Anda di halaman 1dari 10

72 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO.

2, DESEMBER 2008: 72-81

METODE ANALISIS AKAR MASALAH DAN SOLUSI


Ari Harsono P.
Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indosesia, Depok 16424, Indonesia

E-mail: ariharsono@yahoo.com

Abstrak

Perbincangan seperti rapat, sidang, diskusi, dan talk show, sering kali tidak disertai dengan sebuah metode untuk
menganalisis akar masalah dan solusinya maupun tanpa kebutuhan untuk menganalisisnya. Akibatnya perbincangan
sangat jarang mendapati akar masalah, dan dengan sendirinya tidak ada penyelesaian mendasar. Metode Analisis Akar
Masalah dan Solusi (MAAMS) ini menyajikan suatu cara berpikir yang diperagakan dengan tata-alir (flow chart),
disertai dengan beberapa contoh. Penerapan MAAMS membantu penggunanya untuk berpikir induktif maupun
deduktif, kualitatif maupun kuantitatif, lebih mendalam dan menyeluruh, serta mempermudah kerjasama inter, multi,
atau transdisiplin.

The Method of Root Cause Analysis and Solutions (MRCAS)

Abstract
Most of discourses in meetings, discussions, conferences and talk shows are not equipped with a method which
analyzes the root cause and its fundamental solution, and even without the need of analyzing it. As the result,. the
discourses almost never find the root cause, and so automatically there are be no fundamental solution. The Method of
Root Cause Analysis and Solutions (MRCAS) gives a mode of thought figured by a flow chart and some examples.
Application of MRCAS helps its users simultanously thinking inductively and deductively, qualitatively and
quantitatively, more deeply and holistically, and also facilitate them in inter or multi or transdiscipline cooperation.

Keywords: root cause analysis, method, qualitative/quantitative, basic solutions, inter or multi or transdiscipline

1. Pendahuluan banyak orang yang awam. Secara keseluruhan


perbincangan tersebut tidak mencerdaskan, tidak
1.1. Latar Belakang meningkatkan kualitas berpikir, dan tidak membantu
Perbincangan tentang suatu masalah yang berlangsung masyarakat mengatasi masalah. Oleh karena itu
dalam rapat, sidang, diskusi, maupun talk show sering diperlukan adanya suatu metode – sekurang-kurangnya
kali berkembang menjadi semakin rumit. Ketika itulah, sesuatu yang lebih metodis dan dapat diperagakan–
walaupun amat sangat jarang, dirasakan pentingnya untuk membantu proses berpikir dan proses
mengetahui apa yang menjadi akar atau duduk perkara perbincangan agar produktif.
dari masalah. Sayangnya ketika ada seseorang yang
menyatakan sesuatu sebagai akar masalah, peserta lain Metode ini semula dirancang untuk keperluan
pun mengemukakan sesuatu yang lain sebagai akar pengajaran di kelas sejak 1995. Setelah dikembangkan
masalah. Masing-masing mengklaim pernyataannya dengan beberapa perbaikan, makalah disampaikan
sebagai akar masalah, tetapi tidak disertai penjelasan dalam sebuah seminar Asosiasi Peneliti dan
yang gamblang, eksplisit, sistematik, dan mudah Pengembang Pendidikan Tinggi pada 16 Oktober 1999
diperagakan; dengan kata lain tidak metodis. di Jakarta.

Akibatnya, perbincangan lisan maupun tertulis menjadi Tulisan ini menyajikan suatu metode berpikir dengan
bertele-tele dan tidak berakhir dengan solusi (yang menggunakan tata alir (flow chart) yang terutama
mendasar); menghamburkan pikiran, waktu/ ruang, dan dimaksudkan untuk mendapatkan “sebab terdalam atau
biaya; serta tetap membingungkan hadirin maupun akar suatu masalah”, dan kemudian, berdasarkan itu,
dapat membuat alternatif solusi dasar. Metode ini

