Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni ketiga istilah ini sangat
berkaitan erat dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Tanpa ilmu
tidak akan lahir teknologi, tanpa teknologi ilmu sulit berkembang pesat, baik
ilmu maupun teknologi memerlukan sentuhan seni dalam
pengembangannya. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa”,
sementara teknologi untuk mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan
sebagai suatu badan pengetahuan, dan teknologi sebagai seni yang saling
berinteraksi dengan ilmu pengetahuan. Teknologi merupakan applied dari
ilmu pengetahuan. Teknologi juga dapat melahirkan ilmu pengetahuan baru.
Manusia yang diciptakan dengan bentuk dan wujud paling sempurna
diantara makhluk-makhluk lainnya, kelebihan yang dimiliki manusia
terutama dalam mengembangkan pemikiran serta akalnya, menyebabkan
manusia mampu mengembangkan intelektualnya sehingga melahirkan
perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat.
Dengan akal pikirannya manusia mengembangkan ilmu pengetahuan
dan menciptakan teknologi yang diinginkannya. Ilmu adalah himpunan fakta
serta aturan yang menyatakan hubungan satu dengan yang lainnya. Fakta-
fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang
tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk
dikomunikasikan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersususn
dengan sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengatahuan
dimana selalu dapat diperiksa dan ditelaah kritis oleh setiap orang yang
ingin mengetahuinya. Sedangkan teknologi adalah penerapan praktis dari
ilmu. Ilmu dan teknologi saling membutuhkan, tanpa ilmu tidak akan ada
penerapan (aplikasi) baru untuk teknologi dan tanpa teknologi tidak akan
ada yang menikmati penemuan ilmu. Jadi tujuan dari ilmu dan teknologi
adalah untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi
semua kesulitan yang mungkin dihadapi manusia.

1
Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak akan lepas dari ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, karena apa yang dipakai manusia, misalnya
baju, perkakas rumah tangga, alat-alat elektornik adalah hasil dari
pengembangan ilmu yang melahirkan teknologi yang didalamnya
bersentuhan dengan nilai-nilai keindahan (seni). Dengan demikian, manusia
lahir, hidup dan dibesarkan bersinergi dengan pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dapat diambil beberapa rumusan masalah antara
lain:
 Apa maksud integritas dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni?
 Bagaimana bentuk model segitiga IPTEKS?
 Bagaimana asapek etika dalam IPTEKS?
 Bagaimana usaha manusia untuk meminimalisir pengaruh IPTEKS?
1.3.Tujuan
Beberapa tujuan tersebut adalah mampu:

1. Menjelaskan integritas ilmu pengetahuan , teknologi dan seni.


2. Menjelaskan model segitiga ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
3. Menjelaskan aspek etika IPTEKS
4. Menjelaskan usaha untuk meminimalisir pengaruh IPTEKS

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Integritas Dan Model Segitiga


