Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Metode Dekonvolusi Euler .............................................................................................................

(Handyarso & Mauluda)

PENERAPAN METODE DEKONVOLUSI EULER


UNTUK ESTIMASI KEDALAMAN SUMBER ANOMALI
Studi Kasus: Pendugaan Ketebalan Lapisan New Guinea Limestone Group
di Daerah Mogoi, Papua Barat
(Implementation Of Euler Deconvolution Method For Depth Estimation
Of The Causative Bodies, Case Study: New Guinea Limestone Group Thickness Estimation
at Mogoi Region, West Papua)
A. Handyarso1 dan A.D. Mauluda2
1
Bidang Geosains, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi
2
Fakultas Sains dan Teknologi, Univ. Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Jl. Diponegoro no. 57 Gedung B Lantai 1, Bandung, 40122 Indonesia
E-mail: accep.handyarso@esdm.go.id

Diterima (received): 06 September 2017; Direvisi (revised): 30 Maret 2018; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 24 Mei 2018

ABSTRAK

Metode gayaberat merupakan salah satu metode geofisika yang kerap digunakan dalam studi
pendahuluan cekungan sedimen. Metode ini memiliki resolusi lateral yang baik namun tidak pada resolusi
vertikalnya. Metode Dekonvolusi Euler merupakan salah satu metode estimasi kedalaman sumber anomali
pada data gayaberat. Keberadaan lapisan New Guinea Limestone Group di Cekungan Bintuni menyebabkan
berbagai permasalahan dalam proses interpretasi. Estimasi ketebalan New Guinea Limestone Group ini dapat
dilakukan berdasarkan data anomali residual gayaberat dan algoritma inversi tertentu. Metode Dekonvolusi
Euler diterapkan pada data sintetik dan data lapangan di Cekungan Bintuni (daerah Mogoi, Papua Barat).
Hasil penerapan metode Dekonvolusi Euler pada data sintetik memberikan solusi kedalaman yang sesuai
dengan model bawah permukaan. Penerapan metode Dekonvolusi Euler pada data lapangan menghasilkan
kedalaman anomali antiklin dengan kelurusan Tenggara – Barat Laut pada 2513.95 m dan kedalaman
anomali antiklin dengan kelurusan Barat Daya – Timur Laut pada 2860.31 m. Diduga terjadi penambahan
kedalaman ke arah timur daerah penelitian, hal ini sesuai dengan pola konfigurasi basement di daerah
penelitian yang semakin dalam ke arah Timur. Solusi Dekonvolusi Euler tersebut digunakan sebagai
informasi awal pada saat melakukan inversi data gayaberat berdasarkan algoritma inversi planting density
anomalies. Berdasarkan hasil inversi tersebut diperoleh ketebalan sumber anomali yang diinterpretasikan
sebagai New Guinea Limestone Group sekitar ±2000.00 m.

Kata kunci: gayaberat, estimasi kedalaman sumber, Dekonvolusi Euler, inversi gayaberat, mogoi

ABSTRACT

The gravity method is one of the geophysical methods which is commonly used in the preliminary study
of sedimentary basins. This method has a good lateral resolution but on the contrary with its vertical
resolution. Euler Deconvolution method is one of the depth to sources estimator method in gravity data. The
existence of the New Guinea Limestone Group layer in the Bintuni Basin causes various problems in the
interpretation process. Estimated thickness of New Guinea Limestone Group can be performed based on
residual gravity anomaly data and certain inversion algorithm. The Euler Deconvolution method is applied to
synthetic data and field data in the Bintuni Basin (Mogoi area, West Papua). The results of the Euler
Deconvolution method of synthetic data provide depth solution that correspond to subsurface models. The
application of Euler’s Deconvolution method to field data yielded a depth of anticline anomaly with
southeast-northwest allignment at 2513.95 m and a depth of anticline anomaly with southwest-northeast
allignment at 2860.31 m. It is suspected that there are addition of depth to the east of study area, this is in
accordance with the basement configuration pattern in the study area which is deepening to the east. The
Euler Deconvolution solution method is used as initial information during the gravity data inversions based
on the inversion algorithm of planting density anomalies. Based on the gravity data inversion results
obtained, the thickness of the anomalous source which is interpreted as New Guinea Limestone Group about
±2000 m.