72
73 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81

dilengkapi dengan beberapa konsep dan syarat yang “dasar” harus diartikan kurang lebih sebagai mendasar,
perlu digunakan dalam menerapkannya”. Konsep yang yang paling dasar/dalam, yang inti, atau akar.
terpenting adalah pendekatan terhadap masalah
(realitas); sumber-sumber kebenaran (hati nurani, ilmu, Inspirasi yang konseptual berasal dari analisis
filsafat, agama, ditambah seni sebagai fasilitator); dan Aristoteles tentang kekhususan filsafat yakni “mencari
teori-teori kebenaran (theory of truth), yang secara sebab-sebab yang terdalam dari seluruh realitas”
keseluruhan mengarahkan kecerdasan akal dan (Bagus, 1991). Pernyataan ini tidak cukup mudah untuk
kejujuran dalam proses berpikir. dicerna – juga bagi penulis sendiri – apalagi untuk
diterapkan dalam pengajaran bagi orang lain. Penulis,
Munculnya kebutuhan menyusun MAAMS ini didorong mulanya, hanya sekedar bertanya “apa sebab-sebab
oleh dua inspirasi, faktual dan konseptual. Yang faktual, terdalam dari keseluruhan masalah sosial?” tanpa
yakni banyak orang yang menyatakan sesuatu sebagai mampu menjawab secara memuaskan atau meyakinkan
akar masalah (sosial-politik dan kebijakan publik, diri sendiri. Karena itu cara mencari tersebut perlu
terutama) tetapi mereka tidak memberikan metode atau dijabarkan ke tingkat yang lebih kongkret.
caranya. Barangkali hal ini memang disebabkan oleh
belum lazimnya penggunaan metode untuk itu. Inspirasi konseptual lainnya adalah pengetahuan bahwa
Sepanjang pengalaman kuliah, belum ada dosen yang kegiatan berpikir pada umumnya, atau hampir selalu,
menggunakan metode penelusuran atau analisis akar mengandaikan adanya suatu metode tertentu. Apalagi
masalah untuk masalah-masalah sosial-politik dan bila kegiatan berpikir itu lebih mendalam sifatnya
kebijakan publik. Pencarian kepustakaan sejenis di karena menyangkut akar. Hal ini bisa dibandingkan
perpustakaan maya dengan menggunakan piranti dengan kegiatan berpikir filsafati – yang lebih
Google pada awal Juli 2007 menemukan istilah root mendalam dibanding berpikir biasa – yang ditandai
cause analysis (RCA), why-because analysis (WBA), dengan metode tertentu yang digunakan oleh masing-
fishbone diagram dan why-why analysis di sebuah buku masing filsufnya (Rapar, 1996; Bakker, 1986). Dengan
(Cooke, 1991:254, Chang, 2003: 29, Gaspers, 2007:59- menggunakan metode dalam kegiatan berpikir, jalan
72), yang kebanyakan diterapkan dalam bidang menuju pemahaman obyek yang dipermasalahkan
kedokteran, keteknikan, dan manajemen. menjadi teratur dan sistematis. Dengan metode tersedia
‘jalan yang melaluinya’ – meta hodos, methodos –
Penggunaan metode analisis akar masalah dengan orang lain dapat tiba pada akhir yang (kurang lebih)
model visual dalam masalah-masalah sosial politik dan sama, sekurang-kurangnya dapat diperbandingkan atau
kebijakan publik, dalam kepustakaan berbahasa diuji dengan ukuran yang sama.
Indonesia, tampaknya bahkan belum ada. Penulis baru
menemukan satu contoh yang mirip dengan penggunaan 1.2. Beberapa Konsep Pendukung
metode ini tetapi tanpa disertai model visual dan urutan Sebelum analisis dilakukan perlu diperhatikan lebih
tata caranya, yakni pada tulisan Kwik Kian Gie berjudul dulu tiga komponen konseptual yang melengkapi
“KKN Akar Semua Permasalahan Bangsa” (Kompas, MAAMS.
2004). Kelangkaan ini merupakan sesuatu yang layak
dikaji tersendiri, khususnya untuk tujuan pengembangan Pertama, mengenai instansi atau sumber kebenaran,
ilmu sosial (dan humaniora) yang di Indonesia sedang yang tidak hanya satu seperti hakikatnya penampakan
dalam keadaan krisis berkepanjangan (Heryanto, 1999) realitas yang beragam. Ia mencakup hati nurani, ilmu,
tanpa perhatian yang memadai, di tingkat fakultas, filsafat, dan agama (ditambah seni sebagai
universitas, maupun konsorsium nasional. fasilitatornya); semuanya digunakan secara menyeluruh
dan saling melengkapi. Sedangkan teori kebenaran
Inspirasi faktual lainnya bersifat praktis, meski tidak antara lain: teori korespondensi, teori konsistensi/
sepenuhnya, yakni untuk memfasilitasi mahasiswa di koherensi, teori pragmatis (Muhadjir, 2001), dan teori
kelas Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan kemudian menyusul konsensus dari Habermas (Budi Hardiman, 1990).
kelas Etika dan Filsafat Komunikasi, dengan menyajikan
pengajaran yang lebih meyakinkan. ISD yang sejak Kedua, mengenai pendekatan terhadap masalah (dan
awal penulis artikan sebagai Ilmu tentang Masalah solusi) yang dibedakan menjadi dua. Ada masalah sosial
Sosial dan Solusi yang Dasar, memaksa penulis sendiri dan kemanusiaan yang khas individual – ungkapan
untuk dapat memberikan pemahaman yang jelas tentang populernya: “tergantung pada individu masing-masing –
apa yang “dasar” dari ISD maupun masalah sosial- ada pula masalah yang khas sistemik. Masalah sosial
kemanusiaan, agar jelas pula solusi dasarnya. “Dasar” dan kemanusiaan sebagian besar membutuhkan kedua-
dalam ISD tidak tepat bila diartikan sebagai awal atau duanya. Pendekatan individual/personal/mentalistik
pengantar –seperti yang diasumsikan oleh para pengajar beranggapan bahwa letak sebab dari masalah adalah di
ISD lainnya maupun panduan kurikulum/silabusnya– dalam diri manusia pelaku (aktor/agen), kualitas
sebab tidak ada mata kuliah lanjutannya dan memang perorangan seperti niat, iman, disiplin-diri, nilai-budaya,
tidak cukup perlu bagi mahasiswa non-sosial. Jadi, kadar moralitas, kognisi, dan sebagainya yang proses
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81 74

