Anda di halaman 1dari 11

3.

2 METODE PELAKSANAAN
3.2.1 METODE PELAKSANAAN PVD TEST

3.2.2 METODE PELAKSANAAN DERMAGA

Metode pelaksanaan dermaga akan dibagi menjadi 3 (tiga) point utama


yaitu :
A. Masa Pra-Konstruksi

Masa Pra-konstruksi ini hal-hal yang dilakukan adalah persiapan


pelaksanaan, baik yang di darat maupun di laut. Hal yang perlu disiapkan
sebelum pelaksanaan antara lain :
a. Pembersihan lahan, yaitu membersihkan lahan proyek dan lahan disekitar
proyek yang telah dibebaskan dari hal – hal yang akan mengganggu
jalannya proyek secara keseluruhan.
b. Direksi kit, yang berfungsi sebagai tempat untuk keperluan rapat,
konfirmasi antar organisasi atau personil yang terkait, pengawasan dan
lain-lain.
c. Pos jaga, yang berfungsi sebagai tempat pengawasan alat dan material
d. Gudang, sebagai tempat penyimpanan bahan yang akan dipakai.

e. Pendatangan alat berat seperti crane, ponton, hammer hydraulik untuk


keperluan pemancangan tiang pancang.

B. Masa Konstruksi

Dalam masa konstruksi ini pekerjaan dermaga dilakukan persegmen dimulai


dari arah barat menuju arah timur, pembahasan akan dibagi atas item-item
pekerjaan sebagai berikut :

1. Pekerjaan Pemancangan :

Alat yang dipergunakan :

a) 2 buah ponton

b) 1 Crane

c) 1 hydraulic hammer
d) 2 buah Teodolit / Waterpas

Dalam pekerjaan pemancangan, tiang pancang yang dipakai 80


cm, dimana panjang tiang yang dibutuhkan adalah 33.3 m (3 batang
@12m) dan  60 cm dengan kedalaman 21,3m (2 batang @12 m)
pemancangan dilakukan dengan 2 ponton, dimana 1 ponton sebagai
hydraulic hammer untuk pemancangan dan satunya sebagai ponton crane
untuk pengambilan tiang pancang dari areal penumpukan ke ponton
pancang (lihat gambar 3.1). Alat Teodolit dipergunakan untuk mengukur
ketepatan posisi dan kemiringan tiang saat pemancangan gambar 3.2.

Gambar 2.1. Ponton Pancang dan Ponton Crane


Gambar 6.2. Cek titik tiang pancang dari darat dengan Alat Teodolit

Pertama-tama ponton crane mengambil tiang pancang yang berada pada


areal penumpukan, dan kemudian memindahkan tiang pancang dari ponton crane
ke ponton pancang, lalu kemudian dilaksanakan pemancangan.
Pada saat pemancangan, langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan adalah
ponton pancang diarahkan ke titik yang dituju, dengan bantuan alat teodolit untuk
menentukan ketepatan titik serta kelurusan/kemiringan tiang. Setelah semuanya
sesuai, tali pengikat tiang pada hydraulic hammer dikendorkan sehingga tiang
pancang akan turun sampai seabed dan diukur kembali ketepatannya dengan
teodolit. Apabila sudah sesuai kembali, baru mulai dipancang dengan hydraulic
hammer sampai kedalaman yang direncanakan (lihat gambar 6.3). Untuk
kepastian pemberhentian pemancangan, pada pemancangan ¼ tiang terakhir
dilakukan kalendering, apabila Srencana > Slapangan , pemancangan dapat
diberhentikan. Langkah-langkah ini dilakukan sampai semua tiang pancang
perencanaan terpancang pada posisinya.
Setelah beberapa tiang pancang selesai dipancang, dapat dilakukan
pemotongan tiang pancang yang berlebih dengan menggunakan hammer ban
sampai pada elevasi tiang yang direncanakan. Apabila pemotongan
tiang sudah selesai semua, pekerjaan selanjutnya adalah pengerjaan poer.

Gambar 6.3. Pemancangan Tiang Pancang

Gambar 6.4. Penyambungan antar Tiang Pancang baja

6.2.1.1 PENGECORAN POER

Sebelum merakit bekisting poer, terlebih dahulu dipasang landasan untuk


bekisting berupa sabuk pengikat dibaut sejumlah 2 baut untuk tiap pengikatnya
pada tiang pancang (Gambar 6.5). Kemudian dipasang balok yang
menghubungkan antara tiang satu dengan lainya baik arah memanjang maupun
melintang. Setelah tahapan tersebut, dilanjutkan
dengan perakitan bekisting poer diatas landasan yang telah ada, sesuai dengan
ukurannya.
Untuk bagian vertikal dari bekisting poer ditopang dengan kayu perancah
ke balok yang menghubungankan antar tiang pancang (Gambar 6.6).
Setelah bekisting poer selesai , dilakukan pemasangan tulangan beton
pengisi tiang dan tulangan poer. Pengecoran dilakukan sekaligus sehingga
antara beton pengisi tiang dan poer monolit.

Gambar 6.5. Pemasangan Landasan Bekisting Poer

Gambar 6.6. Pemasangan Bekisting


6.7 Pengecoran In Situ Poer

6.2.1.2 PENGECORAN PELAT DAN BALOK

Bekisting balok memanjang dan melintang dipasang sesuai dengan


ukuran rencana dan ditopang dengan kayu ke landasan yang telah terpasang
pada langkah sebelumnya (Gambar 6.8), pengecoran dilakukan monolit
(sekaligus) dengan pelat dermaga, balok fender. Sebelum pengecoran dilakukan,
angker bolder dan fender dipasang pada posisinya dengan dilas dengan tulangan
balok untuk perkuatan .
Gambar 6.8 Pemasangan Bekisting Balok Arah Memanjang
6.2.3 MASA PASCA KONSTRUKSI

Setelah pengecoran selesai dan beton telah mengeras dengan sempurna,


dilakukan pekerjaan tambahan yaitu :
6.2.3.1 PEMASANGAN BOLDER

Setelah beton mengeras sempurna, bollard dapat dipasang, angker yang


sudah tertanam pada saat pengecoran pelat bersama tulangannya dibersihkan dan
dipasangkan bollard ke posisinya kemudian dicor setempat.

6.9 Pemasangan Bolder

6.2.3.2 PEMASANGAN FENDER

Sama halnya dengan bollard, angker fender yang telah tertanam


dibersihkan dan fender ditempatkan di posisinya lalu dipasang pasangan
angkernya.
6.10 Pemasangan Fender
6.2.3.3 PEMASANGAN REL CRANE

Dalam pemasangan crane harus diawasi dengan ketat, dimana setiap


sambungan rel harus dites dengan ultrasonik, demikian pula dengan kelurusan rel
itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai