Anda di halaman 1dari 28

[] DOSEN PENGAJAR :

Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

PERENCANAAN STABILITAS BENDUNG

Kebutuhan Stabilitas

Ada empat penyebab runtuhnya bangunan bendung, yaitu :

a. Gelincir/geser (Sliding)
b. Guling (Overturning)
c. Erosi Bawah Tanah (Piping)
d. Gaya Dukung Tanah

a. Ketahanan Terhadap Gelincir


Ketahanan bendung terhadap gelincir dinyatakan dengan besarnya tangen (θ) sudut
antara garis vertikal dan resultan semua gaya angkat, yang bekerja pada bendung diatas
semua bidang horizontal harus kurang dari koefisien gesekan yang diizinkan pada bidang
tersebut. Dengan rumus :


Dimana :

ΣH = Keseluruhan gaya horizontal yang bekerja pada bendung (kN)

Σ(V-U) = Keseluruhan gaya vertikal (V) ke bawah dikurangi gaya vertikal ke atas

yang bekerja pada bangunan (kN)

θ = Sudut resultan semua gaya, terhadap garis vertikal

f = Koefisien Gesekan

s = Faktor Keamanan

Harga-harga perkiraan untuk koefisien gesekan f diberikan pada tabel dibawah

Bahan f (Koefisien Gesekan)


Pasangan batu pada pasangan batu 0,60-0,75
Batu keras berkualitas baik 0,75
Kerikil 0,50
Pasir 0,40
Lempung 0,30

Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP-02

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Untuk bangunan-bangunan kecil, seperti bangunan-bangunan yang disini, dimana


berkurangnya umur bangunan,kerusakan besar dan terjadinya bencana besar belum
dipertimbangkan, harga faktor keamanan yang dapat diterima adalah 2,0 untuk keadaan
pembebanan normal dan 1,25 untuk keadaan pembebanan ekstrim (banjir).

b. Ketahanan Terhadap Guling


Agar bangunan aman terhadap guling, maka resultan semua gaya yang bekerja pada
bagian bangunan di atas bidang horizontal, termasuk gaya angkat harus memotong bidang ini
pada teras. Tidak boleh ada tarikan pada bidang irisan mana pun.
Besarnya tegangan dalam bangunan dan pondasi harus tetap dipertahankan pada harga-
harga maksimal yang dianjurkan. Harga-harga untuk beton adalah sekitar 4,0 N/mm2 atau 40
kgf/cm2 atau 15 sampai 30 kgf/cm2.
Tiap bagian bangunan diandaikan berdiri sendiri dan tidak mungkin ada distribusi gaya-
gaya melalui momen lentur (bending momen). Berikut adalah rumus untuk menentukan
faktor keamanan bendung terhadap guling :


Dimana :

Sf = Faktor keamanan

ΣMt = Jumlah momen tahan

ΣMG = Jumlah momen guling

c. Stabilitas terhadap erosi bawah tanah (piping)


Bangunan-bangunan utama seperti bendung dan bendung gerak harus dicek
stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian
(heave) atau rekahnya pangkal hilir bangunan. Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat
dianjurkan dicek dengan jalan membuat jaringan aliran/flownet. Dalam hal ditemui kesulitan
berupa keterbatasan waktu pengerjaan dan tidak tersedianya perangkat lunak untuk
menganalisa jaringan aliran, maka perhitungan dengan beberapa metode empiris dapat
diterapkan, seperti:

 Metode Bligh
 Metode Lane
 Metode Koshia.
Dalam perhitungan ini digunakan metode Lane

Metode Lane, disebut metode angka rembesan Lane (weighted creep ratio method),
adalah yang dianjurkan untuk mencek bangunan-bangunan utama untuk mengetahui adanya
erosi bawah tanah. Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai. Untuk

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

bangunan-bangunan yang relatif kecil, metode-metode lain mungkin dapat memberikan hasil-
hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit.

Metode ini membandingkan panjang jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjang


bidang kontak bangunan/pondasi dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan. Di
sepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dari 45° dianggap vertikal dan
yang kurang dari 45° dianggap horisontal. Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan
terhadap aliran 3 kali lebih kuat daripada jalur horisontal.

