Anda di halaman 1dari 8

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK BASE ROVER UNTUK IDENTIFIKASI

INTENSITAS KEMAGNETAN BATUAN DI DAERAH KAKI GUNUNG MERAPI


SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DIYANAKA
KELOMPOK 5

Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta


Jalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta

ABSTRACT

The Geomagnetic Research activities has been implemented on wednesday on 6 may 2016
in the region of merapi, exactly at tlagawatu village, in kemalang , klaten district, central java .The
research commenced from pm 08.00 until am 13.00, the weather in the morning bright and when the
day the rain of moderate intensity. An instrument used in research is ppm to know the suseptibilatas
research area where measurement applied in two location to make a balanced happened correlation
the plate and rover to .Research hampered by the weather which the rain during the day .But the study
is done to know the rocks the intrusion use one of the method geophysics geomagnetic geomagnetic
where methods used the base rover where the purpose of research is making a map rtp , tmi , and
permodelan 2,5 d and modeling 3d .

INTISARI

Telah dilaksanakan kegiatan penelitian pada hari rabu tanggal 6 Mei 2016 di daerah kaki
gunung merapi, tepatnya pada Desa Tlagawatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah. Penelitian dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 13.00, cuaca saat pagi hari cerah
dan saat siang harinya hujan dengan intensitas sedang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
PPM untuk mengetahui nilai suseptibilatas daerah penelitian dimana pengukuran dilakukan di dua
lokasi agar terjadi korelasi yang seimbang yaitu di base dan rover untuk. Penelitian terkendala oleh
cuaca yang hujan di siang hari tersebut. Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui letak
batuan hasil intrusi menggunakan salah satu metode geofisika yaitu geomagnetik dimana metode
geomagnetik yang dipakai yaitu Base Rover dimana tujuan dari penelitian ini adalah membuat peta
RTP,TMI,dan permodelan 2,5 D dan pemodelan 3D.

