TINJAUAN PUSTAKA
A. HACCP
HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang berdasarkan kepada kesadaran
bahwa hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu, tetapi
dapat dilakukan pengendaliannya untuk mengontrol bahaya bahaya tersebut. Kunci utama
HACCP adalah antisipasi dan identifikasi titik pengawasan yang mengutamakan kepada
tindakan pencegahan, daripada mengandalkan kepada pengujian produk akhir.
Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang tanpa
resiko, tetapi dirancang untuk meminimalkan resiko bahaya keamanan pangan. Sistem
HACCP juga dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk memproteksi rantai
pasokan pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis,
kimia dan fisik.
Konsep HACCP menurut CAC terdiri dari 12 langkah, dimana 7 prinsip HACCP
tercakup pula di dalamnya. 5 Langkah-langkah penyusunan dan penerapan sistem HACCP
menurut CAC adalah sebagi berikut :
1. Menyusun tim HACCP
Operasi pangan harus menjamin bahwa pengetahuan dan keahlian spesifik
produk tertentu tersedia untuk pengembangan rencana HACCP yang efektif.
Secara optimal, hal tersebut dapat dicapai dengan pembentukan sebuah tim dari
berbagai disiplin ilmu. Apabila beberapa keahlian tidak tersedia, diperlukan
konsultan dari pihak luar.
2. Deskripsi Produk
Penjelasan lengkap dari produk harus dibuat termasuk informasi mengenai
komposisi, struktur fisika/kimia (termasuk Aw, pH, d1l.), perlakuan-perlakuan
mikrosidal/statis (seperti perlakuan pemanasan, pembekuan, penggaraman,
pengasapan, dll.), pengemasan, kondisi penyimpanan dan daya tahan serta
metoda pendistribusiannya.
3. Identifikasi rencana penggunaan
Rencana penggunaan harus didasarkan pada kegunaan-kegunaan yang diharapkan
dari produk oleh pengguna produk atau konsumen. Dalam hal-hal tertentu,
kelompokkelompok populasi yang rentan, seperti yang menerima pangan dari
institusi, mungkin perlu dipertimbangkan.
4. Penyusun bagan alir
Bagan alir harus disusun oleh tim HACCP. Dalam diagram alir harus memuat
segala tahapan dalam operasional produksi. Bila HACCP diterapkan pada suatu
operasi tertentu, maka harus dipertimbangkan tahapan sebelum dan sesudah
operasi tersebut.
5. Konfirmasi bagan alir di lapangan
Tim HACCP, sebagai penyusun bagan alir harus mengkonfirmasikan operasional
produksi dengan semua tahapan dan jam operasi serta bilamana perlu
mengadakan perubahan bagan alir.
Di dalam penerapannya, Hazard Analysis and Critical Control Point memiliki 7
prinsip yang dilaksanakan, yaitu :
1. Melakukan analisis bahaya.
Segala macam aspek pada mata rantai produksi pangan yang dapat menyebabkan
masalah keamanan pangan harus dianalisa. Bahaya yang dapat ditimbulkan
adalah keberadaan pencemar (kontaminan) biologis, kimiawi, atau fisik bahan
pangan.
2. Menentukan Titik Pengendalian Kritis (Critical Control Point).
Suatu titik, tahap, atau prosedur dimana bahaya yang berhubungan dengan
pangan dapat dicegah, dieliminasi, atau dikurangi hingga ke titik yang dapat
diterima (diperbolehkan atau titik aman). Terdapat dua titik pengendalian kritis
yaitu Titik Pengendalian Kritis 1 sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan,
dan Titik Pengendalian Kritis 2 dimana bahaya dapat dikurangi.
3. Menentukan batas kritis.
Kriteria yang memisahkan sesuatu yang bisa diterima dengan yang tidak bisa
diterima. Kriteria yang umum digunakan dalam menentukan batas kritis HACCP
pangan adalah suhu, pH, waktu, tingkat kelembaban, Aw, ketersediaan klorin,
dan parameter fisik seperti tampilan visual dan tekstur.
4. Membuat suatu sistem pemantauan (monitoring) CCP.
Suatu sistem pemantauan (observasi) urutan, operasi, dan pengukuran selama
terjadi aliran makanan. Hal ini termasuk sistem pelacakan operasi dan penentuan
kontrol mana yang mengalami perubahan ketika terjadi penyimpangan.
5. Melakukan tindakan korektif apabila pemantauan mengindikasikan adanya CCP
yang tidak berada di bawah kontrol.
Tindakan korektif spesifik yang diberlakukan pada setiap CCP dalam sistem
HACCP untuk menangani penyimpangan yang terjadi.
6. Menetapkan prosedur verifikasi untuk mengkonfirmasi bahwa sistem HACCP
bekerja secara efektif.
Prosedur verifikasi yang dilakukan dapat mencakup peninjauan terhadap sistem
HACCP dan catatannya, peninjauan terhadap penyimpangan dan pengaturan
produk, konfirmasi CCP yang berada dalam pengendalian, serta melakukan
pemeriksaan (audit) metode, prosedur, dan uji.
7. Melakukan dokumentasi terhadap seluruh prosedur dan catatan yang
berhubungan dengan prinsip dan aplikasinya.
Beberapa contoh catatan dan dokumentasi dalam sistem HACCP adalah analisis
bahaya, penetapan CCP, penetapan batas kritis, aktivitas pemantauan CCP, serta
penyimpangan dan tindakan korektif yang berhubungan.
Critical Control Point (CCP atau titik pengendalian kritis), adalah langkah dimana
pengendalian dapat diterapkan dan diperlukan untuk mencegah atau menghilangkan bahaya
atau menguranginya sampai titik aman.
Titik pengendalian kritis (CCP) dapat berupa bahan mentah, lokasi, praktek, prosedur
atau pengolahan dimana pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah atau mengurangi
bahaya. Ada dua titik pengendalian kritis:
a. Titik Pengendalian Kritis 1 (CCP-1), adalah sebagai titik dimana bahaya dapat
dihilangkan.
b. Titik Pengendalian Kritis 2 (CCP-2), adalah sebagai titik dimana bahaya dikurangi.
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
kebersihan tangan, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk kebersihan tangan,
mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak
untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan dan sebagainya.
sumber cemaran dapat berasal dari tubuh dan terjadi karena perilaku pengelola
makanan yang dapat menularkan penyakit kepada makanan antara lain : tangan yang kotor ,
batuk, bersin, menyisir rambut dengan makanan dan perhiasan yang dipakai. Perlakuan –
perlakuan yang dapat mencegah pencemaran :
1. Tangan
Tangan harus dijaga kebersihannya, yaitu :
Kuku dipotong pendek, sebab dalam kuku akan terkumpul kotoran yang
menjadi sumber kuman penyakit yang akan mencemari makanan. Tingginya
angka parasit pada penjamah makanan sebagian besar disebabkan oleh
rendahnya praktek hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan sehingga
dapat meningkatkan resiko kontaminasi makanan.
Bebas dari kosmetik ( kutek) , sebab kosmetik merupakan obat kecantikan
yang sesungguhnya mengandung racun yang berbahaya yang bila masuk
kedalam makanan dapat mencemari makanan seperti zat warna, air raksa ,
dan sebagainya.
Kulit harus bersih dan bebas dari luka , sebab kulit yang luka akan
memudahkan berkembangnya kuman di kulit dan menimbulkan pencemaran.
Membersihkan tangan, dapat dilakukan dengan air bersih yang cukup, sabun
dan sikat kuku.
2. Kebiasaan bersih
Harus menjaga kebersihan, kerapihan dan keapikan penampilan dengan menjauhkan
sifat perilaku buruk seperti :
Menggaruk kulit , rambut, lubang hidung, telinga atau sela – sela gigi , dan
kuku.
Mencicipi makanan dengan jari atau menjilat pada sendok yang langsung
dipakai untuk mengaduk makanan.
Meludah, batuk , dan bersin . kalau terpaksa dilakukan ditutupi dengan sapu
tangan atau tissue.
3. Pakaian kerja hanya dipakai untuk bekerja dan tidak dipakai untuk melakukan
aktifitas lain selain di tempat bekerja. Dianjurkan membuat seragam untuk
memudahkan pengawasan.
4. Perhiasan
Perhiasan yang boleh dipakai sebatas perhiasan tidak berukir. Perhiasan seperti arloji
dianjurkan untuk tidak dipakai dan disimpan di tempat penyimpanan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian HACCP ini adalah metode observasional
(pengamatan).
C. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari pengamatan secara langsung maupun wawancara dengan
petugas tentang proses penyelenggaraan makanan menu daging bumbu bali berupa:
a. Data penerimaan bahan makanan daging serta bumbu yang digunakan dalam daging
bumbu bali
b. Data penyimpanan bahan daging serta bumbu yang digunakan dalam daging bumbu
bali
c. Data proses persiapan menu daging bumbu bali
d. Data proses pengolahan menu daging bumbu bali
e. Data proses distribusi menu daging bumbu bali
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh adalah:
a. Data spesifikasi bahan makanan kering dan basah
b. Standar resep makanan menu daging bumbu bali
BAB IV
A. Analisis Masalah
1. Gambaran Situasi pada Pengolahan Daging Bumbu Bali
Daging bumbu bali merupakan salah satu menu lauk hewani yang diolah di Unit Pengolahan
Makanan VIP Instalasi Gizi RSUD Dr.Moewardi untuk menu kelas VVIP, VIP, dan kelas 1 pada
siklus menu hari ke-7. Bahan yang digunakan dalam pembuatan daging bumbu bali adalah daging
sapi, minyak goreng (merk “ Tropical”), bawang merah, bawang putih, ketumbar, lombok merah,
jahe, salam, laos, daun jeruk, garam, dan kecap manis. Proses pembuatan daging bumbu bali meliputi
proses penerimaan bahan makanan, persiapan bahan makanan, persiapan bumbu, pengolahan, holding
time, dan penyajian dalam piring keramik tertutup wrap plastic.
Berikut ini merupakan tabel spesifikasi bahan dan bumbu daging bumbu bali.
Dilihat dari spesifikasi bahan makanan kering maupun basah yang telah ditetapkan oleh
Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi dapat diketahui pemilihan bahan berkualitas baik. Spesifikasi
bahan makanan dipergunakan sebagai patokan dalam pembelian bahan makanan agar makanan yang
dihasilkan berkualitas baik.
Berdasarkan hasil pengamatan pada proses daging bumbu bali masih memerlukan analisis
titik bahaya serta tindakan pengendalian titik bahaya pada proses penerimaan hingga pendistribusian
makanan. Analisis dan tindakan pengendalian titik bahaya dilakukan untuk mengetahui titik bahaya
serta menjaga mutu dan keamanan makanan terutama pada menu daging bumbu bali.
Cold Room
Ruang
B Suhu - penyimpanan
5°C -– (- Bahan kering
10°C)
Cold Room
Suhu 24°C
A Suhu 5°C
2 – (10°C)
2
2
Daging
sapi
Salam Lombok Daun Minyak Tomat jahe Bawang Bawang Kecap lada Ketumba Garam
merah Jeruk Goreng Putih Merah manis r
3
Pencucian
Pemotongan
4 Penghalusan
pemblenderan 5
6
penumisan
7 8
Keterangan: : Penyimpanan Pemasakan
9
Holding time Pemorsian Pendistribusian
: Proses : Bahan
Pada proses pengolahan daging bumbu bali, baik tenaga persiapan bahan makanan maupun
tenaga pemasak sudah melakukan sesuai dengan prosedur yang ada.
1 Daging Sapi - + - + + + IV
4 Ketumbar - + - + - + III
8 Garam - + - + - + III
9 Jahe - + - + - + III
10 Laos - + - + - + III
11 Kecap Manis - + - + - - II
Keterangan:
+ : risiko bahaya
- : tidak bahaya
A: Produk non steril untuk konsumen berisiko tinggi seperti bayi, orang sakit, orang tua, dan
lain-lain
B: Produk yang mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya biologis/kimia/fisik
C: Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D: Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E: Kemungkinan penanganan yang salah selama penyajian, distribusi, penjualan, dan konsumsi
F: Tidak ada proses pemanasan setelah pengemasan atau waktu dipersiapkan di rumah yang
dapat memusnahkan/menghilangkan bahaya biologis atau tidak ada cara bagi konsumen untuk
mendeteksi, menghilangkan, atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik.
Berdasarkan risiko dan bahayanya, daging bumbu balimerupakan produk makanan dengan
kategori bahaya IV.Daging merupakan bahan utama termasuk dalam bahaya IV, sedangkan bawang
putih, bawang merah, ketumbar, lombok merah, jahe, salam, laos, daun jeruk, tomat,garam,dan
minyak goreng termasuk dalam kategori bahaya III. Kemudian kecap manis termasuk dalam kategori
bahaya II.
Sedangkan, penetapan CCP pada proses dilakukan dengan Pohon Keputusan (Decision
Tree) yang dapat dilihat pada bagan 2.
Y N Not CCP
N
b. Analisis Identifikasi Bahaya dan Decision Tree
Berdasarkan decision tree diatas dapat ditetapkan CCP sekaligus identifikasi bahaya pada proses pembuatan Daging bumbu bali di Instalasi Gizi RSUD Dr.
Moewardi sebagai berikut:
Tabel 6. Decision Tree, Identifikasi Bahaya dan Tindakan Pencegahan pada Proses Penerimaan Bahan Pembuatan daging bumbu bali
Y N Modifikasi langkah,
es o proses, atau produk
Apakah
memerlukan Y
pengawasan? es
N
o
P3 Dapatkah terjadi peningkatan bahaya
hingga tingkat yang tidak dapat ditolerir?
Y N
CCP
es o
Berdasarkan decision tree diatas dapat ditetapkan CCP sekaligus identifikasi bahaya pada proses pembuatan Daging bumbu bali di Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi
sebagai berikut:
Tabel 6. Decision Tree, Identifikasi Bahaya dan Tindakan Pencegahan pada Proses Pengolahan Daging Bumbu Bali
F: Distribusi,
Petugas penerima lebih
F : Rusak, tidak sesuai penyimpanan, petugas
teliti saat penerimaan,
spesifikasi, kotoran. penerima kurang teliti,
barang tidak sesuai CCP
1. Penerimaan kesalahan pemasok. M H S Y Y - -
spesifikasi dikembalikan
K: residu pestisida,
kepada rekanan, dicuci
residu logam berat K: penanganan kurang
dahulu sebelum dipakai.
baik dari rekanan
F: Debu, kotoran, Menjaga kebersihan
kadaluarsa peralatan dan tempat
penerimaan, petugas dan
F : lampu, peralatan,
rekanan menggunakan
sudut ruangan, atap,
B: Salmonella, APD.
Campylobacter, exhaust fan , kipas angin
Kontrol suhu penyimpanan:
2. Penyimpanan Clostridium M H S Penyimpanan bahan kering Y Y - - CCP
perfringens, B : Suhu tidak sesuai
di suhu ruang (25-30 oC)
Escherichia coli, dengan penyimpanan
Yersinia entercolitica, dengan kelembaban 70-
Listeria 80%. Penyimpanan lauk
monocytogenes, hewani pada suhu (-5)
Bacillus cereus, dan sampai (-10)oC
Staphilococcus aureus. Penyimpanan bahan basah
pada suhu 5 – 10 oC
M H S Menggunakan pisau Y N Y Y Not
F: Logam berat, Menggunakan pisau terstandar, menggunakan
yang sama untuk jenis CCP
kontaminasi silang talenan bersih (dicuci
3. Pemotongan bahan berbeda, tanpa
dengan bahan dahulu setelah digunakan
makanan lain, dicuci terlebih dahulu untuk bahan makanan lain),
menggunakan APD
Mencuci bahan M H TS Personal hygiene,perlakuan Y N N N Not
B: Clostridium makanan sesuai dengan sanitasi air,analisis air
4. Pencucian CCP
Perfringens SOP setahun sekali
6 Pemasakan F: Kotoran dan debu Pemasak tidak L H S Petugas menggunakan APD Y Y - - CCP
(Pencampuran B : serangga, mikroba menggunakan APD lengkap jika bersentuhan
bahan, secara lengkap dan dengan makanan.
penumisan) benar Pintu masuk ruang
Serangga masuk, pemasakan harus tertutup
suhu,dan komtaminasi rapat. Pastikan pemasakan
silang pada suhu ≥90 ⁰ C.
3. Pemasakan(Pe F: Kotoran Menjaga Tidak ada Pada makanan Membersihkan Pengkoreksian Pemantauan Pengecekan
ncampuran dan debu, kebersihan debu dan tidak ditemukan ruang terhadap atau observasi kebersihan
bahan,penumis pramuboga peralatan dan kotoran. kotoran. pengolahan penggunaan APD ulang secara berkala
an) B :serangga, petugas secara berkala pada tenaga
mikroba (penjamah Suhu kritis Suhu pemasakan atau setiap pengolah dan Pengecekan
makanan) pemasakan daging bumbu sebelum dan pengecekan suhu saat proses
menggunakan ≥900C bali sudah tepat sesudah proses kebersihan dapur pengolahan
APD lengkap yaitu ≥90°C pemasakan serta secara berkala.
pekerja
Menjaga pintu memakai APD Pemantauan suhu
masuk ruang secara lengkap pemasakan ≥ 90
0
pemasakan selalu dan benar. C
tertutup dan
pengecekan suhu
pemasakan
b. Alternatif Pemecahan Masalah