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Analisis Stabilitas Bendung

Untuk menghitung stabilitas bendung harus ditinjau pada saat kondisi normal dan
ekstrim seperti kondisi saat banjir. Ada beberapa gaya yang harus dihitung untuk mengetahui
stabilitas bendung antara lain :

a. Gaya berat sendiri bendung


b. Gaya gempa
c. Gaya hidrostatis
d. Gaya tekan keatas (Uplift Pressure)
e. Gaya tekanan lumpur
Pada saat banjir gaya-gaya yang bekerja pada mengalami perubahan seperti gaya tekan
ke atas (Uplift Pressure) dan gaya hidrostatis. Sementara gaya-gaya yang tetap adalah gaya
akibat berat sendiri, gaya akibat gempa dan gaya tekanan lumpur.

a. Akibat Berat Sendiri Bendung


Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk membuat bangunan itu.
Untuk tujuan-tujuan perencanaaan pendahuluan, boleh dipakai harga-harga berat volume di
bawah ini :
1. Pasangan batu 22 kN/m3 (2200 kgf/m3)
2. Beton tumbuk 23 kN/m3 (2300 kgf/m3)
3. Beton bertulang 24 kN/m3 (2400 kgf/m3)
Dalam tugas ini dipakai pasangan batu dengan berat volume 22 kN/m3 (2200 kgf/m3).
Gaya akibat berat sendiri bendung dihitung dengan menggunakan rumus :

Dimana,

G = Gaya akibat berat sendiri bendung

= Berat jenis bahan yang digunakan

Dimana,

A = Luas segmen

b = Lebar tinjauan

Sedangkan momen yang bekerja pada daerah tinjauan dapat dihitung menggunakan
rumus :

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk segmen G 3

ϒ Pasangan batu = 2200 kgf/m3

= 2,2 ton/m3

Lebar Tinjauan =1m

Hitung Luas Segmen 3, karena berbentuk persegi panjang maka,

Luas = Panjang x Lebar

Luas = 3,28 m x 1 m

= 3,936 m2

Selanjutnya hitung volume

Volume = Luas x Lebar tinjauan

= 3,936 m2 x 1 m

= 3,936 m3

Setelah volume diketahui, untuk mendapat besar gaya yang bekerja pada segmen tersebut
maka,

Gaya tersebut bernilai negatif karena arah gaya ke bawah. Perhitungan momen pada segmen
G 3 akibat berat sendiri bendung dilakukan sebagai berikut.

Untuk mencari jarak segmen G3 ke titik tinjauan O, pertama-tama tentukan titik berat pada
bidang segmen, karena berbentuk persegi panjang maka letak titik berat segmen G3 terdapat
pada,

Titik berat segmen G3 :

x = ½ lebar segmen

y = ½ panjang segmen

setelah didapat titik berat (x,y) segmen G 3 ukur jarak horizontal titik berat tersebut ke titik
tinjauan O. Jarak tersebut diukur menggunakan autocad didapat = 7,83 m.

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Momen segmen G 3 =

Tabel Perhitungan Momen Akibat Berat Sendiri Bendung

Momen Akibat Berat Sendiri Bendung


Berat Jenis Gaya Titik Terlemah
Luas Volume
Gaya Pasangan Batu Horizontal Vertikal Jarak Momen
m2 m3 t/m3 t m t.m
1 3.485 3.485 2.20 -7.668 7.060 -54.133
2 0.744 0.744 2.20 -1.637 5.090 -8.334
3 3.936 3.936 2.20 -8.659 7.830 -67.802
4 2.736 2.736 2.20 -6.019 6.630 -39.907
5 3.936 3.936 2.20 -8.659 5.430 -47.019
6 2.354 2.354 2.20 -5.179 4.560 -23.615
7 2.691 2.691 2.20 -5.921 3.510 -20.781
8 1.268 1.268 2.20 -2.789 3.960 -11.042
9 3.552 3.552 2.20 -7.814 3.030 -23.678
10 0.921 0.921 2.20 -2.027 2.200 -4.459
11 1.921 1.921 2.20 -4.226 1.310 -5.536
12 1.230 1.230 2.20 -2.706 0.620 -1.678
13 0.744 0.744 2.20 -1.637 5.910 -9.676
Total -64.94 -317.66

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

b. Akibat Gaya Gempa


Harga-harga gaya gempa diberikan dalam bagian parameter bangunan. Harga-harga
tersebut didasarkan pada peta Indonesia yang menunjukkan berbagai daerah dan resiko.
Faktor minimum yang akan dipertimbangkan adalah 0,1 g percepatan gravitasi sebagai harga
percepatan gempa.

