Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Promine, Juni 2015, Vol. 3 (1), hal.

1 - 9

Model 3D Mineral Hematite Berdasarkan Data Geomagnet di Desa


Uekuli Kabupaten Tojo Una-Una
(3D Model of Hematite Mineral Based On Geomagnetic Data
in The Uekuli Village Tojo Una-Una Regency)

Jaingot A. Parhusip1, Muhammad Rusli M2


1
Jurusan Teknik Pertambangan UNCEN Jayapura, Papua Indonesia
2
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Tadulako, Palu Indonesia

Abstract
Uekuli Village Tojo Una-Una Regency, have potential of natural resources such as iron sand that
containing mineral hematite which is a basic ingredient on the steel industry. This is evidenced by the
deposition of iron sand and iron ore rock outcrops in the area. To determine the magnitude of the
potential distribution of the iron ore it has performed geophysical exploration using geomagnetic
methods. Research by using geomagnetic done through the stages; acquisition of field data, make
corrections IGRF and daily variation correction, modeling using 3D modeling software Mag2dc and
with help of rockwork software. Results of the study, found that the magnetic anomaly data has a
value range between -120 nT to +160 nT. Magnetic minerals contained in the iron ore is hematite.
3
Estimation volume of distribution of mineral hematite are 377 300 m .

Keywords: Geomagnetic, IGRF, Mag2dc, 3D Models, Hematite.

1. Pendahuluan Apriyono (2008) yang menjelaskan adanya


hubungan antara karakteristk geometri (warna
Penyelidikan sumber daya mineral logam dan ukuran butir) dan potensi (derajat
telah dilakukan oleh Belanda setidaknya dari kemagnetan, kadar mineral besi, kadar unsur
tahun 1896 sampai dengan tahun 1927. Fe, dan sumberdaya) dengan proses geologi
Selanjutnya prospek sumberdaya mineral di (sistem dan lokasi pengendapan).
daerah ini dilakukan oleh perusahaan swasta, Metode geomagnet adalah salah satu
diantaranya PT. Tropic Endeavour Indonesia, metode geofisika dan merupakan metode
BHP-Utah Sulawesi dan oleh PT. Newcrest eksplorasi yang cukup ampuh untuk
Nusa Sulawesi. Sumber daya mineral logam memetakan sumber daya alam tersebut yang
berupa bijih besi dan pasir besi banyak terdapat di bawah permukaan bumi. Penelitian
ditemukan dalam bentuk singkapan di wilayah melihat aplikasi metode geomagnetik sebagai
Uekuli, Uedele dan Tojo (ESDM, 1994). bagian dari medan potensial pasif, guna
Wilayah ini merupakan bagian dari gugusan mengetahui distribusi potensi sebaran pasir
zona mandala Sulawesi timur, yang terdiri dari besi di daerah penelitian. Metode ini memiliki
Batuan Sedimen Tersier, Batuan Ultramafik, kemampuan untuk mendeteksi sifat
dan Batuan Metamorf. Berdasarkan keadaan kemagnetan (suseptibilitas magnetik) sebagai
geologi tersebut di daerah ini banyak terdapat parameter utama yang terdapat di setiap
singkapan batuan yang diindikasikan banyak batuan yang memiliki sifat feromagnetik,
mengandung bijih besi (Simandjuntak, 1991). termasuk pasir besi, melalui data anomali
Dari bijih besi inilah kemudian magnetik agar dapat diketahui sebaran
menghasilkan endapan sekunder berupa pasir endapan pasir besi secara vertikal maupun
besi yang banyak ditemukan di pesisir pantai horizontal.
Desa Uekuli. Sejalan dengan penelitian Diharapkan hasil penelitian dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah daerah
* Korespondensi Penulis: (Jaingot A. P.) Jurusan setempat dalam mempromosikan potensi
Teknik Pertambangan Universitas Cenderawasih, daerahnya dan menjadi acuan dasar bagi
Kampus Baru Wena Jayapura, Papua Indonesia.
E-mail: jaingotparhusip@yahoo.com
perusahaan yang akan menanamkan
HP. 081344156276 modalnya di bidang pertambangan khususnya
pasir besi.

