PERENCANAAN
a. Letak Geografis
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang terletak di pantai Utara Jawa Tengah pada
posisi lintang 06º - 57' - 00” Selatan sampai dengan lintang 06º - 57' - 00” Selatan,
bujur 110º - 24' - 00” Timur sampai dengan bujur 110º - 26' - 00” Timur.
b. Hidrogafi
Untuk mengetahui kondisi dan sifat - sifat lapisan tanah di lokasi penambahan
lapangan penumpukan peti kemas pelabuhan Tanjung Emas Semarang, dilakukan
soil investigation sebanyak 2 ( dua ) titik, yaitu B-1 dan B-2 sebagaimana terlihat
pada Gambar 3.2. Dan data tanah ini diperoleh dari CV.Nindira .
Titik - titik penyelidikan tanah tersebut berada di laut dengan pengukuran
masing - masing titik :
Pada titik B-1, elevasi muka tanah asli = -3.150 mLWS dan pengeboran
diakhiri pada kedalaman = - 60 mLWS.
Pada titik B-2, elevasi muka tanah asli = -3 mLWS dan pengeboran diakhiri
pada kedalaman = -60 mLWS.
Hasil soil investigation adalah berupa hasil SPT di lapangan sebanyak 2 titik
B-1 dan B-2 dalam bentuk grafik korelasi antara nilai N-SPT dan kedalaman
(Gambar 3.2) dan gambar stratigrafi tanah yang menyatakan jenis tanah tiap
interval kedalaman (Gambar 3.3).
Gambar 3.2 Posisi Titik - titik Deep Boring dan SPT, B1 dan B2 di Area
Reklamasi Terminal Peti Kemas Semarang
`Gambar 3.3 Grafik Hubungan Kedalaman dan N-SPT
Berdasar informasi dan referensi yang dapat dikumpulkan, tipe pasang surut
adalah campuran namun condong ke harian tunggal ( mixed to diurnal ) dengan
perbedaan pasang surut sebesar ± 1.36 m (lihat Gambar 3.4).Posisi level air di
sekitar dermaga peti kemas Tanjung Emas Semarang (dalam Rifan, 2003)
HWS = + 1.36 m LWS
MSL = + 0.68 m LWS
LWS = ± 0.00 m LWS
Gambar 3.8 Pemodelan Perhitungan Sliding beserta Kondisi Muka Air Laut
3.2.9 Perhitungan Sliding di Titik Stratigrafi B-1 dan B-2 Tanpa PVD
Pada sub bab ini akan direncanakan kemiringan timbunan atau slope yang
dipakai, sebelum pemakaian PVD (kondisi undrained), agar kelongsoran pada
timbunan dapat dihindari dengan tetap memperhatikan keekonomisan di titik
stratigrafi B-1 dan B-2.Dimana nantinya akan dibuat grafik hubungan antara tinggi
timbunan dengan safety factor dengan memasukkan variasi nilai slope yang akan
dicoba.Adapun nilai slope yang akan dicoba yaitu 1:1, 1:2, dan 1:3 (lihat Tabel 5.1,
Gambar 5.2, Tabel 5.2, dan Gambar 5.3).Dan nilai SF kritis yang diambil sebesar
1.
Tabel 5.1 Hubungan antara Tinggi Timbunan (H) dengan SF untuk Berbagai
Kemiringan Slope di Titik Stratigrafi B-1
H Slope
(meter) 1:1 1:2 1:3
SF SF SF
0.5 1.586 1.910 2.450
1 1.361 1.741 2.285
2 0.988 1.398 1.817
3 0.635 1.083 1.619
Gambar 3.9 Grafik Hubungan antara Tinggi Timbunan (H) dengan Safety Factor
(SF) di Titik Stratigrafi B-1
Tabel 5.2 Hubungan antara Tinggi Timbunan (H) dengan SF untuk Berbagai
Kemiringan Slope di Titik Stratigrafi B-2
H Slope
(meter) 1:1 1:2 1:3
SF SF SF
0.5 1.579 1.824 2.686
1 1.05 1.447 1.978
2 0.476 0.897 1.245
3 0.176 0.486 0.678
Gambar 3.10 Grafik Hubungan antara Tinggi Timbunan (H) dengan Safety Factor
(SF) di Titik Stratigrafi B-2
Dari Gambar 5.2 dapat dilihat untuk slope 1:1 dengan tinggi kritis (SF = 1)
dibutuhkan tinggi timbunan kurang dari 2 meter.Slope 1:2 mempunyai H kritis
lebih dari 3 meter, sedangkan slope 1:3 mempunyai H kritis lebih dari 4
meter.Sedangkan dari Gambar 5.3 dapat dilihat untuk slope 1:1 dengan tinggi kritis
(SF = 1) dibutuhkan tinggi timbunan sekitar 1 meter.Slope 1:2 mempunyai H kritis
lebih dari 1 meter, sedangkan slope 1:3 mempunyai H kritis lebih dari 2 meter.
