Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH

EKOSISTEM SUMBERDAYA HAYATI PESISIR DAN LAUT


TENTANG
MENGANALISA POTENSI PULAU TIKUS

Oleh :
Beben Sastra Subrata
E2A018004

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
berkatnya sehingga dapat menyelesaikan makalah penulis yang berjudul “Menganalisa potensi
pulau tikus“. Pada makalah ini penulis mengambil dari berbagai sumber dan refrensi. oleh sebab
itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk bagi pembaca.

Bengkulu, 23 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2 Tujuan Makalah ........................................................................................................... 5
1.3 Manfaat Makalah ......................................................................................................... 5
II. PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
2.1 Potensi Kepariwisataan ................................................................................................ 6
2.1.1 Matriks Jasa Ekosistem dan Melakukan Penilaian ................................................... 10
2.1.2 Pengelolaan Untuk Menjaga Ekosistem Wilayah Pesisir ......................................... 11
III. PENUTUP ........................................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 12
3.2 Saran ............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

3
Analisa Potensi Pulau Tikus

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bagi sebagian orang tikus memang hewan yang menjijikan dan bisa mendatangkan
penyakit. Namun nama hewan ini digunakan untuk sebuah nama pulau kecil di
Bengkulu yang begitu indah, baik luar ataupun dalam lautannya. Pulau yang berjarak
10 km dari ibukota Bengkulu dan hanya memiliki luas kurang dari 1.5 Ha tersebut
bernama Pulau Tikus. Pulau ini cukup menarik minat wisatawan, baik lokal maupun
mancanegara karena keindahannya.Tentunya untuk menuju pulau ini, anda harus
menggunakan alat trasportasi air seperti speed boat ataupun perahu nelayan. Anda
bisa naik dari pantai jakat, pantai tapak paderi ataupun dari pelabuhan pulau baai. Jika
dari pantai jakat, waktu tempuh adalah ±60 menit, dari pantai tapak paderi ±30 menit
dan dari palabuhan pulau baai adalah ±40 menit. Sedangkan untuk menuju tiga spot
pelabuhan tersebut anda bisa menggunakan kendaraan apa saja baik kendaraan
umum ataupun pribadi.

Pulau yang berada tak jauh dari Pulau Panjang menyimpan banyak keindahan
yang tak hanya membius wisatawan namun juga cukup menggoda beberapa fauna
untuk menjadikannya sebuah rumah. Pulau Tikus merupakan salah satu destinasi
wisata bahari yang cukup populer di Kota Bengkulu. Pulau ini merupakan pulau
berukuran kecil (sekitar lebih kurang 2 ha) yang didominasi oleh karang laut. Di pulau
ini, Anda akan disajikan dengan keindahan karang dan berbagai macam sumber daya
hayati yang sangat mengagumkan. Meskipun terbilang sangat kecil, di pulau ini Anda
dapat melakukan banyak kegiatan yang menyenangkan. Anda dapat bermain pasir
yang ada di tepian pantai ataupun berenang di pinggiran pantai. Ombak di pantai ini
tergolong cukup aman untuk digunakan bermain dan berenang. Hal ini dikarenakan,
sebagian daerah pantai di pulau ini merupakan ceruk pantai yang dikelilingi oleh karang
sehingga ombaknya sudah tidak terlalu tinggi.Pulau Tikus dikelilingi dengan terumbu
karang yang luas, yang seolah menjaga keindahan pulau dari kerusakan dan abrasi
akibat dari gelombang ombak pantai yang besar. Beberapa jenis karang yang ada di

4
Pulau Tikus ini terdiri dari jenis poriter, pocillopora, sarcophito, acroporase, fungia, dan
montipora. Terumbu karang tersebut juga menjadi rumah yang nyaman bagi ikan-ikan
kecil sehingga pulau ini menjadi surga untuk para penggila memancing. Ada bisa
menemukan kepiting, udang hingga lobster di sekitar terumbu karang tersebut.
Sayangnya keindahan terumbu karang ini cukup menggoda tangan-tangan jahil
manusia untuk merusaknya, membuat fungsi mereka sedikit terganggu dan menjadikan
pulau ini terkikis sedikit demi sedikit akibat abrasi. Di pulau ini, berdiri sebuah
mercusuar dan bangunan yang menjadi tempat para penjaga mercusuar tersebut di sisi
timur pulau. Sayangnya, karena abrasi gelombang laut, bangunan yang semula ada
ada lima itu, kini hanya bersisa dua buah, sedangkan tiga lainnya hancur. Mercusuar ini
pun sudah lebih dari dua kali dipindahkan untuk mengantisipasi hancurnya mercusuar
tersebut karena abrasi. Walaupun begitu, tetap saja keindahan pulau ini sangat sayang
untuk dilewatkan, tak hanya biota laut yang membuat anda terpesona, pemandangan
alam dengan warna air laut yang biru jernih ini pun mampu menghipnotis anda.
Terumbu karang yang ada di dalam laut, bisa dengan jelas anda lihat dari permukaan.
Jadi bagi anda yang tak ingin menyelam pun bisa menikmati keindahan alam ini.