1
Jurnal Promine, Juni 2015, Vol. 3 (1), hal. 1 - 9

Lokasi Penelitian sedimen. Keterdapatan endapan-endapan


sedimen dapat berupa endapan laterit,
Penelitian penentuan distribusi sebaran
endapan sungai, endapan danau, endapan
pasir besi dengan menggunakan metode
rawa, endapan delta, endapan placer,
geomagnet ini dilakukan di Desa Uekuli
endapan laut dan lain sebagainya.
Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Una-una,
Karena cebakan pasir besi selain
dengan posisi geografis 01º24’- 01º27’ LS
mengandung mineral-mineral bijih besi
dan 121º07’ - 121º08’ BT, seperti yang
utama tersebut. Dimungkinkan barasosiasi
diilustrasikan Gambar 1.
dengan mineral-mineral mengandung Fe
lainnya diantaranya : markasit (FeS),
Tinjauan Pustaka pirhotite (Fe1-xS), chamosite [Fe2Al2SiO5
Genesa Dan Mineralogi Pasir Besi (OH)4], wolframite [(Fe,Mn)WO4], kromite
(FeCr2O4); atau juga , mineral-mineral non-
Pembentukan pasir besi sebagai
Fe yang memberikan nilai tambah seperti
endapan bijih besi sekunder (endapan
rutile (TiO2), kasiterite (SnO2), monazite [Ce,
placer) terjadi karena adanya akumulasi atau
pengumpulan mineral-mineral berat melalui La, Nd, Th(PO4, SiO4)], intan, emas (au),
proses sedimentasi. Sebagian dari hasil platinum (Pt), xenotim (YPO4), zircon
sedimentasi dapat mengalami proses (ZrSiO4) dan lain-lain. Suatu batuan atau
diagenesa (pembatuan) yang meliputi mineral ini terbentuk pada zona pelapuk-an
sementasi dan kompaksi. Hasil akhir dari maka asosiasi mineral dalam formasi
proses tersebut dikenal sebagai batuan tersebut juga dipengaruhi faktor-faktor;
sedimen. Sedangkan untuk hasil stabilitas geokimia dan ketahanan selama
sedimentasi yang tidak mengalami proses transportasi dari meneral-mineral
penyusunnya (Herman, 2007).
diagenesa hanya dikenal dengan endapan

