Anda di halaman 1dari 27

A.

Pengertian Manusia, Sains, Teknologi dan Seni

1. Manusia

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dibandingkan
makhluk ciptaan Allah yang lain. Dikatakan paling sempurna karena manusia dibekali akal
sekaligus nafsu. Meskipun manusia mempunyai nafsu tetapi yang paling berperan adalah
akal. Akal ini bertujuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, akal juga
sebagai alat untuk berfikir, berhitung dan berkreasi sehingga kerjasama antara keduanya
sangat diperlukan dalam kehidupan manusia.

2. Sains

Sains merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan alamiah
dan berisikan informasi yang memberikan gambaran tentang struktur dari suatu sistem serta
penjelasan tentang pola laku sistem tersebut. Sistem yang dimaksud dapat berupa sistem
alami maupun sistem yang merupakan rekaan pemikiran manusia mengenai pola laku
hubungan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Kita dapat mempelajari sains dari alam
semesta yang dimulai dengan bertanya kepada alam atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang alam. Dari pertanyaan itulah kemudian muncul sebuah hipotesis yang akan diajukan
secara empiris sehingga dari pengujian empiris tersebut diperoleh informasi yang valid dan
dapat dipercaya. Sains dan hasilnya dapat dirasakan dalam semua aspek kehidupan manusia.
Untuk itu sains harus menjadi bagian internal dari sistem pendidikan nasional supaya para
siswa menjadi warga negara dan masyarakat yang sadar akan pentingnya sains di era masa
kini. Namun pada kenyataanya sains tidak selamanya berjalan dengan baik dalam
memberikan manfaat kepada umat manusia, karena sains dapat berakibat buruk jika
dipersalahgunakan.

Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis dan bukan
hanya kumpulan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Menurut Medawar (1984) Sains (dari istilah Inggris
Science) berasal dari kata: sienz, cience, syence, scyence, scyense, scyens, scienc, sciens,
scians. Kata dasar yang diambil dari kata scientia yang berarti knowledge (ilmu). Tetapi,
tidak semua ilmu itu boleh dianggap sains. Yang dimaksud ilmu sains adalah: ilmu yang
dapat diuji (hasil dari pengamatan yang sesungguhnya) kebenarannya yang dikembangkan
secara bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau kenyataan
semata sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut boleh dipercayai, melalui
eksperimen secara teori. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, sains adalah: “Ilmu yang
teratur (sistematik) yang dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya, berdasarkan kebenaran
atau kenyataan semata (missal:fisika, kimia, biologi)”. Pendidikan sains menekankan pada
pengalaman secara langsung. Sains yang diartikan sebagai salah satu cabang ilmu yang
mengkaji tentang sekumpulan pernyataan atau fakta-fakta dengan cara yang sistematik dan
serasi dengan hukum-hukum umum yang melandasi peradaban dunia modern. Sains
merupakan satu proses untuk mencari dan menemui sesuatu kebenaran melalui pengetahuan
(ilmu) dengan memahami hakikat makhluk, untuk menerangkan hukum-hukum alam.

3. Teknologi

Teknologi merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan
ilmiah yang berisikan informasi preskriptif mengenai penciptaan sistem-sistem ciptaan
tersebut. Penggunaan teknologi bertujuan untuk memudahkan segala aktifitas yang berkaitan
dengan efisien waktu dan tenaga. Penciptaan teknologi ini didorong oleh ciri otomatisme dari
fenomena teknik kehidupan masa kini yang menginginkan segala sesuatu menjadi lebih cepat
dan mudah, sama dengan sains, penggunaan teknologi dan hasilnya juga memberikan
kontribusi yang besar dari kesejahteraan hidup manusia disegala aspek kihidupan. Namun
sayangnya sekarang ini tidak semua teknologi dapat membantu pekerjaan manusia, justru
adapula teknologi yang malah membantu menjadi bumerang akibat salah dalam
memanfaatkannya. Oleh karena itu dalam memanfaatkan teknologi haruslah didasari dengan
moral dan etika yang baik serta tanggungjawab sosial yang beradab.

Contoh-contoh teknologi:

1) Teknologi komunikasi

Suatu sistem yang memungkinkan kita dapat berkomunikasi dengan siapapun, kapanpun dan
dimanapun tidak terbatas pada tempat, jarak dan waktu. Misal: internet, handphone, bairless,
dll.

2) Teknologi informasi

Suatu sistem yang memudahkan kita untuk memperoleh berbagai macam info yang
dibutuhkan secara praktis dan dalam waktu yang relative singkat. Misal: internet, tv.

3) Bioteknologi

Suatu teknologi yang mampu memanipulasi proses alami secara dramatis. Misal: cloning
pada hewan dan tumbuhan.

Istilah teknologi barasal dari kata techne dan logia. Kata Yunani kuno techne berarti seni
kerajinan. Dari techne kemudian lahirlah technikos yang berarti seseorang yang memilki
keterampilan tertentu. Dengan berkembangnya keterampilan seseorang yang menjadi
semakin tetap karena menunjukkan suatu pola, langkah dan metode yang pasti, keterampilan
itu lalu menjadi teknik. Istilah “teknologi” berasal dari “techne “ atau cara dan “logos” atau
pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara.
Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang,
memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.
Menurut Jaques Ellul (1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai ”keseluruhan metode
yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan
manusia.” Pengertian teknologi secara umum adalah:

1) Proses yang meningkatkan nilai tambah

2) Produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja

3) Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembamngkan dan digunakan

Pada permulaan abad XX ini, istilah teknologi telah dipakai secara umum dan merangkum
suatu rangkaian sarana, proses dan ide di samping alat-alat dan mesin-mesin. Perluasan arti
berjalan terus sehingga sampai pertengahan abad ini muncul perumusan teknologi sebagai
sarana dan aktivitas yang dengannya manusia berusaha mengubah atau menangani
lingkungannya. Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian
bahwa penerapan itu menuju pada perbuatan atau perwujudan sesuatu. Demikianlah
teknologi adalah segenap keterampilan manusia menggunakan sumber-sumber daya alam
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan. Secara lebih umum
dapatlah bahwa teknologi merupakan suatu sistem penggunanaan berbagai sarana yang
tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan praktis yang ditentukan.

4. Seni

Janet Woll mengatakan bahwa seni adalah produk social. Sedangkan menurut Kamus
B.Indonesia, seni adalah keahlian yang membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi
kehalusannya, keindahannya), seperti tari, lukis, ukir. Maka konsep pendidikan yang
memerlukan ilmu dan seni adalah proses atau upaya sadar antara manusia dengan sesama
secara beradab, di mana pihak kesatu secara terarah membimbing perkembangan kemampuan
dan kepribadian pihak kedua secara manusiawi yaitu orang perorang. Oleh karena itu, budi
bahasapun adalah suatu seni.