Faktor ini hendaknya dipertimbangkan dengan cara mengalikannya dengan massa


bangunan sebagai gaya horizontal menuju kea rah yang paling tidak aman, yakni arah hilir.
Gaya akibat gempa berupa Horizontal (He) dan Momen gempa (Me) besarnya dihitung
dengan rumus :

Dimana :

He = Gaya gempa

E = Koefisien gempa (0,1)

G = Gaya berat sendiri per segmen

Contoh Perhitungan untuk Segmen G 3

Gaya berat sendiri (G) segmen G 3 telah dihitung sebelumnya di dapat = 8,659 ton

Gaya gempa bendungan untuk segmen G 3 adalah :

Titik berat (x,y) segmen G 3 tadi kemudian diukur jarak vertikal titik berat tersebut ke titik
tinjauan O. Jarak tersebut diukur menggunakan autocad didapat = 3,67 m.

Maka,

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Tabel Perhitungan Momen Akibat Gaya Gempa

Momen Akibat Gaya Gempa


Koefisien Gaya Berat Titik Terlemah
Gaya Gempa
Gaya Gempa Sendiri Jarak Momen
t t m t.m
1 0.1 7.668 0.767 6.110 4.685
2 0.1 1.637 0.164 5.690 0.932
3 0.1 8.659 0.866 3.670 3.178
4 0.1 6.019 0.602 4.140 2.492
5 0.1 8.659 0.866 3.640 3.152
6 0.1 5.179 0.518 3.140 1.626
7 0.1 5.921 0.592 3.730 2.208
8 0.1 2.789 0.279 1.980 0.552
9 0.1 7.814 0.781 1.480 1.157
10 0.1 2.027 0.203 1.980 0.401
11 0.1 4.226 0.423 1.650 0.697
12 0.1 2.706 0.271 0.500 0.135
13 0.1 1.637 0.164 5.690 0.932
Total 6.49 22.15

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

c. Akibat Gaya Hidrostatis


Gaya hidrostatis terbagi atas kondisi air normal dan kondisi banjir, perhitungannya
dapat dilakukan dengan rumus :

Dimana,

W = Gaya Hidrostatis

= Berat jenis air (1 ton/m3)

Dimana,

A = Luas segmen

b = Lebar tinjauan

Contoh perhitungan gaya hidrostatis segmen W1 pada kondisi air normal

ϒ air = 1000 kgf/m3

= 1 ton/m3

Lebar Tinjauan =1m

Hitung Luas W1 , karena berbentuk segitiga maka,

Luas = ½ x Alas x Tinggi

Luas =½x4mx4m

= 8 m2

Selanjutnya hitung volume

Volume = Luas x Lebar tinjauan

= 8 m2 x 1 m

= 8 m3

Setelah volume diketahui, untuk mendapat besar gaya yang bekerja pada segmen tersebut
maka,

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Gaya tersebut bernilai positif karena arah gaya ke kanan. Perhitungan momen pada segmen
W 1 akibat gaya hidrostatis dilakukan sebagai berikut.

Untuk mencari jarak segmen W1 ke titik tinjauan O, pertama-tama tentukan titik berat pada
bidang segmen, karena berbentuk segitiga maka letak titik berat segmen W1 terdapat pada
1/3 atau 2/3 panjang sisi yang ditinjau.

setelah didapat titik berat (x,y) segmen W1 ukur jarak vertikal titik berat tersebut ke titik
tinjauan O. Jarak tersebut diukur menggunakan autocad didapat = 4,33 m.