Integritas berasal dari kata latin yaitu “integer” yang berarti utuh dan
legkap. Jadi, secara umum integritas dapat didefinisikan sebagai perasaan
batin yang melingkupi diri secara utuh yang berasal dari kejujuran,
kedisiplinan, dan konsistensi nilai karakter yang baik. Artinya “Integritas”
adalah konsistensi tindakan, nilai-nilai, langkah-langkah, prinsip, harapan,
dan hasil dalam diri seseorang
Frase “Model bersudut segitiga”merupakan konsepsi penyederhanaan
dari keadaan yang sebenarnya yang tentu saja sepanjang hal ini dapat
menyingkap misteri, maka penggunaannya dapat diperluas, khususnya dalam
menjelaskan aspek integritas dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
secara utuh.
Cara mengekspresikan atau mengapresiasikan konsepsi segitiga Insan,
Ikhsan dan Iman, dapat dipandang secara horizontal dengan korelasi yang
sama dan simetris yang secara simultan diarahkan pada konsepsi ilahiyah.
Cara lain, dapat dipandang secara vertikal yang diatas bidang segitiga,
dimensi iman, ikhsan dan insan mempunyai proporsi sama, sehingga satu
dimensi akan mensinergikan secara bersama dua dimensi lain dalam
penjabarannya menuju konsepsi ilahiyah.
Dimensi Insan, Ikhsan dan Imna dalam fase model segitiga
memperlihatkan adanya tiga subtansi lain yang menopang masing masing
dimensi tersebut. Subtansi intelektual, sensibilitas, dan moralitas yang
menopang dimensi Iman dapat diturunkan dari masing masing sudutnya.
Menuju kanan bawah, yaitu intelektualitas ke arah sains, sensibilitas ke arah
estetika, moralitas ke arah etika. Secra mendaftar sudut filsafat berkaitan
langsung dengan sains, estetika berkaitan langsung dengan seni, dan etika
berkaitan langsung dengan teknologi. Dari hasil pengembangan ini diperoleh
bahwa subtansi ipteks pad adimensi insan di topang oleh di mensi ikhsan

3
dengan tiga subtansi yaitu filsafat, etika, dan estetika. Dimensi iman dengan
tiga subtansi yaitu intelektualitas, moralitas dan sensibilitas.

Kualitas ilmu pengetahuan dan seni akan dapat memiliki kemajuan


yang baik apabila ditopang dengan bantuan teknologi. Terdapat begitu luas
wilayah lahir (realita) berupa gejala alam yang berhimpit dengan wilayah
batin atau bahkan mungkin terdapat wilayah batin yang tidak memiliki
realita. Perluasan keberimpitan wilayah realita dan pemikiran dapat diperluas
atau diperbesar dengan bantuan teknologi. Walaupun begitu tidak berarti
teknologi berada pada garis tengah yang memisahkan antara ilmu dan seni
namun terdapat pula hubungan antara ilmu dan teknologi secara langsung,
begitu pula hubungan langsung antara teknologi dengan seni.
Dalam proses invensi teknologi juga dapat terjadi dimulai dari filosofi
dan seni menjadi ide lalu dikaitkan dengan science sehinggga kemudian
terciptanya teknologi. Walaupun para engineer biasanya setelah karyanya
tercipta baru diberikan sentuhan seni. Plato menjelaskan seni dengan kata
“techne” dan “poesis” secara berdampingan, dimana kata “poesis” berarti
pengetahuan mencipta seni puitis dan dalam “Trilogi Plato” diperoleh
hubungan antar intektual dengan kebenaran, etika dengan kebaikan dan
estetika dengan keindahan. Bahkan pada pertengahan abad ke-17 kata science

4
dari kata “scientia” masih bersenyawa dengan pengertian seni, sehingga
memiliki arti sebagai komunikasi puitis dari persepsi kreatif mengenai
ketertiban. Oleh karena itu, ketiganya membentuk suatu segitiga ilmu,
teknologi dan seni yang selanjutnya menjadi dasar terbangunnya frase sistim
“model segitiga ipteks”
Keberadaan insan manuasia berhubungan erat dengan ihsan dan iman.
Kata “ihsan”, secara harfiah berkaitan dengan keikhlasan berbuat atau
berkarya oleh karena kita sebagai manusia merasa didalam pengawasan
Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta alam semesta ini. Jadi ini adalah
kesadaran batin yang terekspresi dengan sendirinya oleh karena kita sebagai
insan sadar dan fahma makna keberadaab diri kita sendiri yang diamanahkan
mengelola dan memelihara alam semesta ini. Pengalaman ini dapat
diwujudkan dengan selalu belajar tanpa henti baik formal ataupun non formal
atau melakukan proses pengkajian potensi keilmuan dirimanusia melalui jalur
filsafat, etika maupun estetika sebagaimana subtansi yang terkait dengan nilai
ihsan.
Adapun kata “Iman” ini adalah konsepsi jiwa yang abstrak dan
terpatri secara mendalam pada diri manusia namun dapat terpancar tak
terhingga dan tanpa batas, dimana kekuatan dan keberadaannya bahkan dapat
melalui batas-batas yang konkrit sekalipun iman itu adalah konsepsi yang
abstrak. Manusia yang memiliki nilai Iman, maka intelektualitas, dan
sensibilitas dan moralitas akan bersinergi satu sama lain bagai suatu
bangunan yang tidak sempurna jika salah satu diantaranya ketiganya tidak
ada.
Berdasarkan keyakinan tentang kesatupaduan keberada kebenaran,
kebaikan dan keindahan dalam diri manusia, maka secara individu melalui
metode induktif kita mencoba menggunakan tiga pendapat untuk ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni sehingga terbentuk suatu paduan pendapat
yang disebut Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni membentuk kata
IPTEKS yang selanjutnya menjadi substansi yang dikaji dan ditelaah dalam
mata kuliah Wawasan IPTEKS.