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

© Teknik Pertambangan, Univ. Bangka Belitung 2


Jurnal Promine, Juni 2015, Vol. 3 (1), hal. 1 - 9

Kemagnetan Bumi (Butler, 1998). Dari mineral-mineral bijih


besi, magnetite adalah mineral dengan
Telford (1990) menjelaskan bahwa kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat
berdasarkan hukum coulomb, gaya magnet dalam jumlah kecil. Sementara hematite
yang terjadi adalah merupakan fungsi dari merupakan mineral bijih besi utama yang
besarnya muatan-muatan yang berinteraksi. dibutuhkan dalam industri besi. Sifat
Kemagnetan yang terdapat pada bahan magnetik dari beberapa mineral dan batuan
magnetik, yang sangat bergantung pada dapat dilihat pada Table 1.
sejarah batuan tersebut dalam hubungannya
dengan keberadaan medan magnet saat itu. Interpretasi Metoda Geomagnet
Dengan kata lain, kemagnetan suatu bahan Interpretasi metode geomagnet
bergantung pada medan induksi yang ditujukan untuk mencari geometri dan
diterima. kedalaman benda-benda penyebab anomali.
Jika benda berada dalam medan Interpretasi metode ini pada dasarnya dibagi
magnetik, maka akan terjadi polarisasi menjadi dua, yaitu interpretasi kualitatif dan
magnetik pada benda tersebut yang interpretasi kuantitatif.
besarnya merupakan fungsi suseptibilitas Interpretasi kualitatif bersifat quick look
suatu bahan. Suseptibilitas magnetik yang berguna untuk mempersempit masalah
dinyatakan sebagai tingkat termagnetisasi- sehingga interpretasi kuantitatif lebih terarah.
nya suatu bahan karena pengaruh medan Interpretasi kualitatif dari peta magnetik
magnet. Semua batuan mempunyai nilai biasanya dimulai dengan adanya kontur
suseptibilitas, namun nilai suseptibiltas tidak yang menutup (closure) dengan nilai yang
konstan, untuk beberapa meterial, membesar atau mengecil ke arah pusat.
dipengaruhi oleh temperatur dan kuat medan Arah perpanjangan klosur menunjuk-kan
(Tarling dan Hrouda, 1993). arah strike benda anomali. Indikasi lain dari
Anomali magnetik dari suatu bahan anomali ini dapat dilihat dari gradien
magnetik di bawah permukaan timbul oleh horisontalnya yang besar. Sementara Inter-
adanya medan magnet induksi. Dalam pretasi Kuantitatif lebih ditekankan untuk
penyelidikan geomagnet, anomali magnetik memahami lebih dalam hasil kualitatif
dijabarkan dalam bentuk Persamaan 1 dengan mengambil penampang-penampang
(Santoso, 2002). geomagnet dari peta anomalinya.
(1) Interpretasi kuantitatif dapat dilakukan
dalam dua cara, yaitu cara langsung
dimana: nilai anomali magnetik stasiun (forward modeling) dan cara tidak langsung
yang ingin dicapai , , medan magnet (invers modeling). Interpretasi langsung
dilakukan dengan cara mencoba-coba (trial
komponen total yang terukur, , medan
and error) parameter model awal
magnet teoritis berdasarkan IGRF , . benda anomali hingga diperoleh respon/
koreksi medan magnet akibat variasi harian anomali perhitungan yang sesuai dengan
Untuk memisahkan anomali regional- anomali pengamatan, cara ini tidak mudah
residual, salah satu metode yang digunakan karena adanya sifat ketidakunikan medan
adalah metode moving average. Penurunan potensial.
anomali residual dengan metode ini adalah
Metoda Talwani
secara tidak langsung karena dari perata-
rataan bergerak adalah regionalnya. Dalam penerapan interpretasi
Sehingga anomali residual diperoleh dari geomagnet dengan pomodelan ke depan,
selisih anomali total hasil pengukuran (data dikenal metode Talwani. Metode Talwani
ini sebagai input dalam prosesnya) dengan merupakan algoritma yang paling banyak
anomali regional (Kadir, 2000). digunakan dalam interpretasi medan
Sifat mineral magnetik terdiri dari potensial, baik untuk model dua dimensi, tiga
diamagnetik, paramagnetik dan feromag- dimensi maupun dua setengah dimensi.
netik. Contoh mineral-mineral magnetik yang Benda dengan penampang melin-
termasuk keluarga besi-titanium oksida tangnya uniform dan panjang tak berhingga
antara lain magnetite (Fe3O4), hematite atau adalah deskripsi dari model dua dimensi.
karat (αFe2O3), dan maghemite (γFe2O3). Penampang melintang sembarang benda,

© Teknik Pertambangan, Univ. Bangka Belitung 3


Jurnal Promine, Juni 2015, Vol. 3 (1), hal. 1 - 9

Tabel 1. Sifat magnetik beberapa jenis mineral dan batuan (Hunt et al., 1995)
Rapat Suseptibilitas Magnetik
Mineral / Batuan massa Massa (10-8
(103kgm-3) Volume (10-6 SI) m3kg-1)
Mineral Magnetik
Magnetite (Fe3O4) 5,18 1.000.000 - 5.700.000 20.000 -
Hematite 5,26 500 - 40.000 10 - 760
Maghemite 4,9 2.000.000 . 2.500.000 40.000 -
Ilminite (FeTiO3) 4,72 2.200 - 3.800.000 46 - 80.000
Pyrite (FeS2) 5,02 35 - 5.000 1 - 100
Pyrrhotite (Fe7S8) 4,62 3.200.000 69.000
Goethite (α- 4,27 1.100 - 12.000 26 - 280
Mineral Non-
Calcite (CaCO3) 2,83 (-7,5) - (-39) (-0,3) - (-1,4)
Graphit ( C ) 2,16 (-80) - (-200) (-3,7) - (-9,3)
Magnesite 3,21 -15 -0,48
Quartz (SiO2) 2,65 (-13) - (-17) (-0,5) - (-0,6)
Helite (NaCl) 2,17 (-10) - (-16) (-0,48) -
Galena (PbS) 7,5 -33 -0,44
Batuan Sedimen
Clay 1,7 170 - 250 10 - 15.
Sandstone 2,24 10 - 100 0,5 - 5
Dolomite 2,3 (-10) - 940 (-1) - 41
Average 2,19 0 - 50.000 0-2.000