Momen segmen W 1 =

Akibat Gaya Hidrostatis (Kondisi Air Normal)


Gaya Titik Terlemah
Luas Volume g air
Gaya Horizontal Vertikal Jarak Momen
m2 m3 t/m3 t m t.m
W1 8.00 8.00 1.00 8.00 4.33 34.64
W2 0.63 0.63 1.00 -0.63 7.77 -4.93
Total 8.00 -0.63 29.71

Contoh perhitungan gaya hidrostatis segmen W2 pada kondisi banjir

ϒ air = 1000 kgf/m3

= 1 ton/m3

Lebar Tinjauan =1m

Hitung Luas W2 , karena berbentuk persegi maka,

Luas = Panjang x Lebar

Luas = 4 m x 3,48 m

= 13,92 m2

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Selanjutnya hitung volume

Volume = Luas x Lebar tinjauan

= 13,92 m2 x 1 m

= 13,92 m3

Setelah volume diketahui, untuk mendapat besar gaya yang bekerja pada segmen tersebut
maka,

Gaya tersebut bernilai positif karena arah gaya ke kanan. Perhitungan momen pada segmen
W2 akibat gaya hidrostatis dilakukan sebagai berikut.

Untuk mencari jarak segmen W2 ke titik tinjauan O, pertama-tama tentukan titik berat pada
bidang segmen, , karena berbentuk persegi panjang maka letak titik berat segmen W2
terdapat pada,

Titik berat segmen W2 :

x = ½ lebar segmen

y = ½ panjang segmen

setelah didapat titik berat (x,y) segmen W2 ukur jarak vertikal titik berat tersebut ke titik
tinjauan O. Jarak tersebut diukur menggunakan autocad didapat = 5 m.

Momen segmen W 1 =

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Akibat Gaya Hidrostatis (Banjir)


Gaya Titik Terlemah
Luas Volume g air
Gaya Horizontal Vertikal Jarak Momen
m2 m3 t/m3 t m t.m
W1 8.00 8.00 1.00 8.00 4.33 34.64
W2 13.92 13.92 1.00 13.92 5.00 69.60
W3 5.97 5.97 1.00 -5.97 8.15 -48.69
W4 0.63 0.63 1.00 -0.63 6.68 -4.21
W5 5.93 5.93 1.00 -5.93 7.58 -44.97
W6 3.32 3.32 1.00 -3.32 5.85 -19.42
W7 2.26 2.26 1.00 -2.26 5.43 -12.26
W8 1.80 1.80 1.00 -1.80 4.99 -8.99
W9 3.79 3.79 1.00 -3.79 3.21 -12.16
W10 3.81 3.81 1.00 -3.81 2.29 -8.74
W11 3.81 3.81 1.00 -3.81 0.45 -1.71
W12 1.91 1.91 1.00 -1.91 0.00 0.00
W13 1.95 1.95 1.00 -1.95 1.40 -2.74
Total 21.92 -35.19 -59.64

d. Akibat Gaya Angkat (Uplift Pressure)


Bangunan bendung mendapat tekanan air bukan hanya pada permukaan luarnya, tetapi
juga pada dasarnya dan dalam tubuh bangunan itu. Gaya tekan ke atas yakni istilah umum
untuk tekanan air dalam, menyebabkan berkurangnya berat efektif bangunan diatasnya.
Dalam teori angka rembesan Lane, diandalkan bahwa bidang horizontal memiliki daya tahan
tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan dengan bidang vertikal. Ini
dapat dipakai untuk menghitung gaya tekan ke atas di bawah bendung dengan cara membagi
beda tinggi energi pada bendung sesuai panjang relative di sepanjang pondasi.

Dimana :

ΔH = Beda tinggi muka air di hulu bendung dan hilir bendung

L = Panjang total bidang kontak bendung dan tanah bawah

Hx = Tinggi energy di hulu bendung

Lx = Jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Contoh Perhitungan

Gaya angkat pada kondisi air normal

Titik A :

ΔH = Kedalaman lantai peredam energi (Ds) – Tinggi ambang hilir (a)

= 6,00 m – 1,50 m

= 4,50 m

L = Panjang bidang kontak sampai ke ambang hilir (titik S)