Kata kunci : PPM, Base Rover, Nilai suseptibilitas, Upward Continuation Regional

Prinsip dari metode ini yaitu pengukuran


1. PENDAHULUAN variasi intensitas medan magnet bumi dimana
Metode geomagnetic merupakan salah adanya variasi distribusi benda yang
satu metode geofisika yang cukup banyak termagnetisasi dibawah permukaan bumi.
dipakai dimana metode ini digunakan di lalu anomali yang terukur berada dalam latar
darat,laut,maupun udara dimana dilakukan belakang yang relative besar. Lalu variasi
pengukuran medan magnet bumi. metode intensitas medan magnetik yang terukur
geomagnetic ini relatif lebih sederhana kemudian dijabarkan dalam bentuk distribusi
dimana pengoperasian alat lebih sederhana bahan magnetic di bawah permukaan yang
dan tidak terlalu banyak makan biaya dijadikan sebagai gambaran umum kondisi
dibanding metode lain. Metode ini biasa geologi bawah permukaan.sebenarnya
digunakan dalam eksplorasi awal minyak metode magnetik ini memiliki kesamaan
bumi,panas bumi,maupun bahan-bahan dengan metode gravity dimana keduanya
mineral maupun pencarian benda-benda berdasarkan dengan teori potensial. Namun
arkeologi. ditinjau dari fisika keduanya memiliki
perbedaan mendasar dimana dalam magnetik kutub magnetik m1 dan m2 yang terpisah
mempertimbangkan variasi arah dan dan sejauh r dalam bentuk
𝑚1 𝑚2
besar vector magnetitasi sedangkan gravity 𝐹 = 𝜇𝑟 2 𝑟̂
hanya ditinjau dari variasi besar vector
dengan µ adalah permeabilitas
percepatan gravitasi.
magnetik. Sebagai catatan permeabilitas
Metode seismik adalah salah satu
magnetik di dalam ruang hampa adalah 4π ×
metode yang memanfaatkan gelombang dan
10-7 w/A.m. F adalah gaya Coloumb (N), m1,
sangat berperan penting bagi kegiatan
dan m2, kuat kutub magnet (A/m) dan r
eksplorasi selain itu juga banyak
adalah jarak kedua kutub (m).
dimanfaatkan didalam teknik geofisika.
Metode seismik banyak digunakan karena
2.2 MOMEN MAGNET
keakurasiannya atau ketepatanya dalam
m= i x area
menggambarkan struktur bawah permukaan
Keterangan :
bumi dengan kenampakan-kenampakan yang
m = Momen Magnetik (A.m2)
mungkin terjadi.
i = Arus Listrik (A)
Metode seismik terdapat dua jenis yaitu
Area = Area Penampang (m2)
seismik refraksi (bisas) dan seismik refleksi
Magnetisasi merupakan tingkat
(pantul).Metode seismik refraksi merupakan
kemampuan untuk di searahkan momen-
metode yang sumbernya bersifat pasif, dan
momen dipol magnetiknya oleh medan
metode ini memanfaatkan gelombang yang
magnetik luar. Suatu bahan bersifat magnetik
debiaskan setiap melewati bidang perlapisan
berada dalam pengaruh kuat medan magnet
di bawah permukaan. Data mengenai
luar maka bahan tersebut akan
kedalaman yang diperoleh dari hasil akuisisi
termagnetisasi. Besaran dari magnetisasi ini
seismik refraksi adalah waktu datang
sebanding dengan momen magnetik per
gelombang pertama yang diterima geophone.
volume.
Pengolahn data seismik secara kasar
M = k. H
yaitu metode T-X yang terbagi menjadi 2,
Keterangan :
yaitu Intercept Time Method dan Critical
M = Momen Magnetik Persatuan
Distance Method. Intercept Time method
Volume (Am2/m3)
memanfaatkan waktu gelombang dari
k = Susepbilitas
sourcemenuju geophone secara tegak lurus
H = Kuat Medan Magnetik (A/m)
aau disebet zero offset. Critical Distance
Magnetisasi yang dihasilkan sebanding
Method merupakan salah satu metode yang
dengan kuat medan yang memengaruhinya
cara kerjanya memanfaatkan jarak kritis.
yang bergantung pada nilai susepbilitas
Kedua metode ini digunakan untuk
magnetik (k) medium tersebut.
mengetahui kedalaman satu lapisan, lapisan
banyak dan lapisan miring.
2.3 KUAT MEDAN MAGNET
Kuat medan magnet adalah besarnya
I.1 TUJUAN
medan agnet pada suatutitik dalam ruang
Tujuan dari penelitian ini adalah
yang timbul sebagai akibat dari sebuah kutub
untuk mendapatkan model 2.5D dan 3D dari
m yang berada sejauh r dari titik tersebut.
lokasi penelitian geomagnetik.
Kuat medan H didefinisikan gaya persatuan
kutub magnet, dapat ditulis sebagai
𝐹 𝑚
2. DASAR TEORI 𝐻= = 12 𝑟̂
𝑚2 𝜇𝑟
2.1 GAYA MAGNET Keterangan :
Dalam kemagnetan dikenal dua jenis H = Kuat Medan Magnet (A/m)
muatan, yaitu muatan positif dan muatan F = Gaya Coulomb (N)
negative. Kedua muatan ini memnuhi hokum µ = Permeabilitas magnet (w/Am)
Coloumb. Muatan atau kutub yang r = Jarak (m)
berlawanan jenis akan Tarik menarik
sedangkan muatan yang sejenis akan tolak 2.4. INTENSITAS MAGNET
menolak dengan gaya F. Dasar dari metode Intensitas kemagnetan M adalah
magnetik adalah gaya Coloumb antara dua tingkat kemampuan menyearahnya momen-
momen magnetik dalam medan magnet luar,
atau didefinisikan sebagai momen magnet diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai
persatuan volume : IGRF tersebut diperoleh dari hasil
M = m/V pengukuran rata-rata pada daerah luasan
Keterangan : sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam
M = Intensitas Magnet (A/m) waktu satu tahun.
m = Momen Magnet (Am2) Medan magnet bumi terdiri dari 3
V = Volume (m3) bagian :
Secara praktis magnetisasi akibat 1. Medan magnet utama (main field)
induksi ini kebanyakan meluruskan dipole- Medan magnet utama dapat
dipole material magnet, sehingga sering didefinisikan sebagai medan rata-rata
disebut sebagai polarisasi magnet. Bila hasil pengukuran dalam jangka waktu
besarnya konstan dan arahnya sama, maka yang cukup lama mencakup daerah
dikatakan benda termagnetisasi secara dengan luas lebih dari 106 km2.
uniform. 2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal
2.5.Medan Magnet Bumi dari pengaruh luar bumi yang
Medan magnet bumi terkarakterisasi merupakan hasil ionisasi di atmosfer
oleh parameter fisis atau disebut juga elemen yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet
medan magnet bumi (Gambar II.1), yang dari matahari. Karena sumber medan
dapat diukur yaitu meliputi arah dan luar ini berhubungan dengan arus
intensitas kemagnetannya. Parameter fisis listrik yang mengalir dalam lapisan
tersebut meliputi : terionisasi di atmosfer, maka
 Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara perubahan medan ini terhadap waktu
magnetik dengan komponen horizontal jauh lebih cepat.
yang dihitung dari utara menuju timur 3. Medan magnet anomali
 Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan Medan magnet anomali sering
magnetik total dengan bidang horizontal juga disebut medan magnet lokal
yang dihitung dari bidang horizontal (crustal field). Medan magnet ini
menuju bidang vertikal ke bawah. dihasilkan oleh batuan yang
 Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari mengandung mineral bermagnet
medan magnetik total pada bidang seperti magnetite ( Fe 7 S 8 ),
horizontal.
 Medan magnetik total (F), yaitu besar dari titanomagnetite ( Fe 2Ti O4 ) dan lain-
vektor medan magnetik total. lain yang berada di kerak bumi.

