Anda di halaman 1dari 12

Laporan praktikum Hari/Tanggal : Senin/ 25 Januari 2020

Manajemen Laboratorium Dosen : Dwi Yuni Hastati, STP, DEA


Mutu Pangan

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 DI


LABORATORIUM

Oleh:
Nurma Purwati J3E118026
Analia Fonda N. J3E118030

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Potensi bahaya terdapat hampir diseluruh tempat kerja, maka upaya untuk
mencegah dan mengurangi resiko yang mungkin timbul akibat proses pekerjaan perlu
segera dilakukan. Melalui management procces, resiko yang mungkin timbul dapat
diidentifikasi, dinilai dan dikendalikan sedini mungkin melalui pendekatan preventif,
inovatif dan partisipatif (Tarwaka, 2008) Ilmu teknologi serta dunia industri akhir-akhir
ini mengalami perkembangan semakin meningkat. Dunia perindustrian dan
laboratorium kimia memiliki pengaruh erat dalam penggunaan bahan kimia berbahaya.
Bahan kimia pada umumnya digunakan sebagai bahan baku ataupun bahan campuran
dalam produksi dan penelitian. Bahan kimia mempunyai manfaat yang banyak, tetapi
harus tetap memperhatikan potensi bahaya untuk kesehatan dan keselamatan kerja.
Pertimbangan potensi bahaya mulai dari penerimaan, produksi, penyimpanan dan
penggunaan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia di lingkungan kerja dibagi menjadi
3 tipe. Pertama industri kimia adalah industri yang memproduksi untuk pengolahan dan
menghasilkan bahan kimia seperti pabrik pupuk, pabrik cat, asam sulfat, dan lain-lain.
Kedua adalah industri yang menggunakan bahan kimia yaitu industri yang
menggunakan bahan-bahan kimia untuk membantu prosesnya, seperti indugstri tekstil,
obat-obatan, kertas dan lain-lain. Ketiga adalah laboratorium adalah tempat untuk
melakukan penelitian, pengembangan, pendidikan dan uji mutu produk (Imamkhasani,
1998)
Bahan kimia di laboratorium merupakan bahan yang bermanfaat untuk
praktikum dan penelitian, tetapi sebagian berisiko merusak kesehatan manusia dan
lingkungan apabila tidak ditangani pengelolaannya dengan baik. Beberapa bahan kimia
yang diklasifikasikan sebagai bahan beracun (Moran & Masciangioli, 2010).
Manajemen penyelamatan dan pengamanan bahan kimia merupakan salah satu cara
mengurangi risiko. Budaya yang berkaitan dengan kesadaran keselamatan, keamanan,
akuntabilitas, efesiensi dan efektifitas telah berkembang di seluruh dunia pada
laboratorium kimia industri, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Banyak
laboratorium telah mengembangkan prosedur dan peralatan khusus untuk menangani
dan mengelola bahan kimia secara aman dan selamat. Setiap pekerja laboratorium
harus mengerti dan paham tentang potensi bahaya dan mengurangi risiko sekecil
mungkin.
Manajemen risiko merupakan bagian penting dari strategi manajemen suatu
organisasi. Manajemen risiko merupakan suatu proses yang kontinyu dan berkembang
sesuai strategi organisasi serta implementasi dari strategi tersebut. Hal tersebut
dilaksanakan dengan mempertimbangkan semua risiko yang terjadi pada kegiatan yang
lalu, sekarang dan khususnya yang akan datang. Manajemen risiko berkaitan dengan
dua aspek risiko yaitu positif dan negatif, oleh karena itu risiko dipertimbangkan dari
perspektif keduanya. Dalam bidang keselamatan, secara umum diakui bahwa
konsekuensi merupakan hanya sisi negatif, oleh karena itu manajemen risiko
keselamatan difokuskan pada pereventif dan mitigasi dari kerusakan atau kesalahan.
Fokus dari manajemen risiko yang baik (good risk management) yaitu identifikasi dan
perlakuan risiko. Manajemen risiko memberikan suatu cara secara terstruktur tentang
identifikasi dan analisis risiko, serta pemikiran dan implementasi respon yang tepat dari
akibat yang ditimbulkan (Moeller, 2007). Respon-respon tersebut secara umum
menggambarkan strategi-strategi untuk pencegahan risiko, transfer risiko, pengaruh
mitigasi atau penerimaan risiko. Moeller (2007) membagi strategi manajemen risiko
dalam empat proses yaitu identifikasi risiko, penilaian kualitatif atau kuantitatif dari
risiko terdokumentasi, proses proiritas risiko dan perencanaan respon, serta monitoring
risiko. Menurut Stoneburner, Goguen, dan Feringa (2002) ada tiga proses dalam
manajemen risiko yaitu penilaian risiko, mitigasi risiko dan evaluasi-penilaian,
sedangkan Cendrowski & Mair (2009) menyatakanbahwa strategi manajemen risiko
terdiri dalam 3 komponen yaitu identifikasi risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah memahami teknik identifikasi potensi bahaya
dan risiko serta memahami metode dan menganalisis derajat risiko bahaya kerja
yang digunakan dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko.
BAB 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil
Penilaian resiko

