Anda di halaman 1dari 35

APLIKASI KONTINUASI KEATAS DAN FILTER PANJANG

GELOMBANG UNTUK PEMISAHAN ANOMALI REGIONAL –


RESIDUAL PADA DATA GEOMAGNETIK

TUGAS AKHIR
Disusun untuk Memenuhi Syarat Kurikuler Program Sarjana Teknik Geofisika
Institut Teknologi Bandung

Oleh :
SONI SATIAWAN
NIM : 124 04 021

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2009

 
APLIKASI KONTINUASI KEATAS DAN FILTER PANJANG GELOMBANG
UNTUK PEMISAHAN ANOMALI REGIONAL – RESIDUAL PADA DATA
GEOMAGNETIK

TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kurikuler Program Sarjana Teknik Geofisika
Institut Teknologi Bandung

Oleh :
SONI SATIAWAN
NIM : 124 04 021

Pembimbing :
Dr. Hendra Grandis

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2009

 
LEMBAR PENGESAHAN

APLIKASI KONTINUASI KEATAS DAN FILTER PANJANG GELOMBANG


UNTUK PEMISAHAN ANOMALI REGIONAL – RESIDUAL PADA DATA
GEOMAGNETIK

Oleh :
SONI SATIAWAN
NIM: 124 04 021

Telah disetujui dan disahkan :


Bandung, Maret 2009

Pembimbing

Dr. Hendra Grandis


Nip : 131679361

 
Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilauan)
minyak . Maka Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
(Q.S Ar Rahman, 55 : 37-38)

……ALLAH akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara


kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
(Q.S Al Mujadalah 58 : 11)

A theory has only the alternative of being right or wrong. A model has a third
possibility: it may be right, but irrelevant.
(Paul R. Ehrlich) 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Kupersembahkan Karya Kecil ini untuk :


Orang-Orang Yang Kusayangi dan Kucintai, Khususnya
Mama, Papa, Abang, Cece, Dani, dan lathifah

 
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik ALLAH SWT, syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT karena atas pertolongon-NYA, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas
akhir yang berjudul ”Aplikasi Kontinuasi Ke Atas Dan Filter Panjang Gelombang Untuk
Pemisahan Anomali Regional – Residual Pada Data Geomagnetik” ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat kurikuler S-1 pada Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas
Teknologi Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis sadari bahwa semua usaha yang telah
dilakukan tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
|
1. Bapak Dr. Hendra Grandis selaku dosen pembimbing yang selalu memberi masukan
bimbingan dan dorongan moral kepada penulis di sela-sela waktu sibuk beliau.
2. Bapak Sonny Winardhi Ph.D dan Bapak Untoro M.Si selaku dosen penguji atas
nasehat dan saran yang sangat membangun pola pikir saya.
3. Bapak Afnimar selaku dosen wali yang memberikan masukan dan pandangan ketika
setiap kali perwalian dan juga menyempatkan datang ketika sidang saya, terima kasih
Pak atas masukan bapak.
4. Bapak Drs. Muhammad. Ahmad, Bapak Prof. Dr. Sri Widiyantoro, Bapak Tedi
Yudistira M.Si, Bapak Dr. Awali Priyono, Bapak Dr. Nanang T Puspito, Bapak Dr.
Gunawan Ibrahim, dan Bapak Wahyu Triyoso Ph.D, terima kasih atas segala ilmu
yang diajarkan, semoga dapat penulis amalkan dengan baik.
5. Mama, Papa, kakak2 dan adik2ku, serta keluarga besar, atas dukungan moril dan
materil.
6. Bapak Agus Hendro dan seluruh teman-teman di TerraLOG exploration services yang
telah mau berbagi kebahagian, kegembiraan, dan pertemanan.
7. Jajaran Tata Usaha Program studi GM dan TG, atas bantuan dalam urusan
administratif.
8. Teman angkatan GM’04 (G-Force) dan teman2 HMGM atas keakraban dan semuanya.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuan dan
ilmu yang diberikan pada penulis selama menuntut ilmu di perguruan tinggi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi materi maupun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan atau perbaikan tugas akhir ini di masa yang akan datang. Akhirya, penulis
mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Bandung, Februari 2009

Penulis

 
APLIKASI KONTINUASI KE ATAS DAN FILTER PANJANG GELOMBANG UNTUK
PEMISAHAN ANOMALI REGIONAL - ANOMALI RESIDUAL PADA DATA
GEOMAGNETIK
Soni Satiawan
124 04 021

Pembimbing: Dr. Hendra Grandis

Program Studi Teknik Geofisika


Institut Teknologi Bandung

SARI

Intensitas magnetik total merupakan superposisi dari anomali yang bersifat regional dan lokal
(residual). Anomali regional berasosiasi dengan kondisi geologi umum yang dominan pada daerah penelitian,
biasanya dicirikan oleh anomali berfrekuensi rendah. Sebaliknya, anomali lokal yang umumnya berfrekuensi
tinggi mengandung informasi mengenai sumber anomali dangkal. Penelitian ini mengaplikasikan kontinuasi
ke atas (upward continuation) dan filter panjang gelombang pada data geomagnetik sintetik. Penggunaan
kontinuasi ke atas pada ketinggian tertentu dan filter panjang gelombang pada harga tertentu diharapkan
dapat menghasilkan anomali regional dan anomali lokal yang tepat.