Keywords: Gravity, depth to source estimation, Euler Deconvolution, gravity inversion, Mogoi.

http://doi.org/10.24895/JIG.2018.24-1.726 21
Geomatika Volume 24 No 1 Mei 2018: 21-30

PENDAHULUAN merupakan kedalaman dari bagian atas sumber


anomali. Penerapan metode Peter melibatkan
Metode gayaberat merupakan metode yang konstanta tertentu sebagai pembanding. Metode
umumnya digunakan sebagai metode Peter berkembang menjadi metode Derivative
pendahuluan dalam penelitian geofisika. Metode (Bott & Smith, 1958). Metode ini didasarkan pada
gayaberat ini dapat dengan cepat memetakan first, second dan third derivative dari anomali
distribusi lateral densitas bawah permukaan. gayaberat dan magnetik. Metode Dekonvolusi
Metode gayaberat telah banyak diaplikasikan pada Werner merupakan sebuah teknik windowing
berbagai kasus seperti pada eksplorasi minyak terhadap data anomali magnetik. Metode ini
dan gas bumi, eksplorasi mineral, eksplorasi membagi hasil pengukuran Total Magnetik
geothermal, investigasi struktur geologi bawah Intensity (TMI) menjadi beberapa bagian dimana
permukaan, kegunungapian, deformasi bawah setiap bagian menginformasikan posisi sumber
permukaan, penelitian perubahan muka air tanah, anomali. Perlakuan plotting terhadap hasil
monitoring fluida, enhance oil recovery (EOR) estimasi kedalaman tersebut, akan menghasilkan
dsb. Kelemahan metode gayaberat terletak pada cluster data kedalaman yang merepresentasikan
resolusi vertikalnya, hal ini disebabkan karena lokasi sumber anomali yang sebenarnya. Teknik
percepatan gayaberat yang terukur di permukaan “window” yang bergerak sepanjang profil data
bumi merupakan superposisi dari setiap elemen inilah yang kemudian menyebabkan metode ini
sumber yang berada di bawah permukaan dengan disebut sebagai dekonvolusi. Metode Spectral
nilai densitas dan kedalaman yang bervariasi. Analysis memanfaatkan algoritma Fast Fourier
Keterbatasan fisis ini menimbulkan ambiguitas Transform (FFT) dalam perhitungannya. Anomali
pada metode gayaberat, sehingga proses gayaberat atau magnetik ini dikonversi dari
pemisahan data gayaberat tidak dapat dilakukan domain spasial ke domain frekuensi. Kedalaman
secara sempurna (Telford, Geldart, & Sheriff, sumber anomali dijelaskan berdasarkan konsep
1990). panjang gelombang (wavenumber) yang
Terdapat beragam metode yang dapat diperoleh.
digunakan sebagai pendekatan dalam melakukan Penelitian yang dilakukan di daerah Mogoi
estimasi kedalaman sumber anomali gayaberat. berdekatan dengan salah satu lapangan minyak
Metode Depth to Source Estimation tersebut dan gas (migas) di Cekungan Bintuni. Lokasi
antara lain metode Peter, metode Dekonvolusi penelitian dibatasi dengan koordinat 133.167⁰ s.d.
Euler, Dekonvolusi Werner, Spectral Analysis dsb. 133.405⁰ BT dan 1.83⁰ s.d. 2.00⁰ LS (Gambar 1).
Metode Peter pada dasarnya adalah sebuah Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke
pendekatan grafis terhadap pola anomali dalam wilayah Distrik Tembuni, Kabupaten Teluk
gayaberat atau pola anomali magnetik. Estimasi Bintuni, Provinsi Papua Barat. Lokasi ini dapat
kedalaman sumber dilakukan dengan dua garis dijangkau dengan transportasi darat dari kota
singgung yang sejajar, dimana satu garis Bintuni selama ±3 jam perjalanan.
singgung pada anomali maksimum dan garis
singgung lainnya pada anomali minimum. Jarak
Horizontal kedua garis singgung tersebut

Gambar 1. Lokasi penelitian di daerah Mogoi.