5. Peran Sains dan Teknologi

Perbedaan utama antara negara maju dan negara berkembang adalah kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
di negara-negara maju karena didukung oleh sistem informasi yang mapan. Sebaliknya,
sistem informasi yang lemah di negara-negara berkembang mengakibatkan keterbelakangan
dalam penguasaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi jelaslah bahwa maju atau tidaknya
suatu negara sangat di tentukan oleh penguasaan teirhadap informasi, karena informasi
merupakan modal utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan.teknologi yang
menjadi senjata pokok untuk membangun negara. Sehingga apabila satu negara ingin maju
dan tetap eksis dalam persaingan global, maka negara tersebut harus menguasai informasi. Di
era globalisasi dan informasi ini penguasaan terhadap informasi tidak cukup hanya sekedar
menguasai, diperlukan kecepatan dan ketepatan. Sebab hampir tidak ada guna menguasai
informasi yang telah usang, padahal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat cepat mengakibatkan usia informasi menjadi sangat pendek, dengan kata lain,
informasi lama akan diabaikan dengan adanya informasi yang lebih baru. Masukan dan
kontribusi langsung dari para pemegang peran yang lain; siswa, orang tua dan anggota
masyarakat juga memberikan informasi yang sangat membantu dan meningkatkan dukungan
masyarakat bagi pengembangan sekolah. Jika obyektifitas utamanya adalah memaksimalkan
pendidikan sumber daya manusia maka hal itu telah meningkatkan hubungan komunikasi kita
dengan seluruh sektor lingkungan pendidikan dan para pemegang peran. Lagipula kunci
utama untuk meningkatkan komunikasi harus terfokus pada saling berbagi komunikasi
terbuka dan meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan dukungkan dari segala bidang.
Kehidupan kita sekarang perlahan-lahan mulai berubah dari dulunya era industri berubah
menjadi era informasi di balik pengaruh majunya era globalisasi dan informatika menjadikan
komputer, internet dan pesatnya perkembangan teknologi informasi sebagai bagian utama
yang harus ada atau tidak boleh kekurangan dikehidupan kita. Aktifitas network globalisasi
ekonomi yang disebabkan oleh kemajuan dari teknologi informasi bukan hanya mengubah
pola produktivitas ekonomi tetapi juga meningkatkan tingkat produktivitas;dan pada saat
bersamaan juga menyebabkan perubahan structural dalam kehidupan politik, kebudayaan,
kehidupan sosial masyarakat dan juga konsep waktu dalam dalam berbagai lapisan
masyarakat. Dalam globalisasi ekonomi, perekonomian dunia tidak akan lagi mengenal batas-
batas negara dan bahkan peranan negara diramalkan akan semakin berkurang. Arus
globalisasi ekonomi dipercepat oleh kemajuan teknologi yang makin pesat khususnya di
bidang transportasi, telekomunikasi dan informasi yang memungkinkan arus orang, barang,
jasa dan informasi bergerak dengan lebih cepat, dalam jumlah yang semakin besar, dengan
kualitas yang semakin baik dan dengan biaya yang semakin murah. Persaingan antar bangsa
dalam memproduksi barang dan jasa akan semakin kuat dan ketat. Kemajuan teknologi itu
pulalah yang akan makin mempercepat proses globalisasi di berbagai bidang kehidupan
manusia. Dengan demikian, maka penguasaan iptek dari suatu bangsa yang akan menentukan
keberhasilan bangsa itu menghadapi globalisasi dalam bidang ekonomi dan bidang kehidupan
lainnya.

6. Pengaruh Sains dan Teknologi

Baik sains, teknologi dan hasil produknya dapat dirasakan disetiap aspek kehidupan
manusia. Sehingga pengaruh sains dan teknologi bagi manusia dalam masyarakat dapat
berpengaruh baik secara negatif maupun secara positif.

Pengaruh positif terdiri dari :


1) Meningkatkan kesejahteraan hidup manusia (secara individu maupun kelompok)
terhadap perkembangan ekonomi, politik, militer dan pemikiran-pemikiran dalam bidang
sosial budaya.

2) Pemanfaatan sains dan teknologi secara tepat dapat lebih mempermudah proses
pemecahan berbagai masalah yang dihadapi oleh manusia.

3) Sains dan teknologi dapat memberikan suatu inspirasi tentang perkembangan suatu
kebudayaan yang ada di Indonesia.

Pengaruh negatif terdiri dari :

Untuk pengaruh negatif dari sains dan teknologi adalah bagi perubahan peradaban manusia.
Pemanfaatan dari sains dan teknologi, sering kali menimbulkan masalah baru dalam
kehidupan manusia terutama dalam hal kerusakan lingkungan, mental dan budaya bangsa,
seperti:

1) Menipisnya lapisan ozon

2) Terjadi polusi udara, air dan tanah

3) Terjadi pemanasan global

4) Rusaknya ekosistem laut

5) Iptek dikembangkan untuk memenuhi kesenangan-kesenangan materi. Menjamurnya


produk-produk mainan (contoh: game online)

6) Kemajuan teknologi yang serba praktis serta budaya asing yang berpengaruh dominan
terhadap satuan budaya asli bisa membangkitkan kesan sebagai model untuk ditiru.
Kecenderungan meniru itu dalam kelanjutannya bisa terpantul melalui berkembangnya
gayahidup yang dianggap superior dibandingkan dengan gaya hidup lama.

B. Dampak Penyalahgunaan Ipteks pada Kehidupan Sosial Budaya

Akibat kemajuan teknologi bisa kita lihat:

1) Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini
semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia
pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang
sebelumnya merupakan pekerjaan pria semakin menonjol. Data yang tertulis dalam buku
Megatrend for Women: From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene &
John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam kepemimpinan semakin
membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang politik, sebagai anggota
parlemen, senator, gubernur, menteri dan berbagai jabatan penting lainnya.
2) Meningkatnya rasa percaya diri. Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan
fenomena yang menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa
percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh. Bangsa-bangsa
Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-bangsa Asia.

3) Tekanan, kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi


globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras, meskipun
demikian kemajuan teknologi akan berpengaruh negative pada aspek budaya:

- Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja


dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan
berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi “kaya
dalam materi tetapi miskin dalam rohani”.

- Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin


lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan
tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan penting
dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak
menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya,
seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan.

- Pola interaksi antar manusia yang berubah Kehadiran komputer pada kebanyakan
rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer
yang disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk
berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail
telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai
warung internet (warnet) telah memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki
komputer dan saluran internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui
internet. Kini semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan
komputer. Melalui program internet relay chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol
dengan teman dan orang asing kapan saja.

C. Problematika Pengembangan dan Penggunaan Ipteks di Indonesia

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan ini, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi
diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak
kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam
bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-
inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.

Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di
sisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. Arus informasi yang berkembang
cepat menumbuhkan cakrawala pandangan manusia makin terbuka luas. Teknologi yang
sebenarnya merupakan alat bantu/ekstensi kemampuan diri manusia, dewasa ini telah
menjadi sebuah kekuatan otonom yang justru membelenggu perilaku dan gaya hidup kita
sendiri. Akibatnya rasa tanggung jawab sudah pudar terhadap budaya. Masyarakat tidak lagi
peduli dengan budayanya.

