Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan Prosedur SGPT

Menurut Le Fever (1997) dan Ekawati (2009), SGPT merupakan enzim


yang utama banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis
destruksi hepatoseluler. Enzim ini dapat dijumpai dalam jumlah kecil pada
darah, otot jantung, ginjal dan otot rangka. Ketika sel hati rusak, enzim ini
merembes ke dalam aliran darah sehingga menyebabkan kadar SGPT
meningkat. Peningkatan kadar enzim dalam darah merupakan akibat adanya
kerusakan sel yang mengandung enzim atau adanya perubahan permeabilitas
membran sel, sehingga makro molekul – makro molekul dapat menembus
dan terlepas ke dalam cairan ekstrasel(Kahar, 2017)

Enzim aminotransferase yang paling sering dihubungkan dengan


kerusakan sel hati adalah alanin aminotransferase (ALT) yang juga disebut
serum glutamat piruvat transaminase (SGPT). Hati adalah satu - satunya sel
dengan konsentrasi SGPT yang tinggi, sedangkan ginjal, otot jantung, dan
otot rangka mengandung kadar SGPT sedang. SGPT dalam jumlah yang lebih
sedikit ditemukan di pankreas, paru, limpa, dan eritrosit. Dengan demikian,
SGPT memiliki spesifitas yang relatif tinggi untuk kerusakan hati (Ronald,
2004). Apabila terjadi kerusakan sel, enzim akan banyak keluar ke ruang
ekstra sel dan ke dalam aliran darah. Pengukuran konsentrasi enzim didalam
darah dengan uji SGPT dapat memberikan informasi penting mengenai
tingkat gangguan fungsi hati. Aktivitas SGPT di dalam hati dapat di deteksi
meskipun dalam jumlah sangat kecilSampel yang digunakan adalah
serum/plasma (EDTA/Heparin) yang stabil pada suhu -20℃ selama
sedikitnya 3 bulan atau dapat disimpan pada suhu tertentu yang lebih tinggi
dengan konsekuensi kehilangan aktivitas enzimatiknya, yaitu 2-8 ℃ selama 3
hari (< 8 % aktivitas) dan 15-25℃ selama 3 hari ( <10% aktivitas enzimnya).
(Kahar, 2017)

Reagen yang digunakan terdiri dari 2 jenis (Reagen 1 dan Reagen 2).
Jika dilakukan pengerjaan sampel secara “substrate start”, reagen digunakan
secara terpisah, namun jika digunakan prosedur “sample start” seperti pada
pemeriksaan kali ini, harus dibuat reagen kerja yang terdiri dari 4 bagian
reagen 1 dan 1 bagian reagen 2 (1000 µL R1 dan 250 µL R2). Reagen kerja
baiknya dibuat untuk pemakaian jangka pendek, karena hanya dapat
bertahan / stabil pada suhu 2-8 ℃ selama 4 minggu atau pada suhu 15-25 ℃
selama 5 hari,Setelah working reagen tercampur kemudian masukkan
working reagen kedalam tabung sebanyak 500 µL kemudian masukkan
sampel serum sebanyak 50 µL dan dibaca pada alat spektrofotometer.
Pada pemeriksaan ini, tidak digunakan standar tetapi faktor telah
ditentukan sesuai dengan panjang gelombang dan suhu saat pemeriksaan.
Dalam pemeriksaan ini, panjang gelombang yang digunakan adalah 340 nm
pada suhu 37℃. Sehingga didapat hasil kadar SGPT pada alat adalah 9 U/L
(Dalam batas normal).

Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/SGPT adalah :


1. Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis
hati (toksisitas obat atau kimia)
2. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif,
sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard
(SGOT>SGPT)

3. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis


Laennec, sirosis biliaris.(Lomanorek & Assa, 2016)

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

1. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat


menurunkan kadar
2. Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena
dapat meningkatkan kadar

3. Hemolisis sampel

4. Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin,


karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin,
spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein),
antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin
(Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal),
kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.

5. Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.(Reza & Rachmawati,


2017)

DAPUS…
Kahar, H. (2017). Pengaruh Hemolisis Terdapat Kadar Serum Glutamate Pyruvate
Transaminase (SGPT) Sebagai Salah Satu Parameter Fungsi Hati. The
Journal of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist, 1(1), 38.
https://doi.org/10.30651/jmlt.v1i1.981
Lomanorek, V. Y., & Assa, Y. A. (2016). Gambaran Kadar Serum Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase (Sgot) Pada Perokok Aktif Usia > 40 Tahun.
Jurnal E-Biomedik, 4(1). https://doi.org/10.35790/ebm.4.1.2016.11046
Reza, A., & Rachmawati, B. (2017). Perbedaan Kadar Sgot Dan Sgpt Antara
Subyek Dengan Dan Tanpa Diabetes Mellitus. Jurnal Kedokteran
Diponegoro, 6(2), 158–166.

Anda mungkin juga menyukai