Untuk menguji metoda tersebut, dibuat model sintetik yang terdiri dari benda anomali dalam dan
dangkal, masing-masing pada kedalaman 500 meter dan 200 meter. Kontinuasi ke atas pada ketinggian (h)
200 m dan 300 m menghasilkan anomali frekuensi rendah yang dapat dianggap sebagai anomali regional.
Pemisahan anomali regional – lokal menggunakan pemfilteran panjang gelombang menghasilkan anomali
regional dan lokal yang sesuai dengan anomali akibat benda dalam dan dangkal. Diperoleh hubungan panjang
gelombang anomali dengan batas kedalaman sumber anomali dalam dan dangkal yang sesuai dengan literatur
yaitu h = ½ λ.

Kata Kunci : Kontinuasi ke atas (Upward Continuation), Filter Panjang Gelombang, Anomali Regional, dan
Anomali Residual.

Abstract

Total magnetic intensity (TMI) is the superposition of regional anomaly and residual (local)
anomaly. Regional anomaly is associated with general geological condition that dominant at research area
and usually identified with low frequency anomaly. In the other hand, local anomaly usually is high
frequency and contains information of shallow anomaly source. This research applied upward continuation
and wavelength filter to synthetic geomagnetic data. The Use of upward continuation to certain altitude and
wavelength filter is intended to produce appropriate regional and local anomalies.
The methods were tested on synthetic models consisting of deep anomaly and shallow anomaly at
500 m and 200 m respectively. Upward continuation to altitude 200 m and 300 m results low frequency
anomaly associated with regional anomaly. Separation of regional – residual using wavelength filter results in
local anomaly similar to shallow source anomaly. It has been found that depth – wavelength relationship is h
= ½ h.

Keywords: Upward Continuation, Wavelength Filter, Regional Anomaly, and Residual Anomaly.

 
1. PENDAHULUAN dengan panjang gelombang yang lebih besar dari
Pemisahan anomali regional – lokal parameter cutoff. Butterworth high pass filter
merupakan tahap yang sangat penting dilakukan akan meloloskan frekuensi dengan panjang
pada data gravitasi dan geomagnetik (Jacobsen, gelombang yang lebih kecil dari parameter cutoff.
1987). Intensitas magnetik total yang diukur di Harga parameter cutoff panjang gelombang inilah
lapangan terdiri dari 2 komponen bersuperposisi, yang membantu untuk memperkirakan kedalaman
yaitu komponen anomali regional dan komponen pemisah anomali regional – lokal karena panjang
anomali lokal (residual). Komponen anomali gelombang memiliki hubungan dengan
regional yang memiliki frekuensi rendah, kedalaman. Informasi kedalaman pemisah antara
memberikan informasi mengenai benda sumber anomali regional – residual turut membantu
anomali pada kedalaman yang besar. Komponen dalam interpretasi menjadi lebih baik.
anomali lokal memberikan informasi sebaliknya, Kedua metoda diatas (kontinuasi ke atas
yaitu benda sumber anomali pada kedalaman dan filter panjang gelombang) diterapkan pada
yang lebih kecil (dangkal). data intensitas magnetik total yang merupakan
Pemisahan anomali regional – lokal dalam respon dari beberapa benda anomali berupa
pengolahan data geomagnetik sering dilakukan prisma yang berbentuk balok dengan kedalaman
dengan menggunakan IGRF (International dan geometri yang berbeda.
Geomagnetic Reference Field). IGRF adalah
suatu harga yang telah ditetapkan oleh IUGG
(International Union of Geodesy and Geophysics) 2. TEORI DASAR
untuk mengetahui harga medan magnet bumi dan 2.1Pemodelan ke Depan
memiliki harga berbeda di setiap daerah. Jika area Pemodelan ke depan (forward modeling)
survei yang diukur relatif kecil maka daerah data geomagnetik dilakukan dengan membuat
survey yang memiliki area relatif kecil benda anomali dengan geometri dan harga
memberikan harga IGRF yang sama. Harga kemagnetan tertentu. Respon magnetik dihitung
anomali regional yang sama kurang begitu pada titik amat didasarkan pada harga
representatif untuk mencari anomali lokal kemagnetan yang dimiliki oleh benda anomali.
(residual). Hal ini akan mempengaruhi pada tahap Setiap benda yang memiliki harga kemagnetan
interpretasi nantinya. akan memberikan suatu medan potensial yang
Tujuan tugas akhir ini adalah menerapkan dapat diuraikan dalam persamaan berikut,
kontinuasi ke atas (upward continuation) dan
1
filter panjang gelombang dalam pemisahan M· Q ∂v 1
r
anomali regional – lokal pada data geomagnetik. P
Kontinuasi ke atas dilakukan untuk mendapatkan dimana M adalah magnetisasi, r adalah jarak dari
anomali regional yang lebih representatif. titik observasi P ke elemen dv dari benda anomali
Anomali regional yang lebih representatif akan dan Cm adalah konstanta yang bergantung pada
menghasilkan anomali lokal (residual) yang baik unit sistem yang digunakan, berharga 1 jika
sehingga pada tahap interpretasi dapat dihasilkan menggunakan emu dan 10-7 henry/meter untuk SI.
suatu hasil interpetasi yang lebih baik. Medan potensial total dari benda anomali dapat
Penerapan filter panjang gelombang selain dihitung dengan persamaan berikut,
untuk pemisahan anomali regional – lokal
1
dilakukan juga untuk memperkirakan kedalaman ∆ · P M· Q ∂v 2
r
pemisah antara anomali regional – lokal. P
Penentuan kedalaman pemisah yang cukup dimana adalah unit vektor dari medan regional.
representatif dapat dilihat dari hasil pemfilteran. Berdasarkan pada persamaan (2), Bhattacharya
Pada tugas akhir ini, filter yang digunakan adalah menurunkan persamaan tersebut untuk
filter Butterworth yang menggunakan parameter menghitung harga intensitas magnetik total yang
panjang gelombang sebagai cutoff (frekuensi disebabkan oleh prisma segiempat yang paralel
potong). Hasil dari filter Butterworth dapat berupa dengan sumbu X, Y, dan Z dan mempunyai
hasil low pass filter dan high pass filter. dimensi x1 ≤ x ≤ x2, y1 ≤ y ≤ y2, dan z1 ≤ z ≤ ∞
Butterworth Low pass filter meloloskan frekuensi serta harga magnetisasi ̂ ̂