Dalam survei dengan metode


magnetik yang menjadi target dari
pengukuran adalah variasi medan magnetik
yang terukur di permukaan (anomali
magnetik). Secara garis besar anomali medan
magnetik disebabkan oleh medan magnetik
remanen dan medan magnetik induksi.
Medan magnet remanen mempunyai peranan
yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu
pada besar dan arah medan magnetiknya
serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan
Gambar 3.1. Tiga Elemen medan magnet sebelumnya sehingga sangat rumit untuk
bumi diamati. Anomali yang diperoleh dari survei
merupakan hasil gabungan medan magnetik
Medan magnet utama bumi berubah remanen dan induksi, bila arah medan
terhadap waktu. Untuk menyeragamkan magnet remanen sama dengan arah medan
nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat magnet induksi maka anomalinya bertambah
standar nilai yang disebut International besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam
Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang survei magnetik, efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik 3.1 DIAGRAM ALIR
kurang dari 25 % medan magnet utama bumi
(Telford, 1976), sehingga dalam pengukuran Diagram Alir Pengambilan Data
medan magnet berlaku :
   
HT  H M  H L  H A Mulai

(3.6)
 Menetukan Lintasan dan Panjang Lintasan

dengan : H T : medan magnet total


Input Parameter (Julian Day, IGRF, Waktu,
bumi
 Lintasan)
H M : medan magnet utama
Mengukur Azimuth dan Koordinat
bumi
 Memasang magnetometer di base
H L : medan magnet luar