= Panjang Vertikal + Panjang Horizontal

= 7,73 m + 20,43 m

= 28,16 m

LA =0

HA = 4,00 meter (jarak vertikal dari puncak bendung ke titik)

Maka,

Titik B :

ΔH = Kedalaman lantai peredam energi (Ds) – Tinggi ambang hilir (a)

= 6,00 m – 1,50 m

= 4,50 m

L = Panjang bidang kontak sampai ke ambang hilir (titik S)

= Panjang Vertikal + Panjang Horizontal

= 7,73 m + 20,43 m

= 28,16 m
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

LB = 1,00 m

HB = Jarak vertikal dari puncak bendung (Tinggi mercu) ke titik

= 4,00 m + 1,00 m

= 5,00 meter

Maka,

Tabel Perhitungan Px (Kondisi Muka Air Normal)


Perhitungan Gaya Angkat (Uplift) Muka Air Normal
Hx Lx ∆H ΣL Px
Titik Garis
(m) (m) (m) (m) (m)

A 4 0.00 4.5 28.16 4.00


A-B

B 5 1.00 4.5 28.16 4.84


B-C
C 5 1.40 4.5 28.16 4.78
C-D
D 4 2.40 4.5 28.16 3.62
D-E
E 4 2.8 4.5 28.16 3.55
E-F
F 5 3.80 4.5 28.16 4.39
F-G
G 5 4.4 4.5 28.16 4.30
G-H
H 6 5.40 4.5 28.16 5.14
H-I
I 6 5.8 4.5 28.16 5.07
I-J
J 7 6.80 4.5 28.16 5.91
J-K
K 7 7.2 4.5 28.16 5.85
K-L
L 6 8.20 4.5 28.16 4.69
L-M
M 6 8.6 4.5 28.16 4.63
M-N
N 7 9.60 4.5 28.16 5.47
N-O
O 7 10.01067 4.5 28.16 5.40

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Dari nilai Px tersebut kemudian gambar gaya pada bidang kontak pondasi dengan tanah dasar
sesuai panjang Px di titik A,B,C dst.

Pada bidang kontak vertikal yang menerima gaya horizontal (mis A-B) gunakan panjang dari
A ke B sedangkan untuk bidang horizontal (mis B-C) yang menerima gaya vertikal gunakan
1/3 panjang B-C untuk menggambar gaya. Gambar gaya tersebut dapat dilihat seperti
dibawah ini

Setelah gambar gaya selesai dibuat, hitung luas masing-masing bidang gaya misalnya

luas A-B (U1)

bidang U1 berbentuk trapesium, untuk menghitung luas kita dapat membagi menjadi dua
bangun segitiga dan persegi panjang

Luas bangun segitiga = ½ x alas x tinggi

= ½ x 1,00 m x 0,84

= 0,42 m2

Luas bangun persegi panjang = panjang x lebar

= 4,00 m x 1,00 m

= 4,00 m2

Jadi, total luas bidang U1 = 4,42 m2


|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Kemudian hitung Volume

Volume U1 = 4,42 x Lebar tinjauan

= 4,42 m2 x 1 m

= 4,42 m3

Dari nilai volume tersebut kita sudah bisa menghitung gaya yang bekerja pada bidang U1

Gaya yang bekerja pada bidang U1 (A-B) adalah gaya horizontal dan positif karena
mengarah ke kanan, untuk menentukan jarak (lengan momen) ke titik O (titik tinjauan) kita
harus menentukan titik berat berdasarkan gambar gaya diatas. Karena berbentuk trapezium
titik berat bidang dihitung menggunakan rumus berikut :

Dimana :

A1 = Luas bidang I

x1 = titik berat bidang I pada sumbu x

y1 = titik berat bidang I pada sumbu y

A2 = Luas bidang II

x2 = titik berat bidang II pada sumbu x

y2 = titik berat bidang II pada sumbu y

Titik berat bidang U1 didapat (0,52;2,22) dari koordinat titik berat itulah terdapat resultan
gaya, jarak vertikal bidang U1 dari resultan gaya tersebut ke titik tinjauan adalah = 2,48 m

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Momen segmen U 1 =

Tabel Perhitungan Momen Akibat Gaya Angkat (Uplift Pressure)

