Anda di halaman 1dari 12

Resume Field Trip

Disusun oleh :

Merry Triliana Puspita Ningrum

20160320095

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2018 / 2019
Kelompok 1A : Hazard pada Perawat RS PKU Muhammadiyah Gamping

Masalah atau hazard yang sering terjadi pada perawat di RS PKU Muhammadiyah
Gamping antara lain dari biologis, ergonomis, fisik dimana dari biologis sendiri para
mahasiswa/i sudah melakukan pengkajian dan diperkuat dengan mendapati hasil bahwa ada
perawat yang tertular hepatitis B yang disebabkan oleh hazard fisik yaitu tertusuk jarum suntik
pasien atau penderita, namun terkait masalah biologis sudah ditanggulangi oleh pihak Rumah
Sakit dengan mengadakan skrining setiap 1 (Satu) tahun sekali dan juga mengadakan imunisasi
untuk hepatitis B, lalu untuk hazard ergonomis sendiri didapati oleh kelompok dimana perawat
melakukan posisi yang berulang sehingga berisiko terkena low back pain (LBP) atau
musculosceletal disorder lainnya.

Kelompok mengangkat masalah terkait ergonomis, dimana kelompok juga mendapatkan


jurnal mengenai cara mengatasi masalah ergonomis yaitu melakukan pengendalian teknik dan
pengendalian administrative. Dimana pengendalian teknik sendiri fungsinya untuk menyediakan
tempat atau fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan misalkan diperlukan menunduk maka
memerlukan bangku atau kursi yang sesuai untuk menunduk sehingga tidak terjadi
musculoskeletal disorder. Sedangkan, pengendalian administrative fungsinya untuk mengurangi
beban dan frekuensi tugas berisiko LBP dengan menyusun SOP, memberikan pendidikan dan
pelatihan teknik pengendalian risiko yaitu minimal tentang komunikasi hazard, teknik angkat
angkut pasien, teknik peregangan otot, melakukan kegiatan olahraga teratur untuk dapat
meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot penyangga tulang belakang, dan berperilaku kerja
yang baik dengan mengikuti SOP.

Untuk rencana intervensi yang diajukan kelompok sendiri yang pertama ada advokasi
dimana advokasinya sendiri guna untuk mengadakan pelatihan atau pendidikan mengenai teknik
dan tata cara untuk mengatasi masalah terkait hazard ergonomis maupun menyarankan untuk
penggunaan shielding needles di RS PKU Muhammadiyah Gamping agar meminimalisir terjadi
KTD seperti tertusuk jarum.

Kelompok 1B : Hazard pada Pegawai Bengkel

Kelompok mendapatkan promosi kesehatan di Bengkel, dan kelompok mendatangi 3


(tiga) bengkel yaitu Denny Motor, Sun Motor, dan Bhakti Motor. Dari ketiga bengkel tersebut
ternyata kelompok mendapati masalah yang sama yaitu terkait penggunaan APD (alat Perlindung
Diri) dimana ternyata pegawai di bengkel tersebut sudah mengetahui dampaknya jika tidak
menggunakan APD dan pegawai tetap tidak menggunakan dengan alasan karena jika
menggunakan APD seperti masker, sarung tangan, dan kacamata hanya akan mengganggu
pekerjaan serta menurunkan produktivitas pekerja.
Setelah mendapati hazard yang mungkin terjadi pada petugas bengkel ini, kelompok 1B
berinovasi untuk diadakannya pemberian sarung tangan anti kimia dimana tujuannya sendiri agar
pekerja terhindar dari dermatitis, merasa aman dan nyaman, serta meminimalisir hazard yang
mungkin terjadi.
Sedangkan, untuk intervensi yang diberikan kelompok 1B adalah dengan cara promosi
kesehatan terkait penggunaan APD, baik dari pentingnya penggunaan APD, dampak jika tidak
menggunakan APD, menyarankan agar pihak bengkel melengkapi isi dari kotak P3K yng ada di
bengkel, serta menyarankan untuk peletakan alat agar diletakkan ditempat yang mudah
dijangkau.