H A : medan magnet anomali Mengarahkan Sensor ke Arah Utara

Pengambilan Data
3. METODOLOGI
Selesai

Pembahasan Diagram Alir Pengambilan


Data
Diagram alir di atas menjelaskan bahwa,
1. Penelitian berawal dari perencanaan
lintasan di lokasi penelitian, variasi data
bergantung dari lokasi titik pengamatan
ini. Oleh karena intu perencanaan titik
pengukuran ini perlu dilakukan dengan
baik.
2. Proses awal di saat dilapangan adalah
menentukan line kelompok, karena line
Gambar 3.1 DESAIN SURVEY
pengukuran tiap kelompok sendiri
berbeda-beda.
3. Pengukuran dibagi menjadi dua, yaitu
Penelitian dilakukan pada Hari Rabu pengukuran di base dan di rover.
tanggal 6 Mei 2016. Lokasi penelitian berada Pengukuran di base dilakuka setiap empat
di kaki gunung merapi, tepatnya pada Desa menit selama pengukuran berlangsung,
Tlagawatu, Kecamatan Kemalang, sedangkan pengukuran di rover dilakukan
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. dengan berpindah-pindah sesuai dengan
perencanaan lapangan yang dilakukan.
4. Sebelum melakukan pengukuran dengan
menggunkana magnetometer yang harus
dilakukan adalah memasukkan parameter
lapangan pada magnetometer. Parameter
tersebut adalah Julian day, IGRF, waktu
pengukuran, dan lintasan pengukuran.
5. Setelah parameter dilakukan selnjutnya
adalah menentukan azimuth line
pengukuran dan koordinat pengukuran.
Pengukuran dilakukan dengan
menyearahkan sensor dengan arah utara
terlebih dahulu.
6. Pada tahap ini pengukuuran nilai
intensitas magnetik sudah dapat
dilakukan. Pengukuran pada rover
dilakukan tiga kali pada setiap titik variasi nilai intensitas magnetik anomali
pengukuran dengan selang pengukuran di bawah permukaan.
sebesar 30 detik sampai dengan satu 4. Langkah selanjutnya adalah membuat
menit. peta RTP, Regional, dan Lokal
7. Data hasil pengukuran baik di base berdasarkan peta TMI yang sudah
maupun di rover dicatat berdasarkan didapat. Peta RTP atau Reduce to Pole
koordinat dan waktu pengukuran. adalah peta yang dihasilkan dari Peta TMI
8. Pengukuran dilakukan hingga nilai yang dirubah menjadi monopole dengan
intensitas magnetik pada semua titik yang membawa data ke kutub. Peta Regional
direncanakan selesai diukur. diperoleh dari hasil Upward Continuation
dari Peta RTP. Peta Lokal adalah hasil
Diagram Alir Pengambilan Data pengurangan dari Peta RTP dengan Peta
Regional.
Mulai
5. Pemodelan dibagi menjadi dua, yaitu
Data
pemodelan 2.5D dan 3D.
Microsoft Excel (H Obs, H var, T rata-rata, Bln) 6. Pemodelan 2.5D dilakukan dengan
ΔH
membuat model berupa model dua
dimensi dengan nilai kedalaman yang kita
Peta TMI
tentukan. Pemodelan ini dilakukan
Peta RTP Peta Upward Regional Peta Upward Lokal
dengan mangacu pada peta geologi dan
keadaan lapangan. Pemodelan ini
Sayatan