Dengan daya pengaruhnya yang sangat besar, karena ditopang pula oleh sistem-sistem sosial
yang kuat dan dalam kecepatan yang makin tinggi, teknologi telah menjadi pengarah hidup
manusia. Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah budaya sebagian besar
masyarakat dunia, terutama yang tinggal di perkotaan, perubahan budaya lokal dan sosial
akibat revolusi informasi merupakan kelompok masyarakat yang langsung terkena pengaruh
budaya global. Media elektronik, khususnya TV yang selalu menayangkan kebudayaan luar,
hal ini dengan mudah mengubah pola pikir masyarakat khususnya para generasi muda.
Mereka cenderung melupakan kebludayaan sendiri dan beralih ke budaya luar.
Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

Memanusiakan manusia berarti menghantar manusia menemukan kesempurnaannya melalui


kesadaran pertama-tama akan kesatuan dimensi kemanusiaan, yaitu tubuh, jiwa, pikiran, dan
perasaan, juga kesadaran akan kebebasannya sebagai manusia untuk memilih dan bertindak.
Melalui Pendidikan yang Memanusiakan. Pendidikan yang memanusiakan adalah pendidikan
yang mengantarkan manusia pada perkembangan yang signifikan dalam menemukan,
mengembangkan, dan menunjukkan kesempurnaan kemanusiaannya. Segala muatan
pembelajaran, informasi yang diberikan, serta proses belajar menjadi media yang menantang
tubuh, pikiran, jiwa, dan perasaan menemukan dinamikanya dengan seimbang. Di bawah ini
dijabarkan penelusuran mengenai peran pendidikan dalam memanusiakan manusia dan
pendidikan yang memanusiakan manusia. Peran Pendidikan dalam Memanusiakan Manusia
Kesempurnaan manusia yang dianugerahkan Sang Pencipta melalui dimensi kemanusiaan
membuat manusia mampu memilih bahkan menciptakan pilihan, dan bertindak sesuai
pilihannya. Pendidikan berperan dalam pilihan-pilihan manusia, yaitu kehancuran atau
pengembangan kemanusiaan, yang merusak atau membangun, yang mematikan atau memberi
kehidupan, yang mencipta atau menghancurkan. Louis, mengutip Levi Strauss, dalam buku
manusia sebuah misteri bahwa tujuan terakhir ilmu-ilmu manusia bukan membentuk
manusia, melainkan menghancurkannya (1984: 185). Kutipan ini memang dapat dinilai
terlalu mengeneralisasi ilmu-ilmu manusia karena tidak semua ilmu menghancurkan
kemanusiaan manusia. Namun, tidak berlebihan juga jika kita waspada terhadap keberadaan
ilmu-ilmu yang dapat merusak kemanusiaan, ilmu-ilmu yang seakan mencipta tetapi pada
kenyataannya menghancurkan, ilmu-ilmu yang berpenampilan apik seakan menolong namun
ternyata menjerumuskan. Ilmu-ilmu yang seakan membangun tetapi ternyata menghancurkan
kemanusiaan. Belum lagi, strategi mendidik, gaya mendidik, pola didik yang ternyata dapat
juga menghancurkan kemanusiaan manusia. Jika pendidikan berorientasi pada persiapan
masa depan dan bukan pada kemanusiaan manusia maka pendidikan dapat menjauhkan
manusia dari kemanusiaannya. Tak seorang pun dapat mengetahui dengan jelas dan pasti
akan masa depan. Ketidaktahuan ini dapat menyeret manusia pada kekuatiran terus menerus
tak berujung hingga ia sendiri kehilangan arah bahkan kehilangan kemanusiaannya. Seorang
mahasiswa yang telah meraih kesarjanaannya dengan sangat memuaskan dan lengkap dengan
serifikat keahlian yang dapat membuatnya seakan siap menghadapi masa depan, melamar
pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Penantiannya selama berminggu-minggu tak juga
berujung pada panggilan dirinya sebagai karyawan sehingga ia putus asa. Ia melihat kembali
nilai-nilai yang tertera dalam ijazahnya. Nilai yang sama sekali tidak buruk. Akan tetapi
mengapa ia tak juga mendapatkan pekerjaan? Pikirannya mengembara dan kembali ke masa
kuliahnya dulu. Teringat perjuangan belajarnya di kampus, tempatnya ditempa berbagai
keahlian demi yang namanya masa depan. Dengan putus asa dan kemarahan, akhirnya ia
memilih untuk merobek ijazah dengan predikat memuaskan dan sertifikat keahliannya.
Baginya, semua usaha kerasnya sia-sia karena ia tak dapat pekerjaan. Ternyata usahanya
yang keras demi masa depan tak mendatangkan hasil yang ia harapkan, yaitu bekerja dengan
gaji yang menjanjikan. Apa yang ia dengar di bangku kuliah tak sesuai dengan kenyataannya.
Ia, yang lulus dengan nilai baik, yang idealnya gampang dapat kerja, sesuai dengan janji para
pengajar, ternyata gagal mendapatkan pekerjaan. Jiwanya seakan tak berharga lagi,
pikirannya hanya tertuju pada kegagalannya tak mendapatkan pekerjaan, perasaan kecewa,
marah, takut menghadapi esok hari menghantuinya. Ia kehilangan arah. Kisah yang dapat
menimpa siapa saja tak terkecuali ini, menunjukkan bahwa pendidikan yang berorientasi pada
persiapan masa depan gagal menghantar mahasiswa tersebut menemukan, mengembangkan,
dan menunjukkan kemanusiaannya melalui program pendidikan yang ditempuhnya. Bagi
mahasiswa yang putus asa tadi, pendidikan hanya sebagai sarana untuk mendapatkan
pekerjaan, mendapatkan uang, hidup nyaman, tentram di masa depan tanpa menyadari
perkembangan diri dalam dimensi kemanusiaannya melalui pendidikan yang dilaluinya. 404
HUMANIORA Vol.4 No.1 April 2013: 398-410 Apa yang keliru dengan pendidikan yang
berorientasi pada persiapan masa depan? Masa depan, yang sebenarnya tak ada seorang pun
mampu menggambarkannya dengan pasti, hanya mampu menduga berdasarkan pengalaman
yang telah dilaluinya itu penuh ketidakpastian (Rose & Nicholl, 2003: 32). Ketidakpastian
yang disebabkan karena kekuatan akan perubahan ini meningkatkan kompleksitas persoalan
dan menyusutnya jenis dan lapangan pekerjaan. Sehingga pendidikan yang beroerientasi pada
masa depan akan mendidik manusia pada perburuan yang sangat ketat. Hal ini membuat
lembaga pendidikan yang hanya berorientasi pada masa depan terjebak hanya melihat hasil
dan melupakan proses. Seperti layaknya orang berburu, manusia-manusia berburu dengan
sangat ketat mendapatkan targetnya. Satu target menjadi buruan puluhan bahkan ratusan
manusia. Membayangkannya, tentu sangat mengerikan sekali. Manusia hanya melihat target
tanpa memerhatikan manusia sekelilingnya, sehingga tidak mustahil, karena keterdesakan,
manusia memakan sesamanya manusia demi memperkecil persaingan dan memenangkan
perburuan berupa target. Saat mendapatkan targetnya ia memakannya namun ia tak puas
sehingga ia mulai mengincar target lain dan mulai berburu taget baru. Begitulah manusia
menghabiskan waktu hidupnya. Lembaga pendidikan yang berorientasi hanya pada masa
depan juga dapat terjebak dalam dalam bayang-bayang sebuah pertandingan yaitu “to be a
number one”. Demi memenangkan buruan, jika tidak culas seperti memakan manusia lain
sebagai pesaingnya, manusia perlu keahlian yang bukan sekadar bisa melainkan harus
menjadi “yang paling” yaitu paling ahli, paling tangkas, paling cepat, paling ahli demi
mendapatkan buruan/target. Perbandingan manusia satu dengan manusia lain menjadi sangat
kental dalam pendidikan yang hanya berorientasi pada masa depan. Terjebak pada hasil
sebagai nomor satu tanpa mengutamakan proses dan perbandinganperbandingan yang
berlebihan dapat membuat manusia manusia yang bertubuh kecil dan berkepala besar. Tubuh
kecil karena terlalu banyak beraktivitas, sedikit waktu untuk menikmati makanan dan
istirahat. Kepala besar karena memang dilatih untuk selalu berpikir. Perasaan yang nampak
kuat dan tangguh namun pada kenyataannya kosong karena tak diperkenankan untuk menjadi
lemah dan lembut. Rasa empati terkikis dengan ego kemanusiaanya untuk menjadi
pemenang. Jiwa yang rapuh, mudah putus asa dan frustasi karena perbandingan-perbandingan
yang terjadi membuatnya merasa kecil tak berarti. Keadaan seperti ini, dimana dimensi
