Anda di halaman 1dari 4

YOUTUBER MELEK PAJAK

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

membayarnya menurut peraturan perundang-undangan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,

yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Peraturan yang mengatur tetang subjek dan bukan subjek, objek dan bukan objek serta tarif

Pajak Penghasilan yaitu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atau

disingkat menjadi PPh. Yang membayar pajak ialah wajib pajak, yaitu orang atau badan,

meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dilihat dari perkembangan zaman dibidang teknologi dan informasi yang kian pesat tidak

hanya subjek hukum yang memiliki profesi saja yang dikenakan pajak penghasilan atau disingkat

PPh. Di era generasi yang modern ini siapapun dapat menghasilkan penghasilan tanpa

memerlukan profesi yang dilatar belakangi pendidikan yang baik. Hal ini dikarenakan

perkembangan teknologi yang semakin canggis sehingga menghasilkan suatu aplikasi bernama

YouTube.

Karena YouTuber sudah dijadikan profesi untuk mendapatkan penghasilan maka

Pemeritah memberlakukan pengenaan pajak bagi pembuat konten atau kreator yang sering

disebut YouTuber Pembuat konten/kreator di aplikasi Youtube atau sering disebut dengan

YouTuber jika memiliki tambahan kemampuan ekonomi atau penghasilan dari Youtube baik itu

Cuma dijadikan sebagai hiburan atau lain sebagainya itu tetap disebut atau dijadikan sebagai
objek pajak, dimana setiap subjek atau orang yang mendapat penghasilan dari objek pajak maka

ia wajib atau harus membayar iuran kekayaannya kepada Negara tanpa mengharapkan prestasi.

Hal itu sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan atau disingkat menjadi PPh, untuk aturan yang lebih lanjut diatur dalam Permenkeu

210/PMK.010/2018 mengenai pemungutan pajak (baik itu PPN, PPnBM dan PPh) dari transaksi

perdagangan melalui sistem elektronik.

Dengan kata lain, Permenkeu 210/PMK.010/2018 mengatur pemungutan PPh dari

kegiatan penjual online, YouTuber, Selebgram, reseller, ojek online, endorsement melalui sistem

elektronik . Untuk YouTuber, Selebrgam, endorsement atau reseller di media sosial

termasuk platform selain marketplace. Sedangkan untuk ojek online atau reseller di marketplace

termasuk dalam platform marketplace.

Sebagai konsekuensi sebuah profesi, Youtuber seperti semua profesi lain yang memberikan

pendapatan bagi pelakunya tentu dikenakan pajak. Hal itu ditentukan dalam Pasal 21 Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atau disingkat menjadi PPh.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pajak Penghasilan maka pemerintah telah

memberikan banyak kemudahan kepada Wajib Pajak untuk diberi kepercayaan dan kebebasan

dalam menghitung pajak terutangnya terhadap penerimaan pajak penghasilan yang didapat.

Stelsel pajak merupakan tata cara atas pemungutan pajak. Pemungutan pajak di Indonesia saat ini

sebagian besar menggunakan sistem self assessment. SAS merupakan suatu sistem pemungutan

pajak berdasarkan Undang- Undang yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk

menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Di sini pemerintah

hanya bertugas memberikan penerangan dan pengawasan. Dengan demikian berhasil atau

tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak bergantung pada Wajib Pajak. Oleh karena itu
Wajib Pajak harus mengetahui kapan mulainya suatu kewajiban pajak dan kapan berakhirnya

kewajiban-kewajiban yang menyertainya.

Tujuan utama pemerintah memberlakukan SAS adalah untuk menumbuhkan kesadaran

dan kejujuran masyarakat dalam membayar pajak. Melalui SAS ini berarti pada dasarnya

pemerintah tidak mengetahui jumlah penghasilan serta jumlah pajak yang terutang atas nama

Wajib Pajak. Pemerintah baru mengetahui apabila Wajib Pajak melaporkannya melalui Surat

Pemberitahuan Tahunan (selanjutnya disebut SPT). Sistem ini pun membuka peluang adanya

kemungkinan penyimpangan dari Wajib Pajak untuk tidak membayarkan pajaknya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa masih Wajib Pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak

khususnya para Youtuber karena banyak dari mereka yang belum paham dengan konsep SAS.

Pemerintah telah memberikan kelonggaran dengan memberikan peringatan terlebih dahulu

melalui Surat Pemberitahuan Pajak (SPT). Akan tetapi, tetap saja banyak Wajib Pajak yang lalai

untuk membayar pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung menghindari kewajiban tersebut.

Tidak menutup kemungkinan tidak ada yang tidak membayar pajak. Masih banyak

YouTuber yang belum atau tidak membayar pajak karena kurangnya dari segi pengawasan.

Meski demikian, dewasa ini sudah banyak YouTuber yang patuh dan rutin membayar pajaknya

seperti Ria Ricis, Kevin Hendrawan, hingga Rachel Goddard. Namun tidak perlu dikhawatirkan

lagi karena Pemerintah membuat aplikasi untuk memudahkan orang untuk menghitung pajaknya,

hal ini dilakukan karena minimnya edukasi mengenai Pajak.

Namun tetap perlu dilakukan edukasi kepada Youtube mengenai Pajak Penghasilan dan

cara menghitungnya. Kurangnya sosialisasi kepada para YouTuber menjadi salah satu alasan

para YouTuber atau influencer sosial media ini masih belum “melek pajak”. Sejak 2013 lalu,

pemerintah melalui Ditjen Pajak sebenarnya sudah menjanjikan sebuah formula penghitungan
pajak yang tepat. Juga perlu diingat bahwa sosialisasi jangan difokuskan pada youtuber yang

terkenal saja, namun harus semua kalau perlu seluruh warga Indonesia mesti paham dengan hal

ini, karena fenomena saat ini, tidak sedikit anak kecil yang ditanya mengenai cita-citanya,

dengan lantang mereka jawab “Mau jadi Youtuber”.

Anda mungkin juga menyukai