internalisasinya tak dapat dikenai sanksi hukum (lebih penulis. Anjuran atau saran tersebut ternyata tidak dapat
bersifat imbauan). Pendekatan sistemik/struktural/ dilaksanakan begitu saja atau sesederhana itu. Jawaban
institusional/legalistik beranggapan bahwa letak sebab yang muncul demikian banyak kemungkinannya dan
dari masalah adalah di luar diri manusia berupa “tanpa akhir”. Karena itu model diperbaiki lagi dengan
kesempatan, kualitas sistem, kualitas hukum, undang- membuat beberapa pembatasan atau syarat.
undang, peraturan yang mempunyai sifat memaksa.
Berikut ini adalah langkah-langkah menjalankan
Kedua pendekatan ini –karena dipandang sebagai
MAAMS:
dualitas (Herry-Priyono, 2002: 22-36) – juga digunakan
sekaligus dengan proporsi tertentu sesuai dengan a. Rumuskan suatu masalah (sosial dan kemanusiaan)
kondisi yang dihadapi. dalam bentuk yang dapat diajukan pertanyaan “apa
sebab-sebabnya.” Misalnya, apa penyebab
Ketiga, berkaitan dengan kecerdasan (IQ) dan kejujuran timbulnya perkelahian pelajar; mengapa kualitas
SDM kita rendah, mengapa Malaysia berani
(EQ dan SQ) dalam berpikir, khususnya dalam
mengincar Ambalat, apa sebab penularan
mengidentifikasi sebab-sebab. Di samping kecerdasan
HIV/AIDS, juga pemakaian narkoba yang semakin
yang memadai, yang lebih diutamakan adalah kejujuran meluas? Jenis pertanyaan yang mengarah pada
yang merupakan keutamaan moral dasar (Magnis- solusi ini harus didukung fakta. Jika dari judul
Suseno, 1989). Kejujuran sangat dituntut, khususnya (artikel, makalah, skripsi, tesis, disertasi) tidak dapat
ketika menemukan sebab negatif yang ternyata berkait diajukan pertanyaan (“Apa Sebabnya” atau
dengan diri sendiri. Pada titik ini sering orang “Mengapa”), identifikasi lebih dulu alasan-alasan
menghindar untuk tidak mengidentifikasinya, dan atau fakta-fakta yang biasanya ditulis sebagai latar
sebagai gantinya menyebut sebab lain yang juga masuk belakang masalah. Terhadap alasan-alasan atau
akal, bahkan tampak sangat masuk akal, tapi tidak fakta-fakta inilah diajukan pertanyaan mengapa atau
berkait dengan dirinya. Jika ini yang terjadi akar apa sebab-sebabnya.
masalah/penyebab tidak ditemukan, atau kalaupun b. Identifikasi sebab-sebab negatif yang paling lang-
dianggap sebagai akar masalah, jadinya semu bahkan sung dari X. Misalnya ada 4 faktor, ditandai dengan
menyesatkan secara sengaja (manipulasi). Dari Sa1, Sb1, Sc1, Sd1. (S=sebab; abcd=masing-masing
kesembilan unsur kejujuran, yang terpenting adalah faktor; angka 1=tahap pertama penelusuran sebab).
pengakuan yang tulus bahwa diriku atau pendapatku Sebab negatif yaitu suatu keadaan salah-buruk yang
lebih keliru dibanding orang lain (Harsono P., 2002). perlu diatasi atau diperbaiki; sedangkan paling
Jika ketulusan tidak muncul perlu pengkondisian agar langsung yaitu sebab yang tidak diantarai oleh sebab
pengakuan akhirnya muncul, seperti yang dilakukan di lain. Dalam fenomena sosial hampir tidak ditemukan
pengadilan (dengan sumpah dan lie detector). adanya satu faktor yang menyebabkan satu fakta
lain, melainkan beberapa faktor sekaligus, baik
secara kausal maupun korelasional. Di sinilah
2. Metode dengan Peragaan Tata-Alir muncul kebutuhan untuk berpikir dan berkerjasama
(flow chart) secara interdisiplin, multidisiplin, atau transdisiplin.
c. Terhadap masing-masing sebab (faktor) diajukan
Pada awalnya penulis menjabarkan cara berpikir untuk pertanyaan “benarkah?” dalam arti apakah ia
mengidentifikasi akar masalah/penyebab dalam wujud memang menjadi sebab dari masalah X. Untuk itu
model verbal. Model verbal yang pertama hanya berupa lebih dulu dilakukan pengkajian atau penelitian, baik
rangkaian “mengapa–sebab(-sebab)–mengapa, dan secara logis (formal) ataupun empiris (material),
seterusnya” yang ditujukan pada kasus atau masalah kualitatif maupun kuantitatif, induktif maupun
sosial tertentu. Setelah diujicoba dalam kuliah, dibuat deduktif (Hayon, 2005). Jika hasilnya benar, tahap
model verbal berikutnya berupa “mengapa–sebab kedua dari penelusuran sebab dapat dilakukan, yang
(sebab)–benarkah (ya/tidak)–mengapa, dan seterusnya”. berarti mencari sebab-sebab dari setiap sebab pada
Kemudian, agar lebih mudah lagi, kongkrit, dan dapat tahap pertama (Sa1, Sb1 dan seterusnya). Jika
ditirukan mahasiswa, dibuat peraga/model visualnya hasilnya salah, sebab tersebut diabaikan dan kembali
berupa tata-alir (flow chart). ke awal dengan mengidentifikasi kemungkinan sebab
lainnya. Pada langkah ketiga inilah keseluruhan
Ketika mencermati pernyataan Aristoteles tersebut di pengetahuan tentang kebenaran dan pendekatan
atas, penulis ingat akan sebuah pernyataan atau anjuran terhadap masalah diterapkan secara kritis.
sederhana yang penulis lupa sumbernya. “Kalau mau d. Tahap kedua dan seterusnya (tahap ke n) caranya
berpikir mendalam, ajukanlah pertanyaan “mengapa” sama seperti tahap pertama. Bedanya adalah bahwa
secara berulang-ulang”. Lalu secara apa adanya, kemungkinan sebab (faktor) yang diidentifikasi
terhadap berbagai masalah sosial yang ramai menjadi semakin sedikit karena adanya kesamaan
diperbincangkan penulis ajukan pertanyaan “mengapa/ sehingga bukan a,b,c,d lagi tapi a,b,c, dan pada
mengapa terjadi” secara berulang-ulang mengiringi akhirnya a dan b sebagai sebab terdalam atau akar
setiap jawaban yang penulis kemukakan sendiri. Praktik masalah (a dan b menunjukkan bahwa sebab dasar
latihan ini tidak memberi hasil yang memuaskan bagi terdiri lebih dari satu sebab).
75 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81

Catatan: sebab sebelumnya. Penjabaran atau rincian yang


Pertama, sangat mungkin bahwa penyebab Sa1 (atau panjang dapat disampaikan dalam bentuk catatan
Sb1) lebih dari satu sehingga bukan hanya Sa2 tapi kaki.
Sa2.1 dan Sa2.2; identifikasi lebih dari satu sebab ini e. Penelusuran dapat dihentikan dengan
penting dilakukan sebelum menetapkan salah satu memperhatikan dua syarat. Pertama, apa yang
atau semuanya untuk ditelusuri. Dalam hal ini untuk dipandang sebagai akar masalah tersebut dapat
penelusuran tahap ketiga (Sa3) bisa saja dipilih satu secara sekaligus dicarikan solusi individual/
yang paling relevan atau yang menunjukkan personal/mentalistik –berupa imbauan pada nurani
kesamaan dengan Sb3, Sc3, atau Sd3. atau niat seseorang– maupun solusi sistemik/
Kedua, sebab-sebab yang sudah ditulis dengan struktural/institusional/legalistik –berupa UU atau
sendirinya tidak dapat ditulis lagi pada tahap peraturan dengan sanksi hukum. Solusi individual
berikutnya; hal ini untuk menghindari alur pikir relatif mudah dilaksanakan, sedangkan solusi
melingkar atau lingkaran setan. sistemik lebih sulit dilaksanakan. Oleh karena itu
untuk memenuhi syarat solusi sistemik ini, rumusan
Ketiga, rumusan kalimat secara keseluruhan harus
sebab atau akar masalah hendaknya memperlihatkan
bermakna hal negatif, bukan positif, kecuali pada
perilaku nyata yang cukup mudah diamati, dan tentu
jenis masalah yang sifatnya “hanya demi
saja layak untuk dijatuhi sanksi hukum. Jika syarat
peningkatan untuk lebih baik lagi, bukan
ini tidak terpenuhi, proses diulang dari tahap
pemulihan”.
sebelumnya atau dari awal lagi. Kedua, terdapat
Keempat, rumusan kalimat untuk setiap sebab tidak persetujuan dari peserta yang terlibat perbincangan.
menggunakan kata-kata seperti karena, sehingga, Catatan: Cukup sering terjadi, penelusuran sebab
maka, akibatnya, dsb. berhenti sebelum sampai pada akar masalah/akar
Kelima, sebab yang ditulis pada urutan berikutnya penyebab. Mungkin ini terjadi karena keengganan,
bukan sekedar penjabaran atau ungkapan lain dari kemalasan, kurang mampu, atau kurang jujur.