Kondisi Air Normal

Gaya Titik Terlemah


Luas Volume Bj. Air
Bidang H V Jarak Momen
2 3 3
m m t/m ton m t.m
U1 4.42 4.42 1.00 4.42 2.48 10.96
U2 1.95 1.95 1.00 1.95 7.83 15.25
U3 4.20 4.20 1.00 -4.20 2.48 -10.42
U4 1.46 1.46 1.00 1.46 6.63 9.69
U5 3.97 3.97 1.00 3.97 2.48 9.85
U6 5.22 5.22 1.00 5.22 5.43 28.33
U7 4.72 4.72 1.00 4.72 1.49 7.04
U8 6.14 6.14 1.00 6.14 4.28 26.26
U9 5.50 5.50 1.00 5.50 0.49 2.69
U10 7.07 7.07 1.00 7.07 3.03 21.42
U11 5.28 5.28 1.00 -5.28 0.50 -2.64
U12 5.60 5.60 1.00 5.60 1.83 10.26
U13 5.06 5.06 1.00 5.06 0.49 2.48
U14 6.52 6.52 1.00 6.52 0.62 4.04
Total 14.19 33.96 135.21

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Gaya angkat pada kondisi air banjir

Titik A :

ΔH = (Ds) + (H1)- (a) – (y)

Ket :

Ds = Kedalaman lantai peredam energy

H1 = Tinggi ambang hilir

a = Tinggi energy diatas mercu

y = Tinggi muka air sebelum pembendungan

ΔH = (Ds) + (H1)- (a) – (y)

ΔH = 6 m + 3,44 m – 1,5 m – 1,8 m

ΔH = 6,14 m

L = Panjang bidang kontak sampai ke ambang hilir (titik S)

= Panjang Vertikal + Panjang Horizontal

= 7,73 m + 20,43 m

= 28,16 m

LA =0

HA = Jarak vertikal (Tinggi Mercu + H1) ke titik A

= 4,00 m + 3,44 m

= 7,44 meter

Maka,

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Titik B :

ΔH = (Ds) + (H1)- (a) – (y)

Ket :

Ds = Kedalaman lantai peredam energy

H1 = Tinggi ambang hilir

a = Tinggi energy diatas mercu

y = Tinggi muka air sebelum pembendungan

ΔH = (Ds) + (H1)- (a) – (y)

ΔH = 6 m + 3,44 m – 1,5 m – 1,8 m

ΔH = 6,14 m

L = Panjang bidang kontak sampai ke ambang hilir (titik S)

= Panjang Vertikal + Panjang Horizontal

= 7,73 m + 20,43 m

= 28,16 m

LB = 1,00 m

HB = Jarak vertikal (Tinggi Mercu + H1) ke titik B

= 4,00 m + 3,44 + 1,00 m

= 8,44 meter

Maka,

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Tabel Perhitungan Px (Kondisi Muka Air Banjir)

Perhitungan Gaya Angkat (Uplift) Muka Air Banjir


Hx Lx ∆H ΣL Px
Titik Garis
(m) (m) (m) (m) (m)

A 7.44 0.00 6.140095 28.16 7.44


A-B

B 8.44 1.00 6.140095 28.16 8.221957


B-C
C 8.44 1.40 6.140095 28.16 8.13474
C-D
D 7.44 2.40 6.140095 28.16 6.916696
D-E
E 7.44 2.80 6.140095 28.16 6.829479
E-F
F 8.44 3.80 6.140095 28.16 7.611436
F-G
G 8.44 4.40 6.140095 28.16 7.48061
G-H
H 9.44 5.40 6.140095 28.16 8.262567
H-I
I 9.44 5.80 6.140095 28.16 8.17535
I-J
J 10.44 6.80 6.140095 28.16 8.957307
J-K
K 10.44 7.20 6.140095 28.16 8.870089
K-L
L 9.44 8.20 6.140095 28.16 7.652046
L-M
M 9.44 8.60 6.140095 28.16 7.564829
M-N
N 10.44 9.60 6.140095 28.16 8.346786
N-O
O 10.44 10.01 6.140095 28.16 8.257243

Dari nilai Px tersebut kemudian gambar gaya pada bidang kontak pondasi dengan tanah dasar
sesuai panjang Px di titik A,B,C dst.

