Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Perilaku Masyarakat dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di

Wilayah Kerja Puskesmas Selang, Kec.Kebumen Kab.Kebumen Prov.Jawa Tengah

Nama : Siti Nana Karolina

Npm : 013.01.2896

Kelas : VII.A Keperawatan

A. Latar Belakang
Masalah Kesehatan dunia semakin bertambah kompleks dengan munculnya berbagai
macam penyakit menular. Sebagian dari penyakit tersebut memang bersifat global, tidak
mengenal batas negara. Sebagian lagi telah sering berjangkit tetapi polanya berubah serta
jumlah kasusnya semakin bertambah, seperti SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome),
Flu burung (Afian Influenza) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) (Anies, 2006).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit febris akut ditemukan pertama kali
terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit
ini kemudian dikenali dan dinamai pada tahun 1779. Wabah besar global dimulai di Asia
Tenggara pada Tahun 1950-an dan hingga tahun 1975 demam berdarah ini telah menjadi
penyebab kematian utama diantaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut
(Depkes, 2006).
Di Indonesia demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang
endemis dan hingga saat ini angka kesakitan DBD cenderung meningkat dan kejadian luar
biasa (KLB) masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia ( Depkes RI, 2005).
Penyakit DBD pertama kali di temukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi
virologis baru didapat pada tahun 1970. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun
1969. Kemudian DBD berturut turut dilaporkan di Bandung dan Yogyakarta (1972) (Depkes
RI, 2002). Sejak saat itu penyakit tersebut menyebar yang semula dianggap siklus lima
tahunan, kini setiap tahun mewabah diberbagai daerah dan penderitanya sudah bukan anak-
anak lagi tetapi penderita dewasa semakin banyak, sehingga sampai tahun 1980 seluruh
propinsi di Indonesia kecuali timor-timur telah terjangkit penyakit (Wulandari, 2004).
Kasus tahun 2004 secara nasional adalah 79.482 kasus dengan jumlah kematian
sebanyak 957 penderita (case fatality rate sebesar 1,2 %) dan incidence rate sebesar 37,01
per 10.000 penduduk, maka jumlah kasus tahun ini lebih besar di bandingkan tahun 2003
yaitu 52.566 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 788 kasus, (case fatality rate sebesar
1,5 %) dan incidence rate sebesar 24,34 per 10.000 penduduk (Depkes RI, 2006).
Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi tahun 2005 sebanyak 206 penderita (IR
23,5/100.000) dengan 7 kematian (CFR 3,29%), tahun 2006 sebanyak 302 penderita (IR
32,9/100.000) dengan 2 kematian (CFR 0,66%) , tahun 2007 sebanyak 236 penderita (IR
25,70/100.000) jumlah kematian 4 (CFR 2,1%), tahun 2008 sebanyak 129 penderita (IR
13,65/100.000) dengan kematian 2 penderita (CFR 1,55%), tahun 2009 sebanyak 93
penderita (IR 9,39/100.000) kematian 2 penderita (CFR 2,15%) (Provinsi tahun 2009).
Sejak Kota menjadi menjadi Ibukota Provinsi pada tahun 2001 arus mobilisasi penduduk di
Kota semakin meningkat, dan pada lima tahun terakhir ini Kota sering dilanda musibah
banjir yang terjadi setiap tahun. Keadaan ini merupakan salah satu faktor pencetus
meningkatnya kasus demam berdarah di Kota .
Berdasarkan jumlah kasus yang ada dapat di gambarkan bahwa sebelumnya Kota
tidak pernah di temukan kasus demam berdarah, maka pada tahun 2001 telah di temukan 2
penderita demam berdarah (IR 1,49/100.000 penduduk), kemudian pada tahun 2002 tidak di
temukan penderita demam berdarah, pada tahun 2003 di temukan lagi 12 penderita demam
berdarah (IR 8,86/100.000 penduduk), tahun 2004 ditemukan 6 penderita demam berdarah
(IR 4,31/100.000 penduduk) dengan kematian 2 orang (CFR 33,3%) tahun 2005 terjadi
lonjakan kasus dengan 183 penderita (IR 89,26/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian
4 orang (CFR 3%), dan pada tahun 2006 ditemukan 133 penderita (IR 89,26/100.000
penduduk), jumlah kematian 4 orang (CFR 2%), dan angka bebas jentik (HI 86%), dan
berstatus daerah endemis.
Berdasarkan data yang ada, perkembangan penyakit Demam Berdarah Dengue di
Kota terlihat masih tinggi yang tersebar di tujuh wilayah kerja puskesmas, di bandingkan
dengan target nasional IR 20/100.000, CFR 1%, dan HI >95%.
Untuk Puskesmas tahun 2009 bulan Oktober jumlah kasus DBD sebanyak 2 kasus,
bulan November sebanyak 3 kasus dan bulan Desember sebanyak 7 kasus dengan jumlah
penduduk pada tahun ini adalah 20.938 jiwa sehingga (IR 5,73/10.000 penduduk) CFR 0%.
Pada bulan Januari tahun 2010 terjadi peningkatan kasus DBD yang signifikan sebanyak 26
kasus dengan 1 kematian dan bulan Februari sebanyak 2 kasus. Jumlah penduduk wilayah
kerja Puskesmas tahun 2010 mencapai 21.952 jiwa, maka IR kasus DBD sampai bulan
Februari 2010 yaitu 11,8/10.000, CFR 3,8%.
Keadaan ini salah satunya disebabkan oleh masih rendahnya peran serta masyarakat
Kota dalam mencegah dan memberantas penyakit DBD, seperti belum terbentuknya
Pokjanal DBD di Kota , rumah tangga yang Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
yang masih rendah (42%), kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh masyarakat
yang tidak kontinyu, Masyarakat yang menempati rumah sehat dan lingkungan sehat yang
masih rendah (43%). Masyarakat yang memiliki tempat sampah (52%) (Riskesdas, 2008).
Untuk daerah Wilayah Kerja Puskesmas yang terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kelurahan
Huangobotu, Kelurahan Tomulobutao, Kelurahan Tomulobutao Selatan, Kelurahan
Tuladenggi dan Kelurahan Libuo, Sebagian besar merupakan daerah Perumnas (Perumahan
Nasional) yang tingkat kepadatan penduduknya cukup tinggi. Saluran air rumah tangga di
beberapa tempat banyak yang airnya tidak mengalir sehingga terjadi tampungan air dalam
waktu yang lama dan hal ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat sekitar untuk
memperbaikinya, disamping itu juga di lingkungan sekitar perumahan warga banyak
terdapat barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti kemasan air mineral yang
dibiarkan begitu saja tanpa ada kesadaran dari masyarakat untuk menguburnya. Kebiasaan
masyarakat menggantung pakaian masih cukup tinggi, kebiasaan menampung air di bak
mandi dalam waktu yang lebih dari seminggu tanpa mengurasnya di karenakan distribusi air
rumah tangga yang sering terganggu khususnya di daerah Perumnas.

Anda mungkin juga menyukai