 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan filter panjang gelombang untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

seperti pada persamaan berikut (Blakely, untuk mempermudah dalam pengolahan secara
1995), komputasi salah satunya adalah dapat mengganti
proses konvolusi yang dilakukan dalam domain
′ ′ spasial menjadi proses perkalian biasa dalam

2 ′ 2 ′ domain bilangan gelombang.
′ ′
′ 2.3 Kontinuasi ke Atas (Upward Continuation)
′ ′ Kontinuasi keatas adalah langkah
pengubahan data medan potensial yang diukur

pada suatu level permukaan, menjadi data yang
′ ′
′ ′ seolah-olah diukur pada level permukaan lebih
3

atas (gambar 1). Kontinuasi ke atas juga

merupakan salah satu metoda yang sering
dimana, ,
digunakan sebagai filter yang berguna untuk
, menghilangkan bising (noise) yang ditimbulkan
, oleh benda-benda pada dekat permukaan. Tidak
hanya untuk menghilangkan bising, melakukan
kontinuasi ke atas juga dapat mengurangi efek
Persamaan yang diturunkan oleh dari sumber anomali dangkal.
Bhattacharya diatas berlaku untuk menghitung
total medan magnetik yang disebabkan oleh
prisma segiempat dengan kedalaman puncak
benda pada z1 dan kedalaman dasar benda adalah
tidak terhingga. Untuk menghitung respon prisma Z1, pengangkatan 
setinggi h  
segi empat dengan kedalaman terbatas (dari z1 ke
z2) maka perhitungan persamaan (3) dilakukan
h
dua kali, masing-masing dengan kedalaman
puncak pada z1 dan z2. Jika hasil perhitungan
Z0, permukaan
dengan menggunakan kedalaman puncak z1
adalah ΔT1 dan z2 adalah ΔT2 maka respon total
medan magnetik benda adalah ΔT1 – ΔT2.
Gambar 1. Ilustrasi kontinuasi ke atas.
2.2 Transformasi Fourier
Transformasi Fourier (FFT) pada dasarnya Perhitungan harga medan potensial di
adalah merubah domain data dari domain ruang setiap titik observasi pada bidang hasil kontinuasi
atau spasial (x,y) ke domain frekuensi atau (Z1) dapat dilakukan dengan menggunakan
bilangan gelombang (kx,ky). persamaan berikut (Blakely, 1995),

, , 4
|∆ | , ,
, , ∆ · 6
2
Untuk kasus 2-D , persamaan transformasi
Fourier dapat ditulis seperti berikut (Blakely,
1995), dimana, U(x,y,z0) adalah harga medan potensial
pada bidang hasil kontinuasi (pengangkatan), Δz
adalah jarak atau ketinggian pengangkatan,
, U(x’,y’,z0) adalah harga medan potensial pada
, , 5
bidang observasi sebenarnya (Δz = 0), dan R =
| | | | ∆ . Dalam prakteknya
dimana G adalah spektrum amplitudo dan k persamaan (6) yang masih dalam bentuk domain
adalah bilangan gelombang. Transformasi Fourier spasial sulit untuk diimplementasikan karena
dilakukan sebelum data diolah lebih lanjut harus diketahui dengan pasti harga medan
(kontinuasi ke atas dan pemfilteran). Pengubahan potensial di setiap titik pada bidang hasil
domain data menjadi domain Fourier dilakukan pengangkatan.


 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan filter panjang gelombang untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

Kontinuasi ke atas akan lebih efisien dan yang diloloskan adalah panjang gelombang yang
memberikan arti jika dilakukan dalam domain memiliki panjang gelombang yang lebih besar
Fourier seperti pada persamaan umum berikut dari cutoff. Misalkan cutoff pada λ = 200, maka
(Blakely, 1995), signal yang diloloskan adalah λ lebih besar dari
200 m.
· 7 fungsi transfer tapis lolos tinggi
Butterworth dapat diuraikan dengan persamaan
dimana, adalah hasil medan potensial berikut (en.wikipedia.com, 2008),
pada bidang kontinuasi dalam domain Fourier, 1
H (k x , k y ) =
F(U) adalah medan potensial pada bidang
kontinuasi dalam domain Fourier, dan
[
1 + D0 / D(k x , k y )]2n     (10)

adalah fungsi transfer dari kontinuasi ke atas variabel yang digunakan sama dengan yang
dalam domain Fourier dimana, digunakan pada tapis lolos rendah Butterworth.
Signal yang diloloskan adalah signal dengan
8 panjang gelombang yang lebih kecil dibanding
panjang gelombang cutoff. Penggunaan orde pada
Dari persamaan (8) dapat diketahui, (1) proses filter Butterworth dapat dilihat pada gambar 2.
kontinuasi ke atas akan mengalami atenuasi di
setiap bilangan gelombang (k) kecuali pada k=0,
(2) setiap bilangan gelombang diatenuasi dengan
tingkat derajat yang lebih besar dibanding
bilangan gelombang yang lebih kecil. (3) derajat
atenuasi semakin besar dengan pengangkatan
(kontinuasi ke atas) dengan harga yang besar.