benda dua dimensi selalu dapat didekati Besarnya anomali magnetik dua
dengan polygon bersisi-n. Efek tarikan dimensi dari benda poligon pada Gambar 2
massa dari penampang dua dimensi dapat diformulasikan melalui Persamaan 2
bebentuk polygon dan mempunyai rapat dan 3 (Sulistianto, 2009).
massa yang serba sama (Gambar 2).

Gambar 2. Model 2D benda polygon


(2)

© Teknik Pertambangan, Univ. Bangka Belitung 4


Jurnal Promine, Juni 2015, Vol. 3 (1), hal. 1 - 9

dimana: M = k.H0 metode ini digunakan alat magnetometer


i = Inklinasi yang berfungsi untuk mengukur komponen
λ = Deklinasi vertikal dari medan magnetik bumi.
Adapun pengukurannya dilakukan
(3) dengan menentukan posisi-posisi
pengukuran, selanjutnya diperoleh posisi
Persamaan di atas menunjukkan bahwa lintang dan bujur menggunakan GPS dan
anomali magnet bergantung pada; geometri ketinggian menggunakan altimeter, dan
benda, suseptibilitas, inklinasi, deklinasi kemudian melakukan pengukuran
serta medan magnet bumi. Bentuk menggunakan magnetometer dan membaca
persamaan numerik untuk anomali magnet serta mencatat hasil yang ditunjukan alat
total dua dimensi ditunjukan dengan tersebut sebagai nilai komponen vertikal
Persamaan 4 berikut. medan magnet bumi. Juga dilakukan
pengukuran koreksi harian (3)pada base
(4) stasion menggunakan alat magnetometer
dimulai bersamaan dengan pengukuran di
dimana: A lapangan, dengan interval waktu tertentu
yang pengukurannya diseting secara
otomatis, yang nantinya hasil
B pembacaannya digunakan sebagai koreksi
hasil pengukuran lapangan.
C Besar medan magnet utama bumi
dihitung dari nilai IGRF. Nilai koreksi ini
diperoleh secara online dari situs
http://www.ngdc.noaa.gov/seg/geomag/magf
ield.shtml. Anomali magnetik diperoleh
D dengan menerapkan Persamaan 1.
Pengolahan data selanjutnya dilakukan
Pada metode geomagnet, efek dengan langkah sebagai berikut :
magnetisasi yang dihitung bisa berupa 1. Untuk mendapatkan nilai koreksi harian,
induksi magnet, magnet sisa atau gabungan masing masing pengukuran, buat
keduanya. Tapi dalam banyak penafsiran grafik koreksi harian, terhadap waktu.
dianggap bahwa magnetisasi bawah
Pada grafik tarik satu garis base level
permukaan, seluruhnya berupa induksi
yang merupakan rata-rata nilai tertinggi
magnet, kecuali untuk beberapa daerah
yang mempunyai anomali magnetik magnet dan terendah koreksi harian. = hasil
besar maka sangat perlu memasukkan efek pengukuran koreksi harian ± base level,
magnet sisa. Pada penyelidikan magnetik Dengan ketentuan:
yang diukur adalah magnet total yang a. jika hasil pengukuran koreksi harian
merupakan gabunagn medan magnet bumi > base level maka nilai (+).
dan medan anomali, sehingga respon b. jika hasil pengukuran koreksi harian
magnetik sangat bergantung pada arah lokal < base level maka nilai (-).
medan magnet bumi yaitu lokasi 2. Perhitungan nilai target pengukuran
penyelidikan. magnetik menggunakan Persamaan 1.
3. Setelah diperoleh, langkah pengerjaan
2. Metode Penelitian selanjutnya adalah pemisahan
Regional, Residual, maupun noise.
Pengukuran dan Interpretasi Data Metode pemisahan yang digunakan disini
Survei metode geomagnet digunakan adalah moving average dengan data
untuk mengukur variasi harian yaitu efek yang diperoleh sebagai input dan regional
medan magnetik dari luar bumi pada sebagai output.
lintasan/stasiun yang digunakan. Sedangkan 4. Membuat peta kontur anomali medan
medan magnet utama bumi diperoleh magnet menggunakan Software Surfer
melalui nilai IGRF (International Geomagnet 9.1. dengan menginput nilai lintang, bujur
Reference Field). Pada pengukuran dengan serta nilai Residual yang diperoleh.

