Anda di halaman 1dari 4

POSTANESTHESIA CARE

- Pemindahan pasien dari kamar operasi ke recovery room boleh dilakukan


apabila pasien sudah dalam keadaan:
o Patensi jalan napas baik
o Ventilasi yang adekuat
o Oksigenasi dan hemodinamik yang stabil
- Mual muntah merupakan komplikasi yang paling sering dirasakan oleh psien
pasca GA
- Hipoventilasi di RR merupakan hal yang paling sering terjadi karena efek
sisa dari regimen anestesi yang menyebabkan depresi pernapasan  sering
menyababkan sleep apnea
- Hipovolum merupakan penyebab tersering hipotensi di RR akibat terapi
cairan yang tidak adekuat/ proses pengeringan luka/ perdarahan.

a. Postanesthesia care unit/ recovery room lokasi: dekat kamar operasi


 pemindahan pasien dari kamar operasi ke RR harus disupport oleh O2
melalui nasal kanul/ sungkup muka dan monitoring pulse oximetry
 monitoring utama pasien post-anesthsi berkaitan dengan komplikasi
pernapasan dan sirkulasi
 RR harus dilengkapi dengan:
 SpO2, EKG, NIBP
 Airway equipment: kanul O2(masker/oral/nasal), laringoskop,
LMA/ETT, alat cricotyromi, BMV
 Obat bronkodilator, CPAP, dan ventilator
 Defibrillator dan obat-obat emergency
 penilaian terhadap TD, HR, dan RR dilakukan setiap 5-15 menit
 dialkukan juga penilain terhadap:
o Mual/muntah
o Resusutasi cairan yang cukup dan urin output yang sesuai
o Drainase luka maupun perdarahn
 informasi yang harus didapatkan oleh petugas medis di RR pada saat
mendapatkan transfer pasien dari kamar operasi adalah:
 Data preoperasi, termasuk status mental pasien
 Tindakan intraoperative  jenis anestesi, tindakan bedah, jumlah
perdarahan, resusitasi cairan yg diterima pasien, dan obat-obatan lain
yang diterima pasien selama operasi berlangsung
 Komplikasi postoperasi yang telah diduga sebelumnya
 Terapi profilaksis yang sekiranya dibutuhkan pasien postoperasi
b. Keadaan darurat pasca anestesi
 dipengaruhi oleh durasi anestesi, konsentrasi dan fungsi anestetika
- Pada GA: obstruksi jalan napas, menggigil, agitasi, delirium, nyeri, mual
dan muntah.
o Agitasi biasanya akibat nyeri post operative yang dirasakan oleh
pasien. Biasanya berkaitan dengan gangguan sirkulasi sistemik
(hipoksemi, asidosis metabolic/respiratoeik, hipotensi), distensi VU,
ataupun komplikasi dari tindakan operasi
o Mual-muntah  terutama pada penggunaan opioid pada tindakan
laparoskopi
o Hipotermi(menggigil)  baik akibat tindakan perioperative
(temperature kamar operasi, pajanan lama luka terbuka, dan
penggunaan cairan iv ataupun efek dari anestesi (penurunan efek
simpatik)  mengakibatkan redistribusi panas
- Pada spinal/epidural anestesi: peningkatan tekanan darah akibat efek
vasokonstriksi
- Anestesi yang diberikan secara inhalasi memberikan efek post anestesi
berupa hipoventilasi
- Anestesi yang diberikan secara iv  memberikan efek yang berkaitan
dengan farmakokinetik obat dalam sirkulasi

c. Postanesthesia discharge scoring system (PADS)


d. Manajement komplikasi postanestesi
1. Komplikasi pernapasan
a. Obstruksi jalan napas sering terjadi akibat jatuhnya pangkal lidah
ke posterior sehingga menutup pharing, bisa juga terjadi akibat
spasme laring, edem glottis, aspirasi, hipersekresi/ perdarahan
mukosa jalan napas, atau tekanan eksternal pada trakea (ex:
hematoma)
 tatalaksana: triple maneuver dan pemasangan oral/nasal airway
 tatalaksana spesifik pada kasus edem mukosa : dexamethasone
0.5mg/kgbb, max 10 mg

b. Hipoventilasi ditandai dengan PaCO2 lebih dari 45mmHg


Sering disebabkan oleh residu muscle relaxant selama GA
Tatalaksana: naloxone iv
c. Hipoxemi sering terjadi pada pasien postoperasi yang tidak
mendapatkan suplementasi O2 atau pada pasien dengan
hipoventilasi
 penyebab tersering terjadinya hipoksemi adalah adanya
peningkatan shunt intrapulmonal yang mengakibatkan peningkatan
FRC (functional resicual capacity)  menyebabkan atelektasi
Tatalaksana: pemberian O2 baik dengan ataupun tanpa tekanan
positif serta mengatasi penyebab hipoksemi yang lain jika
ditemukan.

2. Komplikasi sirkulasi
a. Hipotensi  biasanya terjadi akibat adanya hipovolemi/ disfungsi
ventrikel kiri/ vasodilatasi arteri yang berlebihan
 hipotensi sering berkaitan dengan sepsis dan reaksi alergi
menyebabkan hipovolemi dan vasodilatasi bersamaan
Tatalaksana: perbaiki resusitasi cairan
 pemberian vasopressor (dopamine/epinefrin)

b. Hipertensi biasanya distimulasi oleh rasa nyeri berlebihan/ ETT/


distensi VU/ penghentian obat anti-HT pasca operasi 
neuroendocrine strss respons.
Tatalaksana: ACE-I(enalapril), CCB (nicardipine)

c. Aritmia  disebabkan oleh efek residual dari anestetika dan


peningkatan rangsangan simpatis yang berlebihan.
 Bradikardi  sering terjadi akibat efek residu dari
penggunaan kolinesterasi inhibitor, opioid, dan beta-
adrenergik bloker.
 Takikardi  sering terjadi akibat nyeri, hipovolemi,
demam, ataupun efek obat-obat anestetik seperti
antikolinergik agent

Anda mungkin juga menyukai