Anda di halaman 1dari 9

KETERAMPILAN BERFIKIR FLEKSIBEL PADA MATERI FISIKA DITINJAU DARI

PERBEDAAN GENDER DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH


Oleh
Nurul Fajri Saminan1), dan Mahyana2), Asniah3)
e-mail: nurul.fajri@serambimekkah.ac.id

Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang keterampilan berpikir Fleksibel ditinjau dari perbedaan gender.
Penelitian dilakukan di SMAN 11 Banda Aceh. Berfikir Fleksibel adalah ketermapilan menghasilkan
jawaban atau gagasan yang bervariasi dan dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang
berbeda-beda. Perbedaan gender dibedakan menajdi kedua kelas yaitu kelas laki-laki dan perempuan
menggunakan keterampilan berpikir fleksibel. Metode yang digunakan adalah one-group pretest
posttest design. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes uraian yaitu untuk mengukur
keterampilan berpikir Fleksibel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan
kelompok peserta didik laki-laki dan perempuan terhadap keterampilan berpikir Fleksibel pada materi
fisika dengan nilai signifikansi 0,05 dan Fhitung (1,85) < Ftabel (1,93). Peningkatan ketrampilan
berpikir Fleksibel memiliki rata-rata kelas kelas sebesar 89,14 dengan N-Gain bernilai 84,43%
berkategori tinggi. Rata - rata keterampilan berpikir Fleksibel kelas laki-laki meningkat sebesar 85
dengan N-Gain 78,82% berkategori tinggi. Teramati bahwa keterampilan berpikir Fleksibel lebih baik
diterapkan pada kelas perempuan.