© Teknik Pertambangan, Univ. Bangka Belitung 5


Jurnal Promine, Juni 2015, Vol. 3 (1), hal. 1 - 9

Dalam menginterpretasi data hasil IGRF dapat diperoleh dengan cara online.
survei magnetik, data yang digunakan Berikut hasil IGRF yang diperoleh (Tabel 2).
adalah peta kontur Residual daerah Nilai medan magnet IGRF yang digunakan
penelitian. Dari peta kontur Residual sebagai koreksi ditunjukan oleh F (medan
dapatlah dibuat penampang dari geomagnet total) sebesar 41555,2 nT.
Residual yang menggambarkan kondisi
bawah permukaan dari daerah survei Peta Anomali Magnetik
magnetik. Dari data penampang selanjutnya Peta anomali medan magnet
dilakukan pemodelan magnetik 2D dengan berdasarkan hasil pengolahan data
menggunakan software Mag2dc 2.10, dilakukan dengan me-masukan posisi
dimana harga Residual sebagai data koordinat (lintang dan bujur) titik-titik
input yang diperoleh dari penampang yang pengukuran serta nilai medan magnet yang
memotong peta kontur anomali magnetik diperoleh dan untuk perhitungan pengolahan
diplot menggunakan Software Surfer 9.1. data. Hasil perhitungan anomali medan
Dari hasil pemodelan penampang magnetik baik anomali medan magnetik total
Residual, akan terlihat anomali magnetik , maupun anomali medan magnet
yang nilainya cukup bervariasi dan Regional dan Residual memiliki nilai
menandakan adanya kontras anomali kisaran medan magnet bervariasi antara -
magnetik yang diakibatkan oleh mineral 120 nT sampai +160 nT (Gambar 4). Peta
mengandung magnet. Berdasarkan anomali magnetik yang diperoleh
pemodelan ini yang memberikan gambaran menunjukan adanya kontras kontur medan
distribusi suseptibilitas, selanjutnya dapat magnet di lintasan pengukuran, yang
diketahui lapisan pasir besi di daerah mengandung anomali yang besar (high
penelitian. Guna mengetahui distribusi intensitas) yang bernilai positif dan anomali
sebaran lapisan pasir besi di derah yang kecil (low intensitas) bernilai negatif.
penelitian, Interpretasi dilanjutkan dengan Kontras nilai anomali magnetik yang begitu
melakukan pemodelan 3D dengan bantuan berfluktuasi terlihat di lokasi titik pengukuran
software Rockwork . Interpretasi sebaran geomagnet, utamanya di daerah pantai.
pasir besi menggunakan software ini
Anomali magnetik negatif dapat
didasarkan pada perhitungan dengan
ditafsirkan berkaitan dengan batuan yang
metode cross section.
bersifat nonmagnetik (diamagnetik) seperti
batuan sedimen, batuan lapuk, atau batuan
3. Hasil dan Pembahasan yang terubahkan seperti lempung, lumpur,
dan pasir kerikil yang memiliki suseptibilitas
Pada akusisi data, pengukuran total kecil. Anomali magnetik positif, diperkirakan
medan magnet disekitar pantai dilakukan berkaitan dengan batuan yang relatif bersifat
sebanyak 3. Medan magnet observasi ( ) sedikit magnetis (paramagnetik) yang
dicatat dari hasil pengukuran magnetometer berasal dari batuan yang mengalami proses
di lapangan, variasi medan magnet disebut mineralisasi sehingga mengandung mineral-
koreksi harian ( ) dicatat dari pengukuran mineral oksida besi yang kemudian dengan
magnetometer pada base-station, dan media transportasi air terbawa dan
medan magnet global IGRF (Internasional terendapkan membentuk endapan pasir besi
Geomagnetik Reference Field, ). yang mengandung mineral magnetik seperti
Setelah melakukan koreksi variasi magnetite dan hematite.
harian untuk menghilangkan pengaruh
Interpretasi Magnetik 2D
medan magnet dari luar. Dari data variasi
medan magnet harian yang terukur secara Perbedaan harga anomali magnetik di
otomatis oleh alat magnetometer, tiap titik pengukuran merupakan suatu
selanjutnya dibuat grafik koreksi harian, bentuk penyimpangan akibat pengaruh sifat
terhadap waktu (Gambar 3). Pengaruh material magnetik yang menyusun suatu
medan magnet utama bumi terhadap data site. Selanjutnya untuk melihat bagaimana
medan magnet terukur dapat direduksi distribusi lapisan pasir besi di lokasi
melalui koreksi IGRF. Nilai medan magnet penelitian, berdasarkan pengukuran