2.4 Filter Butterworth


Pada dasarnya pemfilteran dilakukan untuk
meloloskan sinyal yang diinginkan. Terdapat
bermacam-macam tipe dari filter, contoh yang Gambar 2. Plot dari gain menggunakan tapis lolos
rendah Butterworth dari orde 1 sampai orde 5
paling sering digunakan adalah low pass filter dan
(en.wikipedia.com, 2008).
high pass filter. Low pass filter (tapis lolos
rendah) digunakan untuk meloloskan sinyal yang
Dari gambar 2 terlihat, semakin besar orde
memiliki frekuensi lebih rendah dari cutoff
yang digunakan pada penapisan lolos rendah
(frekuensi potong) yang digunakan. High pass
maka kemiringan slope juga semakin besar (20n
filter meloloskan sinyal yang lebih tinggi dari
dB/decade). Berarti pada tapis lolos rendah
cutoff (frekuensi potong) yang digunakan.
Butterworth penggunaan orde besar menghasilkan
Filter Butterworth memberikan harga
hasil yang lebih baik dibanding penggunaan orde
respon yang maksimal flat pada frekuensi yang
kecil.
dilewatkan (passband) dan harga yang nol pada
frekuensi yang ditapis (stopband). Menggunakan
3. DATA DAN PENGOLAHAN DATA
filter Butterworth, dapat dilakukan tapis lolos
Data yang digunakan pada tugas akhir ini
tinggi dan tapis lolos rendah. Fungsi transfer
adalah data sintetik yang terdiri dari 5 prisma
untuk tapis lolos rendah Butterworth diuraikan
berbentuk balok yang mempunyai kedalaman
pada persamaan berikut, (en.wikipedia.com,
berbeda, seperti pada gambar 3. Luas area
2008),
observasi untuk menghitung respon magnetik dari
1
H (k x , k y ) =     (9) model sintetik adalah 1000 m X 1500 m dengan
1 + [D(kx , k y ) / D0 ]2n permukaan yang datar tidak bertopografi.
Posisi dari setiap benda anomali adalah
dimana H adalah fungsi transfer dan D adalah
seperti berikut, balok pertama X= [350:650],
panjang gelombang dan D0 adalah panjang
Y=[600:900], dan Z=[500:700]. Balok kedua
gelombang yang digunakan sebagai cutoff
X=[250:450], Y=[650:750], dan Z=[200:400].
frequency. Karena paramater cutoff adalah
Balok ketiga X=[200:300], Y=[1000:1100], dan
panjang gelombang maka pada tapis lolos rendah


 
Aplikasi Kontinuasi keeatas dan filter paanjang gelombanng untuk pemisaahan anomali reggional - anomali residual pada data
geomagneetik

Z=[2000:400]. Balokk keempat X=[600:800],, kontiinuasi ke ataas dan hasil filter panjaang
Y=[9000:1000], dan Z=[200:400].
Z Balok kelimaa gelommbang. Data reespon magnetikk benda anommali
X=[7000:800], Y=[3000:400], dan Z=[200:400]. dalamm (gambar 5) ssebagai patokaan untuk anom
mali
B
Balok pertam
ma yang teerdapat padaa regional dan data reespon magnetiik benda anom
mali
kedalam
man 500 sam mpai 700 m diasumsikann dangkkal (gamabr 6) sebagai patokan unttuk
sebagaii benda suumber anom mali regional,, anommali lokal (residdual).
sedangkkan 4 balok lainnya
l yang terdapat padaa Data responn magnetik benda anom mali
kedalam
man 200 sam mpai 400 m diasumsikann dalamm dan benda aanomali dangkaal ditransformaasi
sebagaii benda sumbeer anomali lokal (residual).. terleb
bih dahulu sebelum di konntinuasi ke ataas.
Semua balok memilikki harga inklinnasi, deklinasi,, Tahapp selanjutnyaa setelah dataa ditransformaasi
dan harrga kemagnetaan yang samaa yaitu 30o, 0o, adalaah melakukann kontinuasi ke atas dan d
dan 0,1. melakkukan filter paanjang gelombbang. Kontinuaasi
ke atas dimulai darri pengangkataan 100 m samppai
pengaangkatan 500 m diatas perm mukaan (gambbar
8). Untuk
U filter panjang gelombbang, parametter
cutoff
ff yang digunnakan dimulaai dari panjaang
gelommbang (λ) 200 m, 400 m, dann 800 m