Pada bidang kontak vertikal yang menerima gaya horizontal (mis A-B) gunakan panjang dari
A ke B sedangkan untuk bidang horizontal (mis B-C) yang menerima gaya vertikal gunakan
1/3 panjang B-C untuk menggambar gaya. Gambar gaya tersebut dapat dilihat seperti
dibawah ini

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Setelah gambar gaya selesai dibuat, hitung luas masing-masing bidang gaya misalnya

luas A-B (U1)

bidang U1 berbentuk trapesium, untuk menghitung luas kita dapat membagi menjadi dua
bangun segitiga dan persegi panjang

Luas bangun segitiga = ½ x alas x tinggi

= ½ x 1,00 m x 0,90

= 0,45 m2

Luas bangun persegi panjang = panjang x lebar

= 7,44 m x 1,00 m

= 7,44 m2

Jadi, total luas bidang U1 = 7,89 m2

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Kemudian hitung Volume

Volume U1 = 7,89 x Lebar tinjauan

= 7,89 m2 x 1 m

= 7,89 m3

Dari nilai volume tersebut kita sudah bisa menghitung gaya yang bekerja pada bidang U1

Gaya yang bekerja pada bidang U1 (A-B) adalah gaya horizontal dan positif karena
mengarah ke kanan, untuk menentukan jarak (lengan momen) ke titik O (titik tinjauan) kita
harus menentukan titik berat berdasarkan gambar gaya diatas. Karena berbentuk trapezium
titik berat bidang dihitung menggunakan rumus berikut :

Dimana :

A1 = Luas bidang I

x1 = titik berat bidang I pada sumbu x

y1 = titik berat bidang I pada sumbu y

A2 = Luas bidang II

x2 = titik berat bidang II pada sumbu x

y2 = titik berat bidang II pada sumbu y

Titik berat bidang U1 didapat (0,51;3,95) dari koordinat titik berat itulah terdapat resultan
gaya, jarak vertikal bidang U1 dari resultan gaya tersebut ke titik tinjauan adalah = 2,49 m

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Momen segmen U 1 =

Tabel Perhitungan Momen Akibat Gaya Angkat (Uplift Pressure)

Kondisi Banjir

Gaya Titik Terlemah


Luas Volume Bj. Air
Gaya H V Jarak Momen
2 3 3
m m t/m ton m t.m
U1 7.89 7.89 1.00 7.89 2.49 19.65
U2 9.98 9.98 1.00 9.98 7.83 78.15
U3 7.77 7.77 1.00 -7.77 2.49 -19.34
U4 8.64 8.64 1.00 8.64 6.63 57.26
U5 7.63 7.63 1.00 7.63 2.49 19.01
U6 9.66 9.66 1.00 9.66 5.43 52.44
U7 8.47 8.47 1.00 8.47 1.49 12.62
U8 10.68 10.68 1.00 10.68 4.28 45.71
U9 9.34 9.34 1.00 9.34 0.49 4.57
U10 11.74 11.74 1.00 11.74 3.03 35.56
U11 9.21 9.21 1.00 -9.21 0.49 -4.51
U12 10.36 10.36 1.00 10.36 1.83 18.96
U13 9.07 9.07 1.00 9.07 0.49 4.44
U14 11.40 11.40 1.00 11.40 0.62 7.07
Total 25.42 72.45 331.58

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

e. Akibat Tekanan Lumpur


Momen akibat tekanan lumpur dapat dihitung sebagai berikut :

