Anda di halaman 1dari 2

2.

7 Treatment Crush Injury


Penatalaksanaan dari crush injury dapat dibagi menjadi dua yaitu, pre-extrication (sebelum
pelepasan beban yang menahan pasien) dan post-extrication (setelah pelepasan beban yang
menahan pasien). Pada pre-extrication, penyelamatan korban adalah prioritas utama selanjutnya
memonitor aspek ABC (airway, breathing, dan circulation) korban. Airway, apakah ada obstruksi
atau gejala lain yang dapat mempengaruhi pernapasan korban serta dapat juga memperhatikan
apakah ada tanda-tanda cedera cervical spine. Breathing, perhatikan apakah korban terdapat gejala
hipoksia. Jika terdapat gejala hipoksia berikan high flow oxygen. Circulation, hentikan
pendarahan, pemberian cairan secara intravena/intraoral, dan pasang splint pada tungkai korban.
Selain memonitor ABC lakukan juga monitor pada jantung, memulai penggantian cairan sebelum
pelepasan beban, hilangkan nyeri pada korban. 1
Proses fluid resuscitation harus dilakukan secara agresif untuk menlindungi ginjal dan
mencegah terjadi gagal ginjal. Berikan warm cystalloid tanpa K+ biasanya dianjurkan 0.9% saline
(jangan berikan RL) dan berikan warm blood jika diindikasikan. Pemberian cairan disarankan
mulai pada 1 - 2 L NS dilanjutkan pada 1 – 1,5 L/jam pengaturan konsentrasi tergantung pada
kondisi klinis pasien. 2 Pemberian blood product yang dianjurkan adalah dua unit O- pRBC’s dan
dua unit cairan plasma. Untuk mengatasi kondisi hipotermia berikan buddy lite warmer yang
digunakan pada cairan dan darah (crystalloid dengan laju aliran 80cc/jam dan packed RBC dengan
laju aliran 50cc/jam). Penghangat ini bertujuan untuk mencapai suhu 38oC +/- 2oC. Selanjutnya
berikan sodium bicarbonate sebelum pemberian beban yang menahan pasien. 1 Berikan dengan
konsentrasi 1mEq/kg sodium bicarbonate (50-100 mEq 8,4%). Biasanya ditambahkan pada IV
fluid. Sodium bicarbonate membantu untuk mengatasi hyperkalemia dan acidosis. Serta dapat
membasakan urine (mencegah acute renal failure) yang dapat membantu untuk mengurangi
pembentukan urine cast dan mengurangi efek toksik dari myoglobin. Selain itu dapat juga
diberikan mannitol sebagai osmotic diuretic, biasanya membantu jika kadar urine output tidak
adekuat. 2,3
Penatalaksanaan pada post-extrication lebih menekankan pada kondisi terjadinya
reperfusion syndrome (pelepasan secara mendadak dari ekstremitas yang hancur). Reperfusion
syndrome menyebabkan acute hypovolemia, gangguan metabolik (peningkatan K+), dan beresiko
terjadinya gagal ginjal (pelepasan myoglobin). Penanganan yang dapat diberikan yaitu monitor
dan penanganan ABC, hindari succinylcholine, hindari RL (K+), persiapan untuk menangani shock
hypovolemic, persiapan untuk menangani hyperkalemia, dialysis, oksigen hiperbarik, dan
transport segera ke pusat perawatan yang intensif. Khusus untuk severe hyperkalemia adapun
beberapa penanganan gawat darurat yang dapat diberikan antara lain, kalsium (5 – 10cc 10%
calcium chloride IV selama 2-5 menit atau 15 – 30cc 10% calcium gluconate selama 2-5 menit),
sodium bicarbonate (1mEq/kg sampai 100mEq IVF),dan albuterol (10 – 20mg selama 15 menit).
1,2 Prognosis dari crush injury di sini tergantung dari cepat atau tidaknya penanganan awal.
Pemberian resusitasi cairan sebelum pelepasan beban dalam 6 jam pertama sangatlah esensial.
Apabila tidak dilakukan atau terlambat dilakukan dalam 6 jam, dapat menimbulkan resiko acute
renal failure. 2
1. Goodrich C. Initial Management Of Crush Injuries. Presentation presented at; 2018.
2. Rajagopalan CS. Crush injuries and the crush syndrome. Med J Armed Forces India [Internet].
2010;66(4):317–20. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S0377-1237(10)80007-3
3. Yokota J. Crush syndrome in disaster. Japan Med Assoc J. 2005;48(7):341–52.

Anda mungkin juga menyukai