kemanusiaan tak berkembang proporsional, membuat manusia bergerak menjauh dari
kesempurnaan kemanusiaannya. Peran pendidikan harus dikembalikan pada hakikatnya, yaitu
bukan untuk mempersiapkan masa depan saja tetapi untuk membuat manusia dapat hidup dan
melakukan tugas kemanusiaannya, yaitu menemukan, mengembangkan dan menunjukkan
kesempurnaannya sebagai manusia. Menemukan, karena kesempurnaan adalah anugerah
Sang Pencipta yang telah dimiliki tiap manusia, namun dapat terkubur dalam proses tumbuh
kembangnya sebagai manusia. Mengembangkan, karena sebagai manusia, yang bertumbuh
dan berkembang tak mencapai perkembangan yang optimal dan proporsional apabila tak
diusahakan. Menunjukkan, karena manusia perlu eksis sebagai manusia di antara sesamanya
manusia. Dan eksistensinya dalam bentuk manusia yang sempurna dapat mendorong manusia
lain juga untuk menemukan, mengembangkan, dan menunjukkan kemanusiaanya. Ketiga hal
ini menajdi tugas manusia dalam kehadirannya sabagai manusia di muka bumi ini dan
pendidikan menolong manusia menjalankan tugas kemanusiaannya. Model Pembelajaran
yang Memanusiakan Manusia Pendidikan yang memanusiakan manusia adalah pendidikan
yang berorientasi pada kemanusiaan manusia. Kemanusiaan manusia tercapai melalui
pengembangan dimensi kemanusiaan secara seimbang. Pemahaman mengenai kemanusiaan
manusia ini menjadi dasar bagi penyusunan model pembelajaran yang berorientasi pada
kemanusiaan manusia. Model pembelajaran dibangun dalam ruang-ruang yang mefasilitasi
pembelajar untuk mengembangkan dimensi kemanusiaan, yaitu tubuh, jiwa, pikiran, dan
perasaan. Pendidikan yang Memanusiakan ….. (Esther Christiana) 405 Kata perkembangan
seyogyanya menjadi kata kunci dalam pendidikan. Melalui kesempurnaan yang
dianugerahkan Sang Pencipta, yaitu dimensi kemanusiaan, perkembangan manusia menjadi
sangat unik dan berbeda dari makhluk lainnya. Perkembangan manusia meliputi
perkembangan tubuh, jiwa, pikiran, dan perasaannya. Perkembangan manusia, selain
dipengaruhi oleh potensi tumbuh kembang yang dibawanya sejak lahir juga oleh perlakuan
lingkungan terhadapnya. Walaupun beberapa ahli mengembangkan pengukuran
perkembangan ini namun sesungguhnya tidak ada yang mampu mengukur secara utuh
potensi tumbuh kembang ini karena manusia adalah misteri. Leavy mengutip Foucalt dalam
bukunya Les Mats Et Les Choses, yang mengatakan bahwa Manusia melebihi semua macam
komprehensi maka ia harus menolak segala definisi yang mau menempatkannya dalam suatu
esensi (1984:190). Potensi tumbuh kembang ini selalu menjadi misteri, sehingga perlakuan
lingkungan memiliki peran sangat besar bagi manusia mengalami tumbuh kembang yang
maksimal. Covey, dalam buku “The 8th Habit, Melampaui Efektivitas, Menggapai
Keagungan”, menguraikan pengembangan dimensi kemanusiaan ini melalui kecerdasan yang
menyertai tiap dimensi (2005:74). Ia menguraikan kecerdasan yang disebutnya sebagai
anugerah bawaan tiap dimensi, sesuai dengan gambar 2. Gambar 2 Empat Kecerdasan
Anugerah Bawaan Manusia (Covey, 2005: 74) Melalui perkembangan tiap kecerdasan inilah
dimensi kemanusiaan mengalami perkembangan. Setiap usaha pengembangan harus ada arah
perkembangannya agar pengembangan menjadi bermakna bagi kemanussian dan tidak salah
arah. Untuk ini, Covey (2005: 96) menolong penentuan arah pengembangan dimensi
kemanusiaan melalui perwujudan tertinggi tiap kecerdasan. Perwujudan tertinggi ini dapat
menjadi arah bagi pengembangan dimensi kemanusiaan. Pertama, perkembangan pikiran.
Perwujudan tertinggi dalam pengembangan pikiran, menurut Stephen Covey adalah visi. Visi
adalah hasil dari pikiran yang menjembatani antara kebutuhan dengan kemungkinan
kemungkinan. Samples, dalam bukunya Revolusi Belajar, setuju dengan pemikiran Fuller
yang menggambarkan bahwa pikiran manusia adalah pikiran dengan sistem terbuka (2002:
43). Ironisnya, pendidikan tak menyadari bahwa didikannya yang berupa indoktrinasi
merupakan sistem tertutup sehingga pikiran berkembang sangat terbatas yang sulit
menghasilkan karya yang kreatif. Sedangkan visi, adalah hasil dari pikiran terbuka. Di dalam
visi, segala hal yang tak mungkin menjadi mungkin. Karya kreatif tercipta melalui visi. Visi
terwujud dari manusia yang berpikir di luar kotak. Visi memampukan kita melihat apa yang
terlihat (tindakan orang lain) dan berkaitan dengan segala kemungkinan. Visi menolong kita
dapat memisahkan antara tindakan dan sebagai pribadi. Pemisahan ini membuat kita dapat
memperlakukan seseorang tanpa syarat, tanpa dipengaruhi oleh stimulus yang tercipta dari
perlakuannya terhadap kita. Kita mampu memaafkan walaupun telah berkali-kali ia melukai
kita karena kita mampu melihat kebutuhan nya untuk dimaafkan. Kita mampu mengasihi 406
HUMANIORA Vol.4 No.1 April 2013: 398-410 setelah berulang kali dikhianati karena kita
mampu melihat kebutuhannya untuk dicintai. Kita mampu menerimanya tanpa mendasari
pada perlakukannya kepada kita. Pendidikan yang memberi ruang bagi pengembangan
pikiran, adalah pendidikan yang menciptakan visi dalam diri setiap naradidiknya. Bukan
sekadar ia dapat menyelesaikan persoalan, lebih dari itu menolong naradidik meraih visi
dalam menyelesaikan persoalan. Di kelas, seorang guru yang memberi masalah kepada
naradidiknya tidak sekadar memberi masalah dan bagaimana pemecahannya, lebih dari itu
yaitu mengajak nara didiknya menciptakan visi melalui persoalan yang akan dipecahkan.
Menciptakan visi dapat dilakukan dengan menantang atau mengarahkan naradidik sesuai
dengan jenjangnya, untuk dapat menjawab mengapa saya harus memecahkan persoalan ini,
mengapa saya harus belajar topik ini, mengapa saya harus menghafal, mengapa saya harus
mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa saya harus mengumpulkan tugas tepat waktu,
mengapa saya harus berusaha sebaik-baiknya dalam mengerjakan tugas. Kedua,
perkembangan tubuh. Perwujudan tertinggi dalam pengembangan tubuh, menurut Covey
adalah disiplin. Disiplin ini muncul saat visi bertemu dengan komitmen, suatu kekuatan
kehendak yang diwujudkan dalam tindakan. Di dalam disiplin selalu ada pengorbanan.
Namun, tanpa disiplin mustahil visi dapat terwujud. Disiplin menentukan realitas dan
menerimanya. Melalui kedisplinan, seseorang akan mengalami keadaan yang benar-benar
bebas. Hal ini kebalikan dari pemikiran banyak orang bahwa kedisiplinan itu menjerat dan
memenjara, sebaliknya justru kedisiplinan membuat kita memiliki kebebasan. Covey
memakai ilustrasi seorang anak yang disiplin berlatih piano, membuat ia dapat bermain
piano. Keahliannya dalam bermain piano ini memberikan kebebasan bagi dia untuk dapat
memainkan alat musik piano. Sebaliknya, orang yang tak dapat memainkan piano, baginya
pilihan lebih sempit, tak ada pilihan untuk bermain piano karena memang ia tidak
menguasainya. Contoh lain, seseorang yang disiplin menabung dapat lebih bebeas
menggunakan uangnya karena ia memliki uang lebih banyak di tabungannya ketimbang
orang yang tidak disiplin menabung. Pemahaman mengenai kedisiplinan yang membebaskan
inilah yang perlu ditanamkan. Pendidikan yang memberi ruang bagi perkembangan tubuh
tidak hanya puas diri dengan memasukkan pelajaran olah raga. Perkembangan tubuh tidak
akan tercapai hanya melalui pelajaran olah raga yang berorientasi pada keahlian raga saja.
Mengacu pada pemikiran covey, maka pendidikan yang memberi ruang bagi perkembangan
tubuh adalah pendidikan yang menanamkan kedisiplinan yang membebaskan, terintegrasi
dalam setiap pelajaran. Kata kedisiplinan yang membebaskan ini tidak berarti ada
kedisiplinan yang tidak membebaskan. Pada dasarnya kedisiplinan itu membebaskan.