22
Penerapan Metode Dekonvolusi Euler ............................................................................................................. (Handyarso & Mauluda)

Pada Gambar 1 dijelaskan bahwa titik hitam information) dalam pemodelan struktur geologi
dalah lokasi pengukuran gayaberat sedangkan bawah permukaan berdasarkan algoritma inversi
titik merah adalah posisi sumur produksi migas tertentu. Algoritma inversi yang digunakan dalam
milik petro Papua Mogoi Wasian (PPMW). Jalan paper ini adalah metode Planting density
Bintuni-Mogoi ditunjukan dengan garis merah, anomalies (Uieda & Barbosa, 2012).
sedangkan Sungai Tembuni ditunjukkan dengan Data anomali residual gayaberat digunakan
garis biru. Morfologi daerah penelitian berupa sebagai data masukan pada algoritma inversi.
dataran rendah hingga perbukitan sedang dengan Berdasarkan stratigrafi daerah penelitian, dari
ketinggian ±200 m di atas muka air laut (MSL). semua lapisan sedimen yang ada di atas
Secara umum daerah penelitian tertutupi oleh basement (batuan alas) memiliki nilai densitas
Formasi Klasafet, Formasi Steenkool, dan yang lebih rendah daripada densitas
Endapan Aluvial. batugamping (New Guine Limestone Group).
Penelitian ini menyajikan aplikasi metode Dengan demikian, apabila diasumsikan bahwa
Dekonvolusi Euler untuk memperkirakan anomali regional menunjukkan undulasi
kedalaman batuan sumber (causative bodies) basement, maka anomali residual adalah seluruh
yang tercitra sebagai antiklin di daerah Mogoi, lapisan sedimen yang berada di atas basement.
Papua Barat. Hasil estimasi kedalaman pusat Asumsi ini akan berimplikasi bahwa New Guinea
massa sumber anomali tersebut digunakan Limestone Group akan memiliki kontrast
sebagai informasi awal pada saat melakukan densitas yang lebih tinggi daripada sedimen lain
inversi gayaberat. Metode inversi gayaberat yang yang berada di atas dan di bawah lapisan
digunakan adalah berdasarkan algoritma tersebut. Dengan menggunakan asumsi
compactness (Last & Kubik, 1983), growing semacam ini maka algoritma inversi tersebut
bodies (Camacho, Montesinos, & Vieira, 2000), dapat digunakan dengan nilai kontrast densitas
planting density anomalies (Uieda & Barbosa, positif.
2012) atau algoritma lain yang sejenis.
Metode Gayaberat
METODE
Anomali gayaberat merupakan selisih antara
Penelitian melibatkan penggunaan data nilai gayaberat hasil pengamatan dengan nilai
sintetik dan data lapangan. Metode Dekonvolusi gayaberat teoritis. Nilai gayaberat hasil
Euler terlebih dahulu diterapkan pada data sintetik pengamatan dikoreksi dengan koreksi pasang–
yang merupakan respon model dari model bawah surut gayaberat (tide correction) dan koreksi
permukaan yang telah diketahui parameternya. apungan (drift), sedangkan nilai gayaberat teoritis
Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat berupa g normal ( g n ) yang dikoreksi dengan
akurasi hasil estimasi kedalaman berdasarkan koreksi udara bebas (Free–Air correction), koreksi
metode Dekonvolusi Euler. Model bawah Bouguer (Bouguer correction) dan koreksi medan
permukaan dibuat dan dihitung berdasarkan (terrain correction). Formula perhitungan anomali
persamaan analitik dengan pendekatan prisma 3D gayaberat dapat dituliskan pada Persamaan 1,
sebagaimana telah diformulasikan oleh Plouff Persamaan 2, Persamaan 3, Persamaan 4,
(1970) dalam Blakely (1995) yang kemudian Persamaan 5, dan Persamaan 6 (Handyarso &
dimodifikasi oleh The University of British Padmawidjaja, 2017; Lillie, 1999):
Columbia–Geophysics Inversion Facilities
(UBC–GIF) melalui perangkat lunak MeshTool 3D.
g anomali  g observasi  g teoritis (1)
Pengujian dengan data sintetik selesai g observasi  gbaca  tide  drift (2)
dilakukan, maka langkah berikutnya adalah
menerapkan metode Dekonvolusi Euler pada data gteoritis  gn  FAC  BC  TERR (3)
lapangan. Data lapangan yang digunakan 1  0.00193185138639 sin  2

merupakan data primer hasil akuisisi data gn  ge (4)


gayaberat di Cekungan Bintuni pada tahun 2016
1  0.00669437999013sin 2 
(Handyarso & Padmawidjaja, 2017). Akuisisi data  mGal 
gayaberat dilakukan dengan interval ±2 km antar FAC  h   0.308  (5)
titik pengukuran dan data ketinggian diperoleh  m 
dengan metode Differential Global Positioning BC  2    G  h  0.0419    h (6)
System (DGPS) yang dikontrol dengan
menggunakan Titik Kontrol Geodesi (TKG) dimana :
terdekat. Metode Dekonvolusi Euler digunakan gn : nilai gayaberat normal pada World
untuk mengetahui kedalaman sumber anomali
gayaberat yang tercitra sebagai anomali antiklin di Geodetic System 1984 (Blakely, 1995)
daerah Mogoi. Hasil estimasi kedalaman ini ge : nilai gayaberat di ekuator (978
kemudian digunakan sebagai informasi awal ( prior
032.67714 mGal)