Dalam konteks ekosistem, maka jasa ekosistem pesisir sebagai manfaat yang
diperoleh manusia dari ekosistem pesisir, dalam hal ini adalah ekosistem mangrove,
ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Ketiga ekosistem tersebut
memberikan jasa ekosistem berupa jasa pendukung, jasa pengaturan, jasa persediaan
dan jasa budaya (MEA, 2005).
1.2 Tujuan Makalah
Berhubungan dengan uraian di atas, makalah ini berisi hasil kajian – kajian pustaka
yang menganalisa Potensi Pulau Tikus di Bengkulu.
1.3 Manfaat Makalah
Manfaat dari makalah ini agar masyarakat dapat melakukan tindakan atau pengelolaan
yang lestari dalam pemanfaatan ekosistem untuk mendukung potensi yang ada di pulau
tikus.

5
II. PEMBAHASAN
2.1 Potensi kepariwisataan

Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu nampaknya mulai serius melakukan


pembenahan di Pulau Tikus. Bahkan, Wakil Walikota Patriana Sosialinda melakukan
eksplorasi secara langsung ke pulau mungil nan eksotik tersebut. sistem
kepariwisataan yang terintegrasi, mulai dari kedatangan wisatawan sampai dengan
eksplorasi wisata . Menurutnya, para pengunjung pulau tersebut harus terjaga
keamanan dan keselematannya. Artinya memang dibutuhkan sebuah kapal wisata
khusus di pulau itu.Selanjutnya, ketika tiba di pulau tersebut, para wisatawan juga harus
bisa maksimal menikmati bentangan keindahan Pulau Tikus. Misalnya, harus ada
homestay di pulau itu sehingga kenyamanan para pengunjung yang menginap disana
terasa lekat dan betah.Tak sampai disitu, paket-paket wisata yang ada di pulau lebih
kurang luasnya 0,65 hektar tersebut juga harus disusun. Saat ini, yang bisa dijual ke
wisatawan misalnya snorkling dan melihat ikan nemo. Tetapi masih banyak keindahan
bawah laut yang bisa di eksplor lagi.“Nah, sekarang kan kita juga punya keramba
apung disini yang membudidayakan lobster, bawal, dan lainnya. Ini juga bisa kita
jadikan paket wisata kuliner,” tukasnya.

Sementara itu, Ketua Biro Perjalanan Wisata Pulau Tikus, Thomas mengatakan
sejauh ini antusias masyarakat ke pulau itu cukup besar. Karena itu, ia berharap
adanya realisasi pembangunan insfrastruktur berupa rumah singgah wisata, toilet,
kamar ganti dan lainnya.“Kita apresiasi kunjungan pemerintah kesini, mudah-mudahan
tingkat kunjungan ke pulau ini bisa terus meningkat,” jelasnya.Dia mencatat setidaknya
pada tahun 2015, ada lebih kurang 1.400-an wisatawan yang berkunjung kesana. Dia
berharap setiap wisatawan yang datang kesana juga ikut berkontribusi pada perbaikan
pulau tersebut. Misalnya, saat ini ada program satu wisatawan tanam satu
pohon.Adapun macam – macam jenis kegiatan pariwisata