Kemungkinan

Konsekuensi

Risiko= PxS
Pengendali
Kegiata
No Bahaya Resiko an yang
n
diperlukan

1 Titrasi Terkena Tangan atau Jarang Bisa Low 1. Buat SOP


pecahan alat kaki terluka diobati mengenai
gelas (luka gores) pemeriksaa
n alat
sebelum
digunakan,
kerusakan
alat oleh
praktikan
menjadi
tanggung
jawab
pribadi
(Adm)
2. Gunakan
sepatu yang
tertutup
(APD)

Terkena Iritasi, Mungkin Luka Medium 1.Buat SOP


tumpahan korosif dan terjadi sebagian mengenai
bahan kimia luka bakar keharusan
praktikan
untuk
mengetahui
MSDS
setiap bahan
(Adm)
2.Gunakan
sarung
tangan
(APD)
Tercium Mengurangi Jarang Kritis Medium Gunakan
bahan yang kepekaan sekali masker
berkonsentr indra (APD)
asi tinggi pencium
dan
menyebabk
an pusing
2. Uji kadar Terkena Tangan atau Jarang Bisa Low 1. Buat SOP
abu pecahan alat kaki terluka diobati mengenai
gelas pemeriksaa
n alat
sebelum
digunakan,
kerusakan
alat oleh
praktikan
menjadi
tanggung
jawab
pribadi
(Adm)
2. Gunakan
sepatu yang
tertutup
(APD)

Terkena Iritasi, Mungkin Luka Medium 1.Buat SOP


tumpahan korosif dan terjadi sebagian mengenai
bahan kimia luka bakar keharusan
praktikan
untuk
mengetahui
MSDS
setiap bahan
(Adm)
2.Gunakan
sarung
tangan
(APD)
Terkena Melepuh Mungkin Bisa Low 1.Buat sign
panas dari atau luka terjadi diobati atau simbol
oven dan bakar (Adm)
tanur 2.Gunakan
sarung
tangan
ketika
mengambil
sesuatu dari
oven dan
tanur (Eng)
3.
Memberika
n penutup
karet pada
oven dan
tanur ( Eng)
Terkena Terluka Jarang Bisa Low 1. Gunakan
percikan api diobati sarung
dan tangan
kebakaran (APD)
2. Gunakan
gegep (Eng)
3.Menyedia
kan kotak
P3K serta
membuat
IK
penggunaan
Bunsen
(Adm)
Tertimpa Luka dan Jarang Luka Low 1. Buat SOP
tutup memar sebagian penggunaan
desikator desikator
dengan
benar
(Adm)
2. Gunakan
sepatu yang
tertutup
(APD)
3 Uji kadar Terkena Tangan atau Jarang Bisa Low 1. Buat SOP
protein pecahan alat kaki terluka diobati mengenai
gelas pemeriksaa
n alat
sebelum
digunakan,
kerusakan
alat oleh
praktikan
menjadi
tanggung
jawab
pribadi dan
sediakan
kotak P3K
(Adm)
2. Gunakan
sepatu yang
tertutup