23
Geomatika Volume 24 No 1 Mei 2018: 21-30

g obs m, 30000 m, 6000 m) dengan nilai kontras


: nilai gayaberat hasil pengamatan
densitas 800 kg/m3. Pusat massa sumber anomali
g baca : nilai gayaberat hasil pembacaan dalam berada pada (25000 m, 22000 m, 4000 m). Model
sintesis tersebut diilustrasikan pada Gambar 2.
mGal Perhitungan respon model menggunakan
 : posisi lintang (latitude) dari titik persamaan 7 memberikan anomali gayaberat
pengukuran sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.
FAC : koreksi udara bebas (free air correction)
dalam mGal
h : ketinggian titik pengamatan dari muka
air laut (MSL)
BC : koreksi Bouguer (Bouguer correction)
dalam mGal
TERR : koreksi medan (terrain correction)
 : densitas dari Bouguer slab
G : konstanta gravitasi Gambar 2. Model sintetis bawah permukaan dengan
dimensi 10000 m x 16000 m x 4000 m (p
Metode Forward Modeling x l x t).

Interpretasi data gayaberat pada umumnya


melibatkan proses pemodelan ke depan (forward
modeling). Proses pemodelan ke depan umumnya
menggunakan bentuk sumber anomali yang
sederhana dan ideal seperti bentuk bola, silinder,
dan atau prisma 3D. Pemanfaatan bentuk sumber
anomali sederhana dipilih karena memungkinkan
untuk perhitungan analitik guna mengetahui
respon model gayaberat akibat adanya sumber
anomali tersebut. Model geologi yang lebih
kompleks dapat disusun berdasarkan bentuk
sumber anomali sederhana tersebut. Dalam
penelitian ini digunakan pendekatan numerik
prisma 3D sebagaimana telah diformulasikan oleh
Plouff (1976) dalam Blakely (1995) formulasi
dituliskan pada Persamaan 7, Persamaan 8,
Persamaan 9, dan Persamaan 10.

2 2 2
g z  G      ijk AA  BB  CC  (7) Gambar 3. Pola anomali gayaberat (mGal)
i 1 j 1 k 1 berdasarkan pemodelan kedepan dari
model sintetis dengan menggunakan
xi y j
AA  z k tan 1 (8) persamaan 7.
z k Rijk
Metode Dekonvolusi Euler
BB  xi log( Rijk  y j ) (9)
Metode Dekonvolusi Euler merupakan salah
satu metode anomaly enhancement pada data
CC  yi log( Rijk  x j ) (10) geopotensial. Apabila teknik Second Vertical
Derivative (SVD) digunakan untuk delineasi
Dimana G  6.67x1011 m3 kg1s 2 struktur patahan, maka metode Dekonvolusi Euler
digunakan dalam estimasi kedalaman sumber
adalah konstanta gravitasi universal,  adalah anomali gayaberat ataupun anomali magnetik.
kontras densitas, 
ijk  1i 1 j 1k , xi , y j , z k  Pada awalnya metode Dekonvolusi Euler
digunakan untuk estimasi kedalaman batuan
secara berurutan sebagai arah timur, arah utara, dasar (basement) pada kasus eksplorasi
dan kedalaman serta Rijk  xi2  y 2j  z k2 . hidrokarbon (Davis & Li, 2009). Namun, metode
Dekonvolusi Euler ini berkembang menjadi lebih
Model bawah permukaan berupa sebuah
luas, seperti estimasi kedalaman sumber anomali
prisma 3D dengan dimensi 10000 m x 16000 m x
magnetik (Reid, Allsop, Granser, Millett, &
4000 m (panjang x lebar x tebal) yang terletak
Somerton, 1990; Thompson, 1982) dan aplikasi
pada (20000 m, 14000 m, 2000 m) hingga (30000