Kelompok 2A : Hazard pada petugas gizi RS PKU Muhammadiyah Gamping

Kelompok mengidentifikasi hazard yang ada di petugas gizi dan didapati oleh kelompok
bahwa terdapat potensi bahaya fisik dan ergonomi dan beberapa kecelakaan kerja yang sering
terjadi seperti tertusuk pisau, terpeleset, low back pain, dan terkena air panas.dan untuk petugas
gizi di RS PKU Muhammadiyah Gamping sendiri sudah di fasilitasi mengenai pelayanan
kesehatannya yaitu dnegan berobat secara gratis di RS tersebut.

Yang menjadi masalah utama pada petugas gizi ini menurut kelompok adalah low back
pain (LBP) dikarenakan para petugas lebih sering berdiri saat bekerja.

Untuk intervensi yang diambil dari kelompok adalah dengan cara sit stretching, yaitu
gerakan peregangan yang dilakukan dengan posisi duduk dan gerakannya cukup simpel dan
mudah yaitu gerakan membungkukkan badan sambil menekuk dan meluruskan kaki secara
bergantian, gerakan memiringkan badan dan menggerakkan salah satu tangan ke atas secara
bergantian ke kanan dan ke kiri, serta membungkukkan badan sambil menekuk kedua tangan
seperti memeluk kaki. Sit stretching ini dilakukan selama 5-10 menit disela-sela waktu bekerja
dengan 3 gerakan yang di ulang 3-5 kali setiap gerakan
Kelompok 2B : Hazard pada petugas parkir UMY

Hasil pengkajian kelompok didapati beberapa jenis masalah, seperti kelelahan sehingga
badan pegal-pegal karena tuntutan pekerjaan yang berat, terkait psikologis karena beban kerja
ketika ada komplain kehilangan, saluran pernafasan yang terganggu karena terpapar langsung
dengan debu, maupun terlindas ban motor ketika akan memperbaiki motor anak-anak yang
parkir sembarangan.

Kelompok mengangkat masalsh yang paling besar menurut kelompok yaitu ergonomis
karena terlalu lama pada posisi yang sama dan karena berpindah pindah lokasi untuk memantau
kendaraan.

Kelompok memutuskan untuk memberikan inovasi berupa Kaos Infrared yang nantinya
seperti kaos dalam yang fleksibel dan mudah digunakan sebelum memakai seragam. Fungsi dari
kaos infrared ini mengurangi keletihan dan pegal-pegal pada petugas parkir UMY dan juga
kelompok akan memberikan pendidikan kesehatan terkait pola sehat serta peregangan otot agar
tidak kaku, dimana kelompok juga mendaptkan jurnal terkait pengaruh back massage terhadap
low back pain dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui apakah
back massage berpengaruh terhadap low back pain, dan ternyata hasil dari penelitian tersebut
signifikan dimana memang berpengaruh dari back massage terhadap low back pain.

Kelompok 3A : Hazard pada petugas Laundry RS

Hasil pengkajian kelompok didapati bahwa ternyata pada petugas laundry mengalami
hazard yang lebih cenderung ke ergonomis dan psikososial, dimana hazard ergonomisnya antara
lain nyeri punggung (low back pain) akibat kegiatan berulang-ulang seperti mendorong,
mengangkat beban, dan mendistribusikan linen bersih menuju ke bangsal, atau menjemput linen
kotor dengan berat hampir ratusan kilogram, dan hazard psikososialnya vertigo yang muncul
akibat keletihan kerja, dan adanya tekanan berat ketika aktivitas jam kerja yang padat.

Masalah yang di dapat kelompok mengambil inovasi Penggunaan Lift Table Laundry
Cart di rumah sakit, yang dapat diberlakukan bagi petugas laundry untuk mengangkut dan
mendistribusikan linen dari ruang laundry ke bangsa-bangsal, ataupun dari membawa linen kotor
dari bangsal menuju ke ruang laundry.

Dan terkait intervensi yang didasar jurnal untuk mengatasi hazard ergonomis adalah
melaksanakan kegiatan penyuluhan terkait dengan posisi ergonomis yang tepat saat bekerja,
gangguan kesehatan yang muncul akibat masalah ergonomis, dan edukasi terkait dengan
dekorasi ruangan pekerjaan untuk mencegah atau mengurangi risiko masalah kesehatan akibat
posisi ergonomis yang salah saat bekerja sedangkan, hazard psikososial melakukan kegiatan
skrining test, konseling serta edukasi bagaimana manajemen stress yang baik.
Kelompok 3B : Hazard pada Pengrajin Gerabah

Hasil pengkajian yang dilakukan kelompok didapatkan hazard yang paling sering ditemui
adalah ergonomis, dimana para pekerja merasakan pegal-pegal yang disebabkan oleh posisi
duduk yang terlalu lama dan juga melakukan gerakan yang berulang-ulang atau monoton. Dari
hasil yang didapatkan kelompok sepakat untuk mengatasinya dengan cara memberikan promosi
kesehatan terkait dengan posisi ergonomis dan juga mengajarkan bagaimana cara peregangan.

