Anda di halaman 1dari 4

HAKIKAT SILA KE-I,II, dan III PANCASILA

KELOMPOK 10

SRI HERDIANTI BAHAR (A021191134)

DIAN WIRDIYANA (A02119100)

SISILIA FRISKA(A021191111)

NUR IKHSAN R (A021191079)

ANDI PRATIWI MURTI MP (A021191123)

M. YUSUF (A021191089)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019/2020
1. Hakikat sila ke I PANCASILA

Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa, dan Negara


memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk agama
sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya. Bagi dan didalam Negara Indonesia tidak boleh ada
pertentangan dalam hal ketuhanan yang Maha Esa, tidak boleh ada sikap dan
perbuatan yang anti ketuhanan yang Maha Esa, dan anti keagamaan serta tidak
boleh ada paksaan agama dengan kata lain dinegara Indonesia tidak ada
paham yang meniadakan Tuhan yang Maha Esa (atheisme). Sebagai sila
pertama Pancasila ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok
kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai mendasari serta membimbing
perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan
Indonesia yang telah membentuk Negara republic Indonesia yang berdailat
penuh, bersipat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan guna mewujudkan keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia. Hakekat pengertian itu sesuai dengan:

a. Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi antara lain ”atas berkat rahmat
Allah

yang maha kuasa….”

b. Pasal 29 UUD 1945:

1. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha Esa

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk


agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya.

Inti sila ketuhanan yang maha esa adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat
Negara dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab-akibat.
Maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai dengan
hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan, yaitu nila-nilai agama. Telah dijelaskan
di muka bahwa pendukung pokok dalam penyelenggaraan Negara adalah
manusia, sedangkan hakikat kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk
berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan. Dalam pengertian ini hubungan antara
manusia dengan tuhan juga memiliki hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah
sebagai sebab yang pertama atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk
manusia adalah merupakan ciptaan tuhan (Notonagoro)
2. Hakikat Sila ke II Pancasila
Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia.
Maka konsekuensinya dalam setiap aspek penyelengaraan Negara antara lain
hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan Negara , kekuasaan Negara, moral
Negara dan para penyelenggara Negara dan lain-lainnya harus sesuai dengan
sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini dapat dipahami karena Negara adalah
lembaga masyarakat yang terdiri atas manusia-manusia, dibentuk oleh
manusia untuk memanusia dan mempunyai suatu tujuan bersama untuk
manusia pula. Maka segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai
dengan hakikat dan sifat-sifat manusia Indonesia yang monopluralis , terutama
dalam pengertian yang lebih sentral pendukung pokok Negara berdasarkan
sifat kodrat manusia monodualis yaitu manusia sebagai individu dan makhluk
social.
Oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat Negara harus sesuai
dengan hakikat sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Maka bentuk dan sifat Negara Indonesia bukanlah Negara
individualis yang hanya menekankan sifat makhluk individu, namaun juga
bukan Negara klass yang hanya menekankan sifat mahluk social , yang berarti
manusia hanya berarti bila ia dalam masyarakat secara keseluruhan .
Maka sifat dan hakikat Negara Indonesia adalah monodualis yaitu baik
sifat kodrat individu maupun makhluk social secara serasi, harmonis dan
seimbang. Selain itu hakikat dan sifat Negara Indonesia bukan hanya menekan
kan segi kerja jasmani belaka, atau juga bukan hanya menekankan segi rohani
nya saja, namun sifat Negara harus sesuai dengan kedua sifat tersebut yaitu
baik kerja jasmani maupun kejiwaan secara serasi dan seimbang, karena dalam
praktek pelaksanaannya hakikat dan sifat Negara harus sesuai dengan hakikat
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk berdiri seniri dan makhluk tuhan.

3. Hakikat Sila ke III Pancasila


Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah
persatuan berarti bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi
satu kebulatan. Indonesia mengandung dua makna yaitu makna geograpis dan
makna bangsa dalam arti politis. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan
bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas
dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat, persatuan Indonesia
merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia bertujuan
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta
mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham
kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia
mengatasi paham golongan, suku bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya
persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa yang padu tidak terpecah belah
oleh sebab apapun. Hakekat pengertian itu sesuai dengan pembukaan
UUD1945 alenia ke empat dan pasal-pasal 1,32,35,dan 36 UUD 1945

Anda mungkin juga menyukai