TATA ALIR METODE AAMS


MASALAH SOSIAL (“X”)
Ó
APA SEBABNYA ?
Ð
SEBAB (SEBAB)NYA : Sa1 Sb1 Sc1 Sd1
Ð ----------------- I
BENARKAH ?
(KAJIAN LOGIS-EMPIRIS) : ............... YA / TIDAK
È
SOLUSI DARURAT

APA SEBAB DARI : Sa1, Sb1, Sc1, Sd1


Ð
SEBAB (SEBAB)NYA : Sa2 Sb2 Sc2
Ð - - - - - - - - - - - - - - - - - II
BENARKAH ?
(KAJIAN LOGIS-EMPIRIS) : ............... YA / TIDAK
È
SOLUSI TANGGUNG

APA SEBAB DARI : Sa2, Sb2, Sc2


Ð
DAN SETERUSNYA Sa(n), Sb(n)
HINGGA SEBAB TERDALAM/ ----------------- n
SEBAB DASAR/AKAR MASALAH*) YA
È
SOLUSI DASAR

* Akar Masalah (San, Sbn) harus bisa disepakati, dan bisa langsung dicari solusi individual & sistemiknya sekaligus
** Sebab yang ditelusuri adalah sebab yang negatif
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81 76

f. Mengenai solusi, di dalam flow chart dibedakan tergelincir melakukan “play acting at science” yang
menjadi tiga: darurat/permukaan/jangka pendek, memunculkan ilmuwan selebritis). Hanya bila akar
tanggung/jangka menengah, dan dasar/jangka masalah teridentifikasi maka solusi yang mendasar
panjang. Jika identifikasi sebab-sebab dilakukan dapat dirumuskan. Selanjutnya, solusi dasar
hanya sampai permukaan saja, maka solusinya pun ditindaklanjuti lagi dengan evaluasi, termasuk
bersifat permukaan, demikian pula bila tanggung dengan penelusuran ulang sebab-sebab.
(Dua tahap inilah yang sering terjadi sehingga
menimbulkan perbincangan yang berkepanjangan, Uraian di atas memperlihatkan bahwa MAAMS
dan lalu dipotong-potong menjadi kemasan topik- merupakan metode yang memiliki sifat kualitatif,
topik kecil yang sangat banyak jumlahnya. Analisis deduktif maupun induktif, yang dalam penerapan
yang tidak tuntas ini, secara sadar atau tidak, rincinya (tahap pembuktian/penelitian) sangat mungkin
dimanfaatkan oleh media massa secara komersial – membutuhkan analisis data kuantitatif serta penerapan
komodifikasi masalah– berupa talk show dan rubrik logika formal dan logika material.
opini. Kalangan akademis pun bisa tanpa sadar
melakukan hal yang sama dengan mengemasnya Berikut ini adalah contoh-contoh penerapan metode
sebagai topik-topik penelitian dan diskusi, dan tema MAAMS yang, mengingat keterbatasan penulisan, tidak
jurnal yang mungkin “sekadar” menambah sepenuhnya menerapkan langkah ke-3, khususnya
penghasilan, publikasi, dan angka kredit kenaikan penelitian empiris. Meski demikian keseluruhan contoh
pangkat. tetapi tidak mengatasi masalah secara diharapkan sudah dapat menjelaskan penerapan
“tuntas”. Kerjasama media massa dan ilmuwan bisa MAAMS.

Tabel 1.
Contoh 1: Mengapa Kualitas SDM Kita Rendah?

Sebab a1 Sebab b1 Sebab c1 Sebab d1


Kualitas guru (dosen) rendah Kualitas murid (lulusan) Kurikulum pendidikan kurang Kepedulian keluarga dan
(menjadi rendah) setelah masuk sebagai input banyak yang masyarakat terhadap peningkatan
tepat, salah arah (dalam konsep
di dalam sistem birokrasi. rendah dan operasionalisasinya) kualitas SDM tidak memadai
Sebab a2 Sebab b2 Sebab c2 Sebab d2
Sibuk mengajar, mengejar Kualitas unit yang memroses Adanya kepentingan yang Masyarakat sendiri (sebagian)
jabatan struktural, sangat minim juga rendah (guru, fasilitas, tidak etis dalam merumuskan sudah terpolusi/ terkontaminasi
temuan akademis (konsep, kualitas) konsep maupun praktik yang tidak etis/curang
model, teori, paradigma) baru. pelaksanaannya (kolusi, suap, dsb)
Sebab a3 Sebab b3 Sebab c3 Sebab d3
Kesejahteraannya rendah, tidak Anggaran pendidikan Masyarakat tidak memiliki Kurang beningnya proses seleksi
mencukupi kebutuhan. dalam APBN rendah akses kontrol yang memadai dan evaluasi siswa maupun
karyawan.
Sebab a4 Sebab b4 Sebab c4 Sebab d4
Anggaran gaji PNS kecil Pajak yang terkumpul hanya Sistem demokrasi yang Ada semacam kesengajaan pada
(APBN terbatas) dari sekitar 50% wajib pajak digunakan, sadar atau tidak, pembuat keputusan, agar terdapat
(temuan Hussein Kartasasmita, dirancang oligarkhis. celah untuk “memainkan”
rubrik pajak, 1994). Sebagian kekuasaan demi keuntungan
sisanya digelapkan. pribadi/kelompok.
Sebab a5 Sebab b5 Sebab c5 Sebab d5
Pajak yang terkumpul hanya 1. Korupsi Harta melalui Tahta 1. Korupsi Tahta 1. Korupsi Tahta demi Harta atau
dari sekitar 50% wajib pajak 2. Pengetahuan yang tidak 2. Pengetahuan yang tidak Tahta lainnya.
(temuan Hussein Kartasasmita, memadai (utuh-menyeluruh- memadai (utuh-menyeluruh- 2. Pengetahuan yang tidak
analis pajak, 1994). Sebagian mewujud) tentang yang benar mewujud) tentang yang memadai (utuh-menyeluruh-
sisanya digelapkan. dan baik pada individu maupun benar dan baik pada individu mewujud) tentang yang benar
sistem berkaitan dengan maupun sistem berkaitan dan baik pada individu maupun
pemenuhan kebutuhan dasar dengan pemenuhan sistem berkaitan dengan
(motivasi) tahta. kebutuhan dasar (motivasi) pemenuhan kebutuhan dasar
harta dan tahta. (motivasi) harta + tahta.
Sebab a6
1. Korupsi Harta melalui Tahta
2. Pengetahuan yang tidak
memadai (utuh-menyeluruh
mewujud) tentang yang benar
& baik pada individu maupun
sistem berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar
(motivasi) tahta.
77 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81