Kelompok mengambil william flexion exercise sebagai teknik peregangan yang


didasarkan oleh jurnal penelitian dengan hasil bahwa William flexion exercise efektif untuk
mengurangi nyeri punggung dan juga ternyata William flexion exercise terbukti lebih efektif
daripada massagei kombinasi IR(infrared) dan TENS (Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation).

Kelompok 4A : Hazard pada CS (cleaning service) RS

Hasil pengkajian kelompok ditemukan beberapa permasalahan, antara lain mengeluhkan


tidak di vaksin, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, pernah tertusuk jarum saat belum
tersedia safety box, dan bahkan pegal-pegal atau nyeri punggung dengan jangka waktu yang lama
dan juga posisi memmbungkuk seperti saat mengepel dan posisi meraih bagian atas melewati
batas tinggi sehingga sulit untuk diraih seperti mengelap jendela.

Dari beberapa hazard atau masalah yang ditemui pada petugas CS, kelompok
menyimpulkan bahwa masalah prioritasnya terletak pada hazard ergonomis yaitu low back pain.
Sehingga kelompok memberikan intervesi Medula Spinalis Belt (MSB) / Sabuk medula Spinalis
dan pada sabuknya akan dipasang sinar inframerah/Infra Red berdasarkan beberapa jurnal
penelitian dengan hasil dapat mengurangi low back pain.

Kelompok 4B : Hazard pada Petugas Konveksi


Hasil pengkajian yang dilakukan kelompok didapati masalah antara lain low back pain,
nyeri sendi, keram, kurangnya kesadaran penggunaan APD, dan tidak tersedianya kotak P3K.
Masalah yang ditemukan oleh kelompok ternyata kelompok mengambil beberapa rencana
program antara lain : pemberian stretching dan juga meningkatkan kesadaran terkait penggunaan
APD. Dimana pemberian stretching ini sangat berpengaruh dalam tingkat low back pain dimana
dapat menurunkan keluhan nyeri yang dialami, sedangkan terkait kesadaran penggunaan APD
sendiri menurut jurnal diadapatkan hasil point-point seperti pengetahuan, sikap dan ketersediaan
ternyata sangat berpengaruh dimana ketika APD tersedia namun para pekerja tidak mengetahui
fungsi dan dampak yang akan diterima pekerja akan tetap mengabaikan penggunaan APD,
begitupun sebaliknya jika pekerja sudah mengetahui namun tidak tersedia alatnya maka pekerja
juga tidak akan menggunakannya.
Kelompok 5A : Hazard pada Petugas Laboratorium RS
Hasil pengkajian kelompok didapati 2 (dua) masalah yang muncul, yang pertama dalah
terkait ada petugas yang terkena tumpahan reagen kimia, dan yang kedua adalah petugas
mengeluhkan pegal karena harus berdiri dan mengambil sampel di setiap bangsal serta petugas
tidak pernah melakukan sretching.
Kelompok juga menyediakan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut dnegan
berdasarkan penelitian. Yang pertama terkait dengan pegawai yang terkena reagen kimia dimana
kelompok memberikan saran untuk memberikan apron dengan lengan panjang dengan bahan
plastic yang tebal atau karet yang dapat meminimalisir petugas dari terkenanya cairan-cairan
yang dapat tumpah. Yang kedua terkait pegal-pegal, kelompok menyarankan pemberian sepatu
untuk pekerja yang dilengkapi dengan Infrared yang dapat di on-kan ketika petugas sudah
merasakan oegal pada kaki.
Intervensi yang diberikan kelompok adalah memberikan promosi kesehatan dan edukasi
mengenai penggunaan APD dan peregangan yang dibutuhkan dan juga melakukan promosi
terkait sepatu infrared.

Kelompok 5B : Hazard pada Pengrajin Mebel


Dari hasil pengkajian kelompok didapatkan hasil :

 Tidak tersedianya tempat atau area khusus untuk pekerja yang merokok, sehingga pekerja
yang merokok tersebut merokok dimana saja.
o Implemetasi yang akan dilakukan yaitu : memberikan edukasi kepada pemilik
mebel agar memberikan tempat khusus untuk pekerja yang merokok dan
memberikan edukasi juga kepada pekerja untuk merokok ditempat yang telah
ditentukan oleh pemilik mebel agar tidak mengganggu pekerja yang lain.
 Kurangnya pengetahuan APD terkait dengan APD yang baik, karena di mebel tersebut
masih ada pekerja yang menggunakan APD sesuai kemauan pekerja tersebut seperti
menggunakan sleyer sebagai masker.
o Implementasi yang akan dilakukan yaitu : kami akan melakukan promosi
kesehatan kepada pekerja mebel dan pemilik mebel terkait APD yang baik,
manfaat APD, Bahaya tidak menggunakan APD, dan cara pemakaian APD yang
benar.
 Kurang adanya kotak P3K yang lengkap. Menurut pemilik mebel, beliau hanya
menyediakan P3K seperti betadine dan handiplass saja.
o Implementasi yang akan kami lakukan yaitu : kami akan melakukan penyuluhan
kepada pemilik mebel untuk menyiapkan kotak P3K yang lengkat agar ketika
terjadi kecelakaan kerja dapat segera ditangani dan kami juga akan memberikan
pendidikan kesehatan kepada pekerja maupun pemilik mebel terkait dengan cara
penangan luka yang baik.
 Tidak adanya rambu-rambu keselamatan seperti tanda untuk evakusai dan lainnya.
o Implementasi yang akan dilakukan yaitu : memberikan edukasi tentang
pentingnya ramu-rambu keselamatan di tempat kerja seperti rambu-rambu jalur
evakuasi dan lainnya.
 Kurangnya pencahayaan ditempat kerja. Jadi, kondisi lingkungan disana menurut kami
terlalu gelap dan berdekatan dengan ternak sapi atau kambing di belakang.
o Implementasi yang akan dilakukan yaitu : kami akan melakukan edukasi kepada
pemilik mebel untuk memberikan pencahayaan tambahan untuk tempat kerja agar
dapat mengurangi kecelakaan kerja.
 Terdapat kebisingan sehingga mengganggu pekerja.
o Implementasi yang akan dilakukan : kami akan melakukan promosi kesehatan
tentang pentingnya penggunaan APD kepada pekerja.
 Terdapat hazard ergonomis yaitu posisi yang monoton pada pekerja yaitu posisi duduk
secara terus menerus tanpa adanya senderan kemudian menunduk secara terus menerus
dan jongkok secara terus menerus.
Implementasi yang akan dilakukan yaitu : kami akan memberikan promosi kesehatan
kepada pekerja terkait pentingnya streatching dan cara steatching baik untuk pekerja agar
ketidak terjadi gangguan nyeri otot pada punggung bawah, bahu, dan betis.
Kelompok 6A : Hazard pada Petugas Radiologi

Hasil pengakajian didapatkan masalah yag pertama hazard ergonomis dimana petugas
menjangkau keatas dan menangani beban diatas ketinggian bahu, dan Penggunaan APD
khususnya apron dapat menyebabkan pegal pada area pundak karna berat dari apron itu sendiri
yang kurang lebih 5kg, dan yang kedua hazard psikososial dimana beban kerja yang banyak
dikarenakan jumlah pekerja yang sedikit akan membuat petugas mempunyai banyak pekerjaan
dan kurangnya waktu istirahat dapat menyebabkan kurang gizi.

Dari hazard yang sudah ditetapkan kelompok, kelompok membuat 2 inovasi dari hal
preventif dan rehabilitasi. Preventif yang diambil dari kelompok adalah terkait dengan apron
yang terlalu berat untuk dapat dimodifikasi menjadi lebih ringan dengan model seperti jas hujan
sehingga dapat lansgung menutupi bagian kepala, dan juga meningkatkan minat terkait
penggunaan APD tersebut, sedangkan dari sisi rehabilitasi dikarenakan penggunaan apron yang
sangat berat maka petugas sering mengeluhkan sakit punggung sehingga kelompok memberikan
inovasi pembuatan spray cabai dengan jahe yang dari hasil penelitian dapat jadi sediaan farmasi
dan juga dapat menjadi alat relaksasi karena sensasi hangat yang diberikan di tubuh.

