Anda di halaman 1dari 4

ACHMAD DWI CAHYA

03411640000060
GEOSTATISTIKA - B

PERBANDINGAN HASIL GRIDING METODE GEOSTATISTIK


KRIGING DAN KONVENSIONAL

1. Metodologi
Data yang digunakan adalah data mikrotremor di desa Lombang Kabupaten Sumenep.
Hasil pengolahan data mikrotremor tersebut menghasilkan nilai ketebalan lapisan lapuk
di daerah tersebut. Rincian inputan data pada surfer berisi komponen X adalah Latitude,
komponen Y adalah Longitude, komponen Z adalah nilai ketebalan lapisan lapuknya.
Data yang digunakan berjumlah 20 data. Griding yang dilakukan menggunakan metode
Kriging, Inverse Distance Weighted, dan Nearest Neighbor. Hasil terbaik yang terpilih
dinilai secara kualitatif dengan melihat gambar peta kontur dan Kuantitatif dengan
membandingkan nilai Root Mean Square Error (RMSE).
2. Analisa Data dan Pembahasan
2.1 Titik Pengukuran

Gambar 1. Desain Survey Pengukuran Mikrotremor


2.2 Perhitungan Root Mean Square Error (RMSE)
METODE Residual Z (RMS) RMSE (%)
Kriging 4.999460986 0.249973049
Inverse Distance Weighted 5.64018252 0.282009126
Nearest Neighbor 6.681972874 0.334098644
Tabel 1. Perhitungan Root Mean Square Error (RMSE)
ACHMAD DWI CAHYA
03411640000060
GEOSTATISTIKA - B

2.3 Kontur Hasil Griding

Gambar 2. Hasil Griding Dengan Metode Kriging

Gambar 3. Hasil Griding Dengan Metode Inverse Distance Weighted


ACHMAD DWI CAHYA
03411640000060
GEOSTATISTIKA - B

Gambar 4. Hasil Griding Dengan Metode Nerest Neighbor

2.4 Pembahasan
Pada gambar 1 menunjukan lokasi pengukuran setiap titik data nya. Lokasi tersebut
berada di daerah pantai. Menurut teori sedimentasi daerah pantai, semakin mendekati laut
maka ketebalan sedimen lapuknya lebih tebal dibanding yang menjauhi laut. Dari peta
desain survey, geologi regional, dan teori sedimentasi daerah pantai dapat menjadi acuan
dalam interpretasi peta kontur hasil griding. Pada gambar 2 menunjukan peta kontur hasil
griding dengan metode kriging. Griding dengan metode kriging memiliki hasil yang
sesuai dengan teori sedimentasi di wilayah pantai. Nilai ketebalan nya sesuai karena jika
dilihat di peta kontur nya semakin ke utara/kea rah pantai memiliki nilai ketebalan yang
lebih besar. Pada gambar 3 menunjukan peta kontur hasil griding dengan metode Inverse
Distance Weighted. Griding dengan metode Inverse Distance Weighted memiliki hasil
yang kurang sesuai dengan teori sedimentasi di wilayah pantai. Karena ada bagian yang
memiliki ketebatan yang besar, akan tetapi ketika mendekati laut nilai ketebalan nya
berkurang. Pada gambar 4 menunjukan prta kontur hasil griding dengan metode Nearest
Neighbor. Griding dengan metode Nearest Neighbor memiliki hasil yang cukup sesuai
dengan teori sedimentasi di daerah pantai. Terlihat di daerah utara pada peta kontur
tersebut memiliki ketebalan yang besar. Akan tetapi hasil griding dari metode nearest
neighbour kurang merepresentasikan persebaran nilai ketebalan daerah tersebut di
karenakan gridingannya yang terlalu besar.
Jika diamati dari hasil perhitungan nilai Root Mean Square Error (RMSE) pada tabel
1 menunjukan nilai RMSE dari metode kriging sebesar 0.24997%, inverse distance
ACHMAD DWI CAHYA
03411640000060
GEOSTATISTIKA - B

weighted sebesar 0.282009%, dan nearest neighbour sebesar 0.33409%. Dengan hasil
tersebut maka dapat ditentukan bahwa griding dengan metode kriging memiliki nilai
RMSE yang paling kecil
3. Kesimpulan
Dari Analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan maka bisa disimpulkan
bahwa hasil terbaik dari griding nilai ketebalan lapisan lapuk hasil sedimentasi daerah
pantai lombang kabupaten Sumenep adalah griding dengan metode kriging. Karena
menghasilkan peta kontur yang sesuai dengan teori sedimentasi pantai dan memiliki nilai
RMSE yang paling kecil sebesar 0.24997%.

Anda mungkin juga menyukai