Namun, pemahaman yang keliru tentang kedisiplinan yang memenjarakan dan membatasi
ruang gerak inilah, menjadikan kata membebaskan penting untuk dikaitkan dengan
kedisiplinan. Di kelas, seorang guru yang menanamkan kedisiplinan tidak hanya menuntut
untuk tepat waktu saja, tetapi juga mengarahkan nara didik untuk melihat kebebasan yang
dapat ia raih jika ia tepat waktu. Tidak melulu kedisiplinan dikaitkan dengan hukuman karena
kedisiplinan yang dikaitkan melulu dengan hukuman akan menimbulkan pemahaman yang
keliru tentang kedisiplinan. Berbicara kedisilinan tidak hanya berbicara mengenai tepat waktu
tetapi juga kebebasan yang akan diraih ketika kita disiplin. Konsep tentang disiplin yang
benar inilah yang akan menolong nara didik mengembangkan tubuhnya hingga mencapai
perwujudan tertinggi, yaitu menjadi manusia yang disiplin. Ketiga, perkembangan perasaan.
Perwujudan tertinggi dalam pengembangan perasaan, menurut Stephen Covey adalah gairah.
Gairah adalah api mempertahankan disiplin dan terus berjuang menggapai visi. Gairah ini
muncul saat kebutuhan bertemu dengan keunikan bakat kita. Dengan demikian penting sekali
untuk mengetahui bakat kita. Seseorang yang mengerjakan keahliannya yang bukan bakatnya
perlu di motivasi terus menerus dari luar, berbeda dengan orang yang melakukan keahliannya
yang memang bakatnya, maka api itu sudah ada di dalam dirinya tak perlu dicari lagi.
Pendidikan yang Memanusiakan ….. (Esther Christiana) 407 Pendidikan yang memberi
ruang bagi perkembangan perasaan adalah pendidikan yang memerhatikan gairah nara
didiknya. Pendidikan tidak hanya indoktrinasi pengetahuan atau sekadar meraih prestasi
dalam bentuk piala dan penghargaan dan mengabaikan gairah belajar. Gairah ini sangat labil,
sangat bergantung pada situasi. Gairah muncul sebagai respon dari situasi. Pendidikan yang
memerhatikan gairah berarti juga memerhatikan sitausi dimana pendidikan itu berlangsung.
Di kelas, seorang guru perlu memerhatikan lingkungan belajar, baik yang berupa fasilitas
maupun lingkungan yang sengaja diciptakan menciptakan gairah di dalam diri naradidiknya.
Hal ini tentu lebih mudah dituliskan dan dibicarakan ketimbang dilakukan, karena di dalam
diri guru pun ada gairah itu. Sulitnya, gairah itu cepat sekali menular, membuat guru, sebagai
pelakon dalam dunia pendidikan, perlu terlebih dahulu menciptakan gairah dalam mengajar
dan belajar yang akan ia tularkan di kelas kepada nara didiknya. Pengalaman sang guru
dalam menciptakan gairah untuk belajar dan mengajar ini menjadi modal awal untuk
pertama-tama berempati kepada naradidik yang gairahnya menurun. Juga menjadi modal bagi
sang guru untuk mengarahkan naradidiknya menciptakan gairah di dalam diri masing-masing
dalam menghadapi berbagai situasi. Keempat, perkembangan jiwa. Perwujudan tertinggi
dalam pengembangan jiwa, menurut Covey adalah nurani. Orang sering menyebutnya dengan
suara hati, suara Tuhan, yang adalah kesadaran moral yang universal, terlepas dari agama,
budaya, geografis, nasionalitas, dan ras tertentu, mengenai apa yang baik dan buruk dan
dorongan untuk memberi makna serta member sumbangan nyata. Penyingkapan nurani ini
justru saat kita berada dalam keragaman. Nurani sebagai perangkat nilai, yaitu kesadaran
mengenai keadilan, kejujuran, rasa hormat, kepercayaan, cinta. Nurani kebalikannya dari ego.
Nurani adalah suara lembut dan pelan dalam batin kita sedangkan ego, bersifat tiran, kejam,
senang memaksakan kehendak, memfokuskan pada diri sendiri dan kesenangan diri sendiri.
Ego mengklasifikasikan, melihat hubungan dengan kaca mata ancaman dan bukan.
Sedangkan nurani, mengantarkan pada pemahaman yang lebih luas dan inklusi. Nurani
memandang kehidupan dalam kecamata pelayanan dan pemberian, fokusnya adalah
keamanan dan kepenuhan orang lain. Ego bekerja saat menghadapi kritis, tetapi tidak
memiliki pertimbangan mendalam sedangkan nurani dipenuhi pertimbangan sehingga
memiliki khazanah jawaban yang banyak. Ego merasa terancam dengan kritikan, sebaliknya
nurani mampu belajar dari sebuah kesalahan dan kritikan. Nurani rela berkorban,
mengalahkan diri sendiri, menundukkan ego demi tujuan atau prinsip yang lebih tinggi/mulai.
Nurani tidak memisahkan visi dan cara mencapainya. Tujuan sudah ada dalam cara
mencapainya. Nurani terus menerus mengingatkan kita ikatan antara tujuan dan cara
mencapainya dan bahwa keduanya tak dapat dipisahkan. Gambar 3 Perwujudan dari
Pengembangan Dimensi Manusia (Covey, 2005:96) Dimensi kemanusiaan yang menyatu,
nampak dalam perwujudan pengembangan tiap dimensi. Nurani adalah alasan bagi
perwujudan visi, disiplin, dan gairah, sedangkan visi mengidentifikasi dalam apa yang akan
diwujudkan, disiplin dalam bagaimana cara mencapainya. Gairah adalah api 408
HUMANIORA Vol.4 No.1 April 2013: 398-410 dibalik mengapa, apa, dan bagaimana tadi.
Menurut Covey, nurani akan membangkitkan integritas dan ketenangan pikiran. Pendidikan
yang memberi ruang bagi perkembangan jiwa adalah pendidikan yang mengajak anak
mengembangkan nuraninya. Ini hanya mungkin diraih jika pendidikan dibangun di dalam
ruang kebebasan. Ruang kebebasan ini adalah ruang yang bebas dari perasaan takut salah,
bebas dari tekanan otoritas, bebas menentukan pilihan dan bertindak. Ruang ini adalah ruang
kebebasan yang bukan tanpa batas tetapi ruang yang memungkinkan nurani setiap individu di
dalamnya muncul. Di dalam ruang kebebasan, tidak ada pelabelan orang salah dan orang
benar, tindakan yang salah dianggap sebagai fakta perilaku dan tak membuat si pembuat
kesalahan menjadi manusia yang salah. Kesalahan dianggap sebagai bagian dari
pengembangan diri. Semua manusia memiliki hak berbicara tak terkecuali dan tak dibedakan
berdasarkan jabatan dan usia. Pilihan-pilihan selalu tersedia dan setiap orang berhak memilih
dengan menanggung setiap konsekuensi atas pilihan dan tindakannya. Di dalam ruang
kebebasan ini ada ruang refleksi sebagai pribadi maupun kelompok. Setiap tindakan dan
pilihan di refleksikan dengan pengembangan dimensi kemanusiaan sehingga segala
perubahan atau pengembangan baik pilihan maupun tindakan berasal dari hasil refleksi.
Proses refleksi di sini adalah proses melihat kembali pilihan dan tindakan dengan segala
konsekuensi yang menyertainya dan mengkritisi pilihan atau tindakan sebagai bagian dari
perwujudan dimensi kemanusiaan. Ruang refleksi ini membatasi ruang kebebasan tidak
menjadi kebebasan yang brutal. Melalui penelusuran perkembangan dimensi kemanusiaan
ini, maka dapat tercipta model pendidikan yang memanusiakan manusia menjadi dasar bagi
pengembangan desain, implementasi, serta evaluasi dalam proses pendidikan sebagai berikut.
Gambar 4 Model Pendidikan yang Memanusiakan Manusia Desain pendidikan berupa
kurikulum diimplementasikan dan dievaluasi dengan memerhatikan perkembangan dimensi
kemanusiaan, yaitu pikiran, tubuh, perasaan, dan jiwa. Perkembangan tiap dimensi menuju
pada perwujudan visi, disiplin, gairah, dan nurani. Perwujudan ini dimungkinkan terwujud
dalam ruang refleksi dimana di dalamnya ada ruang kebebasan. Model pendidikan yang
memanusiakan manusia ini sangat mungkin diaplikasikan sehingga layak untuk diuji coba di
laboratorium penelitian, ruang-ruang kelas. Melakukan uji coba ini memang memerlukan
keberanian karena ada perombakan paradigma mengenai manusia, kesempurnaan manusia,
dan peran pendidikan manusia. Keberhasilan tidak dilihat dari prestasi akademik, yang akan
menimbulkan kemurungan klinik bagi sebagian manusia didik yang kesulitan mencapainya,
tetapi dilihat dari usaha menemukan, mengembangkan, dan mewujudkan kemanusiaannya.
Manusia Sebagai Mahluk Individu