24
Penerapan Metode Dekonvolusi Euler ............................................................................................................. (Handyarso & Mauluda)

metode Dekonvolusi Euler pada data gayaberat yang mengontrol daerah Kepala Burung. Hingga
(Durrheim & Cooper, 1998; KLINGELÉ, MARSON, saat ini, terdapat Lempeng Samudra Pasifik
& KAHLE, 1991; Marson & Klingele, 1993). (Caroline) yang bergerak relatif terhadap Passive
Metode Dekonvolusi Euler dapat dituliskan Margin Australia dengan kecepatan 11 cm/thn
sebagai Persamaan (11) berikut (Blakely, (Cloos et al., 2005). Aktivitas tektonik ini
1995). memunculkan pola-pola closure antiklin atau
lipatan dan sesar naik di daerah penelitian dengan
 x  x0  kelurusan Tenggara-Barat Laut seperti terlihat
   
g i   y  y 0   n  g i
dari pola anomali residual gayaberat daerah
 x g i y
gi
z 
(11) Bintuni-Kamundan (Handyarso & Padmawidjaja,
  z  z 0  2017). Daerah penelitian di Mogoi merupakan
sebagian kecil dari daerah Bintuni-Kamundan
Pusat massa sumber anomali adalah  x0 , y 0 , z 0  , yang telah dipetakan pada tahun 2016. Di daerah

x, y, z , struktur indeks


Mogoi ini terlihat adanya pola kelurusan
lokasi titik pengamatan Tenggara-Barat Laut yang diduga berkaitan
dengan plays concepts migas di daerah tersebut
n , dan data gayaberat atau magnetik gi . Nilai (Gambar 7).
gradient horizontal dan gradient vertikal yang
diketahui dari data geopotensial akan
menghasilkan posisi sumber anomali. Adapun nilai
struktur indeks dapat merujuk pada Tabel 1
(Yudistira & Grandis, 1998).

Tabel 1. Nilai struktur indeks dari berbagai sumber


anomali gayaberat.
n Tipe Sumber

0 Sill / Dyke / Step

0.5 Pita

1 Pipa

2 Bola

Tatanan Geologi

Stratigrafi Regional

Daerah penelitian yang berada di Mogoi,


Papua Barat masih termasuk ke dalam kawasan
Cekungan Bintuni. Cekungan Bintuni dialasi oleh
Formasi Kemum yang berumur silur-devon dan Gambar 4. Kolom stratigrafi daerah penelitian di
Cekungan Bintuni (DATA, 2006).
tertindih secara tidak selaras oleh Kelompok Aifam
yang terdiri dari Formasi Aimau, Aiduna dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Ainim. Diatas Kelompok Aifam terdapat Formasi
Tipuma yang menindih secara tidak selaras di Metode Dekonvolusi Euler dilakukan pada
atasnya. Kelompok Kembelangan yang berumur data sintetik dan data lapangan. Pengujian pada
Jurasik awal-kapur juga menindih secara tidak data sintetik ditujukan untuk mengetahui akurasi
selaras diatas Formasi Tipuma. Formasi Waripi hasil estimasi kedalaman dari metode Dekonvolusi
menindih selaras Kelompok Kembelangan dan Euler pada sumber anomali yang sudah diketahui
berumur Paleosen yang kemudian diikuti dengan parameternya. Metode Dekonvolusi Euler tersebut
New Guinea Limestone Group, Formasi Klasafet digunakan untuk pendugaan kedalaman sumber
dan Formasi Steenkool (DATA, 2006) anomali antiklin di daerah Mogoi. Dengan
sebagaimana ditunjukan pada Gambar 4. demikian akurasi dari hasil estimasi kedalaman
sumber anomali antiklin di lapangan Mogoi
Tektonik Regional
tersebut dapat diperkirakan.
Cekungan Bintuni secara umum berada di Penerapan metode Dekonvolusi Euler pada
daerah Kepala Burung Pulau Papua. Secara data sintetis memberikan solusi yang cukup
regional, terdapat beberapa aktivitas tektonik banyak (Gambar 5). Dengan melakukan