Software Surfer
dikontrol dengan nilai error yang
FFT Matlab
ditampilkan oleh aplikasi.
Microsoft Excel
7. Pemodelan 3D dibuat dengan bantuan
Grafik Analisa Fourier
dari aplikasi- aplikasi pendukung lain
selain Geosoft Oasis Montaj. Aplikasi
Mendapat Nilai Kedalaman
tersebut adalah diantaranya Magblox,
Pemodelan 2,5D Software Surfer
Surfer, Bloxer, dan Rockwork 15.
Software Magblox
8. Aplikasi pertama yang digunakan adalah
Software Bloxer
Surfer. Aplikasi ini berfungsi untuk
Software Rockwork
mengbah format file dari Aplikasi Geosoft
Pemodelan 3D
Oasis Montaj menjadi berekstensi “.dat”.
Pembahasan Yang perlu dilakukan adalah memindah
Kesimpulan data dari Geosoft Oasis Montaj ke
Selesai Aplikasi Surfer ini. Data yang dipindah
harus sudah dokonversi kedalam
Pembahasan Diagram Alir Pengolahan kilometer. Kemudian format penulisan
Data disesuaikan dengan format Magblox dan
1. Langkah pertama yang dilkukan untuk kemudian disimpan dalam bentuk “.dat”.
bisa membuat peta bawah permukaan 9. Aplikasi selanjutnya adalah Mgblox.
dengan metode geomagnetik ini adalah Aplikasi ini berguna untuk membuat
adalah melakukan pengolahan data dari model dari data yang ingin kita buat
hasil pengukuran di lapangan hingga menjadi peta 3D. Caranya dengan
sampai dengan mendapatkan nilai ΔH. menyesuaikan nilai koordinat, jumlah
Prosesnya meliputi koreksi-koreksi blox yang diinginkan, panjang, lebar, dan,
pengukuran dan pembuatan grafik. tinggi blox, inklinasi, deklinasi, IGRF,
2. Setelah didapat nilai ΔH makaproses dan beberapa koreksi didalmnya. Setelah
selanjutnya menggunakan software penyeseuaian bantuk model selesai
khusus untuk membuat peta. Software dilakukan selanjutnya adalah menyimpan
yang digunakan adalah Software Geosoft model agar dapat dibaca ke dalam
Oasisi Montaj. Aplikasi Bloxer.
3. Nilai ΔH merupakan nilai intensitas 10. Aplikasi selanjutnya adalah Bloxer.
magnetik dari anomali yang ada di bawah Aplikasi ini digunakan untuk mengedit
permukaan. nilai ΔH ini kemudian dibuat model dari Magblox. Aplikasi ini
menjadi peta TMI yang menggmbarkan digunakan karena Magblox tidak dapat
mengedit model yang didapat. biasanya adalah batuan sedimen dan batuan
Pengeditan dilakukan untuk membuat beku asam.
interpretasi bentuk bawah permukaan Peta TMI memiliki beberapa
menjadi seperti yang kita kehendaki. kekurangan walaupun merupakan peta dasar
Interpretasi bawah permukaan ini dibuat yang bahkan belum diubah-ubah.
berdasarkan interpretasi. Setelah Kekurangan peta ini adalah karena peta ini
pengeditan selesai kemudian disimpan masih mengandung banyak ambiguitas
untuk dapat dibuka dengan aplikasi dikarenakan masih berupa data dipole yang
Rockwork 15. mengandung dua kutub yang saling
11. Aplikasi Rockwork 15 berfungsi untuk berpasangan satu sama lain.
menampilkan hasil 3D yang telah diedit di Peta di atas mungkin mengandung
Bloxer. Data dari bloxer berupa data data-data noise yang masih banyak.
koordinat x, y, z, dan nilai intensitas Contohnya adalah pada bagian atas yang
magnetik. Untuk dapat melihat data ini didominasi oleh warna merah atau
diperlukan Microsoft Excel. Data magnetifitas tinggi. Daerah warna merah di
koordinat harus dikonversi menjadi meter atas pada daerah penelitian merupakan
kembali saat dimasukkan ke Rockwork daerah dekat gedung perkuliahan dan dekat
15. Data akan diolah oleh aplikasi ini dan pla dengan ara parkir sehingga tidaklah heran
model akan ditampilkan. apabila data pada peta di atas memiliki nilai
12. Setelah peta bawah permukaan intensitas magnetik yang tinggi.
didapatkan, baik 2.5D maupun 3D,
langkah selanjutya adalah membuat 4.2 Peta RTP
laporan mengenai jalannya pembuatan
model dan membahas hasil yang didapat
serta menark kesimpulan dari hasil
tersebut.
13. Selesai.

4. PEMBAHASAN
4.1 Peta TMI

Gambar 4.2 Peta RTP

Warna merah – kuning pada peta


menunjukkan intensitas magnetik yang
tinggi, biasanya data yang seperti itu
merupakan pengaruh dari logam-logam yng
terkandung dalam batuan. Data seperti itu
menunjukkan batuan yang kaya aka
Gambar 4.1 Peta TMI kandungan mineral tinggi. Warna hijau
Warna merah – kuning pada peta menunjukkan daerah dengan intensitas
menunjukkan nilai intensitas magnetik magnetik sedang, biasanya daerah dengan
batuan tinggi, biasanya merupakan batuan intensitas magnet seperti itu merupakan
dengan unsur logam tinggi seperti batuan indikasi dari batuan sedimen. Warna ungu –
beku basa. Warna hijau menunjukkan batuan biru pada peta menunjukkan intensitas
dengan intensitas magnetik sedang, biasanya magnetik rendah. Biasanya daerah seperti ini
batuan yang memiliki nilai intensitas sedang memiliki batuan yang hanya sedikit
adalah batuan metemorf. Warna biru – ungu kandungan mineral logamnya atau bisa saja
mengindikasikan batuan dengan nilai karena pengaruh intrusi.
intensitas magnetik rendah, biasanya batuan
dengan nilai intensitas magnetik rendah
4.3 Peta Regional sedang. Intensitas tinggi diindikasikan
dengan warna merah – kuning, intensitas
sedang dengan warna hijau, dan intensitas
rendah dengan warna biru-ungu. Pada peta
muncul data dengan warna merah saat dibuat
peta residual ini sehingga mungkin saja di
tempat dengan warna merah tersebut terdapat
mineral-mineral dengan nilai ekonomis.

4.5 Model 2.5D

Gambar 4.3 Peta Upward Continuation


Dari peta terlihat bahwa dominasi
warna pada peta semakin besar karena
frekuensi-frekuensi rendah pada peta telah
ter-filter. Prinsipnya upward adalah melihat
peta dari atas dan semakin ke atas sehingga Gambar 4.5 Permodelan 2,5D
dapat terlihat persebaran intensitas magnetik
pada daerah yang diteliti. Tujuaan Upward Lapisan pertama pada model adalah
sendiri memang adalah untuk mengetahui lapisan batupasir, lapisan kedua berupa
persebaran tersebut dan mengetahui mana lapisan batuan breksi, dan lapisan ketiga
yang lebih dominan. adalah batuan beku hasil intrusi yang masih
panas. Ketiga lapisan pada model berasal
dari aktivitas vulkanik. Lapisan batuan pasir
4.4 Peta Lokal dan breksi terbentuk dari rombakan batuan
vulkanik juga. Yang menjadi tujuan
permodelan dari penelitian ini adalah batuan
beku hasil intrusi panas yang berada paling
bwah pada model di atas.

4.6 Model 3D

Gambar 4.4 Peta Residual

Pada peta terlihat bahwa terdapat


titik-titik dengan warna merah yang mulai
bermunculansaat dibuat peta residual ini.
Warna merah tersebut adalah indikasi yang
menunjukkan intensitas magnetik yang tinggi
sedangkan pada peta TMI data tersebut
Gambar 4.6 Permodelan 3D
tidaklah muncul. Dari sini maka kita dapat
Model di atas menggambarkan
melihat lebih detail mengenai keadaan
bentuk dari batuan dari hasil intrusi yang
bentuk magnetifitas secara lebih detail
sudah membeku pada daerah penelitian.
Skala warna di atas dibagi menjadi
Batuan beku tersebut terbentuk dari magma
tiga yaitu untuk intensitas tinggi, rendah, dan
yang tertransport ke daerah penelitian yang
kemudian membeku. Batuan pada model
diindikasikan sebagai batuan beku
berdasarkan dari letaknya yang berada jauh
di dalam permukaan dan dekat dengan dapur
magma dari Gunung Merapi. Batuan tersebut
masih memiliki suhu yang tinggi, hal ini
dilihat dari nilai intensitas magnetiknya yang
rendah, mengingat bahwa suhu tinggi akan
mengurangi nilai intensitas magnerik suatu
benda.

5. KESIMPULAN
Kesimpulan dari jalannya penelitian
ini adalah,
 Model 2.5D menunjukkan bentuk model
bawah permukaan dari sayatan yang
dibuat pada peta RTP. Model dibuat
bedasarkan acuan dari geologi regiional
daerah penelitian.
 Model 2.5D menunjukkan struktur
perlapisan antara batuan pasir dan breksi
yang diterobos oleh intrusi. Batupasir dan
breksi pada model berasal dari aktivitas
vulkanik Gunung Merapi.
 Model 3D menunjukkan bentuk model
bawah permukaan dari lapangan
penelitian. Model 3D ini dibut dari peta
RTP berdasarkan interpretasi terhadap
nilai magnetifitas rendah yang terukur.
 Model 3D mununjukkan persebaran
batuan beku yang berasal dari intrusi
magma yang tertransport ke lokasi
penelitian dan kemudian membeku.
Batuan beku ini masih memiliki suhu
yang tinggi dilihat dari nilai intensitas
magnetiknya yng rendah.

5.1 Saran.
Sebelum melakukan penelitian
pastikan peralatan dapat berfungsi dengan
baik sehingga tidak ditemukan lesalahan
selama penelitian berlangsung. Dalam
pengolahan data diperlukan pemahaman
mengenai materi dan dasar dari teori yang
digunakan dalam metode geomagnetik ini.

Anda mungkin juga menyukai