Pengertian Individu

Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu
merupakan sebutanyang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil
dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat
dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah
individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia,
dapat pula diartikan sebagai manusia.

Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah lakunya
bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa
individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas
didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah
laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan
individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya hampir identik dengan tingkah
laku masa.

Kedudukan Manusia sebagai Mahluk Individu

Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau sebagai
diri pribadi. Manusia sebagai diri pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara
sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa. Disebutkan dalam Kitab Suci Al Quran bahwa
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “.

Jika kita amati secara seksama benda-benda atau makhluk ciptaan Tuhan yang ada di sekitar
kita, mereka memiliki unsur yang melekat padanya, yaitu unsur benda, hidup, naluri, dan akal
budi.

Makhluk Tuhan yang hanya memiliki satu unsur, yaitu benda atau materi saja. Misalnya,
batu, kayu, dan meja.

Makhluk Tuhan yang memiliki dua unsur, yaitu benda dan hidup. Misalnya, tumbuh-
tumbuhan dan pepohonan.
Makhluk Tuhan yang memiliki tiga unsur, yaitu benda, hidup, dan naluri/ instink. Misalnya,
binatang, temak, kambing, kerbau, sapi, dan ayarn.

Makhluk Tuhan yang memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, naluri/instink, dan akal budi.
Misalnya, manusia merupakan makhluk yang memiliki keunggulan dibanding dengan
makhluk yang lain karena manusia memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, instink, dan
naluri.