Kata kunci: Berfikir Fleksibel, Gender

PENDAHULUAN dari yang dipelajari di sekolah secara


Pedoman pengembangan kurikulum mandiri (Kemdikbud, 2013).
2013 ditegaskan bahwa pembelajaran fisika Berdasarkan hasil observasi dan
di SMA bertujuan untuk mendapatkan insan wawancara yang telah dilakukan dengan
Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, guru fisika di SMA Negeri 11 diketahui
dan afektif melalui penguatan sikap (tahu bahwa: 1) peserta didik belum fleksibel
mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dalam menyelesaikan permasalahan;; 2)
dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi kelas belajar berbasis gender dimana
(Suyatna, 2013). Secara eksplisit, perempuan lebih antusias, rajin dalam
keterampilan berpikir kreatif juga menjadi belajar dibandingkan dengan laki-laki.
salah satu standar kompetensi lulusan Belajar mempunyai keuntungan, baik
kurikulum 2013 untuk dimensi bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi
keterampilan, yakni peserta didik individu, kemampuan untuk belajar secara
diharapkan memiliki kemampuan pikir dan terus-menerus akan memberikan kontribusi
tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah terhadap pengembangan kualitas hidupnya.
abstrak dan konkret sebagai pengembangan Sedangkan bagi masyarakat, belajar
mempunyai peran yang penting dalam
mentransmisikan budaya dan pengetahuan Kemampuan manusia untuk belajar
dari generasi ke generasi (Asikin, 2011). merupakan karakteristik penting yang
Olson (1996) menjelaskan bahwa untuk membedakan manusia dengan makhluk
tujuan riset mengenai berpikir kreatif, lainnya. Melalui pembelajaran fleksibel ini
kreativitas (sebagai produk berpikir kreatif) diharapkan peserta didik lebih mudah
sering dianggap terdiri dari dua unsur, yaitu memahami suatu pokok bahasan fisika yang
kefasihan dan keluwesan (fleksibilitas). diberikan.
Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan Beberapa hasil penelitian yang
menghasilkan sejumlah besar gagasan relevan Piaw (2014) menyimpulkan, gender
pemecahan masalah secara lancar dan cepat. dan gaya berpikir merupakan faktor yang
Keluwesan mengacu pada kemampuan signifikan terhadap kemampuan berpikir
untuk menemukan gagasan yang berbeda- kreatif, tetapi tidak ditemukan ada pengaruh
beda dan luar biasa untuk memecahkan interaksi yang signifikan dari dua variabel
suatu masalah. Perbedaan penggunaan pada keseluruhan kemampuan berpikir
kognitif secara jelas dapat dipengaruhi oleh kreatif. Rachmadhani (2014)
gender siswa yaitu laki-laki dan perempuan, menyimpulkan, terjadi peningkatan untuk
khususnya siswa yang sudah berada pada keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri
tingkat sekolah menengah atas. terbimbing, hasil tes kemampuan berpikir
Menurut Panjaitan (2012), terdapat kreatif dan keterampilan proses sains siswa.
perbedaan-perbedaan fisik antara otak laki- Afifah (2014) menyimpulkan, kemampuan
laki dan perempuan sehingga dapat berfikir tingkat tinggi siswa pada
menyebabkan perbedaan dalam pemrosesan pembelajaran guided inquiry berbantuan
kognitif antara laki-laki dan perempuan. PhET lebih baik dari pada konvensional.
Naglieri dan Rojahn (2001) menjelaskan Lestari (2014) menyatakan bahwa
bahwa perempuan lebih baik kinerjanya dari pembelajaran matematika dengan
laki-laki pada proses perencanaan. Hal ini menggunakan model pembelajaran MEA
mendeskripsikan proses kognitif siswa laki- berbantuan Lembar Kegiatan Peserta Didik
laki dan perempuan dalam pemecahan (LKPD) efektif untuk meningkatkan
masalah terbuka fisika. kemampuan berpikir kreatif peserta didik
Salah satu model pembelajaran pada materi suku banyak. Saran yang
berfilosofi konstruktivisme yang dapat diberikan adalah dalam melaksanakan
digunakan untuk meningkatkan pembelajaran MEA guru sebaiknya dapat
keterampilan berpikir fleksibel peserta didik melakukan pengaturan waktu dengan baik
pada pelajaran fisika adalah menggunakan serta lebih memotivasi peserta didik untuk
lembar kerja peserta didik (LKPD). Melalui lebih aktif.
pemberian pertanyaan atau permasalahan, Purnamaningrum (2011) menyatakan
peserta didik akan terlatih untuk tahap pengorganisasian siswa ke dalam
menemukan kemungkinan-kemungkinan kelompok-kelompok dengan melakukan
jawaban dari permasalahan, yang tidak lain diskusi, melatih kemampuan berpikir kreatif
adalah keterampilan berpikir kreatif. siswa aspek flexibility. Siswa melakukan
diskusi serta sumbang saran untuk kemampuan berpikir orisinil (originality)
menjawab pertanyaan yang ada di LKS serta meningkat sebesar 6,82%. Peningkatan ini
menyelesaikan permasalahan yang telah terjadi karena siswa dilatih untuk
dirumuskan. Hasil tes siklus II menunjukkan mengemukakan ide-idenya guna
kemampuan bepikir luwes (aspek flexibility) menambahkan ide yang telah ada
meningkat sebesar 9,47%. Aspek sebelumnya.

METODE PENELITIAN
one-grouppretest-posstest design karena,
Metode penelitian yang
peneliti melakukan penilaian di awal
digunakan adalah metode pre-
kegiatan penelitian dan diakhir setelah
eksperimental melalui one-group pretest-
kegiatan penetian selesai. Hal ini
postest design.Pada metode penelitian
bertujuan untuk mengetahui peningkatan
tersebut peneliti hanya menggunakan dua
keterampilan berfikir Fleksibel siswa
kelas untuk penelitian dan tidak
yang lebih akurat sebelum dan sesudah
menggunakan kelas kontrol, pemilihan
diberikan perlakuan.
kelas untuk penelitian dilakukan secara
random sampling. Penelitian melalui

