Pembimbing:
dr. Bimo Sasono, Sp.OT (K)
Penyusun :
Jevera Joshua Siregar 201704200273
Johanes Christian Manalu 201704200274
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
3
Kapsul Sendi
Kapsul sendi khusus berisi lapisan fibrous external (kapsul
fibrous) dan membran synovial internal yang melapisi
permukaan internal dari celah artikular yang tidak dilapisi
kartilago artikular. Lapisan fibrous menempel ke femur pada
bagian superior, sebelah proksimal dari margin artikular kondilus.
Di bagian inferior lapisan fibrous berlekatan dengan margin dari
permukaan artikular tibia (tibial plateau) kecuali pada tempat di
mana tendon popliteus menyilang tulang. Tendon quadriceps,
patella, dan ligamen patellar berperan sebagai kapsul di bagian
anterior (Flandry & Hommel, 2011).
Membran sinovial
Membran sinovial yang tebal melapisi bagian internal dari
kapsul fibrous dan berlekatan ke perifer dari patella dan tepi
meniskus. Membran synovial melapisi dari aspek posterior
sendi ke anterior menuju regio intercondylar, menutupi ligament
cruciate dan lapisan lemak infrapatellar (Flandry & Hommel,
2011).
Meniskus
Meniskus merupakan suatu diskus fibrokartilago berbentuk
bulan sabit yang berada di antara condylus femur dan tibial
plateau. Meniskus bagian medial berbentuk seperti huruf “C”
dan kurang mobile karena terfiksir oleh ligamen coronary dan
kapsul. Sedangkan meniskus lateral berbentuk sirkular dan
lebih mobile sehingga lebih sering mengalami robekan pada
cedera ligamen crutiatum anterior (Makris et al. 2011).
4
Meniskus berguna sebagai shock absorber, membantu
stabilitas dan kongruitas sendi, lubrikasi sendi, nutrisi sendi,
dan propioseptif. Meniskus memiliki tiga lapisan yaitu lapisan
superfisial, lapisan permukaan, dan lapisan dalam. Meniskus
membantu konkafitas dari facets, proteksi permukaan
artikular, dan membantu rotasi dari sendi lutut. