Anda di halaman 1dari 9

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus

Annie adalah anak pertama Amanda dan Alan yang sudah lama dirindukan

kehadirannya didunia ini. Ketika dia dilahirkan dia tidak responsif, terkulai dan tidak mampu

untuk saat diberi makan. Prognosisnya buruk dan dia diprediksikan tidak akan bertahan hidup.

Ketika dia berumur beberapa minggu, orang tua nya membawanya pulang ke rumah dan

mereka diberitahu untuk memberinya kecintaan, karena dia akan berumur pendek. Faktanya,

perawat klinik mengatakan kepada Amanda bahwa itu akan lebih baik jika Annie menghilang

saja. Karena ternyata Amanda mempunyai radang selaput otak (viral meningitis) selama

trimester pertama kehamilannya.

B. Tinjauan Teori

Orang tua dengan anak yang didiagnosa dengan ketidakmampuan/disability saat lahir

atau dalam awal hidupnya, mulai belajar proses yang disebut dengan kehilangan “loss” anak

yang normal dan peran orangtua yang normal yang mereka harapkan. Profesional perawatan

kesehatan primer membutuhkan pemahaman terhadap kehilangan alamiah ini dan dampaknya

terhadap kehidupan keluarga dan masa depan orangtua. Saat didiagnosa adalah merupakan

waktu penuh emosional dan kebingungan yang sering juga adalah kecemasan yang tinggi.

Orangtua tidak akan pernah siap untuk mendengar berita yang traumatik tentang anak mereka

dan pendapat anggota keluarga, teman, para kenalan dan laporan media yang menambah

kebingungan mereka. Informasi akurat dan komprehensif tentang disability dibuat secepat

mungkin meliputi hasil positif dan negatif terhadap kerusakan dan disabillity. Sebaiknya

orangtua dipersiapkan dulu bahwa mereka akan mendengar berita buruk.


Menurut teori yang dikembangkan oleh Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke

dan Margaret A. Hainsworth

1. Chronic Sorrow

Kesedihan mendalam dirasakan oleh keluarga Amanda dan Alan karena Annie adalah anak

yang idam-idamkan. Tetapi dia mengalami keterbatasan.

2. Loss

Pasangan Amanda dan Alan ”kehilangan” anak normal/sempurna. Dia mengharapkan

(idealnya) anak mereka bisa hidup dengan normal seperti anak yang lain, tetapi kenyataan

sejak lahir Annie sudah mempunyai keterbatasan yang disebabkan karena radang selaput

otak yang diderita Amanda.

3. Trigger events

Annie sebagai anak yang diharapkan lahir tidak sesuai harapan. Ketika dia dilahirkan dia

tidak responsif, terkulai dan tidak mampu untuk saat diberi makan.

4. Management method

Secara internal pasangan ini menggunakan strategi koping untuk mengidentifikasi proses

berduka. Secara eksternal didapat dari dukungan keluarga lain atau praktisi perawatan

kesehatan. Perawat juga dapat membantu mengidentifikasi strategi koping secara personal.

Berikut adalah rencana managemen untuk mengatasi permasalahan diatas :

a. Diagnosa keperawatan
Sedih kronis berhubungan dengan pengalaman sakit fisik kronik/ ketidakmampuan orang

yang signifikan.

b. Outcome

 Menunjukkan grief resolution

 Mengeksprsikan perasaan bersalah, marah dan sedih

 Mengidentifikasi penggunaan strategi koping yang efektif

 Mengungkapkan dampak kehilangan

 Mencari inforamsi tentang penyakit dan perawatan

c. Intervensi

1) Grief work fasilitation :

 Identifiksi kehilangan

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi ikatan antara orang yang hilang

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi reaksi pertama terhadap kehilangan

 Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan kehilangan

 Dengarkan ekspresi kesedihan

 Anjurkan diskusi pengalaman kehilangan sebelumnya

 Anjurkan pasien untuk mengungkapkan memori tentang kehilangan baik masa lalu

dan sekarang

 Buat pernyataan empati tentang duka cita

 Anjurkan identifikasi ketakutan yang paling besar terhadap kehilangan

 Instruksikan dalam fase berduka

 Dukung perkembangan melalui tahapan berduka

 Libatkan orang yang berarti dalam diskusi/pengambilan keputusan

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi koping personal


 Anjurkan pasien untuk melakukan kebiasaan sosial, budaya dan keagamaan

 Komunikasikan tentang penerimaan kehilangan

 Beri reinforcement untuk perkembangan yang dbuat dalam proses berduka

 Bantu dalam mengidentifikasi modifikasi lifestyle yang dibutuhkan

2) Hope instillation :

 Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi harapan dalam hidup

 Informasikan pasien tentang situasi saat ini adalah bagian yang temporer

 Demonstrasikan harapan dengan mengenali nilai intrinsik pasien dan pandangan

penyakit dari segi individu

 Kembangkan mekanisme koping individu

 Ajarkan mengenali realita dengan mengamati situasi dan membuat perencanaan

darurat

 Bantu pasien menemukan dan meninjau ulang tujuan berhubungan dengan

harapan

 Bantu pasien kembangkan spiritual diri

 Hindari menutupi kebenaran

 Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri

 Ajarkan kepada keluarga tentang aspek positif pada harapan

 Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk terlibat dalam kelompok

pendukung

 Ciptakan lingkungan untuk praktik keagamaan pasien

3) Coping enhancement :

 Kaji hal-hal yang dapat merubah gambaran diri klien

 Kaji dampak situasi kehidupan klien terhadap peran dan hubungan


 Dukung klien untuk mengidentifikasi gambaran nyata perubahan peran

 Kaji pemahaman klien terkait dengan proses penyakit

 Kaji dan diskusikan alternatif respon terhadap situasi

 Gunakan pendekatan yang membuat klien tenang dan nyaman

 Ciptakan suasana untuk dapat menerima klien

 Bantu klien untuk mengembangkan kemampuannya untuk menerima kejadian

yang dialaminya

 Bantu klien mengidentifikasi informasi yang paling menarik

 Berikan informasi aktual terkait diagnosa, perawatan dan prognosis

 Berikan klien untuk memilih jenis perawatan yang diinginkan

 Dukung klien untuk bersikap realistic

 Evaluasi kemampuan klien untuk membuat keputusan

 Kaji persepsi klien terhadap situasi yang menimbulkan stress

 Hindari pembuatan keputusan pada saat klien mengalami stress berat

 Gunakan pendekatan dengan sabar

 Bina hubungan dengan orang-orang yang memiliki ketertarikan dan tujuan yang

sama

 Dukung dalam aktivitas sosial dan komunitas

 Dukung penerimaan terhadap keterbatasan orang lain

 Kaji latar belakang spiritual dan budaya klien

 Sediakan dukungan spiritual

 Eksplorasi prestasi-prestasi yang pernah dicapai sebelumnya untuk meningkatkan

koping

 Eksplorasi alasan-alasan untuk mengkritik diri sendiri

 Hilangkan perasaan ragu yang dialami

 Bantu untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif


 Pelihara situasi yang mendukung kemandirian

 Bantu klien mengidentifikasi respon positif dari orang lain

 Dukung identifikasi nilai-nilai kehidupan yang spesifik

 Eksplorasi mekanisme koping yang pernah dilakukan oleh klien dalam

menghadapi masalah kehidupan

 Kenalkan klien dengan orang atau grup yang telah sukses dalam menyelesaikan

masalah yang sama

 Dukung penggunaan mekanisme defensif

 Dukung klien untuk mengungkapkan perasaan, persepsi dan ketakutannya

 Diskusikan konsekuensi ketika tidak mampu menerima rasa bersalah dan

perasaan malu

 Dukung klien untuk mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang

 Bantu klien untuk menyederhanakan tujuan menjadi labih mudah untuk dilakukan

 Bantu klien untuk mengkaji sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan

 Kurangi stimulus lingkungan yang dapat mengancam

 Kaji kebutuhan pasien akan support social

 Tingkatkan keterlibatan keluarga dan orang-orang terdekat dalam perawatan

 Dukung keluarga untuk mengunkapkan perasaannya mengenai penyakit yang

dialami anggota keluarganya

 Sediakan keterampilan-keterampilan sosialisasi

 Bantu klien mengidentifikasi strategi positif untuk menerima keterbatasannya dan

mengatur kebutuhan hidupnya serta perubahan peran yang telah terjadi

 Bantu klien untuk memecahkan masalahs ecara konstruktif

 Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi sesuai kebutuhan

 Kaji kesedihan klien dan kehilangan pekerjaannya akibat kondisi sakitnya dan atau

ketidakmampuannya
 Kaji untuk mengklarifikasi adanya konsep yang salah pada klien

 Anjurkan klien untuk mengevaluasi perilakunya

4) Counseling :

 Bina hubungan saling percaya sebagai dasar rasa percaya dan perhatian

 Tunjukkan perasaan empati, kehangatan, dan ketulusan

 Lakukan konseling yang lebih mendalam

 Tentukan tujuan

 Tingkatkan privasi klien dan rasa percaya diri klien

 Berikan informasi yang nyata sesuai kebutuhan

 Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan

 Identifikasi permasalahan atau situasi yang menyebabkan sterss pada klien

 Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi ekspresi perasaan

 Tanya pada klien atau orang terdekat lainnya untuk mengidentifikasi apa yang

dapat atau tidak dapat mereka kerjakan terkait dengan kejadian ini

 Kaji klien untuk mencatat dan memprioritaskan alternatif kemungkinan dari

permasalahan yang ada

 Identifikasi beberapa perbedaan diantara pandangan klien terhadap situasi dan

pandangan klien terhadap pemberi layanan kesehatan

 Kaji bagaimana perilaku keluarga terhadap klien terkait dengan penyakit yang

dialami

 Ungkapkan perbedaan diantara perasaan dan perilaku klien

 Gunakan tools pengkajian untuk membantu meningkatkan kesadaran diri klien dan

pengetahuan konselor terhadap situasi yang terjadi

 Ungkapkan secara selektif pengalaman-pengalaman klien sendiri serta ketulusan

dan keyakinan pribadi yang sesuai


 Identifikasi kekuatan klien dan beri dukungan

 Berikan reinforcement terhadap setiap perkembangan yang baru

 Jika memungkinkan, jangan membuat keputusan pada saat klien berada dalam

kondisi stress berat

5) Emotional Support :

 Diskusikan dengan klien terkait pengalaman emosional klien

 Eksplorasikan stimulus yang memicu emosi klien

 Berikan dukungan atau pernyataan yang empati

 Berikan sentuhan yang terapeutik

 Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri

 Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya seperti cemas, takut, sedih

 Dengarkan keluhan klien dengan tenang

 Fasilitasi klien untuk mengidentifikasi mekanisme koping terhadap ketakutan yang

dialami

 Berikan dukungan selama fase menolak, marah, tawar menawar dan menerima

terhadap proses berduka

 Identifikasi adanya perasaan marah, frustasi dan amuk yang dialami klien

 Berikan kesempatan klien untuk mengunkapkan perasaannya atau menangis

untuk menurunkan emosinya

 Berada bersama klien dan beri rasa aman dan nyaman selama periode cemas

 Bantu dalam pengambilan keputusan

 Kurangi beban pikiran klien ketika klien berada dalam kondisi stress (jangan

menambah beban pikirannya selama sakit)

6) Spiritual Support :
 Gunakan komunikasi terapeutik untuk membina rasa percaya dan empati

 Kaji pengalaman masa lalu klien yang mendukung kekuatan spiritualnya

 Rawat klien dengan sopan

 Motivasi klien untuk mengenang masa lalu yang menyenangkan

 Motivasi klien untuk berinteraksi dengan anggota keluarga, teman dan orang lain

 Berikan waktu khusus dan ketenangan untuk aktivitas spiritual

 Motivasi klien untuk berpartisipasi dalam kelompok pendukung sosialnya

 Ajarkan metode relaksasi, meditasi dan imaginasi terbimbing

 Diskusikan kepercayaan diri mengenai arti dan tujuan hidup

 Diskusikan pandangan spiritual klien

 Berikan kesempatan untuk mendiskusikan berbagai pandangannya tentang sistem

kepercayaan

 Berdoa dengan klien

 Sediakan alat pendukung spiritual seperti musik, bacaan atau radio, atau program-

program televise

 Empati terhadap ekspresi klien akan kesendirian dan ketidakberdayaan

 Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual

 Libatkan rohaniawan

 Fasilitasi individu untuk melakukan meditasi, ibadah atau ritual dan tradisi

keagamaannya

 Dengarkan secara cermat

 Yakinkan klien bahwa perawat akan selalu ada untuk klien

 Menerima setiap keluhan klien terkait penyakit dan kematian

 Bantu klien untuk mengekspresikan perasaan marah dan cara mengendalikannya.

Anda mungkin juga menyukai