Kelompok 6B : Hazard pada petugas Laboratorium Agroteknologi

Masalah yang ditemui disini adalah kurangnya rasa kesadaran terhadap pentingnya
penggunaan APD yang ditunjukkan dari hasil pengkajian dimana hampir seluruh pegawai
mengatakan bahwa sudah bekerja lama sehingga mengetahui potensi bahaya, namun tidak
dipungkiri jika terjadi kelalaian otomatis pegawailah yang akan menerima risikonya, sehingga
kelompok memberikan inovasi PPE Detector, dimana kamera ini berfungsi untuk mendeteksi
ketika ada yang praktik ataupun melakukan analisis dan tidak menggunakan APD maka akan ter-
potret dikamera dan terkirim dokumentasi ke bagian coordinator Lab dan juga alarm diruangan
tersebut akan berbunyi dan hanya akan berhenti ketika pegawai menggunakan APD kembali,
maka sangat signifikan untuk membuat pegawai menggunakan APD ketika akan melakukan
praktik, dan juga intervensi yang dilakukan adalah promosi kesehatan pda pegawai yang ada di
Lab terkait dengan penggunaan APD.
Kelompok 7A : Hazard pada guru SD

Hasil pengkajian kelompok didapatkan hasil bahwa terjadi hazard psikososial dimana
guru mengalami beban kerja ketika murid sulit diatur dan tekanan beban menjelang UN dan lain-
lain.

Dari masalah yang didapatkan kelompok berinovasi dengan menciptakan GARASI


(Garden Relaksasi) untuk memberikan suasana tenang dan nyaman dengan fasilitas yang
disediakan yaitu kursi yang di design untuk meberikan ke rileksasi pada tubuh, aroma terapi dan
music instrumental yang dapat memberikan ketenangan, beberapa poster yang berisikan panduan
yoga, pendingin ruangan, dan ventilasi fleksibel yang dapat digunakan tanpa pendingin ruangan
dan disediakannya konsultan membantu memberikan solusi beban pikiran yang dialami.

Kelompok 7B : Hazard pada Satpam UMY

Hasil pengkajian kelompok didapatkan hasil prioritas hazard yang dialami adalah
keletihan dan stress karena saat kelompok melakukan pengkajian banyak data yang terkaji
mengenai masalah tersebut.

Inovasi yang diberikan kelompok merupakan senam dangdut yang dilakukan 1 (Satu)
minggu sekali selama 30 menit untuk menenangkan badan serta meningkatkan kondisi pekerja,
sesuai dengan jurnal yang didapatkan kelompok dimana musik dapat menurunkan tingkat stress
yang terjadi.

Kelompok 8A : Hazard pegawai Swalayan

Dari hasil pengkajian kelompok didapatkan hasil bahwa prioritas hazard yang dialami
adalah psikososial karena jika stress teratasi maka akan semangat dan tidak mengganggu kinerja
masing-masing.

Kelompok mengatasi masalah dnegan manajemen stress dengan cara PINTAR (pijat anti
stress dengan aromaterapi lavender), dikarenakan pijat sendiri dapat bermanfaat bagi kebugaran
dan dapat mengatasi stress.

Berikut prosedur program pijat anti stress menggunakan aromaterapi lavender. Pijat
dilakukan selama 10 menit.
 Oleskan dan ratakan aromaterapi lavender pada kedua telapak tangan
kemudian mulai gerakan meluncur menggunakan ibu jari dari pusat telapak
tangan kearah jari dengan memberikan sedikit tekanan dimulai dari jari
kelingking
 Genggam tiap jari dengan sedikit tekanan
 Lakukan gerakan memutar atau seperti membuka tutup botol dari arah bawah
keatas pada tiap jari
 Terakhir lakukan gerakan meluncur di sela-sela jari sampai pergelangan
tangan

Kelompok 8B : Hazard pada petugas Admin FKIK UMY

Dari hasil pengkajian kelompok didapatkan 2 (dua) hazard, yang pertama hazard fisik
dimana petugas dapat terkena paparan radiasi karena terpapar elektronik lebih lama dan juga
yang kedua hazard ergonomis dimana menyebabkn low back pain.

