Kelompok 8 : Anggi Atesa Apriyani Munthe Ayu Meiliasari Ariessyawtra RL Ekatrisna Oktaviani Wiena Putri A. Asisten Modul Tanggal Praktikum Tanggal Disetujui Nilai Laporan Paraf Asisten : Isma Kania : 4 November 2013 : : : 1206216992 1206246465 1206249750 1206216941 1206216986
LABORATORIUM HIDROLIKA, HIDROLOGI, DAN SUNGAI JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2013
G B G B
Gambar.3.2.1 Gambar G, M dan B saat keadaan stabil dan setelah digoyangkan Titik metacentrum adalah titik perpotongan antara garis vertikal yang melalui titik berat benda dalam keadaan stabil (G) dengan garis vertikal yang melalui pusat apung setelah benda digoyangkan (B). Tinggi titik metacentrum adalah jarak antara titik G dan titik M. Titik apung B adalah titik tangkap dari gaya apung atau titik tangkap dari resultan tekanan apung. Jarak bagian dasar ponton ke titik apung B adalah setengah jarak bagian dasar ponton ke permukaan air (setengah jarak bagian ponton yang terendam atau tenggelam). Biasanya penyebab posisi (B) pada gambar 1 di atas masalah bergeraknya suatu benda tertentu (w) sejauh x dari titik G, sehingga untuk mengembalikan ke posisi semula harus memenuhi persamaan berikut: Momen guling = Momen mengembalikan ke posisi semula w . x = W . GM sin, maka GM = Secara teoritis GM dapat pula diperoleh dari:
2
<<<
GM=BM BG
Berat pengatur beban transversal = Sudut putar ponton Tinggi titik metacentrum
Jarak antara titik apung dan titik metacentrum Jarak antara titik apung dan titik berat ponton Momen inersia arah c dari luasan dasar ponton = Volume zat cair yang dipindahkan
Jarak antara titik berat ponton dan dasar ponton Kedalaman bagian ponton yang terbenam air
Benda yang terendam di dalam air akan mengalami gaya berat sendiri benda (FG) dengan arah vertikal ke bawah dan gaya tekanan air dengan arah vertikal keatas. Gaya ini disebut gaya apung atau gaya Buoyancy (FB)
Jika : FG > FB maka benda pada kondisi tenggelam FG = FB maka benda pada kondisi melayang (terendam) FG < FB maka benda pada kondisi terapung
Hukum
Archimedes
menyatakan
bahwa
benda
yang
terapung
atau terendam dalam zat cair akan mengalami gaya apung sebesar berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut
Gaya yang bekerja adalah FG dan gaya hidrostatik yang bekerja pada seluruh permukaan yang terendam. Karena benda diam, maka gaya hidrostatik pada arah horizontal akan sama besar dan saling meniadakan, sedangkan gaya hidrostatik yang bekerja pada permukaan dasar benda merupakan gaya apung. Bila benda dalam keadaan diam, maka resultan gaya arah vertikal maupun horisontal sama dengan nol. Suatu benda dikatakan stabil bila benda tersebut tidak terpengaruh oleh ganguan kecil (gaya) yang mencoba membuatnya tidak seimbang. Sebaliknya benda itu dikatakan dalam keadaan tidak stabil atau labil jika ada yang mempengaruhi
b d g e a
400 mm
200 mm
200 mm
Keterangan Gambar: a. b. c. d. e. f. g. Kotak ponton Tiang vertikal Skala derajat Pengatur beban geser Skala jarak Pengatur beban transversal Unting-unting Spesifikasi: - Dimensi ponton : Panjang Lebar Tinggi - Massa ponton - Massa pengatur beban transversal g = 9,81 m/det
2
: 350 mm : 200 mm : 75 mm
Angle Of Heel
Ponton Mass
Right Heel
200
87
23
30 45 60 15
250
92
23
30 45 60 15
300
102
23
30 45 60
Pengolahan data dalam praktikum ini akan menggunakan metode Least Square yang melibatkan pergeseran bebannya sebagai x dan sin rata-rata sebagai y. rata-rata dapat dijabarkan : rata-rata=
b=
Keterangan: GM = Tinggi metacentrum (mm) W = Berat ponton (gr) w = Berat pengatur beban transversal (gr) Koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Persamaan tersebut dapat diturunkandari formulasi rumus momen inersia BG = (y d/2) GM teori = BM BG Keterangan: L = Lebar ponton (mm) d = Kedalaman bagian ponton yang tenggelam (mm) y = Tinggi titik berat Kesalahan-kesalahan dalam praktikum ini akan menghasilkan kesalahan relatif dengan rumus sebagai berikut: Kesalahan relatif = | |
Data praktikum ini diolah berdasarkan variasi ketinggian pengatur beban geser dengan dasar ponton (t).
2=
GM percobaan=
221.002 mm
Kedalaman ponton yang tenggelam ( d teori ) : D teori = Pengolahan data secara teoritis 166,67
53,8%
R2 =
10
GM percobaan=
73.66 mm
Kedalaman ponton yang tenggelam ( d teori ) : D teori = Pengolahan data secara teoritis 166,67
3. Jarak 300 mm
b= y=
R2 =
11
GM percobaan=
44,20 mm
Kedalaman ponton yang tenggelam ( d teori ) : D teori = Pengolahan data secara teoritis 166,67
12
mengatur terlebih dahulu letak beban geser yaitu sejauh 200 mm dan selanjutnya 250 mm dan 300 mm. Meja Hidrolik juga harus diberi air secukupnya, dan juga jangan sampai ada beban tambahan dalam ponton yaitu air yang masih berada dalam ponton karena massanya bisa bertambah. Beban geser yang terdapat pada tiang ponton dan beban transversal akan menjadi variable bebas. Lalu selanjutnya menentukan titik seimbang ponton dengan cara menggantungkan ponton dengan sehelai benang pada tiang ponton, dan diatur juga benang jangan sampai menyentuh badan ponton. Setelah sudah menentukan titik seimbang jangan lupa untuk mengukur titik keseimbangan. Hal yang penting juga adalah
memperhatikan dan menyesuaikan sudut tegak lurus yang harus diciptakan benang terhadap tiang ponton dengan beban transversal pada skala nol. Selanjutnya meletakkan ponton ke dalam meja hidrolika yang sudah terisi air dan juga pastikan ponton terapung dalam keadaan tenang dan tidak menabrak dinding di sekitarnya dan gangguan kontak dari luar juga, seperti terguncangnya meja hidrolika yang dapat mempengaruhi hasil percobaan. Di sisi pontoon tertera skala yang menunjukan kedalam ponton di dalam air. Langkah selanjutnya praktikan mengatur unting-unting agar memastikan sudutnya dalam keadaan stabil yaitu 0 derajat. Lalu pastikan tinggi beban geser pada ketinggian yang seharusnya dalam praktikum ini. Tinggi beban geser yang pertama adalah 200 mm. Setelah memastikan ketinggian, dimulai percobaan dengan menggeserkan beban transversal ke arah kanan sebesar 15 mm dan mendapatkan 2,5 derajat, selanjutnya dengan menggeserkan beban transversal ke arah kiri dan mendapatkan 2 derajat. Selanjutnya di geser ke 30mm dan di sebelah kanan didapatkan 4,5 derajat dan di sebelah kiri 4 derajat. Lalu digeser sejauh 45 mm dan disebelah kanan didapatkan 7 derajat dan disebelah kiri 6,2 derajat. Lalu yang terakhir digeser sejauh 60mm, disebelah kanan didapatkan 9 derajat dan disebelah kiri 8,5 derajat. Lalu lakukan hal yang sama untuk letak beban geser 250mm dan 300mm. Semakin jauh jarak beban transversalnya dari titik tengah makin tidak stabil pontoon tersebut karena pergerakan massa transversal sangat berpengaruh sekali. Pembacaan sudut juga harus menunggu tali benang benar-benar diam, tapi terdapat kesulitan saat praktikum benang masih bergerak cukup lama menunggu berhenti bergerak.
13
3.7.2
Analisa Hasil
Dua metode yang digunakan adalah secara teoritis dan praktikum. Dalam pengolahan data menggunakan persamaan: GM = BM BG. Cara mencari BM dan BG dengan cara persamaan seperti ini :
Pergeseran R
200 mm
1.00385781
250 mm
1.0590442
300 mm
1.0860322
Lalu praktikan harus mencari GM berdasarkan percobaan dengan menggunakan rumus square dengan rumus b =
dimana b dapat ditemukan dengan metode least dan nila b yang didapatkan ialah :
Pergeseran B
200 mm
0.00253339
250 mm
0.0027877
300 mm
0.0031031
Sehingga dapat ditentukannya nilai GM. Berikut hasil GM yang didapatkan : Pergeseran GM percobaan GM teori Kesalahan Relatif (%) 200 mm 221.002 143.625 53.8 250 mm 73.66 144.625 49.1 300 mm 44.2 145.625 69.6
14
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan tinggi titik metacentrum dan variable bebasnya adalah beban transversal dan beban geser yang keduanya mempengaruhi hasil GM yang kita dapatkan. GM adalah hasil selisih jarak G ke M. G adalah titik setimbang pontoon, dengan adanya beban geser maka percobaan di setiap titik tengah pontoon akan berubah. M kita ketahui adalah titik setimbang yang ditentukan dengan garis tegak lurus dari titik tengah pontoon yang akan berpotongan dengan garis B seimbang, dan M akan berubah jika beban transversal digeser menjauhi titik awal. Jarak beban transversal yang diberikan semakin besar atau semakin jauh dari awal maka nilai M akan makin kecil. Semakin miring pontoon dari posisi awal maka semakin kecil perpotongan yang dihasilkan. Jika jarak beban geser semakin keatas maka semakin keatas juga titik seimbang dari pontonnya. Saat G dan M bertemu yang menghasilkan GM=0 maka disebut stabilitas netral karena memiliki GM=0 dan mengakibatkan momen penegak 0
G B
200 mm 53.8
250 mm 49.1
300 mm 69.6
15
Kesalahan yang timbul disebabkan ketidaktelitian saat menghitung deviasi, karena untang uting selalu bergerak sehingga terjadi kesalahan pembacaan
Kesalahan juga bisa terjadi saat menormalkan kembali ke 0 derajat, belum benar-benar tegak lurus. Kesalahan juga bisa terjadi ketika menaruh beban transversal Kesalahan juga terjadi karena meja hidrolika yang tergeser sehingga mempengaruhi hasil praktikum atau juga ponton yang terkena dinding Kesalahan juga bisa terjadi karena pembacaan d tercelup kurang jelas karena kertas mm block yang sudah tidak jelas.
16
3.8
Kesimpulan
Nilai GM akan bergantung pada sudut putar ponton, jarak beban transversal, massa beban transversal & ponton. Semakin negatif nilai GM maka semakin miring atau tidak stabil ponton tersebut, semakin positif nilai GM semakin besarnya kemampuan untuk menstabilkan ke posisi semula. Nilai GM adalah nilai yang mengidentifikasi stabilitas benda Tinggi Metacentrum dapat ditentukan dengan menghitung dari selisih jarak antara titik apung pada titik metacentrum dengan jarak antara titik apung dengan titik berat ponton Nilai Gmnya : 200 mm 221.002 143.625 250 mm 73.66 144.625 300 mm 44.2 145.625
3.9
Referensi
Laboratorium Hidrolika, Hidrologi dan Sungai Departemen Teknik Sipil UI (2009). Pedoman Praktikum Mekanika Fluida dan Hidrolika. Potter, Merle C. Mechanics of Fluids Second Edition. Prentice Hall. New Jersey. 1997.
17
Lampiran :
18