Tabel 2.
Contoh 2: Mengapa Terjadi Tawuran Antar-Pelajar

Sebab a1 Sebab b1 Sebab c1 Sebab d1


Perhatian orang tua Kadar moral/agama Lingkungan sekolah “Pembudayaan” kekerasan di
(komunikasi) rendah. pelajar rendah. rawan. media massa.
Sebab a2 Sebab b2 Sebab c2 Sebab d2
Orang tua terlalu sibuk (untuk Pendidikan/pengajaran moral/ Berdekatan dengan pusat Komersialisasi dan komodifikasi
mencukupi kebutuhan, dsb) agama kurang memadai, tidak keramaian: mall, dsb. (Semula informasi kejahatan dan hiburan
sesuai dengan praktik. jauh) yang mengandung kekerasan.
Sebab a3 Sebab b3 Sebab c3 Sebab d3
Gaji orang tua (terutama PNS) Guru tidak bisa diteladani Aparatnya kolusi dengan Lemahnya (mekanisme) kontrol
kurang memadai (terima suap, “jual nilai”) pengusaha. Tata ruang diubah terhadap isi siaran media massa.
semaunya.
Sebab a4 Sebab b4 Sebab c4 Sebab d4
Anggaran gaji PNS kecil Kesejahteraannya rendah, 1. Gaji aparat rendah. Kontrol dan partisipasi publik
(APBN minim) anggaran untuk gaji guru PNS 2. Kontrol dan partisipasi dalam pembuatan keputusan
kecil (APBN minim). publik dalam pembuatan sangat terbatas
keputusan sangat terbatas
Sebab a5 Sebab b5 Sebab c5 Sebab d5
Pajak yang terkumpul ha nya Pajak yang terkumpul hanya 1. Pajak yang terkumpul hanya Ada semacam kesengajaan pada
dari sekitar 50% wajib pajak dari sekitar 50% wajib pajak dari sekitar 50% wajib pajak pembuat keputusan, agar terdapat
(temuan Hussein Kartasasmita, (temuan Hussein Kartasasmita, (temuan Hussein Kartasasmita, celah untuk “main-main”
rubrik pajak, 1994). Sebagian rubrik pajak, 1994). Sebagian rubrik pajak, 1994). Sebagian kekuasaan demi keuntungan
sisanya digelapkan. sisanya digelapkan. sisanya digelapkan. pribadi atau kelompok.
2.Sistem demokrasinya, sadar
atau tidak, dirancang
oligarkhis.
Sebab a6 Sebab b6 Sebab c6 Sebab d6
1. Korupsi Harta melalui Tahta 1. Korupsi Harta melalui Tahta 1. Korupsi Harta dan Tahta 1. Korupsi Tahta demi Harta atau
2. Pengetahuan yang tidak 2. Pengetahuan yang tidak 2. Pengetahuan yang tidak Tahta lainnya.
memadai (utuh-menyeluruh- memadai (utuh-menyeluruh - memadai (utuh-menyeluruh- 2. Pengetahuan yang tidak
mewujud) tentang yang benar mewujud) tentang yang benar mewujud) tentang yang benar memadai (utuh-menyeluruh -
dan baik pada individu dan baik pada individu & baik pada individu maupun mewujud) tentang yang benar
maupun sistem berkaitan maupun sistem berkaitan sistem berkaitan dengan dan baik pada individu maupun
dengan pemenuhan kebutuhan dengan pemenuhan pemenuhan kebutuhan dasar sistem berkaitan dengan
dasar (motivasi) tahta. kebutuhan dasar (motivasi) (motivasi) harta + tahta. pemenuhan kebutuhan dasar
tahta. (motivasi) harta + tahta.

Tabel 3.
Contoh 3: Mengapa kepemimpinan Bush Jr. membuat keputusan menyerang Irak?

Sebab a1 Sebab b1 Sebab c1


Ada kepentingan tersembunyi yakni Untuk menjamin pasokan minyak AS Memenuhi amanat (dendam) Bush Sr. kepada
bisnis minyak keluarga Bush dan kawan- yang boros energi (dibanding bangsa lain). Saddam.
kawan (Kompas, 2004).
Sebab a2 Sebab b2 Sebab c2
Memperoleh laba/menambah kekayaan Menaikkan pamornya sebagai presiden Untuk membahagiakan/memuaskan
pribadi melalui kesempatan yang bukan yang mampu memenuhi kebutuhan rakyat keinginan orang tua melalui upaya negara.
pribadi. (Penyalahgunaan jabatan untuk sehingga dapat dipilih lagi meski dengan
memperkaya diri). cara yang salah.
Sebab a3 Sebab b3 Sebab c3
1. Korupsi tahta demi harta. 1. Korupsi tahta. 1. Korupsi tahta demi orang tua.
2. Pengetahuan yang tidak memadai 2.Pengetahuan yang tidak memadai (utuh- 2. Pengetahuan yang tidak memadai (utuh-
(utuh-menyeluruh-mewujud) tentang menyeluruh-mewujud) tentang yang menyeluruh-mewujud) tentang yang benar
yang benar dan baik pada individu benar dan baik pada individu (Bush) dan baik pada individu (Bush) berkaitan
(Bush) berkaitan dengan pemenuhan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
kebutuhan dasar (motivasi) harta & dasar (motivasi) tahta. (motivasi) tahta.
tahta
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81 78

Tabel 4.
Contoh 4: Mengapa kepemimpinan para pebisnis “membuat keputusan” menyuap

Sebab a1 Sebab a1 Sebab c1


Ingin cepat menyelesaikan urusan melalui Aparat (negara) sengaja mempersulit Ingin produknya dibeli (dengan lebih dulu
jalan pintas tanpa peduli mengorbankan pelayanan memberi imbalan material maupun non-
orang lain atau tidak material (harta, tahta, “cinta” kilat)
Sebab a2 Sebab b2 Sebab c2
Egoisme yang berlebihan (Sikap sosial Aparat ingin minta bagian secara tidak Mengejar target penjualan (laba) secara
yang rendah) langsung atas keuntungan pihak yang gampangan
“dilayaninya”
Sebab a3 Sebab b3 Sebab c3
Pengetahuan yang tidak memadai (utuh- Gaji aparat sangat kecil dibanding Pengetahuan yang tidak memadai (utuh-
menyeluruh-mewujud) tentang yang penghasilan orang yang dilayaninya menyeluruh-mewujud) tentang yang benar
benar dan baik pada individu (pengusaha) (kecemburuan sosial) dan baik pada individu (pengusaha)
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar (motivasi) harta dan tahta. dasar (motivasi) harta dan tahta.
Sebab b4
Distribusi kekayaan nasional tidak adil,
salah dan buruk.
Sebab b5
1. Korupsi harta
2. Pengetahuan yang tidak memadai (utuh-
menyeluruh -mewujud) tentang yang
benar dan baik pada individu (aparat
pemerintah) maupun sistem (pemerintah)
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar (motivasi) harta dan tahta.

