Bambang, 2011).
4.4 Formulasi
Setelah daun jambu biji dibuat ekstrak dan dilakukan pengujian kadar didapatkan
prosentase kadar sebesar 16,225 %. Sesudahnya dilakukan formulasi untuk pembuatan tablet
dengan bahan ekstrak yang telah dipekatkan dan diketahui kadarnya tersebut.Dalam prosedur
diharapkan tiap tablet mengandung 2 mg kuersetin. Sementara kadar ekstrak yang didapat
ialah 16,225 % setara dengan 16,225 mg dalam 100 mg.
Jadi tiap tablet harus mengandung 12,33 mg ekstrak agar sesuai dengan prosedur yakni
mengandung 2 mg kuersetin.
Bobot tablet yang dibuat sebesar 650 mg per tablet, berikut formulasi bahan untuk tablet :
Setelah dilakukan formulasi selanjutnya bahan-bahan tersebut dicampur lalu dicetak menjadi
tablet dengan metode cetak langsung (kempa langsung)
Sediaan yang telah dibuat dilakukan evaluasi sebagai Quality Control dari tablet dan
sediaan yang telah dibuat. Sediaan tablet memiliki penampilan organoleptis yaitu tablet bulat
datar, berwarna putih dengan bercak kecil hitam, berbau khas jamu dan rasa agak khelat.
Disini dilakukan beberapa uji evaluasi, antara lain:
Dari evaluasi yang telah kami lakukan didapatkan bahwa Dari hasil uji keseragaman
bobot di dapatkan bobot rata-rata per tablet sebesar 0,657 gram. Berdasarkan hasil rentang
diatas, maka tablet ekstrak daun jambu biji yang kami buat memiliki keseragaman bobot yang
sesuai dengan literatur tanpa ada penyimpangan satu pun.
c. Uji kerapuhan
Cara untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya. Gesekan
dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet
digunakan alat roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan kedalam alat friabilator, tablet
ditimbang terlebih dahulu. Kemudiann tablet dimasukkan kedalam alat, lalu alat dioperasikan
selama 4 menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan
berat mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus
lebih kecil dari 1% (Ansel, H.C., 1989).
Pada uji yang kami lakukan, diperoleh persen kerapuhan sebesar 0,85%. Hal ini dapat
dinyatakan, tablet yang kami buat memiliki kerapuhan yang baik karena tidak lebih dari 1%.
4.6 Penetapan kadar sediaan
Langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan larutan uji. Ambil 3 tablet secara
acak kemudian gerus tablet satu persatu. Lalu masukkan serbuk pada masing-masing tabung
reaksi. Dan menambahkan etanol 15 ml kedalam tabung reaksi. Larutan dicampur dengan
bantuan alat vortex. Larutan disaring dan ditambah etanol ad 25 ml dalam labu ukur.
Y (konsentrasi) X (massa)
400 ng 4846,76
800 ng 8355,60
1600 ng 15004,71
3200 ng 24601,80
- Perhitungan
y = bx + a
y = 0,142x – 373,54
480,29 = 0,142x – 373,54
x = 6012,887 ng
= 6,013 g dalam 10 l
- Sedangkan jika dalam 25 ml :
Pada hasil KLT densitometri dapat dilihat bahwa area sampel 2 dan 3 tidak terdeteksi
karena puncak tidak tampak pada kromatogram. Hal ini disebabkan karena sifat alir serbuk
sediaan yang tidak bagus sehingga tiap tablet memiliki kandungan ekstrak daun jambu biji
yang beragam.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Nilai rendemen yang didapat yaitu 50,01%, nilai yang didapat cukup besar.
b. Untuk hasil KLT densitometri pada penetapan kadar senyawa aktif diperoleh
persamaan regresi y= 0,126x + 31,56 dan hasil rata- rata yang didapatkan dari
ketiga sampel yaitu 6491,85 ng
c. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa ekstraksi percobaan menghasilkan rendemen
lebih besar dibandingkan dengan ekstraksi pada literatur (jurnal). Hal tersebut
dimungkinkan karena perbedaan konsentrasi etanol dan lama proses maserasi.
d. Dari uji yang kami lakukan didapatkan waktu alir selama 46 detik dengan
kecepatan alirnya sebesar 2,174 g/detik. Hal ini diketahui bahwa ekstrak kering
memiliki waktu alir yang tidak memenuhi persyaratan yaitu lebih dari 10 detik
e. Hasil uji keseragaman bobot di dapatkan bobot rata-rata per tablet sebesar 0,657
gram. Berdasarkan hasil rentang diatas, maka tablet ekstrak daun jambu biji yang
kami buat memiliki keseragaman bobot yang sesuai dengan literatur tanpa ada
penyimpangan satu pun.
f. Pada uji yang kami lakukan, diperoleh persen kerapuhan sebesar 0,85%. Hal ini
dapat dinyatakan, tablet yang kami buat memiliki kerapuhan yang baik karena
tidak lebih dari 1%.
g. Pada hasil KLT densitometri dapat dilihat bahwa area sampel 2 dan 3 tidak
terdeteksi karena puncak tidak tampak pada kromatogram. Hal ini disebabkan
karena sifat alir serbuk sediaan yang tidak bagus
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum praktikan sudah bisa menguasai teknk-teknik atau cara
kerja dari praktikum yang akan dilaksanakan sehingga tidak akan terjadi kekeliruan yang bisa
menghambat jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia N dan SB Prayitno.2012.Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava) untuk
Menginaktifkan Viral Nervous Necrosis (VNN) pada Ikan Kerapu Bebek (Epinephelus
fuscoguttatus).Journal of Aquaculture Management an Technology,1(1):264-278.
Fajar, Mohamad dkk. 2011. “Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Berdaging Buah Putih”.
Prosiding SnaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan. ISSN:2089-3582. Pp:58
Indriani S.2006.Aktifitas Antioksi dan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava
L.).J.II.Pert.Indon,11(1).
Kuswandi, Bambang. 2011. Sensor Kimia (Teori, Praktikum dan Aplikasi). Jember: Jember
University Press
Rosidah dan WM Afizia.2012.Potensi Ekstrak Daun Jambu Biji Sebagai Antibakterial untuk
Menanggulangi Serangan Bakteri Aeromonas Hydrophila pada Ikan Gurame (Osphronemus
Gouramy lacepede).jurnal akuatika,III(1):19-27.
Lampiran