Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN TAMPONADE JANTUNG

DI SUSUN OLEH :
INDRIA WIDYA ARDI (15.IK.426)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN
2019
Gambar Tamponade Jantung

Anatomi Pericardium

Pericardium merupakan kantung elastis membrane yang dilapisi oleh


membran serosa skuamosa sederhana dan diisi dengan cairan serosa yang
membungkus jantung dan aorta serta pembuluh darah besar lainnya dan menjadi
jangkar jantung di mediastinum, kantung sendiri terdiri dari lapisan fibrosa
(dengan lampiran ke diafragma, sternum, dan kartilago kosta) dan lapisan
perietalis dalam serosa sedangkan lapisan serosa visceral meluas ke permukaan
eksternal dari miokardium, itu berfungsi sebagai penghalang pekindung dari
penyebaran infeksi atau peradangan dari struktur yang berdekatan ke dalam
ruang pericardial dan berfungsi untuk mengandung jantung dan batas overfilling
dari ruang lapisan membrane serosa mengeluarkan cairan pericardial yang
melumasi permukaan jantung seperti cekungan dan tonjolan dalam ruang
pericardial. Dibagi menjadi dua lapisan yaitu (Darling, 2012) :
a. Pericardium visceral (epicardium)
Lapisan yang mengelilingi jantung, dan melekat padanya adalah
pericardium visceral atau epikardium. Jantung dapat meluncur
dengan mudah pada pericardium visceral sehingga memungkinkan
untuk berkontraksi dengan bebas. Pericardium visceral memiliki
lapisan luar dari sel mesothelial datar, yang terletak di stroma jaringan
penunjang fibrocollagenous. Jaringan penunjang ini mengandung
serat elastis, serta arteri besar yang memasok darah ke dinding
jantung dan cabang vena besar yang membawa darah dari dinding
jantung.

b. Pericardium parietalis
Lapisan luar dari pericardium, yang disebuut pericardium parietalis,
terdiri dari lapisan luar yang kuat, jaringan ikat tebal (disebut
pericardium fibrosa) dan lapisan serosa dalam (pericardium serosa).
Lapisan fibrosa pericardium parietalis melekat pada diafragma dan
verdifusi dengan dinding luar dari pembuluh darah besar yang
memasuki dan meninggkatkan jantung. Dengan demikian,
pericardium parietalis membentuk kantung pelindung yang kuat untuk
jantung dan berfungsi juga untuk jangkar dalam mediastinum.
Lapisan serosa dari pericardium parietalis, sebagian besar terdiri dari
mesothelium bersama-sama dengan jaringan ikat kecil, membentuk
epitel skuamosa sederhana dan mengeluarkan sejumlah kecil cairan
(biasanya sekitar 25 sampai 35 ml), yang membuat dua lapisan
pericardium dari bergeseknya satu sama lain dan menyebabkan
gesekan selama kontraksi otot jantung. Di bagian atas jantung,
lapisan visceral lipatan atas bergabung dengan lapisan parietalis. Flip
ini disebut refleksi pericardium.
A. Definisi
Tamponade jantung adalah kompresi jantung disebabkan oleh darah
atau cairan yang terakumulasi di ruang antara miokardium (otot jantung) dan
pericardium (lapisan luar jantung). Ini merupakan keadaan darurat medis,
dengan meningkatnya produksi cairan sehingga akan menekan jantung lebih
kuat dan proses pengisian tidak normal. Jika tidak diobati, ventrikel akan
terganggu, mengakibatkan shock dan kematian.

B. Etiologi
Etiologinya bermacam-macam yang paling sering adalah meligna,
pericarditis, uremia dan trauma, perdarahan ke dalam ruang pericardial akibat
trauma, operasi atau infeksi, pemasangan pacu jantung, tuberculosis dan
penggunaan antikogulan.
C. Patofisiologi
Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi pericardium menyebabkan
hambatan serius aliran darah kejantung (gangguan distolik ventrikel). Penyebab
tersering adalah neoplasma dan uremi. Neoplasma menyebabkan terjadinya
pertumbuhan sel secara abnormal pada otot jantung. Sehingga terjadinya
hyperplasia sel yang tidak terkontrol, yang menyebabkan pembentukan massa
(tumor). Hal ini yang dapat mengakibatkan ruang pada kantong jantung
(pericardium) terdesak sehingga terjadinya pergesekan antara kantong jantung
(pericardium) dengan lapisan paling luar jantung (epikardium). Pergesekan ini
dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada pericarditis sehingga terjadi
penumpukan cairan pada pericardium yang dapat menyebabkan tamponade
jantung.
Uremia juga dapat menyebabkan tamponade jantung. Dimana orang
yang mengalami uremia, di dalam darahnya terdapat toksik metabolic yang dapat
menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi terjadi pada pericardium).
Selain itu, tamponade jantung juga dapat disebabkan akibat trauma
tumpul/tembus. Jika trauma ini mengenai ruang pericardium akan terjadi
perdarahan sehingga darah banyak terkumpul di ruang pericardium. Hal ini
mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasi cairan tersebut.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinik / Tanda Gejala
1. Hipotensi
2. Nyeri dada yang menyebar hingga leher, bahu, punggung atau perut
3. Sesak nafas
4. Cemas dan gelisah
5. Pusing, pingsan atau kehilangan kesadaran
6. Rasa tidak nyaman yang muncul ketika duduk atau condong ke depan
7. Lemas
8. Pucat
9. Pembengkakan di tungkai atau perut
10. Jantung bersebar
11. Distensi vena jugularis

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung
2. EKG menunjukkan electrical alternas atau amplitude gelombang P dan QRS
yang berkurang pada setiap gelombang berikutnya
3. Echocardiografi adanya efusi pleura