Tabel 1. Desain Penelitian


Kelompok Pretest Posttest Perlakuan
Siswa laki-laki O1 O2 Keterampilan fleksibel
Siswa perempuan O1 O2 Keterampilan fleksibel
(Sumber: Emzir, 2009)

Populasi dalam penelitian ini secara simple random sampling. Maka


adalah seluruh peserta didik kelas XI-IA peneliti memperoleh sampel kelas laki-
SMA N 11 Banda Aceh tahun pelajaran laki X-IA2 dan kelas perempuan X-IA4.
2017/2018. Jumlah kelas sebanyak empat Dari kedua kelas ini sama-sama akan
kelas yaitu dua kelas laki-laki dan dua diajar dengan menggunakan pendekatan
kelas perempuan, dengan jumlah peserta yang sama yaitu menggunakan
didik ±27 orang perkelas. Pengambilan keterampilan berpikir fleksibel
sampel dalam penelitian ini dilakukan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Peningkatan keterampilan berfikir keterampilan berfikir Fleksibel
Fleksibel dihitung berdasarkan skor rata- menggunakan indikator tingkat berfikir
rata yang terdapat pada pretest sebelum fleksibel, mulai dari tingkat berfikir
pembelajaran dan skor rata-rata posttest fleksibelity 4 hinga tingkat 0. Peningkatan
setelah pembelajaran. Instrumen persentase pencapain nilai pretest ke
posttest dan N-Gain keterampilan fleksibel dapat dilihat pada Gambar 1.

100 89.04
84.89 84.34
78.82
80

N-Gain
60

(%)
40 Laki-
27.22 27.88
laki
20 Perem
puan
0
Pretest Posttest N-gain

Gambar 1. Perbandingan persentase skor rata-rata Pretest, Posttest, dan N-Gain keterampilan
berpikir Fleksibel kelas laki-laki dan kelas perempuan
Berdasarkan nilai pretest, posttest laki-laki sebanyak 84.88% dan peserta
dan N-Gain pada gambar 1 terlihat didik perempuan sebanyak 89.06%. Rata-
bahwa terjadi perbedaan keterampilan rata N-Gain peserta didik laki-laki
berfikir fleksibel antara peserta didik laki- 78.82% dan peserta didik perempuan
laki dan peserta didik perempuan. Rata- sebanyak 84.34% dengan kriteria tinggi.
rata pretest peserta didik laki-laki sebesar Presentase skor rata-rata keterampilan
27,22% dan peserta didik perempuan berpikir Fleksibel dari skor ideal setiap
27,88%, sedangkan pada posttest peserta indikator dapat dlihat pada Gambar 2.

4.5
4
3.5
Creative Thinking Indicator

3
2.5
Fleksibel 4
2 Fleksibel 3
1.5 Fleksibel 2

1
0.5
(%)

0
Male pretest Female Male posttest Female Male N-Gain Female N-
score pretest score score posttest score score Gain score