6
2.1.1 Matriks Jasa Ekosistem dan Melakukan Penilaian
Matriks jasa ekosistem terdiri atas sumbu-x dan sumbu-y. Sumbu-x adalah hasil
identifikasi tutupan lahan, sedangkan sumbu-y adalah komponen jasa ekosistem
(Sjafrie et al., 2015). Setelah matriks terbentuk, langkah selanjutnya adalah melakukan
penilaian terhadap tiga matriks.
1) Pertama matriks kapasitas (supply), kisaran nilai adalah 0-5 (Burkhard et al.,
2012) atau 0-3 (Sjafrie et al., 2015). Nilai nol mengartikan tidak ada hubungan antara
tutupan lahan/habitat/ morfologi ekosistem (sumbu-x) dengan kapasitas jasa ekosistem
(sumbu-y). Nilai positif dari rendah sampai tinggi, menyatakan hubungan kapasitas.
2) Kedua, matriks permintaan (demand), matriks ini menggambarkan hubungan
antara tipe lahan/habitat/morfologi dengan permintaan jasa ekosistem. Kisaran nilai
sama dengan matriks kapasitas. Untuk memberikan penilaian pada matriks demand,
dibutuhkan data kondisi terkini yang menyangkut jasa ekosistem tersebut, Misalnya,
hasil tangkapan ikan karang meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
artinya adalah hubungan permintaan antara karang dengan hasil tangkapan ikan
karang mempunyai nilai yang tinggi.
3) Ketiga, matriks ketersediaan (budget), nilai matriks ini diperoleh dari hasil
pengurangan antara matriks kapasitas (supply) dengan matriks permintaan (demand).
Kisaran nilai adalah -5 sampai 5 (Burkhard et al., 2012); atau -3 sampai 3 (Sjafrie et al.,
2015). Nilai negatif mengartikan bahwa permintaan melebihi persediaan (demand >
supply), demikian pula sebaliknya.
4) Untuk melihat keseimbangan jasa ekosistem, dalam artian adalah hubungan
antara pemanfaat (manusia) dengan yang dimanfaatkan (sumberdaya alam) di
persentasikan dalam matriks ketersediaan (budget). Apabila salah satu komponen dari
salah satu jasa ekosistem bernilai positif, maka artinya komponen tersebut memiliki
peluang untuk dikembangkan lebih lanjut. Sebaliknya apabila salah satu komponen
bernilai negatif, maka perlu ada upaya penanganan. Skala nilai mengindikasikan
prioritas bagi upaya pengembangan atau penanganan.
2.1.2 pengelolaan untuk menjaga ekosistem wilayah pesisir
 Zonasi

7
Pengelolaan zonasi pesisir bertujuan untuk memperbaiki ekosistem pesisir yang sudah
rusak. Pada prinsipnya wilayah pesisir dipetakan untuk kemudian direncanakan strategi
pemulihan dan prioritas pemulihan yang diharapkan. Pembagian zonasi pesisir dapat
berupa zona penangkapan ikan, zona konservasi maupun lainnya sesuai dengan
kebutuhan/pemanfaatan wilayah tersebut, disertai dengan zona penyangga karena sulit
untuk membatasi zona-zona yang telah ditetapkan di laut. Ekosistem terumbu karang
dapat dipulihkan dengan memasukkannya ke dalam zona konservasi yang tidak dapat
diganggu oleh aktivitas masyarakat sehingga dapat tumbuh dan pulih secara alami.
 Rehabilitasi
Pemulihan kerusakan mangrove, terumbu karang dan padang lamun dapat dilakukan
dengan melakukan rehabilitasi aktif, seperti meningkatkan populasi karang, mengurangi
algae yang hidup bebas, serta meningkatkan ikan-ikan karang.
 Meningkatkan populasi karang
Peningkatan populasi karang dapat dilakukan dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu
membiarkan benih karang yang hidup menempel pada permukaan benda yang bersih
dan halus dengan pori-pori kecil atau liang untuk berlindung; menambah migrasi melalui
transplantasi, serta mengurangi mortalitas dengan mencegahnya dari kerusakan fisik,
penyakit, hama dan kompetisi.
 Mengurangi alga hidup yang bebas
Pengurangan populasi alga dapat dilakukan dengan cara membersihkan karang dari
alga dan meningkatkan hewan pemangsa alga.
 Meningkatkan ikan-ikan karang
Populasi ikan karang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu
dengan meningkatkan ikan herbivora dan merehabilitasi padang lamun sebagai
pelindung bagi ikan-ikan kecil; meningkatkan migrasi atau menambah stok ikan, serta
menurunkan mortalitas jenis ikan favorit.