Dari hazard yang didapatkan, kelompok berinovasi dengan smart reminder system suatu
aplikasi pengingat yang dilengkapi infrared, dimana para pekerja admin yang selama berjam-jam
berada di depan layar akan diingatkan setiap 20 menit sekali untuk melakukan beberapa exercise:

1. Beristirahat selama 20 detik

2. Melihat objek jauh dengan jarak 20 kaki (6 meter)

Kelompok 9A : Hazard pada petugas Laundry

Jika tadi di kelompok 3A petugas Laundry Rumah Sakit, untuk kelompok ini membahas
tentang petugas laundry rumahan.

Masalah yang diambil yaitu tidak adanya kesadaran petugas dalam penggunaan APD
seperti masker dan sarung tangan. Karena ketika petugas laundry bekerja banyak terpapar zat
kimia seperti methanol yang terkandung dalam pewangi atau parfum laundry serta terpapar
aroma yang tidak sedap dari pakaian kotor. Kelompok berinovasi Penggunaan Masker Aroma
Terapi “MERAPI GALAU”.

Dari kelompok memberikan intervensi dengan promosi Kesehatan terkait pentingnya


penggunaan APD dan bahaya akibat tidak menggunakan APD dan memberikan saran terkait
kelengkapan isi kotak P3K antara lain penyediaan obat bioplasenton untuk penanganan luka
bakar.

Kelompok 9B : Hazard pada petugas kantin

Kelompok menyimpulkan bahwa permasalahan yang paling prioritas adalah hazard


ergonomis berupa posisi berdiri terus menerus,mondar-mandir,terlalu lama duduk dikasir dan
menata kardus atau barang berat.

Untuk mengatasi masalah kelompok berinovasi sekaligus melalukan intervensi dengan membuat
“SIKASion”. SIKASion adalah sandal yang mengandung ion negative yang antara lain manfaat
nya baik untuk memperlancar aliran darah,produksi serotonin, mengurangi nyeri otot dan
meningkatkan sistem metabolisme tubuh.

Kelompok 10A : Hazard pada driver UMY

Masalah prioritas menurut kelompok adalah Hazard ergonomis, sehingga kelompok


berinovasi pijat punggung slow-stroke massage pada kelompok intervensi dibandingkan dengan
kelompok kontrol secara signifikan menurunkan stress; Oleh karena itu, pijat punggung slow-
stroke massage dapat efektif dalam mengurangi kecemasan pada wanita dengan gagal jantung.
Dimana manfaatnya antara lain mengurangi stress, meningkatkan aliran darah, meningkatkan
sistem kekebalan tubuh serta meringankan sakit kepala.

Intervensi yang dilakukan kelompok mengajarkan bagaimana cara pemakaiannya dan


pembuatannya.Selain itu, dengan adanya kursi relaksasi ini bisa diletakkan dimobil pada bagian
penumpang disebelah kursi pengemudi menggunakan kabel USB sebagai sumber untuk
digunakan saat driver beristirahat sehingga LBP berkurang.
Kelompok 10B : Hazard pada Petugas Kebersihan UMY

Setelah dilakukan pengkajian kepada petugas kebersihan yang ada di lingkungan kampus
UMY, disimpulkan bahwa terdapat potensi bahaya fisik, biologi, kimia, dan ergonimi yang
sering terjadi seperti terpapar cahaya matahari terlalu lama, menemukan hewan seperti ular,
terpapar zat kimia, dan terpapar debu, posisi tubuh yang tidak tepat dan monoton.

Intervensi yang diberikan kelompok adalah dengan pembuatan “TAS PIJAT


DORAEMON” bagi para petugas kebersihan untuk mengatasi hazard yang muncul pada petugas
kebersihan, model tas ini dipasang dibagian pinggang yang terbuat dari bahan tas pada umumnya
tetapi dimasukkan infrared didalamnya yang kami modifikasi seperti tas biasa tetapi bentuknya
mini dan simple, infrared ini berfungsi untuk merelaksasi bagian tubuh petugas kebersihan ketika
melakukan pekerjaan,dan tas ini bisa juga digunakan untuk membawa P3K, minum, snack,
handrub mini, dan tas ini terpasang pengaitnya untuk mempermudah pengguna/petugas
kebersihan, serta mengajarkan cara untuk menangani hazard, dan penggunaan APD lebih di
wajibkan sesuai SOP dan mengajarkan bagaimana posisi saat bekerja yang tidak monoton dan
yang benar.

Anda mungkin juga menyukai