25
Geomatika Volume 24 No 1 Mei 2018: 21-30

penentuan lokasi peak pada grid data (plateau) pendangkalan sumber anomali ke arah Barat.
berdasarkan teknik window pada Analytic Signal Undulasi sumber anomali ini selaras dengan hasil
(AS) maka akan diperoleh lokasi dari solusi yang perkiraan konfigurasi batuan batuan dasar
tepat (Barbosa, Silva, & Medeiros, 1999; Melo, (basement) yang juga mengalami pendangkalan
Barbosa, Uieda, Oliveira Jr., & Silva, 2013). Solusi ke arah barat (Mogoi). Secara umum, kedalaman
Euler yang diperoleh hanya terdiri dari satu batuan dasar di daerah penelitian diperkirakan
kelompok lokasi tertentu dengan estimasi pada ±4 km. Hasil ini diperoleh berdasarkan
kedalamannya. Pada data sintetik diperoleh dua pemodelan struktur bawah permukaan di
nilai kedalaman yaitu 3587.01 m dan 4186.36 m Cekungan Bintuni berdasarkan data gayaberat
(Gambar 6). Hasil ini sesuai dengan parameter (Handyarso & Padmawidjaja, 2017).
model bawah permukaan yang dibuat
(Gambar 2). Metode Dekonvolusi Euler
memberikan hasil estimasi kedalaman yang akurat
karena mendekati kondisi model bawah
permukaan yang dibuat sebelumnya. Metode
Dekonvolusi Euler merupakan teknik analisis
Depth to Source Estimation dengan sumber
anomali tunggal. Meskipun kondisi ideal semacam
ini jarang sekali dijumpai pada kondisi real di
lapangan.

Gambar 6. Hasil estimasi kedalaman model bawah


permukaan (data sintetik) dengan
penentuan lokasi peak berdasarkan
Analytic Signal (AS).

Lokasi kedalaman sumber anomali yang


diperoleh berdasarkan metode Dekonvolusi Euler
berada pada kedalaman ±2500 m s.d. ±3000 m
(semakin dalam ke arah Timur). Kedalaman ini
adalah kedalaman pusat massa dari sumber
anomali (causative bodies). Sumber anomali ini
diinterpretasikan berupa Formasi New Guinea
Limestone (NGL) Group. Berdasarkan informasi
Gambar 5. Hasil estimasi kedalaman dengan metode pemboran dari sumur eksplorasi Mogoi Deep–1
Dekonvolusi Euler pada data sintetik.
yang terletak dekat dengan anomali antiklin di
Penerapan metode Dekonvolusi Euler pada sebelah baratlaut menembus kedalaman hingga
data lapangan di daerah Mogoi memberikan hasil 2917.0 m dan diketahui bahwa Formasi Ainim dan
estimasi kedalaman sebesar 2513.95 m untuk Formasi Jass dijumpai pada kedalaman ±2400 m
anomali antiklin di sebelah Barat Laut dan s.d. ±2800 m (DATA, 2006). Sementara
2860.31 m untuk anomali antiklin di sebelah berdasarkan informasi stratigrafi daerah
Timur daerah penelitian. Anomali pertama berupa penelitian, Formasi Jass ditindih secara selaras
ketinggian antiklin dengan arah kelurusan oleh Formasi Waripi yang berumur Paleosen.
Tenggara–Barat Laut, sedangkan anomali kedua Formasi Waripi ini memiliki shally carbonates,
berupa antiklin dengan arah kelurusan Barat sehingga secara umum memiliki karakteristik
Daya–Timur Laut (Gambar 7). batugamping. Formasi Waripi ditindih secara
Anomali pertama berada di sebelah Barat selaras oleh New Guinea Limestone Group (DATA,
anomali kedua. Dari sudut pandang kedalaman, 2006), sehingga Formasi Waripi masih dapat
anomali kedua lebih dalam daripada anomali dikelompokan dalam kelompok NGL Group. Hasil
pertama. Hal ini menunjukkan adanya estimasi kedalaman sumber anomali di sebelah

26
Penerapan Metode Dekonvolusi Euler ............................................................................................................. (Handyarso & Mauluda)

Barat Laut daerah penelitian berdasarkan metode Dekonvolusi Euler diperoleh kedalaman ±2500 m.

Gambar 7. Hasil estimasi kedalaman sumber anomali antiklin di Mogoi berdasarkan metode Dekonvolusi Euler dalam
meter di tumpang susun dengan pola anomali residual.

Gravity Inversion

2000

4000
Depth

6000

8000

10000

9.795
3.2
9.79 3.15
6
9.785 3.1
x 10
3.05 5
3 x 10
9.78
North
East

Gambar 8. Hasil metode Dekonvolusi Euler dapat digunakan sebagai inisial model berupa initial seeds (the green
cubes) pada mekanisme inversi. Salah satu contoh adalah pada algoritma “ planting density anomalies”
(Uieda & Barbosa, 2012).

Sumber anomali ini diduga berasosiasi beda, sehingga proses pemisahan data gayaberat
dengan litologi New Guinea Limestone Group. tidak dapat dilakukan dengan sempurna
Hasil ini kemudian dijadikan inisial model (initial (Telford et al., 1990) termasuk dalam hal ini
seeds) pada saat melakukan inversi data adalah pemisahan anomali regional–residual.
gayaberat sebagaimana ditunjukkan dengan Selain itu penggunaan nilai struktur indeks pada
green cubes (Gambar 8). Perbedaan yang data sintetik (model) belum tentu sesuai untuk
muncul dapat disebabkan karena terdapat data lapangan, ketidaksesuaian tersebut tentu
keterbatasan fisis pada metode gayaberat yaitu memberikan solusi Euler yang berbeda. Namun,
nilai gayaberat yang terukur di permukaan informasi kedalaman tersebut masih dapat
merupakan superposisi dari semua elemen digunakan sebagai informasi awal pada saat
dengan densitas dan kedalaman yang berbeda- melakukan interpretasi di bawah permukaan

27
Geomatika Volume 24 No 1 Mei 2018: 21-30

melalui mekanisme inversi data gayaberat yang UCAPAN TERIMA KASIH


selanjutnya dapat mengkoreksi posisi pusat massa
dan geometri sumber berdasarkan nilai densitas Penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang diberikan (Gambar 8). Kepala Pusat Survei Geologi berserta jajaran yang
Berdasarkan hasil inversi data gayaberat, telah memberikan fasilitas selama pelaksanaan
diperoleh ketebalan lapisan New Guinea kegiatan penelitian dan terima kasih kepada para
Limestone (NGL) Group di daerah penelitian reviewer atas sumbang saran dalam peningkatan
diperkirakan ±2000 m. Hasil ini memiliki kualitas naskah ini.
kesesuaian dengan pemodelan gayaberat yang
dilakukan di Semenanjung Onin-Kumawa (Untung DAFTAR PUSTAKA
et al., 1994). Berdasarkan pemodelan tersebut Barbosa, V. C. F., Silva, J. B. C., & Medeiros, W. E.
diketahui bahwa ketebalan lapisan New Guinea (1999). Stability analysis and improvement of
Limestone (NGL) Group di daerah Onin-Kumawa structural index estimation in Euler deconvolution.
dapat mencapai ±3000 m s.d. ±4000 m. Geophysics, 64(1), 48.
Meskipun berbeda lokasi dengan daerah https://doi.org/10.1190/1.1444529
penelitian, namun kedua daerah tersebut masih Blakely, R. J. (1995). Potential Theory in Gravity and
dialasi oleh Lempeng Benua Asutralia, sehingga Magnetic Applications.
fase transgresi (transgression) yang terjadi diduga https://doi.org/10.1017/CBO9780511549816
Bott, M. H. ., & Smith, R. A. (1958). The Estimation Of
masih mirip pada kedua lokasi tersebut.
The Limiting Depth Of Gravitating Bodies.
Transgresi dapat berupa kenaikan muka laut atau Geophysical Prospecting, 6(1), 1–10.
daratan yang bergerak turun (sinking) pada saat Camacho, A. G., Montesinos, F. G., & Vieira, R. (2000).
fase rifting. Fase transgresi inilah yang diduga Gravity inversion by means of growing bodies.
akan melahirkan New Guinea Limestone (NGL) Geophysics, 65(1), 95–101.
Group yang cukup tebal di Cekungan Bintuni, https://doi.org/10.1190/1.1444729
termasuk di daerah Onin-Kumawa dan daerah Cloos, M., Sapiie, B., Van Ufford, A. Q., Weiland, R. J.,
Mogoi yang merupakan daerah penelitian dalam Warren, P. Q., & McMahon, T. P. (2005).
paper ini. Collisional delamination in New Guinea: The
geotectonics of subducting slab breakoff.
KESIMPULAN Geological Society of America Special Paper, 400,
1–51. https://doi.org/10.1130/2005.2400.
DATA, P. P. N. (2006). Indonesia Basin Summaries
Metode Dekonvolusi Euler memberikan solusi (IBS).
kedalaman yang akurat selama nilai struktur Davis, K., & Li, Y. (2009). Enhancement of depth
indeks yang digunakan tepat. Posisi kedalaman estimation techniques with amplitude analysis SEG
yang diperoleh merupakan kedalaman pusat Houston 2009 International Exposition and Annual
massa dari sumber anomali. Hasil estimasi Meeting SEG Houston 2009 International
kedalaman sumber yang diperoleh menunjukkan Exposition and Annual Meeting. SEG Houston
bahwa kedalaman sumber anomali antiklin di 2009 International Exposition and Annual Meeting,
Mogoi berada pada kedalaman 2513.95 m hingga (May 2011), 908–912.
Durrheim, R. J., & Cooper, G. R. J. (1998). EULDEP: a
2860.31 m di bawah permukaan. Solusi
program for the Euler deconvolution of magnetic
Dekonvolusi Euler ini dijadikan informasi awal and gravity data. Computers and Geosciences,
dalam melakukan interpretasi data gayaberat 24(6), 545–550. https://doi.org/10.1016/S0098-
berdasarkan mekanisme inversi Planting density 3004(98)00022-3
anomalies. Metode inversi data gayaberat Handyarso, A., & Padmawidjaja, T. (2017). Struktur
tersebut dapat mengkoreksi posisi pusat massa Geologi Bawah Permukaan Cekungan Bintuni
dan geometri sumber anomali berdasarkan nilai Berdasarkan Analisis Data Gayaberat. Jurnal
densitas yang diberikan. Geologi Dan Sumberdaya Mineral, 18(2), 53–66.
Berdasarkan hasil inversi dengan algoritma Klingelé, E. E., Marson, I., & Kahle, H. ‐G. (1991).
Automatic Interpretation of Gravity Gradiometric
Planting density anomalies (Uieda & Barbosa,
Data in Two Dimensions: Vertical Gradient.
2012) diperoleh ketebalan New Guinea Limestone Geophysical Prospecting, 39(3), 407–434.
Group sekitar ±2000 m di anomali antiklin https://doi.org/10.1111/j.1365-
pertama dan ±3000 m di anomali antiklin kedua. 2478.1991.tb00319.x
Terdapat perbedaan kedalaman sekitar ±500 m Last, B. J., & Kubik, K. (1983). Compact gravity
antara anomali pertama di sebelah Barat dengan inversion. Geophysics, 48(6), 713–721.
anomali kedua di sebelah Timur daerah penelitian. https://doi.org/10.1190/1.1441501
Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan Lillie, R. J. (1999). Whole Earth Geophysics: An
konfigurasi basement yang cenderung lebih dalam Introductory Textbook for Geologists and
Geophysicist.
di sebelah Timur daerah penelitian.
Marson, I., & Klingele, E. E. (1993). Advantages of
using the vertical gradient of gravity for 3-D
interpretation. Geophysics, 58(11), 1588–1595.
https://doi.org/10.1190/1.1443374