8
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk melihat keseimbangan jasa ekosistem, dalam artian adalah hubungan antara
pemanfaat (manusia) dengan yang dimanfaatkan (sumberdaya alam) sebagai
pemenuhan kebutuhan pangan. Apabila salah satu komponen dari salah satu jasa
ekosistem bernilai positif, maka artinya komponen tersebut memiliki peluang untuk
dikembangkan lebih lanjut. Sebaliknya apabila salah satu komponen bernilai negatif,
maka perlu ada upaya penanganan. Skala nilai mengindikasikan prioritas bagi upaya
pengembangan atau penanganan untuk kebutuhan.
Ke depan tentunya pengelolaan ekosistem pesisir tentunya tidak terlepas dari teori-teori
perencanaan pengelolaan pesisir dan laut. Kay & Alder (1999) mengatakan bahwa
pendekatan perencanaan pengelolaan pesisir cenderung merupakan bagian atau
gabungan dari sejumlah teori perencanaan untuk memberikan solusi perencanaan
terbaik, yaitu rational, incremental, adaptive dan consensual planning. Pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) adalah akhir dari tujuan pengelolaan yang
didalamnya telah mengakomodir aspek ekologi, sosial, ekonomi yang berada dalam
keadaan saling terkait dan terintegrasi (Chua, 2006).
3.2 Saran
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang berpotensi sangat tinggi. Namun demikian
pengelolaan wilayah secara terpadu belum dilaksanakan dengan baik, sehingga potensi
kerusakan, atau pengaruh buruk akibat pengelolaan pesisir yang salah saat ini
ditemukan dan dirasakan.
Karena posisi geomorfologinya wilayah pesisir akan selalu merupakan ujung akhir dari
rantai pembuangan limbah. Oleh karena itu kerusakan pesisir tidak melulu akibat
pengelolaan pesisir yang salah, tetapi termasuk pengelolaan wilayah hulunya. Dalam
kaitan dengan hal tersebut pengelolaan limbah di wilayah hulu juga perlu mendapatkan
perhatian sepenuhnya agar kelestarian wilayah pesisir dapat dicapai.
Melihat keunikan dan kompleksnya ekosistem wilayah pesisir dan sumberdaya yang
terkandung didalamnya, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaannya untuk mencapai tujuan pemanfaatan yang berkelanjutan antara lain
adalah:

9
1. Semua pengguna sumberdaya pesisir harus bersama-sama melakukan
perencanaan, pemanfaatan dan pengelolaan serta pengontrolan terhadap sumberdaya
serta jasa lingkungan wilayah tersebut secara bersama-sama.
Ekosistem wilayah pesisir dan sumberdayanya merupakan bagian yang penting bagi
kehidupan masyarakat terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah tersebut dan
memanfaatkan wilayah itu bagi pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Untuk itu harus
dilibatkan peran serta masyarakat setempat dalam perencanaan dan pengelolaan
wilayah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C dan H. Gunawan. 2006. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove
dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Makalah Utama pada Ekspose Hasilhasil
Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006. 12 hal.
Burkhard, B., F. Kroll, S. Nedkov and F. Muller. 2012. Mapping ecosystem service supply,
demand and budgets. Ecological Indicators 21: 17– 29.
Caesar, H. 1996. Economic analysis of Indonesian coral reef. Working Paper Series “Work in
Progress”. World Bank, Washington DC: 97 pp.
Chiu, S., Y. Huang and H. Lin. 2013. Carbon budget of leaves of the tropical intertidal seagrass
Thalassia hemprichii. Estuarine, Coastal and Self Science 125: 27-35.
Chua, Thi-Eng. 2006. The Dynamics of Integrated Coastal Management: Practical Applications
in the Sustainable Coastal Development in East Asia. GEF/UNDP/ IMO Regional Programme
on Buldings Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA),
Quezon City, Philippines. 431p.
Cullen-Unsworth, L.C and R.K.F. Unsworth. 2013. Seagrass meadows, Ecosystem Services and
Sustainability. Environment Science and Policy for Sustainable Development Magazine 55 (3):
14-26.
De la Torre-Castro, M and P. Ronnback. 2004. Link between human seagrasses – an example
from Tropical East Africa. Ocean & Coastal Management 47: 361–387.
Istiyanto, D.C., S.K. Utomo, dan Suranto. 2003. Pengaruh Rumpun Bakau terhadap Perambatan
Tsunami di Pantai. Makalah pada Seminar Nasional “Mengurangi Dampak Tsunami:
Kemungkinan Penerapan Hasil Riset” di Yogyakarta, 11 Maret 2003.
Inoue, Y., O. Hadiyati, H.M.A. Affendi, K.R. Sudarma dan I.N. Budiana. 1999. Model
Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari. Departemen Kehutanan dan Perkebunan dan JICA.
Jakarta.
Jaxion-Ham, J., J. Saunders and M.R. Speight. 2012. Distribution of fish in seagrass, mangrove
and coral reef: life-stage dependent habitat use in Honduras. Rev. Biol. Trop. 60(2): 683-698.
Kay, R and J. Alder. 1999. Coastal Planning and Management. E & FN SPON, London. 375 p.

2
2

Anda mungkin juga menyukai