5
Pertama, ilmu pengetahuan bagi Al-Fatabi sebagai seorang
cendekiawan Islam pada zaman keemasan Islam menyampaikan bahwa: Ilmu
yang sebenarnya bagaikan batang tubuh pengetahuan yang terorganisir
dengan baik dan sebagai disiplin ilmu akan memiliki tujuan, premis dasar dan
objek kajian serta metode ilmiah tertentu.
Kedua, menggunakan pengertian konsepsi teknologi yang
dikemukakan oleh Frederick Ferre (1988). Menurutnya, Teknologi adalah
kecerdasan pengalaman praktis dari Pengetahuan atau Ilmu Pengetahuan
tentang ketertiban alam dan manusia yang diwujudkan dalam suatu bentuk
dunia kebendaan dan atau dunia kecerdasan yang harus dipandang secara
utuh keduanya. Artinya dalam memandang konsepsi teknologi harus dilihat
secara utuh mulai dari awal terbentuknya di benak seseorang pencipta karya
teknologi, proses yang terkait sampai terciptanya sebuah karya teknologi.
Artinya mulai terbentuknya di benak seseorang, proses yang sampai sebelum
terbentuknya suatu karya adalah konsepsi kecerdasan dan hasil karya
teknologi adalah konsepsi kebenaran kebendaannya.
Ketiga, menggunakan konsepsi seni berdasarkan pendapat Prof.
Hamka, bahwa seni yang setinggi-tingginya adalah ketika telah berkumpul di
dalamnya kebenaran, keadilan dan keindahan yang direkat oleh cinta yang
kudus. Berdasarkan pada ketiga komponen tersebut yakni llmu Pengetahuan,
Teknologi dan Seni, maka pemahaman tentang INTEGRITAS IPTEK yang
utuh tidak lain adalah : Suatu konsepsi multi dimensi yang didalamnya
memiliki nilai-nilai kebenaran (ilmu pengetahuan), kebaikan (teknologi) dan
keindahan (seni) yang selanjutnya dimensi seni akan mewarnai secara utuh
pengembangan dimensi ilmu pengetahuan dan dimensi teknologi, sehingga
ketiganya akan bahu-membahu, saling membantu dan bersinergi satu sama
lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Karya-karya seni yang baik bersifat kebendaan maupun kecerdasan
selain ditunjang oleh beragam gagasan keindahan dari seniman itu sendiri,
juga akan nampak di dalam bukti-bukti kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menunjukkan kesatupaduan IPTEKS

6
sebagai hasil olah pikir, olah fisik dan olah jiwa manusia. Beberapa hasil
karya IPTEKS yang mendukung dan berkaitan dengan pengertian tersebut
adalah: Candi Borobudur di Indonesia, bangunan Taj Mahal di India, piramid
di Mesir, tembok Cina di Cina, Patung Liberty di Amerika Serikat, masjid Al-
Haram sebagai masjid terbesar dan terindah di Arab Saudi, Menara Pisa di
Italia, Burj Khalifa di Dubai sebagai gedung tertinggi dengan tinggi 828 m di
Uni Emirat Arab dan beberapa karya lainnya dimana kesemuanya
memperlihatkan kesatupaduan hasil karya IPTEKS yang luar biasa.