Contoh 5: Aborsi (Perselingkuhan/Zinah, Keretakan Aborsi bisa saja dilakukan oleh pasangan yang sah,
Rumah Tangga, Pelacuran, Penularan HIV/AIDS, tetapi oleh sebab yang dapat dipertanggung-jawabkan
Wanita/Pria Simpanan atau Panggilan). sehingga perlu dilakukan aborsi (misalnya kehamilan
tertentu yang membahayakan nyawa ibu) atau korban
Untuk masalah-masalah dalam Contoh 5, penelusuran perkosaan. Yang paling banyak terjadi adalah aborsi
dengan tata alir sebenarnya tidak harus dilakukan, sebab yang dilakukan oleh pasangan yang tidak sah dengan
masalahnya tidak serumit masalah yang disebut “berada di ruangan terkunci, tertutup atau tempat yang
terdahulu. Kalaupun MAAMS akan digunakan, sunyi”.
prosesnya juga lebih sederhana.
Perselingkuhan/zinah juga terjadi karena sebab dasar
Misalnya, gadis A menggugurkan kandungan. yang sama. Seorang suami (atau isteri) bisa saja tidak
Mengapa? Sebab ia merasa malu atas kehamilannya. bahagia dalam perkawinannya, krisis saling percaya,
Mengapa malu? Ia hamil sebelum nikah. Mengapa rendah komitmen dan komunikasinya. Akan tetapi jika
hamil sebelum nikah? Sebab gadis A dengan pria B – dia tidak “berada di ruangan terkunci, tertutup atau
yang bukan muhrim – “berada di ruangan terkunci, tempat yang sunyi” dengan lawan jenis lainnya yang
tertutup rapat atau tempat yang sunyi”. dikencaninya, zinah tidak terjadi. Tetapi dewasa ini,
banyak juga terjadi pasangan yang tampak “baik-baik”
Pertanyaan “mengapa” bisa saja dilanjutkan dan tetap (jadi bukan baik sungguh), ternyata juga melakukan
ada jawaban. Tetapi jawabannya berupa sebab positif – tindakan “berada di ruangan terkunci, tertutup atau
jadi bukan merupakan masalah– atau sebab negatif yang tempat yang sunyi” dengan selain pasangan sahnya.
tidak memperlihatkan perilaku nyata yang sulit Apabila “Korupsi Cinta” ini diketahui oleh pasangan
dijangkau hukum –jadi bukan akar masalah. Misalnya, atau anggota keluarganya tak jarang muncul masalah
mengapa “berada di ruangan terkunci, tertutup atau keretakan rumah tangga dengan akibat-akibat negatif
tempat yang sunyi”? Sebab ingin secara langsung ikutannnya yang lebih berat seperti perceraian. Faktor
menyampaikan isi hati (curhat). Curhat boleh-boleh saja “berada di ruangan terkunci, tertutup atau tempat yang
(positif), tetapi haruskah dengan “berada di ruangan sunyi” entah mengapa jarang disebut-sebut oleh
terkunci, tertutup atau tempat yang sunyi”. Jawabannya, pembicara atau yang dianggap pakar dalam talk show,
tidak. Jika jawaban berupa sebab negatif, misalnya: seminar, maupun karya ilmiah.
imannya lemah, bukan perilaku nyata yang mudah
dijangkau sanksi hukum.
79 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81

