Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SUMIARTI

NIM : 818476265
MATA KULIAH : PRAKTIKUMIPA DI SD

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA PESAWAT SEDERHANA

2.1.   Tujuan
1. Menentukan besar gaya yang dilakukan pada bidang miring.
2. Menentukan besar keuntngan mekanik pada percobaan.

2.2.   Dasar Teori


Pesawat sederhana adalah alat sederhana untuk mempermudah pekerjaan manusia
dalam melakukan usaha. Sebuah pesawat sederhana menggunakan satu gaya kerja untuk
bekerja melawan satu gaya dengan mengabaikan gaya gesek yang timbul, maka kerja
yang dilakukan beban besarnya akan sama dengan kerja yang dilakkan beban. Ada
beberapa jenis pesawat sederhana antara lain:
a.    Tuas
Alat ini lebih dikenal dengan sebutan pengungkit. Pada umumnya tuas atau pengungkit
menggunkan batang besi atau kayu yang digunakan untuk mngungkit suatu benda,
terdapat tiga gaya ketika mengungkit suatu benda, yaitu beban, titik tumpu dan kuasa.
b.    Katrol
Merupakan roda yang berputar pada porosnya, biasanya pada katrol terdapat tali atau
rantai sebagai penghubungnya. Katrol juga memiliki beban, titik tumpu dan kuarsa.
c.    Roda berporos
Merupakan roda yang dihubungkan dengan poros yang dapat berputar bersama. Roda
berporos merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang banyak ditemukan pada
alat-alat seperti setir mobil, setir kapal, roda sepeda, roda kendaraan bermotor,  gerinda
dan lain-lain.
d.    Bidang Miring
Merupakan cara untuk mempermudah usaha ketika memindahkan benda ke tempat yang
lain yang lebih tinggi dengan gaya yang lebih kecil. Bidang miring juga memiliki
kelemahan yaitu jarak yang di tempuh lebih jauh.

2.2.1.  Bidang Miring


Adalah suatu permukaan datar yang memiliki suatu sudut yang bukan sudut tegak
lurus terhadap permukaan horizontal. Penerapan bidang miring dapat mengatasi
hambatan besar dengan menerapkan gaya yang relatif lebih kecil melalui jarak yang lebih
jauh dari pada jika beban itu diangkat vertikal. Dalam bidang miring berlaku ketetapan
anatara lain
a.    Makin landai bidang miring maka semakin kecil gaya yang dibutuhkan, akan tetapi
jalan yang dilalui lebih panjang.
b.    Makin curam bidang miring maka semakin besar gaya yang dibutuhka, akan tetapi
jalan yang dilalui lebih pendek.

2.2.2.  Bidang Miring dalam Pertambangan


Adalah penerapan yang dignakan di bidang pertambangan. Dalam pertambangan
penerapan prinsip pesawat sederhana bidang miring sangat berperan penting untuk
memermudah akses menuju tempat penambangan. Berikut prinsip bidang miring dalam
pertambangan antara lain:
a.    Dalam proses pengolahan batu bara, bidang miring digunakan untuk mempermudah
pemindahan dan pengangkutan batu bara.
b.    Dalam kegiatan pengeboran , mata bor dibuat sesuai dengan prinsip bidang miring
c.   Jalan pada daerah pertambangan dibuat miring dan berkelok-kelok agar mempermudah
dan mengurangi ketinggian jalan menuju tempat penambangan.
d.    Mesin Crusher pada tambang batu bara juga menggunakan prinsip bidang miring

2.3.   Alat dan Bahan


1.    Dasar Statif
2.    Batang Statif Panjang
3.    Batang Statif Pendek
4.    Jepit Penahan
5.    Katrol
6.    Beban 25N dan 50N
7.    Bidang Miring

2.4.   Prosedur Kerja


1.      Siapkan alat untuk dirangkai dan formulir data
2.      Rakit statif sesuai dengan gambar
3.      Rakit bidang miring pada balok penahan menggunakan jepitan penahan
4.      Tentukan berat kedua katrol + seteker perangkai (w = m.g). Catat hasil pengamatan
5.      Kaitkan katrol pada dinamometer dan taruh di atas bidang miring
6.      Atur ketinggian bidang miring (mulai dari h = 15cm)
7.      Amati gaya yang terjadi (Fr) pada dinamometer dan catat hasilnya di tabel
8.      Lepaskan dinamometer dari katrol dan taruh katrol di atas bidang miring yang paling
atas (ketingggian di atas bidang horizontal (h= 15cm). Lepaskan katrol agat
menggelincir pada bidang miring hingga sampai pada bidang horizontal.
9.    Isikan nilai keuntungan mekanik (KM) dan gaya (F) pada tabel pengamatan
10.    Ulangi langkah 4 sampai 8 dengan mengubah ketinggian (h) sesuai tabel
11.    Ulangi langkah 3 smpai 9 setelah menambah dua beban pada katrol

2.5.   Hasil Pengamatan

Tanpa beban
Tinggi h(m) s (m) W(N) KM= s/h FR F(N)=h/s.W
0,15 0,5 0,6 3,33 0,3 0,18
0,30 0,5 0,6 1,67 0,5 0,36
0,45 0,5 0,6 1,1 0,6 0,54
Beban 25N
Tinggi h(m) s (m) W(N) KM= s/h FR F(N)=h/s.W
0,15 0,5 0,9 3,33 0,4 0,27
0,30 0,5 0,9 1,67 0,6 0,54
0,45 0,5 0,9 1,1 0,8 0,81

Beban 50N
Tinggi h(m) s (m) W(N) KM= s/h FR F(N)=h/s.W
0,15 0,5 1,2 3,33 0,5 0,36
0,30 0,5 1,2 1,67 0,7 0,72
0,45 0,5 1,2 1,1 1 1,08
Beban 75N
Tinggi h(m) s (m) W(N) KM= s/h FR F(N)=h/s.W
0,15 0,5 1,4 3,33 0,6 0,42
0,30 0,5 1,4 1,67 1 0,84
0,45 0,5 1,4 1,1 1,2 1,26
Beban 100N
Tinggi h(m) s (m) W(N) KM= s/h FR F(N)=h/s.W
0,15 0,5 1,6 3,33 0,7 0,48
0,30 0,5 1,6 1,67 1,2 0,96
0,45 0,5 1,6 1,1 1,4 1,44

2.6.   Pembahasan

Dari praktikum ini , dapat kami kita ketahui bahwa memindahkan sebuah benda
yang berat dari bawah keatas akan lebih mudah jika menggunakan bidang miring dari
pada di angkat langsung keatas. Dari hasil percobaan kami di atas, dapat kami simpulkan
bahwa semakin tinggi (h) bidang miring maka semakin banyak gaya yang diperlukan (FR)
jadi apabila sudut bidang miring semakin rendah maka gaya yang dibutuhkan untuk
memindahkan benda dari bawah ke atas akan semakin kecil , tetapi lintasan yang
dibutuhkan semakin jauh. Dan sebaliknya, apabila sudut bidang miring semakin tinggi
maka gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan benda akan semakin besar dan lintasan
yang di butuhkan semakin dekat.

Anda mungkin juga menyukai