© Teknik Pertambangan, Univ. Bangka Belitung 6


Jurnal Promine, Juni 2015, Vol. 3 (1), hal. 1 - 9

Tabel 2. Komponen medan magnet Bumi IGRF

Posisi Deklinasi Inklinasi Komponen Medan Geomagnet (nT)


Lintang Bujur (º) (º) H X Y Z F
(LS) (BT)06'
121º
1º 25' 50" 1,27 19,87 39084,1
59" 39074,4 869 -14116,4 41555,2

bawah permukaan yang dominan dengan


distribusi nilai suseptibilitas dapat
ditunjukkan dari tiap bodi yang dihasilkan.
Keseluruhan penampang slice yang akan
dimodelkan di atas dibuat berarah Utara-
Selatan. Masing-masing hasil diperoleh
bentuk bodi dan nilai suseptibilitas yang
berbeda. Berdasarkan nilai suseptibilitas tiap
bodi yang diperoleh, selanjutnya dapat
diketahui mineral magnetik di bawah
permukaan. Berikut tampilan penampang
anomali magnetik tiap lintasan (Gambar 5).
Model penampang 2D, lintasan a-a’,
nilai suseptibilitas negatif pada bodi 1, bodi 2
dan bodi 3 diinterpretasikan merupakan
Gambar 3. Grafik medan magnet harian batuan ultrabasa. Nilai suseptibilitas negatif
terhadap waktu dimiliki oleh mineral bukan besi (Non-Iron-
Bearing Mineral). Batuan ultrabasa sendiri
geomagnet serta data anomali magnetik tersusun oleh mineral-mineral seperti
yang diperoleh, dilakukan interpretasi magnesit, quartz, serpentinit, dolomite dan
ataupun pemodelan secara dua dimensi banyak lagi mineral lainnya yang
(2D). Interpretasi dilakukan dengan bantuan mengandung nilai suseptibilitas yang kecil
software Mag2dc 2.10. Hasil pemodelan 2D dan bahkan bernilai negatif. Untuk nilai
penampang lintasan slice yang dibuat pada suseptibilitas positif dengan range 0,0005-
program Mag2dc ini, akan memberikan 0,035 SI merupakan mineral magnetik jenis
bentuk bodi-bodi yang merupakan
representasi dari respon benda anomali

(a) (b)
Gambar 4. (a) Kontur anomali magnetik total, (b) Anomali magnetik residual

© Teknik Pertambangan, Univ. Bangka Belitung 7


Jurnal Promine, Juni 2015, Vol. 3 (1), hal. 1 - 9

Gambar 5. Model Penampang 2D berbagai slice

hematite. Lintasan b-b’, nilai suseptibilitas


negatif terdapat pada bodi 5, bodi 8 dan bodi
9 diinterpretasikan merupakan respon
magnetik dari batuan ultrabasa. Nilai
suseptibilitas positif pada bodi lainnya juga
merupakan mineral hematite. Lintasan c-c’,
nilai suseptibilitas negatif terdapat pula pada
bodi 3, bodi 4, bodi 5, bodi 7 dan bodi 8 juga
diinterpretasikan sebagai batuan ultrabasa.
Untuk nilai suseptibilitas positif pada bodi
lainnya merupakan mineral hematite.