4. HAASIL DAN PE EMBAHASAN N


Hasil kontinnuasi ke atas yang
y didapatkkan
dikurrangkan dengaan data respon magnetik bennda
anommali dalam dann dangkal untuuk mendapatkkan
data baru yang dinamakan annomali residuual
(gam
mbar 9). Unttuk menentukkan hasil yaang
optim
mum, selain secara visuall yaitu melihhat
bentuuk dari pola yang mendekkati pola respon
Gambar 3. Model
M anomali sinntetik.
magnnetik benda annomali dalam dan skala warrna
yang dibuat sam ma, juga dibuuat penampaang
Dengan mengggunakan softw
D ware UBC-GIF F
melinntang dari setiaap hasil kontinnuasi ke atas ddan
dimanaa perhitungan untuk pemodeelan ke depann
anommali residual untuk melihaat bentuk proofil
(forwarrd modellinng) berlandaaskan padaa
berarrah utara – selatan
s (gambbar 10) denggan
persamaaan (3) yan ng telah dituurunkan olehh
koorddinat (0, 1500) dan (800, 0). Profil dari
Bhattaccharya, didapaatkan hasil pemodelan
p kee
kontiinuasi ke atasa dan an nomali residuual
depan berupa
b data resspon magnetik pada luas areaa
dibanndingkan dengan profil dari respon magnettik
1000 X 1500 m (ggambar 4). Seelain itu jugaa
anommali benda aanomali dalam m dan respon
dilakukkan pemodelan n ke depan darii model bendaa
magnnetik benda aanomali danggkal yang tellah
anomali dalam (gam mbar 5) dan benda
b anomalii
dimoodelkan diawal..
dangkall (gambar 6) 6 untuk meelihat responn
Perbandingann profile hasiil kontinuasi ke
magnettik dari masin ng-masing penyyebab sumberr
atas dengan profille dari data respon
r magnettik
anomali.
bendaa anomali ddalam (gambaar 11) terlihhat
P
Pemodelan ke depan mengh hasilkan 3 dataa
semaakin tinggi haarga kontinuassi ke atas yaang
observaasi yaitu dataa respon maangetik bendaa
dilakuukan, efek ddari sumber anomali
a dangkkal
anomali dalam dann benda anomali dangkall
semaakin menghilanng dan ketika hargah kontinuaasi
(gambaar 4), data resp
pon magnetik benda
b anomalii
ke attas ≥ 400 m bbentuk profile hasil kontinuaasi
dalam (gambar 5), dan data resp pon magnetikk
menddekati garis luurus dan pola dari efek bennda
anomali dangkal (gambar 6). Data responn
anommali dalam ppun ikut dihhilangkan. Dari
magnettik anomali dallam dan dangkkal selanjutnyaa
perbaandingan proffil ini didapattkan hasil yaang
digunakkan sebagai inputan untuuk melakukann
cukupp optimum keetika melakukaan kontinuasi ke
tahap kontinuasi kee atas dan filterf panjangg
atas pada
p harga 2000 m dan 300 m.
gelombbang, seperti flowchart
f (gam
mbar 7). Dataa
Hasil yang serupa
s juga teerlihat pada haasil
respon magnetik bennda anomali daalam dan dataa
grid yang
y didapatkaan, grid hasil kontinuasi
k ke attas
respon magnetik benda anom mali dangkall
200 m sampai 3000 m memberrikan hasil yaang
digunakkan sebagai pembanding
p t
terhadap hasill
cukupp baik dibandiingkan hasil grrid kontinuasi ke

4
Aplikasi Kontinuasi keatas dan filter panjang gelombang untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

atas yang lain. Hasil pola anomali dengan skala Penggunaan panjang gelombang dengan
warna sama (dari 18.69 nT – 20.34 nT) yang harga panjang gelombang 800 m untuk setiap
didapatkan hampir mendekati pola dari anomali orde, memberikan hasil yang lebih baik dibanding
dalam saja (gambar 12). dengan penggunaan panjang gelombang
Selain membandingkan hasil kontinuasi ke sebelumnya (gambar 21). Dengan penggunaan
atas, dilakukan juga perbandingan dari hasil panjang gelombang 800 m, hasil dari tapis lolos
pengurangan data observasi anomali dalam dan rendah dengan orde 5 memberikan bentuk pola
dangkal dengan hasil kontinuasi ke atas (anomali anomali yang mendekati dengan anomali dalam
residual). Perbandingan profil hasil anomali yang dimodelkan di awal (gambar 22).
residual dengan profil data respon magnetik Hal yang sama juga pada hasil tapis lolos
benda anomali dangkal saja juga menunjukan hal tinggi untuk setiap orde, bentuk dari pola anomali
yang sama dengan hasil kontinuasi ke atas. Hasil yang dihasilkan mendekati bentuk pola dari
pengurangan dengan kontinuasi 200 m dan 300 m anomali dangkal yang dimodelkan diawal
memberikan hasil yang terbaik dibanding hasil (gambar 23). Penggunaan orde 1 dari tapis lolos
pengurangan dengan penggunaan kontinuasi ke tinggi dihasilkan bentuk dari pola anomali
atas yang lain (gambar 13 dan gambar 14). dangkal yang tergambarkan dengan baik atau
Berdasarkan hasil kontinuasi ke atas dan hampir menyerupai respon magnetik benda
pengurangan dengan hasil kontinuasi ke atas anomali dangkal (gambar 24).
(hasil anomali residual) dengan harga 200 m dan Tanpa melihat dari orde yang digunakan ,
300 m, maka dilakukan pula kontinuasi ke atas pemfilteran dengan parameter panjang gelombang
dengan harga 250 m. Hasil dari kontinuasi ke atas 800 m lebih baik dibanding dengan menggunakan
pada harga 250 m memperlihatkan hasil yang pemfilteran dengan parameter panjang gelombang
lebih baik dibanding dengan kontinuasi 200 m 200 m dan 400 m. Pemisahan antara anomali
dan 300 m (gambar 15) begitu juga dengan hasil regional – residual dengan metoda filter panjang
pengurangan dari data observasi anomali dalam gelombang menggunakan parameter panjang
dan dangkal ( hasil anomali residual) pada harga gelombang 800 m lebih baik dibanding yang lain
250 m (gambar 16). karena dari hasil pemfilteran terlihat pengaruh
Hasil yang didapatkan dari filter panjang dari benda anomali dangkal untuk hasil tapis lolos
gelombang terdiri dari 2 yaitu hasil tapis lolos rendah sangat berkurang atau bisa dikatakan tidak
rendah dan tapis lolos tinggi. Tapis lolos rendah ada, begitu juga dengan hasil tapis lolos tinggi,
berasosiasi dengan anomali regional dan tapis pengaruh anomali dalam dapat dikatakan tidak
lolos tinggi yang berasosiasi dengan anomali ada. Dari perbandingan profil juga terlihat hal
lokal. Oleh karena itu dengan menggunakan filter yang sama (gambar 21(a) dan gambar 23(a)).
panjang gelombang langsung didapatkan hasil
yang diinginkan (apakah anomali regional atau
anomali residual). 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Selain melihat bentuk pola dari grid yang 5.1 Kesimpulan
dihasilkan dan menyamakan skala warna, dibuat Hasil penerapan kontinuasi ke atas dan
juga penampang melintang dengan koordinat filter panjang gelombang pada data geomagnetik
yang sama dengan penampang melintang pada sintetik, menunjukan bahwa,
kontinuasi ke atas. Dari penggunaan parameter • Selain menggunakan IGRF, pemisahan
panjang gelombang 200 m, hasil tapis lolos anomali regional – residual pada data
rendah dan tapis lolos tinggi yang didapatkan geomagnetik dapat juga dilakukan dengan
dari setiap orde yang digunakan (1, 2, 5) belum melakukan kontinuasi ke atas dan filter
memberikan hasil yang optimum, hal ini panjang gelombang.
diakibatkan karena masih adanya pengaruh • Hasil kontinuasi ke atas yang dapat
anomali dalam pada hasil tapis lolos tinggi dan mendekati dan merepresentasikan anomali
begitu juga pada hasil tapis lolos rendah (gambar regional diperoleh dengan ketinggian sekitar
17 dan gambar 18). Hal serupa juga pada hasil 1/3 sampai ½ kedalaman puncak dari benda
penggunaan filter panjang gelombang dengan anomali dalam (regional).
panjang gelombang 400 m untuk setiap orde
(gambar 19 dan gambar 20).


 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan filter panjang gelombang untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

• Filter panjang gelombang juga dapat DAFTAR PUSTAKA


menentukan kedalaman pemisah dari • Blakely, R. J., 1995. Potential Theory In
anomali regional – residual yaitu h = ½ λ. Gravity And Magnetic Application.
Cambridge University Press. Cambridge
5.2 Saran
Data medan potensial memberikan • Bhattacharya, B. K., 1966. Continous
ambiguitas jika tidak didukung oleh data lain Spectrum Of The Total Magnetic Field
seperti data bor. Ambiguitas dipengaruhi antara
Anomaly Due To a Rectangular Prismatic
lain oleh geometri benda bawah permukaan, harga
properti fisika dari benda bawah permukaan dan Body. Geophysics, Vol.31, pp.97-121.
kedalaman dari benda bawah permukaan. Pada • Robinson, E. S., 1970., Upward
TA ini, yang digunakan hanyalah parameter
continuation of total intensity magnetic
kedalaman dari benda. Data yang digunakan
adalah data sintetik dengan harga kemagnetan fields. Geophysics, Vol.35, pp. 920-926. 
yang sama dan geometri yang tidak terlalu kontras • Geosoft Incorporated, 1994, MAGMAP 2D
selain level daerah pengukuran yang tidak
frequency domain processing, Software
bertopografi. Untuk penelitian kedepan sebaiknya
tidak hanya menggunakan satu parameter saja. Manual.
Alangkah lebih baik jika ketiga parameter dan • Grandis, H., Yudistira, T., 2001.
pengaruh topografi titik permukaan digunakan,
Transformasi data magnetik menggunakan
agar didapatkan suatu hasil yang dapat mewakili
kondisi real di bawah permukaan ketika sumber ekivalen 3-D . Prosiding HAGI.
diterapkan pada data real. • Jacobsen, B.H., 1987. A case of upward
continuation as a standard separation
filter for potential-field maps. Geophysics,
Vol 52, pp. 1138 – 1148.


 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan filter panjang gelombang untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

LAMPIRAN


 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data geomagnetik

Gambar 4. Respon magnetik dari benda anomali dalam Gamr 5. Respon magnetik dari benda anomali dalam. Gambar 6. Respon magnetik dari benda anomali
dan anomali dangkal. dangkal.


 
Aplikkasi Kontinuasi keatas dan poweer spectral analyssis untuk pemisaahan anomali reggional - anomali residual pada data
geomagneetik

Gamb
bar 7. Diagram alir (flowchart) pengolahan
p dataa

(a) (b)

9
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

(c) (e)

Gambar 8. (a) Hasil kontinuasi ke atas 100 m, (b) 200


m, (c) 300 m, (d) 400 m, (e) 500 m.

(d)

10 
 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

(a) (c)

(b) (d)

11 
 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

Gambar 9. (a) Hasil dari pengurangan respon


magnetik anomali dalam dan dangkal dengan hasil
kontinuasi 100 m, (b) 200 m, (c) 300 m, (d) 400, (e)
500 m.
(e)

12 
 
Aplikkasi Kontinuasi keatas
k dan poweer spectral analyssis untuk pemisaahan anomali reggional - anomali residual pada data
geomagneetik

(a)

Utara  Selataan 

(b)

Gaambar 10. (a) Arah


A penampang melintang dan ((b) profil responn magnetik bendaa anomali dalam
m dan dangkal

1
13
Aplikkasi Kontinuasi keatas
k dan poweer spectral analyssis untuk pemisaahan anomali reggional - anomali residual pada data
geomagneetik

Utara  Selattan 

Gambar 11. Prrofil perbandinggan hasil kontinuuasi ke atas denggan profil responn magnetik anom
mali dalam

(a)

1
14
Aplikkasi Kontinuasi keatas
k dan poweer spectral analyssis untuk pemisaahan anomali reggional - anomali residual pada data
geomagneetik

(b)
Gamb
bar 12. (a) Perbaandingan respon magnetik bendaa anomali dalam
m dengan respon kkontinuasi ke atas 200 m dan (b)
Perbandinngan respon magnetik benda anomali dalam denggan respon kontiinuasi ke atas 30
00 m.

Utara  Selataan 

Gaambar 13. Profill perbandingan hasil


h anomali ressidual dengan pro
ofil respon magnnetik benda anom
mali dangkal.

1
15
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

(a)

(b)
Gambar 14. (a) Perbandingan respon magnetik benda anomali dangkal dengan respon hasil anomali residual 200 m dan
(b) Perbandingan respon magnetik benda anomali dangkal dengan respon hasil anomali residual 300 m.

16 
 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

Gambar 15. Perbandingan respon magnetik anomali dalam dengan respon kontinuasi ke atas 250 m.

Gambar 16. Perbandingan respon magnetik anomali dangkal dengan respon hasil anomali residual 250 m

17 
 
Aplikkasi Kontinuasi keatas dan poweer spectral analyssis untuk pemisaahan anomali reggional - anomali residual pada data
geomagneetik

(a)

(b) (c)

1
18
Aplikkasi Kontinuasi keatas dan poweer spectral analyssis untuk pemisaahan anomali reggional - anomali residual pada data
geomagneetik

bar 17. Hasil tappis lolos rendah dengan λ = 200 m


Gamb
(a) Perbandingan proofil hasil tapis lolos rendah dengaan
profiil respon magnettik anomali dalam, (b) Hasil filteer
panjaang gelombang dengan
d orde 1, (c)
( dengan orde 2,
2
(d) (d)) dengan orde 5.

(a)

1
19
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

(b) (d)

Gambar 18. Hasil tapis lolos tinggi dengan λ = 200 m


(a) Perbandingan profil hasil tapis lolos tinggi dengan
profil respon magnetik anomali dangkal, (b) Hasil filter
panjang gelombang dengan orde 1, (c) dengan orde 2,

(c) (d) dengan orde 5.

20 
 
Aplikkasi Kontinuasi keatas dan poweer spectral analyssis untuk pemisaahan anomali reggional - anomali residual pada data
geomagneetik

(a)

(b) (c)

2
21
Aplikkasi Kontinuasi keatas dan poweer spectral analyssis untuk pemisaahan anomali reggional - anomali residual pada data
geomagneetik

bar 19. Hasil tappis lolos rendah dengan λ = 400 m


Gamb
(a) Perbandingan proofil hasil tapis lolos rendah dengaan
profiil respon magnettik anomali dalam, (b) Hasil filteer
panjaang gelombang dengan
d orde 1, (c)
( dengan orde 2,
2
(d)) dengan orde 5.
(d)

(a)

2
22
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

(b)
(d)

Gambar 20. Hasil tapis lolos tinggi dengan λ = 400 m


(a) Perbandingan profil hasil tapis lolos tinggi dengan
profil respon magnetik anomali dalam, (b) Hasil filter
panjang gelombang dengan orde 1, (c) dengan orde 2,
(c) (d) dengan orde 5.

23 
 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

(a)

(b) (c)

24 
 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

Gambar 21. Hasil tapis lolos rendah dengan λ = 800 m


(a) Perbandingan profil hasil tapis lolos rendah dengan
profil respon magnetik anomali dalam, (b) Hasil filter
panjang gelombang dengan orde 1, (c) dengan orde 2,
(d) dengan orde 5.
(d)

Gambar 22. Perbandingan respon magnetik anomali benda dalam (kiri) dengan hasil tapis lolos rendah λ = 800 orde 5.

25 
 
Aplikkasi Kontinuasi keatas dan poweer spectral analyssis untuk pemisaahan anomali reggional - anomali residual pada data
geomagneetik

(a)

(b) (c)

2
26
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

Gambar 23. Hasil tapis lolos tinggi dengan λ = 800 m


(a) Perbandingan profil hasil tapis lolos tinggi dengan
profil respon magnetik anomali dalam, (b) Hasil filter
panjang gelombang dengan orde 1, (c) dengan orde 2,
(d) dengan orde 5.
(d)

Gambar 24. Perbandingan respon magnetik anomali benda dangkal (kiri) dengan hasil tapis lolos rendah λ = 800 orde 1.

27 
 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

UCAPAN TERIMA KASIH 
Sekali lagi saya mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil’alamin, “terima  kasih  Yaa  ALLAH  berkat 
rahmat  dan  petunjuk­MU  lah  hamba  bisa  menyelesaikan  studi  hamba  di  jenjang  S1,  hamba 
yakin bahwa ini bukanlah suatu akhir tapi mungkin suatu awal dari perjalanan hidup hamba”
dan Shalawat selalu disampaikan kepada Rasullullah SAW.
Kepada seluruh dosen yang pernah mengajarku baik dosen GM, Geologi, Fisika , maupun TG “terima
kasih pak atas ilmu‐ilmu yang diberikan selama ini”. Terutama kepada  Bapak  Grandis yang
menginspirasiku untuk terus belajar segala hal (you are inspiring me a lot and I proud finish it with you, 
nasehat  bapak  ga  akan  bisa  aq  lupakan) dan Bapak  Tedi  Yudistira ketika masih di kampus yang
selalu aq jadikan teman diskusi di Lab. Geofisika Terapan ampe malam dan teman diskusi via chatting
ketika bapak di Prancis.
Kepada Mama dan Papa yang selalu memberikan support dan doa yang tiada putus‐putus, My lovely 
older  brother  (Abang) yang selalu aq jadikan teman sebaya t4 aq bercerita tentang segala sesuatu
yang aq hadapin walaupun sering ngeselin (bang Soni duluan stek dih!!), My lovely elder sister (cece)
yang aq jadikan t4 curhat ketika motivasiku menurun dan ketika aq lagi sedih (c makasih ya atas
motivasi dan solusi yang cc berikan ketika Soni menghadapi suatu masalah), My  lovely  younger 
brother  (Dani) yang selalu aq suruh2 (Dan apo yang uda suruah tu sabanyo untuak Dani juo, Elok‐
elok kuliah dih!!!), dan My  lovely  younger  sister  (Lathifah) yang sangat aq sayangin walaupun
sayang yang aq berikan kadang‐kadang membuat dia nangis :‐P (Thifa belajar yang rajin ya, Thifa pasti
bisa dapat ranking satu masak rangking 2‐5 terus, bantu mama dan papa juga jangan lupa!!!). Kakak 
Titi  dan  Ayang atas pandangan‐pandangan dan saran‐saran yang diberikan. Dan seluruh Keluarga
besar (Mami dan pak uncu, Bunda dan Apak Uyun, Ibu Guru dan Apak Ujang, Andri dan Merin dan
seluruhnya yang ga bisa disebutkan satu persatu.)
Selanjutnya kepada Mas Sabri dan Mas Udin atas diskusi‐diskusi yang sangat membantu sekali ketika
mendekati waktu TA yang membuat saya menjadi lebih memahami konsep dari apa yang saya
kerjakan.
Kepada Sahabatku Hanif,  Alpandi,  dan  Ajunk  dan  M.  Taufik  Nugraha. Untuk Hanif dan Alpandi
“kapan nih kalian ngerjain TA‐nya?? Kok ga pernah keliatan ama awa?? Ku Doakan kalian bisa
menyusul segera”. Untuk Ajunk “makasih ya atas pertemanan selama ini dan masukan‐masukannya, aq
banyak belajar dari kamu, oh ya bantuin Hanif ma Alpandi ya, aq titip mereka :‐P!!!”. Untuk Topik “Pik
ahirnya kita bisa bareng ya, tapi Alpandi ketinggalan nih??”
Kepada Karwin,  Wastono,  Fitri,  Fahmi,  Insan,  dan  Jono yang memberikan support ketika aq mau
sidang susulan. Oki,  Mini,  Ajuy,  Samsu,  Yoyo,  Echa,  dan  Mas  Fino (13 orang wisudawan/ti) dari
Geofisika untuk wisuda April 2009 yang menjadi teman seperjuangan dalam mengejar wisuda April ini.
Kepada  Keluarga  Besar  TerraLOG  Exploration  Services, Bapak  Agus  Hendro (makasih atas
saran2nya pak), Mbak Tila, Kak Ferry (makasih kak atas sarannya ketika aq pusing coding matlab),
Bu cindy, Bang Ronny (Roncil), Kang Soma, Gede, dan semuanya, terima kasih banyak atas semua
bayolannya yang menghibur dan ikatan keluarga yang telah dibangun.

28 
 
Aplikasi Kontinuasi keatas dan power spectral analysis untuk pemisahan anomali regional - anomali residual pada data
geomagnetik

Kepada teman2 wisudawan/ti dari meteo dan ocean yang juga menjadi teman seperjuangan dalam
mengejar wisuda april ini, khususnya kepada Da  Hengki yang semakin wah saja, Aji,  Eki,  dan  Eko 
Tole. Untuk Eki “kapan kita foto2nya nih??”
Kepada Dhanie dan Dhinie dua saudara yang aneh, teman chatting.
Kepada Para Blogger yang tulisannya menjadi salah satu sumber inspirasi, kepada Uda Vizon, Sensei 
Emi,  bunda  Enny,  Tante  Lala,  Catra,  Bang  Imoe,  Maya  Puspita, dan blogger lainnya (kapan bisa
kopdar ya?? Mupeng mode on).
Kepada teman2  senator  kongres  KM­ITB  06/07, Keluarga  besar  HMGM atas pertemanan dan
perjalanan yang telah dilalui, Semoga HMGM kedepannya tetap ada di kampus gajah ini.
Kepada teman2 UKM (Unit Kesenian Minangkabau) yang secara langsung mengubah pola tidur saya
ketika mendekati Dies Natalis dan berpengaruh setelah dies yang lumayan susah untuk direset kembali
seperti semula.. Kepada Uda‐uda, uni‐uni, teman2  angkatan  2004 (Bang  Mul,  Jack,  dan  Ustad, Da 
kamex yang lah duluan di juli patang, momon sang entertainer sejati, dan semua‐semuanya deh)..
Untuk Bang Mul “pas masuak awa samo dak bang Mul, trus pas kalua samo pulo..”
Kepada Mas  Iwan,  Mas  Pul­Pul,  dan  Mbak  Risna yang merupakan sebagian dari Tim pengukuran
resistivity Umbulan dan sekitar, makasih atas pertemanannya ya mas dan mbak..
Dan terakhir saya juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Oh ya dalam pengerjaan TA jangan lupa jaga pola makan dan pola tidur, intinya mah jangan ampe sakit
ketika mendekati hari sidang!!!

29 
 

Anda mungkin juga menyukai