Terhirup Menyebabk Mungkin Kritis High 1.Menempa


bahan kimia an kepala terjadi tkan lemari
yang pusing, asam di
direaksikan mual sesak sudut
di ruang nafas dan ruangan
asam penyakit atau di
jangka ruangan
panjang yang
berbeda
(Isolasi)
2.Memasan
g exhaust
dan kaca
penutup
pada lemari
asam (Eng)
3.Buat SOP
mengenai
penggunaan
lemari asam
(Adm)
4.Gunakan
masker,
sarung
tangan dan
jaslab
(APD)
Lantai licin Terpeleset, Jarang Bisa Low 1. Buat sign
terjatuh diobati atau simbol
(Adm)
2. Gunakan
sepatu yang
ada sol
(APD)
4 Uji gula Terkena Luka bakar Jarang Bisa Low 1.Buat SOP
pereduks panas dari diobati penggunaan
i hotplate hotplate
Gunakan
gegep atau
serbet
2. Gunakan
sarung
tangan
(APD)
Terkena Iritasi, luka Mungkin Bisa Low 1. Gunakan
percikan bakar terjadi diobati sarung
saat tangan dan
mereaksika masker dan
n bahan jaslab
kimia (APD)
Terpeleset Terluka dan Jarang Bisa Low 1. Buat SOP
dan terjatuh memar diobati mengeringk
karena an lantai
terkena licin dan
tumpahan penggunaan
akuades atau
pengisian
akuades
(Adm)
5 Penggun Tersetrum Kejang, Jarang Luka Low 1 . Buat
aan Pingsan Sekali sebagian SOP
Spektrof penggunaan
otometri alat listrik
dan
sediakan
kotak
P3K(Adm)
6 Meletakk Tersandung Memar Jarang Bisa Low 1. Buat SOP
an tas yang diobati mengenai
barang- tidak rapi di kerapian
barang lantai barang dan
pribadi sediakan
kotak
P3K(Adm)
7 Uji Terhirup zat Sesak nafas Mungkin Fatal High 1. Gunakan
kromato ninhidrin dan terjadi masker
grafi menyebabk (APD)
an
kemandulan
8 Uji serat Tersiram air Luka bakar Jarang Bisa Low 1. Gunakan
kasar panas diobati sarung
tangan dan
jaslab
lengan
panjang
(APD)