Interpretasi Pemodelan 3D
Berdasarkan hasil pemodelan 2D dari
proses slice, dipadukan dengan nilai
suseptibilitas, kedalaman, serta posisi
(Lintang dan Bujur) dari masing-masing bodi
yang diperoleh selanjutnya dimodelkan
kedalam bentuk 3D, dengan menggunakan
Rockwork. Hasil pemodelan 3D dapat dilihat
pada Gambar 6.
Dengan tools perhitungan volume
aplikasi rockwork, dapat dihitung volume
sebaran mineral hematite yang mewakili
sebaran pasir besi di lokasi penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan volume
sebaran mineral hematite secara
keseluruhan untuk semua lapisan dari
permukaan hingga kedalaman 10 m
diperoleh besarnya potensi pasir besi
didaerah penelitian sebesar sebesar
377.300 m3. Gambar 6. Model 3D sebaran nilai
suseptibilitas

© Teknik Pertambangan, Univ. Bangka Belitung 8


Jurnal Promine, Juni 2015, Vol. 3 (1), hal. 1 - 9

4. Kesimpulan Herman, Danny Z. (2007) Tinjauan


mineralogy Endapan Placer Pasir Besi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai dan Kemungkinan Asosiasi Mineal Ikutan
sebaran pasir besi dengan metode Berharga. (http://www.scribd.com),
pengukuran geomagnet di Desa Uekuli diakses tanggal 11 September 2009.
Kecamatan Tojo Kabupaten Una-una Hunt, C. P., Moskowitz, B. M., and Banerjee
Sulawesi Tengah, diperoleh kesimpulan (1995) Magnetik properties of rock and
sebagai berikut : minerals. In: Ahrens, Rock Physics and
1. Dengan menggunakan data anomali Phase Relations, A Handbook of Physical
magnetik hasil pengukuran yang Contants, American Geophysical Union,
memiliki nilai kisaran antara -120 nT 245p.
sampai +160 nT, telah dilakukan Kadir, Wawan Gunawan A. (2000)
pemodelan secara 3D, yang dalam Eksplorasi Gaya Berat dan Magnetik,
penelitian ini mengandung mineral Penerbit ITB, Bandung, 65p.
magnetik hematite Santoso, D. (2002) Pengantar Teknik
2. Volume sebaran pasir besi didasarkan Geofisika, Penerbit ITB, Bandung, 52p.
pada kandungan mineral magnetik Simandjuntak, T. O., Surono dan J. B.
hematite yang dimilikinya, untuk total Supandjono (1991) Peta Geologi Lembar
kedalaman 10 m adalah sebesar Poso (skala 1 : 250.000), PPPG,
377.300 m3. Bandung.
Sulistianto, D. (2009) Estimesi sumber daya
Daftar Pustaka bijih besi berdasarkan analisa anomali
magnetik di Blangpidie, Aceh Barat Daya
Apriyono, I. (2008) Study karakterisasi dengan menggunakan signal analitik dan
geometri dan potensi endapan pasir besi pemodelan magnetik.
di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I. (http://digilib.itb,ac.id), diakses tanggal 19
Yogyakarta. (http://digilib.itb,ac.id), Februari 2010.
diakses tanggal 09 Juni 2009. Tarling, D. H., Hrouda, F. (1993) The
Butler, Robert F. (1998) Paleomagnetism : Magnetik Anisotropy of Rocks, Chapman
Magnetik Domains to Geologic Terranes, & Hall, London.
Blackwell. Telford, W M, L.P. Geldart, and R.E. Sherriff
ESDM (1994) Potensi Energi dan Sumber (1996) Applied Geophysics Second
Daya Mineral, E.S.D.M. Edition, Cambridge University Press,
Australia.

© Teknik Pertambangan, Univ. Bangka Belitung 9

Anda mungkin juga menyukai