Hakikat Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia didudukkan sesuai dengan
kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.

Kodrat manusia

Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakat-bakat alami yang
melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi
antara lain sesuai dengan sifat-sifat aslinya, kemampuannya, dan bakat-bakat alami yang
melekat padanya.

Harkat manusia

Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Martabat manusia

Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia
yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga
manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan
martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebth terhormat dibandingican dengan
makhluk- lainnya.

Hak asasi manusia

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimihiki oleh setiap manusia sebagai anugerah dan
Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau kemerdekaan.
Kewajiban manusia

Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia. Kewajiban manusia
adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai konsekwensi manusia sebagai makhluk
individu yang mempunyai hak--hak asasi. Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan
sama, artinya tidak ada diskriminasi dalam melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.

Karakteristik Manusia Sebagai Mahluk Individu

Setiap insan yang dilahirkan tentunya mempunyai pribadi yang berbeda atau menjadi dirinya
sendiri, sekalipun sanak kembar. Itulah uniknya manusia. Karena dengan adanya individulitas
itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, daya tahan
yang berbeda. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang
sangat essensial dari adanya individualitas pada diri setiap insan.

Menurut Oxendine dalam (Tim Dosen TEP, 2005) bahwa perbedaan individualitas setiap
insan nampak secara khusus pada aspek sebagai berikut.

Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan,
kemampuan bertindak.

Perbedaan sosial: status ekonomi,agama, hubungan keluarga, suku.

Perbedaan kepribadian: watak, motif, minat dan sikap.

Perbedaan kecakapan atau kepandaian

Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu

Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau
kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di
antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran
diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan
dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang
menjadi dasar bagi self-realisation.

Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan
tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal
pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut,
manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya,
cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu
mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna.

Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu
puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam
menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan
seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.

Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika
disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan
mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia
dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam
kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.

Kepribadian

Banyak para ahli yang memberikan perhatian dan mencurahkan penelitiannya untuk
mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang pola tingkah laku yang nantinya merunut
juga pada pola tingkah laku manusia sebagai bahan perbandingannya.

Pola-pola tingkah laku bagi semua individu yang tergolong dalam satu ras pun tidak ada yang
seragam. Sebab tingkah laku Manusia tidak hanya ditentukan oleh system organic biologinya
saja, melainkan juga akal dan pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku
Manusia sangat besar diversitasnya dan unik bagi setiap manusia.

Jadi “Kepribadian” dalam konteks yang lebih mendalam adalah “susunan unsur-unsur akal
dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu”.

Unsur-unsur Kepribadian

Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang
sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimanya melalui panca
inderanya yang masuk kedalam berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Dan
didalam otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan oleh individu
kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh proses akal
manusia yang sadar”.

Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran
berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus
secara lebih intensif yang terjadi karena pemustan secara lebih intensif di dalam pandangan
psikologi biasanya disebut dengan “Pengamatan”.

Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling menarik
perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses dalam aklanya yang menghubungkannya
dengan berbagai penggambaran lain yang sejenisnya yang sebelumnya pernah diterima dan
diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul kembali sebagai kenangan. Dan
penggambaran yang baru dengan pengertian baru dalam istilah psikologi disebut
“Apersepsi”.

Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran


dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis secara konsisten
berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk membentuk suatu
penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak mirip dengan salah satu dari
sekian macam bahan konkret dari penggambaran yang baru.

Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-tempat


tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat-tempat
tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut dengan “Konsep”.

Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mungkin ada
yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil
pada bagian-bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan penggambaran-
pengambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama sekali, yang sebenarnya
tidak nyata.

Dan penggambaran baru yang seringkali tidak realistic dalam Psikologi disebut dengan
“Fantasi”.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-unsur
pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu.

Perasaan

Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan.
Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yang buruk atau
mendengar suara yang tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan
dalam kesadaranya perasaan negatif.

“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam kesadaran
manusia setiap saat dalam hidupnya. “Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran
manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau negative.

Dorongan Naluri

Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi perasaan lain yang tidak
ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, tetapi karena memang sudah
terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan kemauan
yang sudah merupakan naluri disebut “Dorongan”.

Tujuh Macam Dorongan naluri

Ada perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah dorongan naluri yang terkandung dalam
naluri manusia yaitu ;

Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu kekutan
biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk dapat bertahan hidup.

Dorongan seks. Dorongan ini telah banyak menarik perhatian para ahli antropolagi, dan
mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis yang mendorong
manusia untuk membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaanya di dunia ini muncul pada
setiap individu yang normal yang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan apapun.
Dorongan untuk berupaya mencari makan. Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan sejak baru
dilahirkan pun manusia telah menampakannya dengan mencari puting susu ibunya atau botol
susunya tanpa perlu dipelajari.

Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesame manusia, yang memang merupakan
landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai kolektif.

Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan ini merupakan asal-mula dari
adanya beragam kebudayaan manusia, yang menyebabkan bahwa manusia mengembangkan
adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam (conform) dengan manusia-
manusia di sekelilingnya.

Dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada karena manusia adalah makhluk
kolektif. Agar manusia dapat hidup secara bersama manusia lain diperlukan suatu landasan
biologi untuk mengembangkan Altruisme, Simpati, Cinta, dan sebagainya. Dorongan itu
kemudian lebih lanjut membentuk kekuatan-kekuatan yang oleh perasaanya dianggap berada
di luar akalnya sehingga timbul religi.

Dorongan untuk keindahan. Dorongan ini seringkali saudah tampak dimiliki bayi, yang sudah
mulai tertarik pada bentuk-bentuk, warna-warni, dan suara-suara, irama, dan gerak-gerak, dan
merupakan dasar dari unsur kesenian.

Manusia Sebagai Makhluk Sosial

manusia-sebagai-makhluk-sosial

Pengertian Makhluk Sosial

Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat
mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena
manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan
pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui
medium kehidupan sosial.

Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang
status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan
kewajibannya di dalam kebersamaan.
Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik beratkan
pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur
keharusan biologis, yang terdiri dari:

Dorongan untuk makan

Dorongan untuk mempertahankan diri

Dorongan untuk melangsungkan jenis

Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai


seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling
ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh
peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru


dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :

penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk


pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah
pengetahuan.

penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu
menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa
berjalan secara efektif dan efisien.

Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga
terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana
manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk
dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya
konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu
bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud
adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor
personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama
lain.

Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain
karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang
lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.

Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham
atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis

Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat
mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena
manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan
pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui
medium kehidupan sosial.

Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah
ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.

Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri.
Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain.
Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan
manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk
sosial.

Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan
kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan
ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai harus saling membantu. Sebab kemajuan
manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam
kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik
dalam masyarakat yang saling membutuhkan.

Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk
mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar” dan
”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam
bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.
Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki


keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia
adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga
suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara.

Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-


konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini
adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang
diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak
pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur
yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman
modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional
yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang
lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai
rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila
manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan
bermasyarakat.

Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia
dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian
terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan
kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup
bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani.
Humaniora

Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes liberales yaitu studi tentang kemanusiaan.
Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut dengan trivium yaitu
logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu yang
bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup etika, logika, estetika,
pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan, agama dan fenomenologi. Secara umum
humaniora dapat diartikan sebuah disiplin akademik yang mempelajari kondisi manusia,
menggunakan metode yang terutama analitik, kritikal, atau spekulatif, sebagaimana dicirikan
dari sebagian besar pendekatan empiris alami dan ilmu sosial.

Humaniora, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Balai Pustaka: 1988) adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan
membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya.

Humaniora adalah suatu pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari terutama untuk orang
orang yang berprofesi sebagai contoh profesi bidan, ilmu dimana membuat manusia lebih
manusiawi agar tidak terjadinya tindakan yang tidak berperikemanusiaan.

Humaniora merupakan studi yang memusatkan perhartiannya pada kehidupan manusia,


menekankan unsur kreativitas, kebaharuan, orisinalitas,keunikan. Berusaha mencari makna
dan nilai, sehingga bersifat normatif.

Alasan penerapan ilmu Humaniora dalam ilmu kebidanan yaitu bidan adalah seseorang pada
barisan pertama untuk menangani masalah kesehatan pada masyarakat.Hal ini membutuhkan
aturan humaniora dalam menjalankan profesi di kehidupannya. Seorang bidan akan
menangani kehamilan, menolong persalinan, nifas, dan menyusui yang keseluruhan
mencangkup setengah dari masa kehidupan manusia. Bidan juga memiliki peluang untuk
melakukan aborsi yang dapat membatasi kelahiran manusia maka dari itu sungguh penting
ilmu humaniora diterapkan di ilmu kebidanan.

Humaniora sebagai ilmu, teknologi, dan nilai

Di zaman yang sangat canggih ini sungguh banyak teknologi-teknologi yang dapat membantu
mempermudah manusia untuk melakukan aktivitasnya. Penguasaan dan pengembangan ilmu
dan teknologi harus dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia dan disini
Humaniora membawa nilai nilai budaya manusia, nilai nilai yang universal, tanpa humaniora
pengembangan ilmu dan teknologi tidaklah bermanfaat.

Kita bisa lihat dari gambar diatas bahwa dengan ilmu seorang ahli itu dapat mengerti dan
mengaplikasikan keahliannya tentang teknologi yang baru itu untuk membantu persalinan
seorang ibu dan dengan nilai nilai humaniora yang sudah dipelajari dengan baik dapat
membantu ibu itu dengan norma norma yang benar, maka dari itu ilmu humaniora sangatlah
penting untuk dipelajari.

Humaniora sebagai ilmu, teknologi dan nilai

1. Humaniora sebagai ilmu

a. Ilmu kedokteran

lebih khusus dalam kaitan dengan pengembangan ilmu dan teknologi, ialah iptek
kedokteran. Kedokteran adalah ilmu yang paling manusiawi, seni yang paling indah, dan
humaniora yang paling ilmiah (pellegrino, 1970).

clauser (1990) berpendapat bahwa mempelajari humaniora – sastra, filsafat, sejarah –


dapat meningkatkan kualitas pikir (qualities of mind) yang diperlukan dalam ilmu
kedokteran. Kualitas pikir tidak lagi terfokus pada hal-hal hafalan, materi baku, konsep mati,
tetapi ditingkatkan dalam hal kemampuan kritik, perspektif yang lentur, tidak terpaku pada
dogma, dan penggalian nilai-nilai yang berlaku didalam ilmu kedokteran.

ilmu kedokteran, selain ilmu-ilmu dasar, adalah juga profesi. Pengembangan profesi
cenderung mengkotak-kotakkan pada bidang spesialisasi.

1. Aplikasi humaniora di dalam ilmu kedokteran :

• praktek kedokteran

• pelayanan kesehatan

• pendidikan kedokteran

• penelitian

2. dasar pengaplikasian :

• pemisahan antara jasad dan jiwa

• pemisahan antara pencegahan dan pengobatan

• penghambaan diri terhadap teknologi modern

• berlebihan dalam mengejar spesialisasi

• perbedaan dalam tingkat pelayanan kesehatan

b. Humaniora medis

Humaniora medis merupakan bidang interdisipliner medis dimana termasuk humaniora


(literatur, filosofi, etika, sejarah dan bahasa), ilmu sosial (antropologi, studi budaya,
psikologi, sosiologi), dan seni (literatur, teater, film dan seni visual) dan aplikasinya terhadap
edukasi dan praktek medis.

Humaniora dan seni memberikan pengertian yang dalam tentang kondisi manusia,
penderitaan, kemanusiaan dan tanggung jawab kita satu sama lain, dan menawarkan
perspektif sejarah dalam praktek medis.

2. Humaniora sebagai teknologi

M.T.Zen (2000, 97) abad ke-21 ini dunia dikuasai 3 bidang teknologi, yaitu :

1. Teknologi informasi

Teknologi informasi terkait dengan kemajuan di bidang pertelevisian, internet, handphone


yang memudahkan penyampaian dan penerimaan informasi dalam akselerasi yang luar biasa.

2. Bio-teknologi

Bioteknologi terkait dengan pemanfaatan di bidang peternakan, pertanian, kedokteran dan


teknologi kloning yang memanipulasi gen.

3. Teknologi nano.

Teknologi nano ialah memanipulasi struktur molekul dengan memanipulasi atom-atom


menjadi molekul-molekul.

3. Humaniora sebagai nilai

a. Humaniora dan nilai kemanusiaan

Unsur kemanusiaan (humaniora) mencakup manusia sebagai makhluk budaya dannilai


kemanusiaan, melingkupi kajian-kajian :

1. Hakikat manusia sama (universal)

2. Kebutuhan hidup manusia

3. Sikap dan perilaku manusia

4. Kehidupan manusiawi dan tidak manusiawi

5. Upaya-upaya memanusiakan manusia

b. Humaniora dan agama

semula humaniora mencakup didalamnya juga agama/kepercayaan, tetapi kemudian, sejak


william caxton (1422-1491) (encycl britt, 1973) agama dipisahkan dari humaniora
mempercayai adanya kekuatan supranatural merupakan naluri manusia. Nilai-nilai agama
diturunkan kepada manusia melalui wahyu, yang dibawakan oleh utusannya.

Penguasaan ilmu dan pengembangan teknologi adalah upaya pemenuhan kebutuhan manusia.
Untuk menjaga tercapainya tujuan tersebut, perlu hal tersebut dijaga, dikoridori oleh nilai-
nilai budaya, dan nilai-nilai agama. Para agamawan/ruhaniawan tidak seharusnya terpaku
pada kaidah-kaidah klasik dan baku, dalam mengantar, mengawal, perkembangan ilmu dan
teknologi agar benar-benar bermanfaat bagi manusia. Agama (islam) membuka pintu kajian-
kajian terhadap rancangan, hasil, dan pemanfaatan dari pengembangan iptek. Pintu tersebut
adalah ijtihad.

Anda mungkin juga menyukai