Berat isi tanah = 1,8 t/m3

Berat satuan air = 1 t/m3

lumpur = 1,8 – 1 = 0,8 t/m3

φ = 0°

Sehingga,

Ka =

Contoh Perhitungan

Hitung Luas W1 , karena berbentuk segitiga maka,

Luas = ½ x Alas x Tinggi

Luas =½x4mx4m

= 8 m2

Gaya = Luas x lumpur x Ka

= 8 x 0,8 x 1

= 6,4 ton

Momen = Gaya x jarak vertikal ke titik tinjauan O

= 6,4 ton x 4,33 m

= 22,17 t.m

Tabel Perhitungan Momen Akibat Tekanan Lumpur


Perhitungan Akibat Tekanan Lumpur
Gaya Titik Terlemah
Luas Bj Lumpur
Gaya Ka Horizontal Vertikal Jarak Momen
m2 t/m3 ton m t.m
W1 8.00 1.00 0.80 6.40 4.33 22.17
W2 0.63 1.00 0.80 -0.51 7.77 -3.16
Total 6.40 -0.51 19.01
|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

f. Kontrol Terhadap Guling dan Geser

Dalam perencanaan konstruksi bendung, faktor keamanan harus diperhitungkan. Untuk


mengetahui keamanan tubuh bendung harus dilakukan cek stabilitas. Di dalam analisa
stabilitas ini dilakukan kontrol terhadap gaya guling dan gaya geser.

a. Kontrol terhadap guling


Keadaan Air Normal


Keadaan Banjir


Dimana :
SF = Angka Keamanan
ΣMT = Momen Tahan
ΣMG = Momen Guling

b. Kontrol terhadap geser


Keadaan Air Normal


Keadaan Banjir


Dimana :
SF = Angka Keamanan
∑ = Jumlah gaya vertikal
∑ = Jumlah gaya horizontal
f = Koefisien Gesekan
Tabel Koefisien Gesekan
Bahan f (Koefisien Gesekan)
Pasangan batu pada pasangan batu 0,60-0,75
Batu keras berkualitas baik 0,75
Kerikil 0,50
Pasir 0,40
Lempung 0,30
Karena, bendung terbuat dari pasangan batu maka koefisien gesekan (f) diambil 0,75

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Dari perhitungan stabilitas terhadap bendungan didapat momen pada kondisi air normal
adalah sebagai berikut :
Gaya yang bekerja pada saat kondisi air normal
Besar Gaya Momen Guling Momen Tahan
Gaya
V (ton) H (ton) t.m t.m
Berat Sendiri -64.94 -317.66
Gempa 6.49 22.15
Hidrostatis -0.63 8.00 29.71
Uplift Pressure 33.96 14.19 135.21
Tekanan Lumpur -0.51 6.40 19.01
Total -32.13 35.09 157.36 -268.94

Dari tabel diatas diketahui :

ΣMT = -268,94 t.m

ΣMG = 157,36 t.m

Kontrol terhadap guling


Kontrol terhadap geser

∑ = -32,13 t

∑ = 35,09 t

f = Koefisien Gesekan (0,75)

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Dari perhitungan stabilitas terhadap bendungan didapat momen pada kondisi banjir adalah
sebagai berikut :
Gaya yang bekerja pada saat kondisi Banjir
Besar Gaya Momen Guling Momen Tahan
Gaya
V (ton) H (ton) t.m t.m
Berat Sendiri -64.94 -317.66
Gempa 6.49 22.15
Hidrostatis -35.19 21.92 -59.64
Uplift Pressure 72.45 25.42 331.58
Tekanan Lumpur -0.51 6.40 19.01
Total -28.18 60.23 353.73 -358.29

Dari tabel diatas diketahui :

ΣMT = -358,29 t.m

ΣMG = -353,73 t.m

Kontrol terhadap guling


Kontrol terhadap geser

∑ = -28,18 t

∑ = 60,23 t

f = Koefisien Gesekan (0,75)

|
[] DOSEN PENGAJAR :
Dr.Eng.Ir. Jeffry S.F Sumarauw,MT

Kesimpulan :
Dari kontrol stabilitas diatas didapat hasil sebagai berikut :
a. Kondisi Air Normal
Kontrol terhadap guling :

Kontrol terhadap geser :

Pada kondisi air normal bendungan tersebut dapat menahan guling tetapi tidak dapat
menahan geser.

b. Kondisi Banjir
Kontrol terhadap guling :

Kontrol terhadap geser :

Pada kondisi banjir bendungan tersebut tidak dapat menahan guling dan geser.
Maka, dapat disimpulkan bendungan tersebut tidak aman untuk dibangun dan perlu dilakukan
desain kembali agar angka keamanan dapat terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai