Anda di halaman 1dari 8

Nama : Vera Dona

NIM : 03031381419115
Shift : Kamis, 13:30 – 15:30 WIB
Kelompok :3

QUENCHER

1. Definisi Quencher
Quencher atau quench press adalah alat yang digunakan untuk
mendinginkan logam secara tiba-tiba dengan cara ditenggelamkan ke dalam cairan
(medium) quenching. Alat ini biasanya digunakan untuk menghasilkan
transformasi martensite (martensite transformation), yang mana martensite
merupakan bentuk keras (hard form) dari penstrukturan ulang baja atau struktur
kristal yang diperoleh dari proses transformasi akibat pendinginan yang terjadi
dengan kecepatan tinggi. Jika digunakan pada paduan besi (ferrous alloy), alat ini
mampu menghasilkan logam (paduan besi) yang lebih keras daripada sebelumnya.
Sementara itu, bila digunakan pada paduan bukan besi (nonferrous alloy), paduan
tersebut dapat menjadi lebih lunak daripada kondisi normalnya.

Gambar 1. Quencher atau quench press


(Sumber : Talukdar, 2009)

2. Sejarah Quenching
Quenching merupakan proses yang tidak lazim digunakan hingga abad ke-
15. Pada kurun waktu tersebut, perlu dibedakan antara full quenching, yang mana
proses pendinginan dilakukan dengan cepat sehingga martensite terbentuk, dan
slack quenching, yang mana proses pendinginan berlangsung relatif lambat
sehingga pearlite yang diumpankan menghasilkan produk yang lebih rapuh.
Di Mesopotamia kuno, quenching digunakan untuk pengerasan baja dimana
cairan quenching yang digunakan adalah minyak atau oli (halaman 389-394
Hormer’s Odyssey). Tidak lama kemudian, Pliny de Elder menuliskan dalam
bukunya De Diversis mengenai quenchant yang diumpamakan sebagai air dari
sungai yang berbeda (water of different river). Kemudian pada tahun 1532, Von
Stahel und Eysen menuliskan sebuah buku metalurgi pertama yang
menggambarkan quenching sebagai sebuah teknik risalah abad pertengahan (late-
medieval technical treatise). Quenching mulai mendapatkan momentum yang nyata
pada abad ke-17, ketika Giambattista della Porta mengadakan suatu diskusi ilmiah
besar-besaran menggunakan Naturalis Magia 1558 yang telah disusunnya.

3. Klasifikasi atau Pembagian Jenis Quenching


3.1. Quenching langsung (direct quenching)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan medium air atau oli, dimana bahan
kerja (workpiece) ditahan pada temperatur pengerasannya untuk jangka waktu
tertentu. Direct quenching terjadi secara langsung pada media karburasi. Efek yang
timbul adalah adanya pengelupasan pada bahan kerja (workpiece). Pada
pendinginan langsung ini, diperoleh permukaan bahan kerja yang getas.
3.2. Marquenching
Melalui cara ini, bahan kerja dipanaskan sampai temperatur pengerasannya
dengan menggunakan medium larutan garam (brine). Temperatur medium dijaga
konstan di atas temperatur Ms (martensite start) dari baja yang bersangkutan.
Workpiece yang diproses didiamkan dalam brine sampai temperatur seluruh bagian
homogen, tetapi tidak boleh terlalu lama karena dapat mengakibatkan workpiece
bertransformasi menjadi fase-fase yang lebih lunak seperti pearlite dan bainitte.
3.3. Delay quenching
Proses ini dilakukan sesuai dengan nama metodenya yaitu benda kerja yang
sudah dipanaskan dan dikeluarkan dari tungku pada temperatur pengerasannya
dibiarkan beberapa saat sebelum didinginkan. Cara ini dilakukan agar proses
quenching terjadi pada temperatur benda kerja yang lebih rendah sehingga
memperkecil kemungkinan timbulnya distorsi. Cara ini lazim digunakan pada HSS,
baja hot-worked, dan baja-baja lain yang ingin dikeraskan permukaannya.
3.4. Time quenching
Time quenching adalah metode pendinginan dimana waktu pendinginan
diubah-ubah sesuai dengan kecepatan pendinginan yang diinginkan. Time
quenching biasa digunakan untuk meminimalkan distorsi, retak, dan perubahan
dimensi. Contohnya adalah mendinginkan bahan sampai temperatur di bawah kurva
Time Temperature Transformation (TTT) dengan media pendingin yang memiliki
karakteristik lepas panas yang tinggi, seperti air, kemudian dipindahkan panasnya
ke media pendingin kedua, seperti minyak, sehingga mendingin lebih lambat
melalui berbagai pembentukan martensite. Pada beberapa aplikasi, media kedua
lainnya yang dapat digunakan pada klasifikasi ini adalah udara atau gas inert.

Gambar 2. Diagram Time Temperature Transformation (TTT) untuk baja


(Sumber : Furness, 2001)

4. Medium Quenching
Quenching dilakukan dengan menggunakan medium yang mampu
menyerap panas. Atas dasar tersebut, selama proses quenching, workpiece (bahan
kerja) dapat ditekan (pressed) sehingga secara mekanik derajat distorsi (distorsion
degree) dapat diperkecil. Dengan demikian, akan diperoleh struktur martensite
yang keras, paling tidak di permukaan workpiece (bahan kerja), dan struktur yang
lebih lunak seperti pearlite dan bainite tidak akan terbentuk pada sistem baja.
Cairan (medium) quenching memiliki efek yang berbeda-beda dalam
menentukan sifat (karakteristik) akhir produk. Untuk baja karbon, medium
quenching yang digunakan adalah air. Air merupakan salah satu cairan quenching
paling efisien karena mampu membuat produk akhir memiliki tingkat kekerasan
maksimum. Akan tetapi, penggunaan cairan ini dapat menyebabkan adanya distorsi
dan retakan (cracking) kecil. Ketika kekerasan tidak dibutuhkan, misalnya untuk
baja paduan medium (intermediate steel alloy), mineral oil dapat digunakan.
Namun, cairan berbasis minyak ini dapat teroksidasi dan membentuk sludge
sehingga menurunkan efisiensi proses. Kecepatan (laju pendinginan) quenching
untuk mineral oil juga jauh lebih kecil dibandingkan air. Alternatif lain yang dapat
digunakan untuk baja paduan medium ini adalah poimer dan larutan garam (brine).
Quenching juga dapat dicapai menggunakan gas inert seperti nitrogen (N2)
dan golongan gas mulia (grup delapan pada tabel periodic unsur). Nitrogen
digunakan pada proses jika tekanan operasi lebih besar daripada tekanan atmosferik
(hingga 20 bar absolute). Helium digunakan karena kapasitas panasnya lebih besar
daripada nitrogen. Argon juga dapat digunakan. Tetapi, diperlukan energi input
yang besar karena densitas argon yang besar (molekul argon sukar bergerak) serta
kapasitas panas argon tergolong kecil bila dibandingkan gas inert lain.
Perlu menjadi catatan bahwa logam bukan besi (nonferrous metal), seperti
paduan tembaga, aluminium, nikel, dan beberapa baja paduan tinggi seperti
austenitic stainless steel (304, 316), akan menghasilkan efek sebaliknya ketika
diberikan efek quenching. Hal ini disebabkan bahan-bahan tersebut akan melunak,
bukan mengeras. Namun demikian, stainless steel misalnya, dapat menjadi sangat
tahan korosi (fully corrosion resistant) jika diberikan efek quenching.

5. Prinsip Kerja Quencher


Proses quenching terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pemanasan,
perendaman, dan pendinginan. Pertama, dilakukan pemanasan sampel (workpiece)
pada temperatur 815 hingga 900 °C (1.500 hingga 1.650 °F). Perlu diperhatikan
bahwa temperatur yang digunakan harus uniform selama proses berlangsung. Hal
ini disebabkan pemanasan yang tidak merata dapat memunculkan sifat-sifat yang
tidak diinginkan pada produk (undesirable product properties). Kedua, dilakukan
perendaman (soaking) menggunakan udara (air furnace), liquid bath atau vakum
(kedap udara). Alokasi waktu yang direkomendasikan untuk perendaman adalah 6
menit untuk bath dan sedikit lebih lama untuk vakum. Setelah perendaman,
dilakukan tahap pendinginan pada sampel. Selama tahap ini berlangsung, sampel
didinginkan menggunakan beberapa jenis cairan (medium) quenching.
Sering kali setelah quenching, besi atau baja paduan akan terlalu keras dan
rapuh karena kelebihan martensite. Oleh karena itu, teknik perlakuan panas (heat
treatment technique) lain, seperti tempering, dilakukan pada bahan untuk
meningkatkan ketangguhan (toughness) dari paduan hasil. Tempering biasanya
dilakukan setelah pengerasan untuk mengurangi beberapa excess hardness.
Tempering dilakukan dengan cara memanaskan logam di bawah titik kritis (critical
point) selama beberapa waktu. Kemudian, dilakukan pendinginan dengan still air.