Gambar 2. Perbandingan N-Gain keterampilan berpikir Fleksibel untuk setiap indikator antara
kelas laki-laki dan kelas perempuan
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat 0,171sehingga dapat disimpulkan bahwa
bahwa terjadinya peningkatan keterampilan masing-masing kelas berdistribusi normal.
berfikir Fleksibel dari skor pretest ke Uji homogenitas data dilakukan untuk kedua
kelas, yaitu membandingkan masing-masing
posttest peserta didik laki-laki dan
pretest dan posttest pada soal keterampilan
perempuan pada tiap indikator. Pada tes berpikir fleksibel menunjukkan hasil pretest
kemampuan awal sebelum penggunaan antara kedua kelas laki-laki dan kelas
LKPD indikator tingkat berfikir Fleksibel perempuan diperoleh Fhitung = 1,42 <
3 peserta didik laki-laki lebih banyak Ftabel = 1,93 maka disimpulkan varians
mengalami peningkatan dibandingkan kedua kelompok tersebut adalah homogen.
peserta didik perempuan yaitu 1,4% dengan Hasil Uji Homogen Data Posttest
N-Gain 0.8% berkategori tinggi. Pada keterampilan berikir fleksibel menunjukkan
hasil posttest antara kedua kelas laki-laki
indikator fleksibel 4 peserta didik
dan kelas perempuan diperoleh Fhitung <
perempuan dan laki-laki sama-sama Ftabel atau (1.85 < 1,93) sehingga dapat
mengalami peningkatan sebanyak 1,2% disimpulkan bahwa varians kedua kelas
dengan N- Gain 0.8% untuk kelompok laki- sampel tersebut dinyatakan homogen.
laki dan 0,9% untuk kelompok perempuan Bila Thitung< Ttabel maka H0
berkategori tinggi. ditolak Ha diterima maka terdpat
Hasil uji normalitas menunjukkan berbedaan signifikan keterampilan
data pretest keterampilan berfikir fleksibel berfikir fleksibel peserta didik sebelum
pada pokok bahasan teori kinetik gas antara dan setelah. Hasil pengujian dengan uji-t
kelas laki-laki dan kelas perempuan dapat dilihat pada Tabel 2.
diperoleh Lhitung = 0,063 < Ltabel =
0,171atau Lhitung = 0,059 < Ltabel =

Tabel 2. Hasil Uji-t Data Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Fleksibel Pada Kelas Laki-Laki
Dan Perempuan
Uji
Kelas Sumber Rata- thitun ttabel Kesimpulan
Hipotesis
Data rata g
Pretest 27 H0 Tidak Terdapat
Laki-laki Posttest 85 16,37 2,007
diterima perbedaan Siginifikan
Pretest 28 H0 Tidak Terdapat
Perempuan Posttest 89 21,47 2,007
diterima perbedaan Siginifikan
Laki-laki 0,79 H0 Terdapat perbedaan
Perempua N-Gain 0,84 -1.50 2,007
Ditolak Siginifikan
n

Berdasarkan Tabel 1 hasil uji t artinya terjadinya peningkatan kemampuan


pretest dengan posttest kelas laki-laki setelah diterapkan pendekatan berfikir
memberikan hasil yang signifikan yang fleksibel. Uji t kelas perempuan juga
memberikan hasil yang sama yaitu berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis
terjadinya peningkatan kemampuan berfikir kelamin biologis merupakan pemberian, kita
Fleksibel. Meskipun demikian, jika kelas dilahirkan sebagai seorang laki-laki atau
laki-laki dibandingkan dengan kelas seorang perempuan. Jalan yang menjadikan
perempuan memiliki nilai t yang lebih kecil kita maskulin atau feminim adalah gabungan
sehingga tingkat signifikan perbedaannya blok-blok bangunan biologis dasar dan
tinggi. Hasil uji t kelas laki-laki sebesar interprestasi biologis oleh kultur kita.
16,32 sedangkan kelas perempuan sebesar Gender mencakup penampilan, pakaian,
21,47 artinya kelas perempuan memiliki sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di
peningkatan yang jauh lebih tinggi dari kelas luar rumah tangga, seksualitas, tanggung
laki-laki dengan N-Gain -1,50%. Hal ini jawab keluarga, dan sebagainya.
menunjukkan bahwa penggunaan LKPD Sulistiana (2013) mengatakan,
dikelas perempuan lebih efektif dalam peserta didik laki-laki dan perempuan itu
meningkatkan keterampilan berfikir berbeda. Orang sering melihat jenis kelamin
Fleksibel pada pokok bahasan Teori seseorang sebagai prediktor penting atas
Kinetik gas dari pada kelas laki-laki. kemampuan seseorang. Sebagian guru
Sehingga uji hipotesis untuk memperlakukan peserta didik laki-laki dan
keterampilan berfikir Fleksibel dapat perempuan secara berbeda. Istilah jenis
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha kelamin dan gender sering dipertukarkan
diterima sebesar t- hitung=-1,50> t- dan dianggap sama. Jenis kelamin menunjuk
tabel=2,007. . Menurut Zheng (2007), pada perbedaan biologis dari laki-laki dan
mendapati adanya perbedaan pemecahan perempuan, sementara gender merupakan
matematika dipengaruhi perbedaan gender, aspek psikososial dari laki-laki dan
perbedaan pengalaman dan perbedaan perempuan. Kesetaraan gender merupakan
pendidikan. Variabel biologis, psikologis, prioritas dunia dalam mensejahterakan
dan lingkungan nampak sumbangannya pada masyarakat, terutama dalam hal pendidikan.
perbedaan gender. Secara mendasar, gender