Maka, dari melihat dua gambar tersebut untuk perencanaan awal akan digunakan
kemiringan slope 1:2.Alasan pemilihan slope ini jika dibandingkan dengan slope
1:1 dan 1:3 adalah sebagai berikut :
h1 = 6 m q1 = 5.5 t/m2
h2 = 7 m q2 = 6.8 t/m2
h3 = 8 m q3 = 8 t/m2
h4 = 9 m q4 = 9.3 t/m2
h5 = 10 m q5 = 10.6 t/m2
h6 = 11 m q6 = 11.9 t/m2
h7 = 13 m q7 = 14.39 t/m2
h = 15 m q = 16.93 t/m2
h = 17 m q = 19.47 t/m2
Tujuan utama dari perhitungan ini adalah untuk mencari tinggi timbunan awal
(tinggi inisial) di tiap titik stratigrafi agar elevasi final dari timbunan mencapai
+2.40 m LWS.
Berikut ini akan dihitung lamanya waktu konsolidasi di titik stratigrafi B-1 dan
B-2 sebelum dipasang PVD (Prefabricated Vertical Drain).Parameter nilai Cv
(koefisien konsolidasi vertikal) untuk tiap lapisan sebagaimana pada Tabel
Tebal
No. γsat Cv
Lapisan
(m) t/m3 cm2/dtk
1 22.25 1.57 0.00134
2 23.25 1.76 0.00092
3 6 1.79 0.00080
Tabel 5.11 Parameter Tanah di Titik Stratigrafi B-2
Tebal
No. γsat Cv
Lapisan
(m) t/m3 cm2/dtk
1 28.25 1.60 0.00115
2 5.35 1.79 0.00077
3 2.9 1.89 0.00100
4 14.75 1.73 0.00076
5 3 1.73 0.00070
6 6 1.75 0.00080
Harga Cv pada tabel di atas diperoleh berdasarkan data dari laboratorium
Tabel 5.12 Lama Konsolidasi di Titik Stratigrafi B-1
U (%) Tv t (hari) t (tahun)
0 0 0 0
10 0.008 2330.497 6.38
20 0.031 9030.674 24.74
30 0.071 20683.157 56.67
40 0.126 36705.321 100.56
50 0.197 57388.478 157.23
60 0.287 83606.564 229.06
70 0.403 117398.764 321.64
80 0.567 165173.944 452.53
90 0.848 247032.636 676.80
100 ∞ ∞ ∞
Berikut ini akan disajikan pula grafik hubungan antara derajat konsolidasi dengan
lama waktu konsolidasi di titk stratigrafi B-1 (Gambar 5.12) dan titik stratigrafi B-
2 (Gambar 5.13).
Gambar 5.12 Korelasi Lama Waktu dengan Derajat Konsolidasi Tanpa
Pemasangan PVD di Titik Stratigrafi B-1
Dari Tabel 5.12 terlihat bahwa lama waktu yang diperlukan untuk
menghilangkan settlement di titik stratigrafi B-1 (mencapai derajat konsolidasi
90%) adalah lebih dari 676 tahun.Dan dari Tabel 5.13 terlihat bahwa lama waktu
yang diperlukan untuk menghilangkan settlement di titik stratigrafi B-2 (mencapai
derajat konsolidasi 90%) adalah lebih dari 768 tahun.
Data-data yang berkaitan dengan perencanaan PVD di titik stratigrafi B-1 adalah
sebagai berikut :
Mencari jarak spasi yang dibutuhkan untuk dua pola pemasangan yaitu segitiga
dan segiempat.Jarak spasi pola segiempat (bujur sangkar).
S = 1.33 meter untuk pola segitiga dan S = 1.24 meter untuk pola segiempat
Berikut ditampilkan grafik korelasi waktu tunggu dan spasi PVD (Gambar 5.14
untuk titik stratigrafi B-1 dan Gambar 5.16 untuk titik stratigrafi B-2) dan grafik
hubungan antara derajat konsolidasi (U) dan waktu (t) (Gambar 5.15 untuk titik
stratigrafi B-1 dan Gambar 5.17 untuk titik stratigrafi B-2).
Spasi PVD (m)
Gambar 5.14 Grafik Korelasi antara Waktu Tunggu dengan Spasi antar PVD di
Titik Stratigrafi B-1 dengan Pola Segiempat dan Segitiga
Gambar 5.15 Grafik Korelasi antara Waktu Tunggu dengan Derajat Konsolidasi
di Titik Stratigrafi B-1 dengan Pola Segiempat dan Segitiga
100.00 0
S eg i3 ; S =1 m
S eg i3 ; S =1.2 m
90.000
S eg i3 ; S =1.5 m
80.000 S eg i4 ; S =1 m
S eg i4 ; S =1.2 m S eg i4 ; S
50.000 =1.5 m
30.000
20.000
10.000
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
Gambar 5.17 Grafik Korelasi antara Waktu Tunggu dengan Derajat Konsolidasi
di Titik Stratigrafi B-2 dengan Pola Segiempat dan Segitiga
Menurut Mochtar (2000) pemasangan PVD tidak perlu sampai sedalam lapisan
compressible (51.5 meter untuk titik stratigrafi B-1 dan 60.25 untuk titik stratigrafi
B-2), hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan jumlah pemakaian PVD.Berikut
adalah asumsi yang digunakan dalam merencanakan kedalaman PVD yang efisien.
Tabel 5.15 dan Tabel 5.16 yang merupakan hasil perhitungan panjang pemasangan
PVD dengan rate of settlement-nya untuk titik stratigrafi B-1 dan B-2.
Dengan bantuan Tabel 5.15 rate of settlement titik B-1 nilainya < 1,5 cm/tahun
dipenuhi untuk kedalaman pemasangan PVD sebesar kurang lebih 18
meter.Sedangkan Dengan bantuan Tabel 5.16 rate of settlement titik B-2 nilainya
< 1,5 cm/tahun dipenuhi untuk kedalaman pemasangan PVD sebesar kurang lebih
17.25 meter.Karena selisih kedalaman pemasangan PVD antara titik B-1 dan B-2
tidak terlalu besar maka dalam pemasangannya di lapangan, kedalaman PVD untuk
semua titik stratigrafi dibuat sama sedalam 18 meter.
Tahap Penimbunan
Tahap
Penimbunan 1 2 3 4 5 6 7
0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0
2 1 0 0 0 0 0
Minggu Ke- 3 2 1 0 0 0 0
4 3 2 1 0 0 0
5 4 3 2 1 0 0
6 5 4 3 2 1 0
• Menghitung tegangan di tiap lapisan tanah untuk derajat konsolidasi
100%
Gambar 5.20 Sketsa Perubahan Tegangan Akibat Beban Bertahap untuk Satu
Lapisan
Tabel 5.18 Perubahan Tegangan di Tiap Lapisan Tanah pada Derajat Konsolidasi,
U=100%
Tabel 5.21 Perubahan Tegangan di Tiap Lapisan Tanah pada Derajat Konsolidai,
U < 100%
• Nilai C
Dari Tabel 5.21 dibuat Tabel 5.24 perubahan nilai C dari setiap tahap
timbunan sebagai berikut.
Disajikan pada Gambar 5.21 grafik hubungan antara tinggi timbunan dan
settlement dengan waktu akibat timbunan bertahap.
Gambar 5.21 Grafik Hubungan antara Tinggi Timbunan dan Settlement dengan
Waktu akibat Timbunan Bertahap
Dari gambar tersebut di atas didapatkan bahwa besarnya settlement pada minggu
ke 27 adalah 9.84 meter > pemampatan yang harus dihilangkan (Sc = 9.50 meter,
pada Subbab 5.4).Ini berarti untuk mencapai besar settlement total harus
menunggu 26 minggu (6.5 bulan) dari awal penimbunan.