Penularan HIV/AIDS banyak disebabkan oleh faktor 3Ta (harta, tahta, cinta/hubungan pria-wanita)”, dan ini
“berada di ruangan terkunci/tertutup atau tempat yang berimpit dengan yang kedua, “pengetahuan yang tidak
sunyi”, selain penggunaan bergantian jarum suntik memadai (utuh-menyeluruh-mewujud) tentang ‘yang
bernarkoba. Faktor penyuluhan dan penggunaan benar’ dan ‘yang baik’, pada individu maupun sistem,
kondom, di banyak negara berkembang, terbukti tidak berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
efektif meski telah menghasilkan penghargaan- (motivasi) 3Ta”. Korupsi 3Ta berarti tindakan
penghargaan bagi aktivis relawan dan wartawan yang memenuhi motivasi atau kebutuhan dasar 3Ta secara
mencurahkan perhatiannya. tidak halal, tidak bermoral/etis, tidak legal, tidak benar-
baik-bersih –secara singkat dan padat: tidak “jujur”.
Jadi, akar dari masalah-masalah tersebut adalah “adanya
(terutama dua orang) laki-laki dan perempuan bukan Korupsi berasal dari bahasa Latin “corruptio” yang
muhrim berkencan/berada di ruangan yang terkunci, memiliki arti: hal merusak, membuat busuk,
tertutup rapat atau tempat yang sunyi” seperti kamar pembusukan, kemerosotan. Corruptor berarti perusak,
hotel, motel, kost yang tidak dipantau, lokalisasi pembusuk, penggoda, pemerdaya; dan corruptrix:
prostitusi, apartemen atau rumah biasa yang sepi wanita pemerdaya (Prent, 1969). Harta: segala sesuatu
penghuni atau dihuni oleh wanita/pria simpanan. Hal ini yang secara moral dan legal dapat diuangkan. Tahta:
sesungguhnya juga menjadi akar masalah dari segala sesuatu yang menimbulkan/ mengandung
pornografi (yakni saat pembuatannya), wanita/pria kekuasaan, kedaulatan, pengaruh, penghargaan, hormat,
simpanan, prostitusi terselubung, pesta “one night kekaguman, ketundukan, kepatuhan; wujud utamanya
stand”, sex after lunch, bahkan juga pelacuran anak- adalah jabatan, kewenangan, status/kedudukan sosial.
anak. Cinta/hubungan pria wanita (yang paling potensial
bermasalah) adalah: kondisi dengan tingkat tertentu
Akar penyebab kedua adalah ‘pengetahuan yang tidak yang menyebabkan/memudahkan terjadinya hubungan
memadai (utuh-menyeluruh-mewujud) tentang yang pria-wanita laksana suami-isteri (kondisi dimaksud
benar dan yang baik pada diri inidividu maupun sistem adalah seperti ruangan terkunci, tertutup rapat, atau
dalam memenuhi kebutuhan dasar (motivasi) terutama tempat yang “sepi”).
libido (“cinta”). Kalau seseorang memiliki ‘pengetahuan
yang memadai’ tentang salah-buruknya berada di Korupsi harta adalah hal yang membuat keutuhan harta
ruangan terkunci-tertutup-sepi dengan lawan jenis yang (yang sudah atau bahkan akan dimiliki) menjadi
bukan muhrim, ia tidak akan melakukannya. merosot, berkurang nilainya (Contoh analisis cukup
jelas).
Sudah tentu ada kekecualian yang sungguh langka
untuk masalah-masalah dalam Contoh 5 tersebut. Hanya Korupsi tahta adalah hal yang membuat keutuhan tahta
orang tertentu saja (tidak banyak jumlahnya) dan hanya (yang sudah atau akan dimiliki) menjadi merosot,
dalam waktu tertentu saja –lama dan frekuensinya– membusuk, rusak kualitasnya atau rusak pengaruhnya
yang dapat mengatasi godaan yang ditimbulkan keadaan (Contoh analisis cukup jelas). Korupsi tahta yang paling
ini. Kalau orang-orangnya (pasangan yang sama), strategis berupa kesalahpimpinan.
beberapa kali mengalami keadaan ini, godaan untuk
berhubungan seperti suami isteri akan sulit untuk Korupsi cinta/hubungan pria-wanita: hal yang membuat
dielakkan. keutuhan cinta (yang sudah atau akan dimiliki) menjadi
merosot, membusuk atau rusak karena mengutamakan
Terhadap masalah-masalah di atas lazimnya diajukan nafsu birahi dan kenikmatan fisik sambil mengabaikan
solusi dengan pendekatan individual: memperkuat iman kesucian, rasa hormat, tanggung jawab, perlindungan,
melalui agama seperti pesantren kilat, retreat, konsultasi pemeliharaan, pengembangan, dan pemekaran diri yang
dengan psikolog, atau ceramah seksolog. Solusi-solusi berjangka waktu ‘hari ini dan seterusnya’. Korupsi cinta
ini hanya mengatasi gejala, bukan akar masalahnya, sangat mudah terjadi bila pria dan wanita bukan
sehingga akan banyak bermunculan lagi dan dijadikan mahram, terutama berduaan, berada di ruangan terkunci,
“komoditas tetap” oleh beberapa pihak, terutama media tertutup rapat, atau tempat sepi.
massa, berupa perbincangan atau penceritaan dalam
buku, sinetron, dan film. Sudah saatnya, pendekatan Adanya seseorang ─ sebagai individu ataupun sebagai
solusi individual dilengkapi dengan pendekatan solusi pejabat publik ─ yang melakukan korupsi atas salah satu
sistemik/ struktural/ institusional/ legalistik dengan dari 3Ta berarti pada saat yang sama menunjukkan
membuat dan memperkuat hukum berupa undang- “tidak memadainya pengetahuan yang utuh-
undang serta rincian peraturan pelaksanaannya. menyeluruh-mewujud tentang ‘yang benar’ dan ‘yang
baik’ pada individu tersebut maupun sistemnya
Dari kelima contoh penerapan MAAMS di atas dapat berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
dinyatakan bahwa akar masalah dari berbagai masalah (motivasi) 3Ta.” Tidak memadainya ‘pengetahuan’ itu
sosial kemanusiaan tersebut adalah: pertama, “korupsi mungkin disebabkan oleh: orang, sistem, atau kedua-
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81 80

duanya belum memilikinya, atau pengetahuan yang ada - Setiap kekuasaan harus dikendalikan dengan uji
sudah usang atau tidak sesuai lagi. logika dan uji kejujuran.