2.2 Pembahasan
Laboratorium adalah suatu tempat untuk melakukan kegiatan praktikum,
penelitian-penelitian dan temuan teknologi-teknologi baru yang menunjang proses
belajar dan mengajar. Institusi-institusi pendidikan dan lembaga-lembaga penelitian
dan pengembangan memiliki laboratorium kimia yang berbeda-beda dalam desain,
fasilitas, teknik, penggunaan dan bahan kimianya. Dalam sudut pandang keselamatan
dan kesehatan kerja di dalam laboratorium, semua laboratorium memiliki bahaya dasar
yang sama akibat penggunaan bahan kimia dan teknik selama bekerja.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium, perlu dilaksanakannya
K3. Selain untuk mencegah terjadinya kecelakaan, pelaksanaan K3 akan menimbulkan
kondisi dan suasana yang nyaman. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
menerapkan system manajemen K3 dengan baik melalui penilaian risiko. Menurut
John Ridley (2008) cara pencegahan bahaya menggunakan konsep penilaian risiko
bertujuan untuk menghilangkan, mengurangi dan mengendalikan bahaya sebelum
terjadi kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera tubuh maupun kerusakan fisik
sarana laboratorium.
Rahmadiana, Anisa (2016) mengatakan penilaian risiko adalah proses
mengevaluasi tingkat tinggi rendahnya risiko dengan melihat hasil estimasi tingkat
keseringan terjadi dan tingkat keparahan, sehingga akan dapat diklasifikasi ke dalam
tingkat tidak ada bahaya, bahaya rendah, bahaya sedang, bahaya serius, atau bahaya
sangat tinggi. Dalam hal ini, proses penilaian risiko pada laboratorium kimia dapat
dilakukan dengan mengestimasi tingkat keseringan atau kekerapan terjadinya
kecelakaan atau sakit akibat kerja, harus memerhatikan seberapa sering praktikan
terpapar potensi bahaya. Kemudian, segera lakukan identifikasi terhadap bahaya
tersebut. Setelah dilakukannya identifikasi tingkat keseringan, selanjutnya membuat
estimasi dan keputusan tentang seberapa parah kecelakaan yang mungkin terjadi.
Setelah itu dilakukan penentuan tingkat risiko dari masing-masing bahaya yang telah
diidentifikasi dan dinilai. Kemudian harus dibuat skala risiko untuk menentukan
tindakan selanjutnya terhadap risiko yang sudah ada. Potensi bahaya atau bahaya
dengan tingkat risiko tinggi menjadi prioritas utama. Secara umum tindakan
pengendalian risiko terdiri dari eliminasi, substitusi, isolasi, pengendalian teknis (
Engineering ), administrative dan penggunaan APD ( Alat Pelindung Diri ).
Eliminasi adalah tindakan yang paling ideal dan harus diutamakan dalam upaya
pengendalian risiko. Hal ini berarti eliminasi dilakukan dengan upaya menghilangkan
sumber yang dapat menyebabkan bahaya. Substitusi diartikan dengan cara
menggantikan bahan ataupun alat yang berbahaya dengan bahan atau alat yang lebih
aman. Prinsip pengendalian ini adalah menggantikan sumber risiko bahaya dengan
sarana atau peralatan lain yang lebih aman atau lebih rendah tingkat risikonya. Isolasi
yaitu memisahkan suatu sumber bahaya dengan praktikan, misalnya dengan larangan
memasuki tempat kerja bagi yang tidak berkepentingan dan dengan cara memisahkan
atau menutupi unit iperasi yang berbahaya. Pengendalian teknis atau engineering
adalah usaha untuk menurunkan tingkat risiko dengan mengganti desain tempat kerja,
mesin, peralatan atau proses kerja menjadi lebih aman. Administrasi dapat dilakukan
dengan pembuatan dan penggunaan prosedur seperti SOP (standard operating
procedurs) sebagai langkah mengurangi tingkat risiko. Alat pelindung diri adalah
langkah terakhir yang dilakukan yang berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat
dari bahaya yang ditimbulkan.
Pada laboratorium kimia di sekolah vokasi IPB, telah dilakukan identifikasi
bahaya seperti yang terdapat pada tabel di atas. Terdapat beberapa bahaya yang dapat
ditimbulkan dari kegiatan yang dilakukan di laboratorium kimia beserta dengan
penyebab, risiko dan pengendaliannya. Berdasarkan tabel di atas bahaya yang dapat
ditimbulkan yaitu berasal dari peralatan dan bahan yang digunakan ketika
melaksanakan praktikum. Bahaya dan risiko yang ditimbulkan dapat dikendalikan
dengan beberapa cara seperti tabel di atas, kebanyakan dari pengendalian yang
dilakukan menggunakan metode atau tindakan administrasi dan juga APD, namun ada
salah satu yang menggunakan tindakan isolasi dan juga rekayasa engineering. Hal ini
diharapkan dapat menyadarkan diri kita ketika bekerja di laboratorium untuk mencegah
atau menghindari terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan kerugian baik bagi
kita sendiri maupun orang lain.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Laboratorium merupakan suatu tempat yang di dalamnya terdapat alat dan
bahan-bahan yang dapat membahayakan tubuh. Oleh sebab itu, bekerja di dalam
laboratorium harus berhati-hati dan lebih memperhatikan peraturan-peraturan yang
berlaku. Selain itu keselamatan dan kesehatan kerja harus selalu diperhatikan agar tidak
terjadi kecelakaan yang menyebabkan kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
Imamkhasani.1998. MSDS, lembar Data Keselamatan Bahan Vol.1. Bandung: Pusat
Penelitian Kimia Lembaga.
John Ridley. 2008. Health and Safety in Brief. England : Elsevier Ltd
Moeller, R. (2007). COSO enterprise risk management : understanding the new
integrated ERM framework. New Jersey: John Wiley & Sons Inc.
Moran, L. & Masciangioli, T. (2010). Keselamatan dan keamanan laboratorium kimia
(terjemahan). Washington DC: National Academy of sciences.
Rahmadiana, Anisa A. 2016. Hazard Identification and risk Assesment (HIRA) sebagai
upaya mengurangi risiko kecelakaan kerja dan risiko penyakit akibat kerja di bagian
produksi PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.
Stoneburner, G., Goguen, A. & Feringa, A. (2002). Risk Management Guide for
Information Technology Systems. National Institute of Standards and Technology
Special Publication 800-30.
Tarwaka., 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3
di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Anda mungkin juga menyukai