2.2.ASPEK ETIKA IPTEKS


Secara garis besar ada empat teori tentang etika yang dapat
dikemukakan disini,dari sekian banyak teori tentang etika yang terdapat dari
beberapa literature,yaitu:
1. Konsekuensialisme
Teori ini menjawab “apa yang harus kita lakukan”, dengan
memandang konsekuensi dari berbagai jawaban. Ini berarti bahwa
yang harus dianggap etis adalah konsekuensi yang membawa
paling banyak hal yang menguntungkan, melebihi segala hal
merugikan, atau yang mengakibatkan kebaikan terbesar bagi
jumlah orang terbesar. Manfaat paling besar dari teori ini adalah
bahwa teori ini sangat memperhatikan dampak actual sebuah
keputusan tertentu dan memperhatikan bagaimana orang
terpengaruh. Kelemahan dari teori ini bahwa lingkungan tidak
menyediakan standar untuk mengukur hasilnya.
2. Deontologi
Teori ini menganut bahwa kewajiban dalam menentukan
apakah tindakannya bersifat etis atau tidak, dijawab dengan
kewajiba-kewajiban moral. Jadi yang paling penting adalah
kewajiban-kewajiban atau aturan-aturan, karena hanya dengan
memperhatikansegi-segi moralitas ini dipastikan tidak akan

7
menyalahkan moral. Manfaat paling besar yang dibawakan oleh
etika dentologis adalah kejelasan dan kepastian. Masalah terbesar
adalah bahwa dentologi tidak peka terhadap konsekuensi-
konsekuensi perbuatan oleh karena hanya berfokus pada kewajiban.
3. Etika Hak
Teori ini memandang dengan menentukan hak dan tuntutan
moral yang ada di dalamnya, selanjutnya dilemma-dilema tertentu
dipecahkan dengan hirarkhi hak. Yang penting dalam hal ini adalah
tuntutan moral seseorang yaitu haknya ditanggapi dengansungguh-
sungguh. Teori hak ini pantas dihargai terutama karena tekanannya
pada nilai moral seorang manusia dan tuntutan moralnya dalam
suatu situasi konflik etis. Teori ini menempatkan hak individu
dalam pusat perhatian yang menerangkan bagaimana memecahkan
konflik hak yang biasa timbul.
4. INTUISIONISME
Teori ini berusaha memecahkan dilema-dilema etis dengan
berpijak pada intuisi, yaitu kemungkinan yang dimiliki seseorang
untuk mengetahui secara langsung apakah sesuatu baik atau buruk.
Dengan intuisi kita dapat meramaikan kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi tetapi kita tidak dapat mempertanggung jawabkan
keputusan tersebut karena kita tidak dapat menjelaskan proses
pengambilan keputusan. Sebaigaimana dikemukakan, fisuf Jerman,
Imanuel Kant, penghormatan kepada martabat manusia adalah
suatu keharusan karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang
merupakan tujuan pada dirinya, tidak boleh ditaklukkan untuk
tujuan lain. Menghadapi implikasi kemajuan peradapan manusia,
IPTEKS sepertinya ditarik masuk kedalam rimba dilemma.
Sebagian ilmuan, teknologiwan dan seniman yang serius segera
mempertanyakan dan bahkan mempergumulkan masalah tanggung
jawab merekaman akal tiba pada masalah pemakaian hasil-hasil
teman ipteks.

