Kebutuhan Stabilitas
a. Gelincir/geser (Sliding)
b. Guling (Overturning)
c. Erosi Bawah Tanah (Piping)
d. Gaya Dukung Tanah
Σ(V-U) = Keseluruhan gaya vertikal (V) ke bawah dikurangi gaya vertikal ke atas
f = Koefisien Gesekan
s = Faktor Keamanan
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Sf = Faktor keamanan
Metode Bligh
Metode Lane
Metode Koshia.
Dalam perhitungan ini digunakan metode Lane
Metode Lane, disebut metode angka rembesan Lane (weighted creep ratio method),
adalah yang dianjurkan untuk mencek bangunan-bangunan utama untuk mengetahui adanya
erosi bawah tanah. Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai. Untuk
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
bangunan-bangunan yang relatif kecil, metode-metode lain mungkin dapat memberikan hasil-
hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit.
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Untuk menghitung stabilitas bendung harus ditinjau pada saat kondisi normal dan
ekstrim seperti kondisi saat banjir. Ada beberapa gaya yang harus dihitung untuk mengetahui
stabilitas bendung antara lain :
Dimana,
Dimana,
A = Luas segmen
b = Lebar tinjauan
Sedangkan momen yang bekerja pada daerah tinjauan dapat dihitung menggunakan
rumus :
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
= 2,2 ton/m3
Luas = 3,28 m x 1 m
= 3,936 m2
= 3,936 m2 x 1 m
= 3,936 m3
Setelah volume diketahui, untuk mendapat besar gaya yang bekerja pada segmen tersebut
maka,
Gaya tersebut bernilai negatif karena arah gaya ke bawah. Perhitungan momen pada segmen
G 3 akibat berat sendiri bendung dilakukan sebagai berikut.
Untuk mencari jarak segmen G3 ke titik tinjauan O, pertama-tama tentukan titik berat pada
bidang segmen, karena berbentuk persegi panjang maka letak titik berat segmen G3 terdapat
pada,
x = ½ lebar segmen
y = ½ panjang segmen
setelah didapat titik berat (x,y) segmen G 3 ukur jarak horizontal titik berat tersebut ke titik
tinjauan O. Jarak tersebut diukur menggunakan autocad didapat = 7,83 m.
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Momen segmen G 3 =
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Dimana :
He = Gaya gempa
Gaya berat sendiri (G) segmen G 3 telah dihitung sebelumnya di dapat = 8,659 ton
Titik berat (x,y) segmen G 3 tadi kemudian diukur jarak vertikal titik berat tersebut ke titik
tinjauan O. Jarak tersebut diukur menggunakan autocad didapat = 3,67 m.
Maka,
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Dimana,
W = Gaya Hidrostatis
Dimana,
A = Luas segmen
b = Lebar tinjauan
= 1 ton/m3
Luas =½x4mx4m
= 8 m2
= 8 m2 x 1 m
= 8 m3
Setelah volume diketahui, untuk mendapat besar gaya yang bekerja pada segmen tersebut
maka,
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Gaya tersebut bernilai positif karena arah gaya ke kanan. Perhitungan momen pada segmen
W 1 akibat gaya hidrostatis dilakukan sebagai berikut.
Untuk mencari jarak segmen W1 ke titik tinjauan O, pertama-tama tentukan titik berat pada
bidang segmen, karena berbentuk segitiga maka letak titik berat segmen W1 terdapat pada
1/3 atau 2/3 panjang sisi yang ditinjau.
setelah didapat titik berat (x,y) segmen W1 ukur jarak vertikal titik berat tersebut ke titik
tinjauan O. Jarak tersebut diukur menggunakan autocad didapat = 4,33 m.
Momen segmen W 1 =
= 1 ton/m3
Luas = 4 m x 3,48 m
= 13,92 m2
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
= 13,92 m2 x 1 m
= 13,92 m3
Setelah volume diketahui, untuk mendapat besar gaya yang bekerja pada segmen tersebut
maka,
Gaya tersebut bernilai positif karena arah gaya ke kanan. Perhitungan momen pada segmen
W2 akibat gaya hidrostatis dilakukan sebagai berikut.
Untuk mencari jarak segmen W2 ke titik tinjauan O, pertama-tama tentukan titik berat pada
bidang segmen, , karena berbentuk persegi panjang maka letak titik berat segmen W2
terdapat pada,
x = ½ lebar segmen
y = ½ panjang segmen
setelah didapat titik berat (x,y) segmen W2 ukur jarak vertikal titik berat tersebut ke titik
tinjauan O. Jarak tersebut diukur menggunakan autocad didapat = 5 m.
Momen segmen W 1 =
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Dimana :
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Contoh Perhitungan
Titik A :
= 6,00 m – 1,50 m
= 4,50 m
= 7,73 m + 20,43 m
= 28,16 m
LA =0
Maka,
Titik B :
= 6,00 m – 1,50 m
= 4,50 m
= 7,73 m + 20,43 m
= 28,16 m
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
LB = 1,00 m
= 4,00 m + 1,00 m
= 5,00 meter
Maka,
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Dari nilai Px tersebut kemudian gambar gaya pada bidang kontak pondasi dengan tanah dasar
sesuai panjang Px di titik A,B,C dst.
Pada bidang kontak vertikal yang menerima gaya horizontal (mis A-B) gunakan panjang dari
A ke B sedangkan untuk bidang horizontal (mis B-C) yang menerima gaya vertikal gunakan
1/3 panjang B-C untuk menggambar gaya. Gambar gaya tersebut dapat dilihat seperti
dibawah ini
Setelah gambar gaya selesai dibuat, hitung luas masing-masing bidang gaya misalnya
bidang U1 berbentuk trapesium, untuk menghitung luas kita dapat membagi menjadi dua
bangun segitiga dan persegi panjang
= ½ x 1,00 m x 0,84
= 0,42 m2
= 4,00 m x 1,00 m
= 4,00 m2
= 4,42 m2 x 1 m
= 4,42 m3
Dari nilai volume tersebut kita sudah bisa menghitung gaya yang bekerja pada bidang U1
Gaya yang bekerja pada bidang U1 (A-B) adalah gaya horizontal dan positif karena
mengarah ke kanan, untuk menentukan jarak (lengan momen) ke titik O (titik tinjauan) kita
harus menentukan titik berat berdasarkan gambar gaya diatas. Karena berbentuk trapezium
titik berat bidang dihitung menggunakan rumus berikut :
Dimana :
A1 = Luas bidang I
A2 = Luas bidang II
Titik berat bidang U1 didapat (0,52;2,22) dari koordinat titik berat itulah terdapat resultan
gaya, jarak vertikal bidang U1 dari resultan gaya tersebut ke titik tinjauan adalah = 2,48 m
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Momen segmen U 1 =
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Titik A :
Ket :
ΔH = 6,14 m
= 7,73 m + 20,43 m
= 28,16 m
LA =0
= 4,00 m + 3,44 m
= 7,44 meter
Maka,
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Titik B :
Ket :
ΔH = 6,14 m
= 7,73 m + 20,43 m
= 28,16 m
LB = 1,00 m
= 8,44 meter
Maka,
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Dari nilai Px tersebut kemudian gambar gaya pada bidang kontak pondasi dengan tanah dasar
sesuai panjang Px di titik A,B,C dst.
Pada bidang kontak vertikal yang menerima gaya horizontal (mis A-B) gunakan panjang dari
A ke B sedangkan untuk bidang horizontal (mis B-C) yang menerima gaya vertikal gunakan
1/3 panjang B-C untuk menggambar gaya. Gambar gaya tersebut dapat dilihat seperti
dibawah ini
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Setelah gambar gaya selesai dibuat, hitung luas masing-masing bidang gaya misalnya
bidang U1 berbentuk trapesium, untuk menghitung luas kita dapat membagi menjadi dua
bangun segitiga dan persegi panjang
= ½ x 1,00 m x 0,90
= 0,45 m2
= 7,44 m x 1,00 m
= 7,44 m2
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
= 7,89 m2 x 1 m
= 7,89 m3
Dari nilai volume tersebut kita sudah bisa menghitung gaya yang bekerja pada bidang U1
Gaya yang bekerja pada bidang U1 (A-B) adalah gaya horizontal dan positif karena
mengarah ke kanan, untuk menentukan jarak (lengan momen) ke titik O (titik tinjauan) kita
harus menentukan titik berat berdasarkan gambar gaya diatas. Karena berbentuk trapezium
titik berat bidang dihitung menggunakan rumus berikut :
Dimana :
A1 = Luas bidang I
A2 = Luas bidang II
Titik berat bidang U1 didapat (0,51;3,95) dari koordinat titik berat itulah terdapat resultan
gaya, jarak vertikal bidang U1 dari resultan gaya tersebut ke titik tinjauan adalah = 2,49 m
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Momen segmen U 1 =
Kondisi Banjir
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
φ = 0°
Sehingga,
Ka =
Contoh Perhitungan
Luas =½x4mx4m
= 8 m2
= 8 x 0,8 x 1
= 6,4 ton
= 22,17 t.m
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Dari perhitungan stabilitas terhadap bendungan didapat momen pada kondisi air normal
adalah sebagai berikut :
Gaya yang bekerja pada saat kondisi air normal
Besar Gaya Momen Guling Momen Tahan
Gaya
V (ton) H (ton) t.m t.m
Berat Sendiri -64.94 -317.66
Gempa 6.49 22.15
Hidrostatis -0.63 8.00 29.71
Uplift Pressure 33.96 14.19 135.21
Tekanan Lumpur -0.51 6.40 19.01
Total -32.13 35.09 157.36 -268.94
∑
∑
∑ = -32,13 t
∑ = 35,09 t
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Dari perhitungan stabilitas terhadap bendungan didapat momen pada kondisi banjir adalah
sebagai berikut :
Gaya yang bekerja pada saat kondisi Banjir
Besar Gaya Momen Guling Momen Tahan
Gaya
V (ton) H (ton) t.m t.m
Berat Sendiri -64.94 -317.66
Gempa 6.49 22.15
Hidrostatis -35.19 21.92 -59.64
Uplift Pressure 72.45 25.42 331.58
Tekanan Lumpur -0.51 6.40 19.01
Total -28.18 60.23 353.73 -358.29
∑
∑
∑ = -28,18 t
∑ = 60,23 t
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT
Kesimpulan :
Dari kontrol stabilitas diatas didapat hasil sebagai berikut :
a. Kondisi Air Normal
Kontrol terhadap guling :
Pada kondisi air normal bendungan tersebut dapat menahan guling tetapi tidak dapat
menahan geser.
b. Kondisi Banjir
Kontrol terhadap guling :
Pada kondisi banjir bendungan tersebut tidak dapat menahan guling dan geser.
Maka, dapat disimpulkan bendungan tersebut tidak aman untuk dibangun dan perlu dilakukan
desain kembali agar angka keamanan dapat terpenuhi.