Anda di halaman 1dari 6

MODUL 2

PERHITUNGAN SIMPLE BOUGUER ANOMALY (SBA)

2.1. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Dapat mengitung koreksi lintang, FAA, BC
2. Dapat menentukan elevasi suatu titik dari data pengukuran altimeter
3. Dapat mengestimasi densitas permukaan dengan metode Nettleton dan Parasnis.
4. Dapat menghitung SBA

2.2. ALAT dan BAHAN


1. Laptop/PC
2. Aplikasi Ms. Excel

2.3. TEORI DASAR


Koreksi spheroid dan geoid merupakan koreksi akibat bentuk bumi yang tidak bulat. Sehingga,
digunakan spheroid referensi sebagai pendekatan untuk muka laut rata–rata (geoid) dengan
mengabaikan efek benda di atasnya. Spheroid referensi (g lintang) diberikan oleh persamaan
GRS80 (Geodetic Reference System 1980):
𝑔(𝜑) = 978032.700(1 + 0.0053024𝑠𝑖𝑛2 𝜑 − 0.0000058𝑠𝑖𝑛2 2𝜑)(𝑚𝐺𝑎𝑙)

dengan φ adalah sudut lintang dalam radian.

Koreksi udara bebas, Free Air Correction (FAC), merupakan koreksi akibat pengaruh
ketinggian terhadap spheroid referensi. Besarnya faktor koreksi FAC untuk daerah ekuator
(45ºLU-45ºLS) ialah -0,3085 mGal/m. sehingga besarnya FAA adalah:
𝜕𝑔
= −0.9406 − 0.0007𝑐𝑜𝑠2𝜑 𝑔𝑢/𝑓𝑡
𝜕𝑟
Dimana gu adalah gravity unit dan 1 gu = 0.1 mGal
Misalkan harga lintang untuk sekitar Jawa Tengah dan DIY, yaitu sekitar 70 dan satuan diubah
dalam mGal/m, nilai pendekatan yang cukup baik adalah:
𝐹𝐴𝐶 = −0.308765 ℎ 𝑚𝐺𝑎𝑙/𝑚
Sehingga besarnya FAA adalah:
𝐹𝐴𝐴 = 𝑔𝑜𝑏𝑠 − 𝑔𝜑 + 0.308765ℎ (mGal)

Koreksi Bouguer merupakan koreksi akibat suatu benda yang memiliki densitas di antara
bidang referensi dan titik amat. Koreksi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan benda
berupa slab tak berhingga yang besarnya diberikan oleh persamaan:
𝐵𝐶 = 2𝜋𝜌𝐺ℎ
dengan h adalah elevasi (ketinggian stasiun dari datum) dan ρ merupakan massa jenis.

Setelah BC dapat ditentukan Simple Bouguer Anomaly (SBA) dengan persamaan:


𝑆𝐵𝐴 = 𝐹𝐴𝐴 − 𝐵𝐶

Koreksi Medan (Terrain Correction) merupakan koreksi yang dilakukan akibat pendekatan
Bouguer. Topografi bumi tidaklah datar seperti slab yang digunakan pada BC tetapi berundulasi.
Perhitungan TC dapat menggunakan Hammer chart. Berdasarkan radiusnya koreksi ini dibagi
menjadi 2, yaitu inner zone dan outer zone.

Inner zone memiliki radius yang dapat diamati langsung di lapangan. Terdiri dari zona B (radius
6.56 ft dibagi 4 sektor) dan zona C (radius 54.6 ft dibagi 6 sektor). Outter zone memiliki radius
yang jauh. Pengukuran dilakukan dengan analisis peta kontur. Terdiri dari zona D (radius 175 ft
dibagi 6 sektor), zona E (radius 558 ft dibagi 8 sektor), zona F (radius 1280 ft dibagi 8 sektor),
zona G (radius 2936 ft dibagi 12 sektor), zona H (radius 5018 ft dibagi 12 sektor), zona I (radius
8575 ft dibagi 12 sektor), zona J (radius 14612 ft dibagi 12 sektor), zona K sampai M (masing-
masing dibagi 6 sektor).

2.3. MENGHITUNG ELEVASI (KETINGGIAN)


Ketinggian suatu posisi di permukaan bumi terhadap datum tertentu bisa diukur dengan beberapa
alat, salah satunya altimeter. Pengukuran nilai ketinggian dengan altimeter dipengaruhi beberapa
faktor, diantaranya temperatur dan tekanan. Nilainya akan bervariasi terhadap waktu untuk
pengukuran pada posisi yang tetap, sehingga diperlukan koreksi untuk mendapatkan nilai
topografi yang sesuai.
Dalam suatu survei gayaberat, pengukuran nilai ketinggian memerlukan setidaknya 2 altimeter.
Satu altimeter digunakan untuk mengukur di base dan yang lainnya untuk mengukur di stasiun
gayaberat. Berikut adalah data pengukuran altimeter di base dan di stasiun gayaberat.

Tabel 1 Data elevasi


Pengukuran di base (m)
time alt Time alt time alt time alt
08:20 0 10:25 0 12:30 15 14:35 28
08:25 -1 10:30 0 12:35 16 14:40 27
08:30 1 10:35 1 12:40 15 14:45 26
08:35 0 10:40 1 12:45 17 14:50 26
08:40 0 10:45 1 12:50 17 14:55 26
08:45 0 10:50 1 12:55 17 15:00 25
08:50 0 10:55 1 13:00 23 15:05 25
08:55 0 11:00 1 13:05 22 15:10 25
09:00 0 11:05 2 13:10 23 15:15 25
09:05 0 11:10 2 13:15 23 15:20 24
09:10 0 11:15 4 13:20 25 15:25 25
09:15 0 11:20 5 13:25 25 15:30 25
09:20 0 11:25 5 13:30 26 15:35 24
09:25 0 11:30 6 13:35 26 15:40 23
09:30 0 11:35 7 13:40 27 15:45 23
09:35 0 11:40 8 13:45 27 15:50 22
09:40 0 11:45 10 13:50 27 15:55 22
09:45 0 11:50 10 13:55 27 16:00 21
09:50 0 11:55 11 14:00 27 16:05 21
09:55 0 12:00 12 14:05 27 16:10 21
10:00 0 12:05 12 14:10 27 16:15 21
10:05 0 12:10 13 14:15 27 16:20 21
10:10 0 12:15 15 14:20 27 16:25 22
10:15 0 12:20 15 14:25 28 16:30 22
10:20 0 12:25 14 14:30 28 16:35 22

Tabel 2 Pengukuran di lapangan


Pengukuran di lapangan (hBase=55.21m)
Δt kor distribusi h h
Sts time Δt (s) alt(m) alt h koreksi error lokal semu true h(m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Base 8:35 0
C01 9:49 0
C02 10:20 -1
C03 11:04 -1
C04 11:20 1
C05 11:44 1
C06 12:00 19
C07 12:12 33
C08 12:23 45
C09 13:12 47
C10 13:31 55
C11 13:38 128
C12 13:55 135
C13 14:08 117
C14 14:24 98
C15 14:32 82
C16 14:43 57
Base 15:07 26

Adapun langkah pengerjaannya:


1. Tambahkan kolom Tabel 2 menjadi 4 kolom. Isi kolom 2 dengan mengubah waktu
menjadi menit (m). Isi kolom 3 dengan rumus = tke-n – t1 . contoh : t1= 500 maka Δt = t1 -
$t1
Tabel 3 Hasil pengukuran altimeter pada base
Pengukuran di base (m)
time time (m) Δt (m) alt
08:20
dst
2. Plot Δt vs altimeter. Dimana Δt sebagai sumbu-x dan altimeter sebagai sumbu y.
3. Lakukan pendekatan polinomial sehingga didapatkan persamaan polinomial. Caranya
klik kanan pada titik pengukuran  pilih add trendline  pilih polynomial  orde
polynomial dicocokan dengan data yang ada (misal: orde 3)  centang display equation
on chart  close
4. Lengkapi Tabel 2
Kolom 3: Δt: = t base lapangan – t base yang diukur di base
Kolom 4: Δt(s) = mengkonversi kolom 3 ke detik
Kolom 6: kor alt = masukan persamaan polinomial pada hasil perhitungan altimeter base
Kolom 7: h koreksi = alt – kor alt
(𝐾𝑜𝑟 𝐴𝑙𝑡 −𝐾𝑜𝑟 𝐴𝑙𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙 )
Kolom 8: 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = (𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 )
∗ (𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑘𝑒−𝑛 − 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑤𝑎𝑙 )
𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 −𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑤𝑎𝑙
Kolom 9: h lokal = h koreksi ke-n – h koreksi awal
Kolom 10: h semu = h base + h lokal
Kolom 11: true h = h semu – distribusi error

*untuk mengecek kebenaran true h: nilai h awal dan h akhir sama dengan h base

2.4.ESTIMASI DENSITAS DENGAN METODE NETTLETON


Metode Nettleton mendasarkan pada pengertian tentang koreksi BC dan TC jika rapat massa yang
digunakan sesuai dengan rapat massa permukaan, maka penampang anomali gayaberat menjadi
smooth. Secara kuantitatif, metode Nettleton mengestimasi rapat massa permukaan terbaik dengan
menerapkan korelasi silang antara perubahan elevasi terhadap suatu referensi tertentu dengan
anomali gayaberatnya. Rapat massa terbaik diberikan oleh harga korelasi silang terkecil.

Tabel 4 Hasil perhitungan estimasi densitas dengan metode Nettleton


h TC TC BC CBA
Sts FAA
(m) total ρ1 ρ2 ρ3 ρ4 ρ5 ρ6 ρ1 ρ2 ρ3 ρ4 ρ5 ρ6 ρ1 ρ2 ρ3 ρ4 ρ5 ρ6
(1) (1) (1) (1) (1) (1) (2) (2) (2) (2) (2) (2) (3) (3) (3) (3) (3) (3)
1 0.255
2 0.187
3 0.541
4 0.324
5 0.068
6 0.089
7 0.006
8 0.135
9 0.042
10 0.202
11 0.070
12 0.027
13 0.006
14 0.042
15 0.000
16 0.033
17 0.047
18 0.255
Korelasi (4) (4) (4) (4) (4) (4)

(1) TC = $ρ$/2.67*TC total


(2) BC = 0.04185 * h * ρn
(3) CBA = FAA – BC + TC
(4) Korelasi =CORREL(h,CBA)
Densitas terbaik adalah nilai korelasi terkecil

2.5.ESTIMASI DENSITAS DENGAN METODE PARASNIS


Metode Parasnis mengestimasi rapat massa dari persamaan CBA.
(𝑔𝑜𝑏𝑠 − 𝑔𝜑 + 𝐹𝐴𝐶) − 𝐶𝐵𝐴 = (2𝜋𝛾ℎ − 𝑐)𝜌
atau 𝑦 − 𝐶𝐵𝐴 = 𝜌𝑥 rapat massa adalah gradient garis lurus dari plot data x dan y.

Tabel 5 Hasil perhitungan estimasi densitas dengan metode Parasnis


Sts h (m) FAA(mGal) TC/ρ 2πγh - c
1 (1)
2

(1) 2πγh-c; dimana γ = 6.67x10-3 ; c = TC/ρ


(2) Plot FAA vs 2πγh-c, dimana sumbu x adalah 2πγh-c sedangkan sumbu y adalah FAA

2.6.PERHITUNGAN SIMPLE BOUGUER ANOMALY (SBA)


Tabel 6 Perhitungan Simple Bouguer Anomaly
Perhitungan G Lintang FAC s/d SBA
Lat Lat
Sts latitude longitude h(m) Gobs (deg) (rad) G(φ) FAC FAA BC SBA
Base 7⁰32'47.1'' 109⁰40'20.6'' (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
C1 7⁰32'22.4'' 109⁰39'21.8''
… … …
Base 7⁰32'47.1'' 109⁰40'26.9''
(1) Elevasi (h) : copy paste nilai elevasi
Catatan: perhitungan elevasi (h) dapat dihitung dengan langkah pada Modul 1
(2) Gobs : didapatkan dari perhitungan langkah 1
Catatan: copy paste jawaban Gobs langkah 1 ke kolom Gobs langkah 3
(3) Lat (deg) : konversikan nilai pada kolom y (lat) menjadi bentuk desimal.
(4) Lat (rad) : konversikan nilai pada kolom y (lat) menjadi bentuk radian.
Formula excel =RADIANS(kolom lat (deg))
(5) Glintang 𝑔(𝜑) = 978032.700(1 + 0.0053024𝑠𝑖𝑛2 𝜑 − 0.0000058𝑠𝑖𝑛2 2𝜑)
(6) FAC : 0.308765*elevasi (h)
(7) FAA : Gobs - G(ϕ) + FAC
(8) BC: 𝐵𝐶 = 0.04185 ∗ ℎ ∗ 𝜌
(9) SBA = FAA - BC
2.7.TUGAS/LAPORAN
Gunakan data pada data laporan modul 1. Kemudian
Hitung elevasi!
Hitung estimasi densitas dengan menggunakan metode Nettleton dan metode Parasnis!
Hitung nilai SBA!

Anda mungkin juga menyukai