6. Spesifikasi Alat Quencher


Tabel 1. Spesifikasi atau dimensi tangki quencher skala laboratorium
Spesifikasi Jenis atau Nilai
Bentuk Silinder
Volume 17.379,6 ml
Diameter 30 cm
Tinggi 30 cm
Lebar baffle 2,5 cm
Jumlah baffle 3 buah
Laju alir volumetrik umpan 286,66 cc/menit
Waktu tinggal 1 jam
(Sumber : Effendi dan Nuri, 1996)

Gambar 3. Desain tangki quencher


(Sumber : Effendi dan Nuri, 1996)

7. Aplikasi dan Penggunaan Quencher


Dilihat dari lingkup material science, quencher digunakan untuk
memperoleh bahan dengan sifat (karakteristik) tertentu. Hal ini disebabkan
quencher dapat mencegah proses temperatur-rendah (low-temperature process)
yang menyebabkan transformasi fase tidak terjadi. Hal memungkinkan sebab
quencher dapat mengurangi jendela waktu (window of time) sehingga reaksi akan
menguntungkan baik dari segi termodinamika maupun kinetika. Sebagai contoh,
quencher dapat mengurangi ukuran butir kristal (crystal grain) dari bahan logam
dan plastik sehingga dapat meningkatkan kekerasan logam dan plastik tersebut.
Dilihat dari lingkup metalurgi, quencher digunakan untuk mengeraskan baja
(steel) dengan menggunakan keterlibatan martensite. Mulanya, baja didinginkan
dengan cepat (quenching) pada temperatur eutectoid (temperatur dimana austenite
menjadi tidak stabil). Pada paduan baja (steel alloy) dengan logam seperti nikel dan
mangan sebagai komponennya, temperatur eutectoid menjadi jauh lebih rendah,
tetapi hambatan kinetik untuk transformasi fase tetap sama. Hal ini memungkinkan
quencher untuk memulai proses pendinginan pada temperatur yang lebih rendah
sehingga membuat proses menjadi lebih mudah. Kecepatan tinggi yang dimiliki
baja juga telah menambahkan nilai tungsten yang berfungsi untuk meningkatkan
kinetik hambatan dan memberikan ilusi bahwa waktu pendinginan menjadi lebih
cepat meskipun sebenarnya tidak demikian (waktu proses tetap sama).
Sebelum quenching, cast steel dan besi memiliki struktur butir (grain
structure) berupa pearlite yang seragam. Pearlite ini kemudian berpadu dengan
feritte dan cementite ketika didinginkan dengan lambat. Pearlite tersebut bukan
merupakan bahan yang biasa digunakan untuk konstruksi karena strukturnya yang
lunak. Oleh karena itu, pearlite dipanaskan melewati temperatur eutectoid (727 °C)
untuk kemudian dilakukan pendinginan dengan cepat. Beberapa struktur kristal
yang dihasilkan dapat diubah menjadi struktur yang jauh lebih keras, yang dikenal
sebagai martensite. Baja dengan struktur martensite ini sering digunakan pada
ujung alat pemotong (cutting edge of blade) karena ketahanan deformasinya.

Gambar 4. Katana hasil quenching


(Sumber : Talukdar, 2009)
Aplikasi proses quenching dapat digunakan juga untuk pembuatan roda gigi
(gear), shaft, dan wear block. Perlu diperhatikan bahwa pendinginan yang sangat
cepat (quenching) juga dapat membentuk bahan atau benda bukan kristal
(noncrystallized yield). Hal ini mengakibatkan bahan (terutama logam) menjadi
amorphous atau menjadi metallic glass. Selain itu, jika persentase karbon kurang
dari 0,4 persen, proses pendinginan tiba-tiba (quenching) tidak dapat dilakukan.

Gambar 5. Gear dan shaft hasil quenching


(Sumber : Talukdar, 2009)

8. Kelebihan dan Kekurangan


8.1 Kelebihan
1) Lebih ramah lingkungan (more environmentally friendly)
2) Laju alir gas atau cairan quenching lainnya relatif lebih mudah dikontrol
3) Efisiensi kerja lebih tinggi
8.2 Kekurangan
1) Membutuhkan proses lanjutan, seperti tempering
2) Produk hasil quenching cenderung rapuh (brittle)
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Amir dan Nuri, Hafni Lisa. 1996. Rancangan Sistem Pengolahan Bijih
Uranium Asal Rirang : Perancangan Alat Quenching. (Online) :
http://www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/32/025/3
2025968.pdf (Diakses pada tanggal 18 September 2016).
Furness, Justin. 2001. Steels - An Introduction to Heat Treatment. (Online) :
http://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=313 (Diakses pada tanggal
18 September 2016).
Talukdar, M. Saha. 2009. Simpletec Quench Press, a Unit of Simpletec Automatics.
(Online) : http://www.authorstream.com/Presentation/indiamartsuppliers-
1166876-three-station-hydraulic-quench-presses-by-simpletec/ (Diakses
pada tanggal 18 September 2016).

Anda mungkin juga menyukai