8
Pendapat sementara suatu pihak mengenai adanya kecenderungan
meningkatnya kekalahan manusia dibelakang musibah-musibah industry
teknologi yang sering terjadi, lebih mendorong lagi akan perlunya sistem
pengawasan, baik yang sifatnya internal maupun eksternal dalam pemakaian
atau penerapan hasil-hasil ipteks. Semakin canggih penemuan karya ilmiah
dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, semakin peka kemungkinan
penemuan tersebut dengan kesalahan, sehingga apabila tidak disertai sikap
ekstra hati-hati pada manusia maka pemakaian produk teknologi tersebutakan
dapat berdampak buruk bagi manusia.

Berkaitan dengan pembatasan etika atas ilmu pengetahuan, teknologi


dan seni, maka perlu jelas bagi kita bahwa yang dibatasi secara etis ialah cara
memperoleh, cara pengujian, dan cara penggunaan ipteks pada saat
penerapannya dengan pihak lain. Jadi pembatasan etis tersebut tidak berkaitan
dengan lahirnya ipteks sebagai suatu kebenaran ilmiah.

Para ilmuan professional dari berbagai disiplin IPTEKS, pada


dasarnya sepakat bahwa disetiap cabang ilmu ,teknologi dan seni diperlukan
seperangkat norma yang akan digunakan sebagai garis pembatas bagi
pemberlakuan IPTEKS dilingkungan masyarakat. Ada yang mengharapkan
agar norma-norma itu sepenuhnya merupakan tanggung jawab para ahli
ipteks dan bebas dari pengaruh lembaga pemerintah, tetapi ada pula yang
merasa perlu adanya peranan lembaga pemerintah dalam penerapan norma-
norma trsebut untuk memperoleh daya keabsahan dan kekuatan mengikat
seluruh anggota masyarakat.

Manusia hanya berharap dengan tindakan yang bijak,akan


menghasilkan buah yang bermanfaat. Tindakan yang bijak lahir dari intuisi
dan nurani yang memproyeksikan dari nilai-nilai tertentu, ketika berhadapan
dengan teknologi. Tindakan yang bijak apabila kita tidak menolak mentah-
mentah karya ipteks, akan tetapi diambil lalu dinilai dan dikaji sehingga kita

9
mampu menguasai bahkan menggunakannya jika memang merupakan karya
ipteks tersebut bersinergi dengan kemaslahatan manusia dan alam semesta.

2.3.USAHA YANG DILAKUKAN UNTUK MEMINIMALISIR


PENGARUH NEGATIF IPTEKS
Berikut ini adalah usaha usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
pengaruh negatif IPTEKS antara lain adalah:
1. Rehumanisasi
Mengembalikan martabak manusia dalam perkembangan
ipteks moderen yang sangat cepat dengan berbagai cara. Kecepatan
perkembangan ipteks sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan
adaptasi populasi yang bersangkutan. Perkembangan nilai nilai
agama, etika, hukum, dan kebijakan dapt lebih lambat dari
perkembangan ipteks, maka masalah ini harus mendapat perhatian
khusus. Artinya lebih jauh manusia harus dipandang secara utuh baik
lahir maupun batin sehingga pembangunan dan pengembangan
IPTEKS selalu harus mengarah kepada terwujudnya peningkatan
kesejahteraan manusia seutuhnya antara lahiriah dan batiniah.
Apabila ini tidak di perhatikan maka laju kehancuran peradaban
manusia tidak akan dapat diimbangi oleh laju rehumanisasi oleh
karenanya semua pihak harus mengambil bagian dan kontribusi
positif dialamnya.