G. Komplikasi
1. Syok
2. Perdarahan
3. Edema paru
4. Gagal jantung
5. Kematian
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pericardiocentesis, yaitu prosedur yang dilakukan untuk mengeluarkan
cairan dari ruang pericardium dengan menggunakan jarum
b. Pericardectomy, yaitu prosedur operasi dengan memotong dan
menghilangkan sebagian pericardium yang melapisi jantung. Prosedur ini
dilakukan untuk membantu mengurangi tekanan pada jantung
c. Pericardiodesis, yaitu pemberian obat-obatan langsung ke dalam ruang
pericardium untuk menempelkan pericardium dengan otot jantung.
Prosedur ini biasa dilakukan bila terjadi penumpukan cairan diruang
pericardium (efusi pericardium) secara berulang
d. Torakotomi, yaitu prosedur invasive yang dilakukan dokter untuk
mengeluarkan gumpalan darah akibat cedera dengan membuka dinding
dada
2. Diagnose Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
b. Penurunan curah jantung b.d gangguan irama jantung, stroke volume,
preload dan afterload, kontraktilikas jantung
c. Perfusi jaringan renal tidak efektif b.d gangguan aliran arteri dan vena
3. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1. Pola nafas tidak efektif  Respiratory status : Ventilation  Posisikan pasien untuk
b.d hipeventilasi  Respiratory status : Airway patency memaksimalkan ventilasi
 Vital sign status  Pasang mayo bila perlu
Kriteria Hasil :  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Mendemonstrasikan batuk  Keluarkan secret dengan batuk
efektif dan suara nafas yang atau suction
bersih, tidak ada sianosis dan  Auskultasi suara nafas, catat
dyspnea (mampu bernafas adanya suara tambahan
dengan mudah, tidak ada pursed  Berikan bronkodilator
lips)  Berikan pelembab udara kassa
 Menunjukkan jalan nafas yang basah NaCl lembab
paten (klien tidak merasa
 Atur intake untuk cairan
tercekik, irama nafas, frekuensi
mengoptimalkan keseimbangan
pernafasan dalam rentang
 Monitor respirasi dan status O2
normal, tidak ada suara nafas
 Bersihkan mulut, hidung dan
abnormal)
secret trakea
 Tanda vital dalam rentang
 Pertahankan jalan nafas yang
normal (tekanan darah, nadi,
paten
pernafasan)
 Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
 Monitor vital sign
 Informasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas
 Ajarkan bagaimana batuk efektif
 Ajarkan bagaimana batuk efektif
 Monitor pola nafas
2. Penurunan curah  Cardiac Pump effectiveness  Evaluasi adanya nyeri dada
jantung b.d gangguan  Circulation Status  Catat adanya disritmia jantung
irama jantung, stroke  Vital Sign Status  Catat adanya tanda dan gejala
volume, preload dan  Tissue perfusion : perifer penurunan cardiac output
afterload, Kriteria Hasil :  Monitor status pernafasan yang
kontraktilikas jantung  Tanda vital dalam rentang normal menandakan gagal jantung
(tekanan darah, nadi, respirasi)  Monitor balance cairan
 Dapat mentoleransi aktivitas, tidak  Monitor respon pasien terhadap
ada kelelahan efek pengobatan antiaritmia
 Tidak ada edema paru, perifer dan  Atur periode latihan dan istirahat
tidak ada asites untuk menghindari kelelahan
 Tidak ada penurunan kesadaran  Monitor toleransi aktivitas pasien
 AGD dalam batas normal  Monitor adanya dyspnea, fatigue,
 Tidak ada distensi vena jugularis tekipneu dan ortopneu
 Warna kulit normal  Anjurkan untuk menurunkan
stress
 Monitor TD, nadi, suhu dan RR
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk atau berdiri
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama dan setelah aktivitas
 Monitor jumlah, bunyi dan irama
jantung
 Monitor pola frekuensi dan irama
jantung
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
 Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
 Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
 Kelola pemberian obat anti
aritmia, inotropic, nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas
jantung
 Kelola pemberian antikoagulan
untuk mencegah thrombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan
3. Perfusi jaringan renal  Circulation status  Observasi status hidrasi
tidak efektif b.d  Electrolyte and acid base balance (kelembaban membrane mukosa,
gangguan aliran arteri  Fluid balance TD ortostatik dan keadekuatan
dan vena  Hidration dinding nadi)
 Tissue prefusion : renal  Monitor hematocrit, ureum,
 Urinary elimination albumin, total protein, serum
Kriteria Hasil : osmolaritas dan urin
 Tekanan systole dan diastole dalam  Observasi tanda-tanda cairan
batas normal berlebih/retensi (CVP meningkat,
 Tidak ada gangguan mental, oedem, distensi vena jugularis
orientasi kognitif dan kekuatan otot dan asites)
 Na, K, Cl, Ca, Mg, BUN, Creat dan  Pertahankan intake dan output
Biknat dalam batas normal secara akurat
 Tidak ada distensi vena leher  Monitor TTV
 Tidak ada bunyi paru tambahan Pasien Hemodialisis :
 Intake output seimbang  Observasi terhadap dehidrasi,
 Tidak ada rasa haus yang abnormal kram otot dan aktivitas kejang
 Memberan mukosa lembab  Observasi reaksi transfuse
 Hematocrit dibawah batas normal  Monitor TD
 Warna dan bau urin dalam batas  Monitor BUN, Creat, HMT dan
normal elektrolit
 Timbang BB sebelum dan
sesudah prosedur
 Kaji status mental
 Monitor CT
Pasien Peritoneal Dialisis :
 Kaji temperature, TD, denyut
perifer, RR dan BB
 Kaji BUN, Creat, Ph, HMT,
elektrolit selama prosedur
 Monitor adanya respiratory
distress
 Monitor banyaknya dan
penumpukan cairan
 Monitor tanda-tanda infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta
:EGC
Munthe, Eva. 2011. Tamponade Jantung et causa Perikarditis Tuberkulosis.
Smelzer,C.S 2009. Buku Ajak Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Sussarth. Edisi 8. Jakarta : EGC
Spodick, DH. 2010. Pathophysiology of Cardiac Tamponade.
Yarlagadda Chakri.2010. Cardiac Tamponade

Anda mungkin juga menyukai