28
Penerapan Metode Dekonvolusi Euler ............................................................................................................. (Handyarso & Mauluda)

Melo, F. F., Barbosa, V. C. F., Uieda, L., Oliveira Jr., V. Uieda, L., & Barbosa, V. C. F. (2012). Robust 3D gravity
C., & Silva, J. B. C. (2013). Estimating the nature gradient inversion by planting anomalous
and the horizontal and vertical positions of 3D densities. Geophysics, 77(4), G55–G66.
magnetic sources using Euler deconvolution. https://doi.org/10.1190/geo2011-0388.1
Geophysics, 78(6), J87–J98. Untung, M., Sardjono I., B., Nasution, J.,
https://doi.org/10.1190/geo2012-0515.1 Miranda, E., Sirodj, E. G., & Henage, L. F. (1994).
Reid, A. B., Allsop, J. M., Granser, H., Millett, A. J., & Hydrocarbon prospect mapping using balanced
Somerton, I. W. (1990). Magnetic interpretation in cross sections and gravity modeling, Onin and
three dimensions using Euler deconvolution. Kumawa Peninsulas, Irian Jaya, Indonesia
Geophysics, 55(1), 80–91. (Abstract). American Association of Petroleum
https://doi.org/10.1190/1.1442774 Geologists Bulletin, AAPG International Conference
Telford, W. ., Geldart, L. ., & Sheriff, R. . (1990). and Exhibition, Kuala Lumpur, Malaysia, August
Applied Geophysics. Cambridge University Press. 21-24, 1994., 78(7), 1167.
Thompson, D. T. (1982). EULDPH: A new technique for Yudistira, T., & Grandis, H. (1998). Interpretasi
making computer-assisted depth estimates from Gravitasi Dan Magnetik Menggunakan Metode
magnetic data. Geophysics, 47(1), 31. Sinyal Analitik Dan Dekonvolusi Euler 3-D, (1971),
https://doi.org/10.1190/1.1441278 7–8.

29
Geomatika Volume 24 No 1 Mei 2018: 21-30

Halaman ini sengaja dikosongkan

30

Anda mungkin juga menyukai