2. Kemampuan memilih
Dengan makin banyaknya keboleh jadian yang diakibatkan
oleh IPTEKS, maka timbul kesukaran dalam memilih, meskipun
pilihan relatif lebih sedikit dari pada keboleh jadian. Pendidikan
pada umumnya diarahkan pada cara produksi bukan pada cara
konsumsi. Terkikisnya nilai nilai menyebabkan menurunnya
perbedaan antara yang mungkin dengan yang terjadi, bahkan mana

10
yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang
buruk sudah sangat susah dibedakan. Segala yang teknis mungkin
akan di kerjakan, tidak dipertentangkan dan di saring oleh nilai nilai
kemanusiaan artinya prinsip dasar yang di esensi dari suatu hal mala
terabaikan. Etika yang didukung oleh aspek moral keagamaan, sosial
dan aspek aspek yang terkait seharusnya menentukan apa yang
mungkin diteliti dan dikembangkan, kemudian tidak dilakukan jika
tidak manusiawi, tidak adil, tidak bermoral dan lain lainnya.

3. Arah perkembangan kemajuan


Anomali yang ditimbulkan oleh perkembangan IPTEKS
sekarang, akan mengakibatkan banyak ahli yang mempertanyakan
apakah tepat cara-cara yang dipakai menuju kesejahteraan kuantitatif
dan kemajuan material manusia. Hampir seluruh dunia meniru modal
kemajuan negara barat, seolah-olah itulah satu-satunya jalan yang
terjamin baik padahal barat dan timur itu hanya istilah dan yang
terpenting adalah nilai-nilai yang baik dapat berasal dari barat dan
timur. Beberapa ahli mengkonstalasi bahwa penyedian kebutuhan
material yang berlebihan pun tidak akan membawa kebahagian dan
kesejahteraan, bahkan sebaliknya menimbulkan dekomposisi
lingkungan, dehumanisasi dan ketegangan-ketegangan dalam
interrelasi unsur-unsur dalam ekosistem, termasuk diantaranya
sesama manusia. Pada peringkat internasional dan hak asasi bangsa-
bangsa, jika gaya pikir baru tidak berhasil dikembangkan untuk
menghadapi masalah besar ini, maka masa depan yang kelam bagi
umat manusia dan bumi kita tinggal menunggu waktu.

4. Revitalisasi
Perlunya upaya positif untuk mencegah distorsi biocultural
yang berkelanjutan. Pembangunan akan menuju ke suatu
kebudayaan baru dimasa depan, sehingga diperlukan persiapan-

11
persiapan secara menyeluruh. Usaha-usaha refitalisasi akan banyak
dipengaruhi baik secara positif maupun negatif oleh faktor-faktor
baik didalam maupun luar negeri, oleh karena itu beberapa sikap
pribadi yang paripurna haru dimiliki demi memproteksi diri dari
pengaruhi negatif IPTEKS.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Cara mengekspresikan atau mengapresiasikan konsepsi segitiga
Insan, Ikhsan dan Iman, dapat simultan diarahkan pada konsepsi ilahiyah.
Cara lain, dapat dipandang diatas bidang segitiga, dimensi iman, ikhsan
dan insan mempunyai proporsi sama, sehingga satu dimensi akan
mensinergikan secara bersama dua dimensi lain dalam penjabarannya
menuju konsepsi ilahiyah.
Secara garis besar ada empat teori tentang etika yang dapat
dikemukakan disini,dari sekian banyak teori tentang etika yang terdapat
dari beberapa literature,yaitu:
1. Konsekuensialisme
2. Deontologi
3. INTUISIONISME
4. Etika Hak
Berikut ini adalah usaha usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
pengaruh negatif IPTEKS antara lain adalah:
1. Revitalisasi
2. Arah perkembangan kemajuan
3. Kemampuan memilih
4. Rehumanisasi

3.2 SARAN

13
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-
ELLY_MALIHAH/Bahan_Kuliah_PLSBT%2C_Elly_Malihah/Bab_5._Plsbt%2C
_baru.pdf

Usman, Hanapi. Dkk.,Wawasan IPTEKS (menggunkan pendekatan learning),


Materi Lokakarya mata Kuliah Wastek UPT MKU Unhas, Makassar.

14

Anda mungkin juga menyukai