PENUTUP
Simpulan
Keterampilan berfikir fleksibel keterampilan berfikir Fleksibel kelas laki-
berpengaruh terhadap peserta didik dengan laki meningkat sebesar 85. Keterampilan
nilai signifikansi 0,05 dan Fhitung (1,85) < berfikir fleksibel lebih baik diterapkan
Ftabel (1,93). Rata-rata hasil keterampilan dikelas perempuan dibandingkan dikelas
berfikir Fleksibel kelas perempuan laki-laki dalam meningkatkan keterampilan
meningkat sebesar 89,14 dan rata-rata berfikir Fleksibel.
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, A. 2011. Implementasi Pendekatan Fisher, R. 1995. Teaching Children To
Pemecahan Masalah (Problem Thing. Hong Kong: Stanley
Solving) Melalui Lembar Kerja Thornes Ltd.
Siswa (LKS) Untuk Meningkatkan Guilford, J. P. 1975. Phychometric Methods
Kompetensi Matematika Siswa And Edit. New York: Mc Graw-
Kelas VIII B SMP Negeri 1 Hill.
Watumalang. Skripsi Universitas Hake, R. 1998. Interactive-Engagement
Negeri Yogyakarta. Versus Traditional Methods: A
Azizah, M. 2014. Pengebangan lembar Six-Thousand-Student Survey Of
kerja peserta didik (LKPD) fisika Mechanics Test Data For
berbasis multiple intelligences Introductory Physics Courses.
pada materi fluida untuk Associations of physics Teachers.
meningkatkan keterampilan 66(1): 64-74.
berfikir tingkat tinggi siswi Hilary, L.M. 1993. Sex And Gender: An
SMA/MA kelas XI. Skripsi Introduction. London: Myfield
universitas islam negeri sunan Publishing Company.
kalijaga Yogyakarta. Hilton, R.W. 1999. Managerial Accounting.
Caplan, L.R. 2000. A Cliniacal Approach Edisi 4. Irwin/McGraw-Hill, Inc.
Fourth Edition. Penerbit: Saunder Boston.
Elsevier. Hudgins, B.B. et al. 1983. Educational
Dyah, P.R.S. 2012. Pengaruh Sikap Physychology. USA: F.E. Peaccock
Kesetaraan Gender Guru Publishers, Inc.
Terhadap Perilaku Jones, T.P. (1972). Creative Learning in
Pengimplementasian Kebijakan Perspective. London: University of
Pengaruh utamaan Gender London Press, Ltd.
(PUG) Di Sekolah Menengah Keitel, C. 1998. Social Justice And
Pertama Se-Kecamatan Kutoarjo. Mathematics: Gender, Class,
Tesis tidak dipublikasikan. Ethnicity And The Politics
Yogyakarta: PPs Universitas Of Schooling. Berlin: Universitas
Negeri Yogyakarta. Berlin.
Evans. J.R. 1991. Creative Thinking in The Kemdikbud. 2013. Pendekatan
Decision and Management Scientific (Ilmiah)
Sciences. South-Westerm: Dalam Pembelajaran.
Thomson Publishing Group. Jakarta:Pusbangprodik.
Fathiya, N.R. 2014. Identifikasi Tahap Lestari, I.D. 2014. Keefektifan
Berfikir Kreatif Menggunakan Pembelajaran Mea Berbantuan
Model PBL Dengan Tugas Lembar Kegiatan Peserta Didik
Pengajuan Masalah.(online). Terhadap Kemampuan Berpikir
Vol3:1. Kreatif. Vol 3, No 1. (Online).
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index (http://journal.unnes.ac.id/sju/inde
.php/ujme/article/view/3 440). x.php/ujme/article/view/3430).,dia
Diakses tanggal 3 Maret 2016. kses tanggal Maret 2016.
Mansour, F. 2010. Analisis Gender Dan
Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Maulana. 2010. Mathematical Creative Siswono, T.Y.E. 2011. Level of student’s
Thinking, Which Is Necessary! creative thinking in classroom
(Berpikir Kreatif Matematis, Itu mathematics. Educational
Perlu!) Indonesia University Of Research and Review, (Online),
Education Sumedang Campus. Volume 6, No. 7,
Meyer. 1986. Gender Differences In (http://eric.ed.gov/., diakses 28
Information Processing: A Februari 2016).
Selectivity Interpretation. In Subarinah, S. 2013. Profir Berfikir Kreatif
Cognitive And Affective Responses Siswa Dalam Memecahkan
To Advertising. Penerbit: Cafferata Masalah Tipe Investigasi
dan M. Tybout. Matematika Ditinjau Dari
Mosse, J.C. 2007. Gender Dan Perbedaan Gender. Makalah
Pembangunan. Yogyakarta : disajikan dalam Seminar Nasional
Pustaka Pelajar. Matematika dan Pendidikan
Munandar, S. C. U. 2012. Pengembangan Matematika, FMIPA UNY,
Kreativitas Anak Berbakat. Yogtakarta, 24 Februari 2016.
Jakarta: Rineka Cipta. Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan.
Naglieri, J. A., dan Rojahn. 2001. “Gender Yogyakarta: UNY Press
Differences in Planning, Attention, Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian
Simultaneous, and Successive Pendidikan: Pendekatan
(PASS) Cognitive Processes and Kuantitatif, Kualitatif.
Achievement”. Journal of Bandung: Alfabeta.
Educational Psychology. Vol. 93. Sulistiana. 2013. Pengaruh Gender, Gaya
No. 2. 430-437. Belajar, Dan Reinforcement Guru
Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Terhadap Prestasi Belajar Fisika
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Siswa Kelas XI SMA Negeri
Rhineka Cipta. Sekabupaten Purworejo. Jurnal
Nursalam. 2013. Konsep penerapan metode Pendidikan Fisika, (Online),
penelitian ilmu keperawatan. Volume 3, No. 2,
Jakarta: Salemba Medika (http://download.portalgaruda.org/
Olson, R. W. 1996. Seni Berpikir Kreatif. article., diakses tanggal 28
Sebuah Pedoman Praktis Februari 2016).
(Terjemahan Alfonsus Samosir). Suyatna, A. 2013.“Desain Pembelajaran
Jakarta: Penerbit Fisika dengan Scientific Approach
Erlangga.Nurkencana. Menggunakan Kurikulum
Panjaitan, B., 2012. Profil Proses Kognitif 2013”.Makalah Seminar
Siswa Dalam Pemecahan Masalah Pendidikan. Bandar Lampung:
Matematika Berdasarkan Gaya Universitas Lampung.
Kognitif Dan Gender. Disertasi. Trianto (2009). Mendesain Model
Universitas Negeri Surabaya. Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Purnamaningrum, A. 2011. Peningkatan Konsep, Landasan, dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Implementasi Pada Kurikulim
Melalui Problem Based Learning Tingkat Satuan Pendidikan
(PBL) Pada Pembelajaran Biologi (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada
Siswa Kelas X-10 SMA Negeri 3 Media Group.
Surakarta Tahun Pelajaran Zheng, Z. 2007. Gender Differences In
2011/2012. 4(3): 39-51. Mathematical Problem Solving
Patterns: A Review Of Literature.
International Education Journal.
8(2): 187-203.

Anda mungkin juga menyukai