Korupsi 3Ta, sangat mungkin saling berhubungan, c. Solusi dasar korupsi cinta
bahkan korupsi harta hampir selalu dipermudah oleh Pria dan wanita yang bukan mahram tidak boleh
korupsi tahta (penyalahgunaan wewenang, kolusi dan berada (terutama berduaan) di ruang terkunci, tertutup
nepotisme). Korupsi tahta sekaligus cinta antara lain rapat, dan tempat yang sepi atau terpencil.
menimbulkan relasi jender yang tidak adil, poligami
yang bukan darurat, serta pelecehan seksual. Korupsi
cinta demi harta antara lain berwujud praktik pelacuran, 4. Penutup
pelacuran terselubung, wanita/pria simpanan dan
panggilan, serta “cewek tender” dan sejenisnya. Kelima contoh di atas mudah-mudahan cukup
Seseorang pria yang mempunyai wanita simpanan, menjelaskan bagaimana MAAMS dapat diterapkan
mengkorupsi cinta isterinya, dan ia giat mencari harta untuk menelusuri dan mengidentifikasi akar dari
untuk mencukupi mereka. Korupsi 3Ta dapat dilakukan berbagai masalah sosial dan kemanusiaan. Penerapan
dengan suap (atau iming-iming) harta, tahta, dan cinta MAAMS memiliki sejumlah manfaat sebagai berikut:
untuk memperoleh 3Ta yang lebih banyak/besar lagi. (a) Menyediakan alternatif metode berpikir
(mendalam) yang disertai dengan model atau
Dalam perspektif agama, korupsi 3Ta merupakan peraga visual.
indikasi lemahnya Takwa, atau bisa juga disebut (b) Memberi dasar epistemologis bagi penerapan mixed
Korupsi Takwa. Dalam perspektif kebudayaan, korupsi methodology ataupun multimethods.
3Ta melunturkan keadaban masyarakatnya. Dan dalam (c) Memfasilitasi pengkajian masalah dan solusi
perspektif komunikasi, korupsi 3Ta menjadikan fundamental secara interdisipliner, multidisipliner,
komunikasi bermuatan kebohongan sehingga transdisipliner; berpikir out of the box.
komunikasi dan komunikatornya tidak komunikatif, (d) Memperbaiki, mempercepat, meningkatkan, dan
sekalipun amat fasih dan memikat. meluruskan proses berpikir, diskusi, perbincangan,
dsb. yang bermaksud mencari solusi. Penerapan
Penelusuran mendalam dengan MAAMS yang lebih lanjut bahkan diperkirakan dapat mengurangi
mengidentifikasi korupsi 3Ta sebagai akar masalah kerumitan analisis masalah, meringkas masalah,
sosial dan kemanusiaan menunjukkan adanya kesamaan dan mempersingkat masa pembelajaran.
dengan kajian mendalam dari Marx, Nietzche, dan (e) (Bayangkan jika setiap 3-5 sel dalam tabel dikemas
Freud, bahwa kebutuhan ekonomi, kehendak berkuasa, sebagai satu topik talk show atau diskusi atau
dan libido merupakan dorongan utama hidup manusia. bahkan penelitian, betapa banyak topik, waktu,
Demikian pula kesamaan pernyataan Mircea Eliade tenaga, pikiran, dan biayanya. Dan inipun belum
bahwa manusia merupakan makhluk religius (homo tentu sampai pada akar penyebab masalah maupun
religiosus) (Mangunhardjono, 1982) untuk konsep solusinya. Dengan MAAMS cukup 2-3 kali
Takwa. kesempatan saja, salah satunya khusus membahas
solusi). Untuk situasi Indonesia pascakrisis 1997
yang menuntut pemulihan atau bahkan percepatan,
3. Solusi Dasar penerapan MAAMS akan sangat membantu.
(f) Menghindarkan kekeliruan identifikasi sebab/akar
Solusi dasar harus sesuai dengan akar masalahnya,
masalah (dari gejala masalah). Hal ini dapat
yakni korupsi 3Ta atau motivasi memenuhi kebutuhan
diterapkan secara praktis untuk melengkapi
dasar harta, tahta, dan cinta asmara (hubungan pria-
Collaborative Learning dan Problem-Based
wanita). Terjadinya korupsi menunjukkan adanya
Learning dalam Program Dasar Pendidikan Tinggi
“pengetahuan yang tidak memadai (utuh-menyeluruh-
di UI. Tanpa MAAMS, mahasiswa yang
mewujud) tentang ‘yang benar’ dan ‘yang baik’, pada
menerapkan PBL, khususnya untuk masalah sosial
individu maupun sistem, berkaitan dengan pemenuhan
kemanusiaan, hanya tahu masalah tetapi bukan
kebutuhan dasar (motivasi) 3Ta”.
akarnya, sehingga dikhawatirkan menjadi calon ahli
a. Solusi dasar korupsi harta masalah-masalah, itupun bukan masalah yang
Setiap orang dan lembaga harus dapat membuktikan dasar, dan juga tanpa solusi yang fundamental.
atau dibuktikan asal usul hartanya secara sah, apabila (g) Mengkategorikan masalah secara hirarkhis:
tidak harta tersebut disita, dan yang bersangkutan permukaan, tengah, dan dasar. Hal ini secara
dipidana sesuai dengan nilai harta tersebut. praktis dapat digunakan untuk menyusun agenda
b. Solusi dasar korupsi tahta dan program penelitian dari visi research
- Setiap calon pemimpin dan calon wakil rakyat university, dan menyeleksi daftar usulan penelitian.
ditelusuri riwayat hidupnya untuk diketahui kadar (h) Mempermudah pengkategorian penyelesaian
integritas kepribadiannya, masalah secara strategis dan kronologis
81 MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81

(menghasilkan jenjang solusi suatu masalah): Harsono P., A. (2002). “Menjadi insan akademik
jangka pendek, menengah, panjang. seutuhnya”, makalah untuk bahan Buku Panduan
(i) Membedakan mana kegiatan yang seharusnya Mahasiswa Baru UI.
sementara saja dan mana yang harus berkelanjutan
(mencegah vested interest “aktivitas sosial” tertentu Heryanto, A. (1999). “Ilmu sosial indonesia krisis
yang lebih menguntungkan pelakunya (popularitas berkepanjangan”, Kompas, 18 November, halaman: 4.
dan finansial).
(j) Mengajak penggunanya berpikir dengan Herry-Priyono, B. (2002). Anthony Giddens: Suatu
menyertakan nilai-nilai dan norma kebenaran dan pengantar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
kebaikan, mengarahkan pemikiran pada kebenaran
dan kebaikan perilaku, bukan hanya sukses Hayon, Y.P. (2005). Logika, prinsip-prinsip bernalar
pencapaian teknis. tepat, lurus, dan teratur. Jakarta: ISTN.

Sebagai catatan terakhir perlu dikemukakan bahwa Kartasasmita, H. (1994). “Rubrik pajak”, Kompas.
MAAMS ini merupakan suatu bagian saja dari cara
berpikir tertentu yang ada pada penulis yang boleh jadi Kwik Kian Gie. (2004). “KKN akar semua
mengandung kesatuan ontologi, epistemologi, aksiologi, permasalahan bangsa”, Kompas, 4 Agustus, halaman:
dan paradigma tertentu pula. 4.

Daftar Acuan Magnis-Suseno, F. (1989). Etika dasar: Masalah-


masalah pokok filsafat moral. Yogyakarta: Kanisius.
Bagus, L. (1991). Metafisika. Jakarta: Gramedia.
Mangunhardjono. (1982). “Homo religiosus menurut
Bakker, A. (1986). Metode-Metode Filsafat. Jakarta: Mircea Eliade” dalam M. Sastrapratedja Manusia
Ghalia Indonesia. multidimensional: Sebuah renungan filsafat. Jakarta:
Gramedia.
Budi Hardiman, F. (1990). Kritik Ideologi: Pertautan
Pengetahuan dan Kepentingan. Yogyakarta: Kanisius. Muhadjir, N. (2001). Filsafat ilmu: Positivisme,
postpositivisme, dan postmodernisme. Yogyakarta:
Chang, R.Y. & Keith K.P. (2003). Langkah-langkah Rake Sarasin.
pemecahan masalah, terj. Abdul Rasyid. Jakarta:
Penerbit PPM. Rapar, J.H..(1996). Pengantar filsafat. Yogyakarta:
Kanisius.
Cooke, S. & Slack, N. (1991). Making management
decisions, 2nd ed. Englewood Cliffs. NJ.: Prentice Hall Prent, K., Adisubrata, J., Purwadarminta, W.J.S. (1969).
Inc. Kamus latin. Jakarta.

Gaspers, V. (2007). team oriented problem solving,


panduan kreatif solusi masalah untuk sukses. Jakarta:
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai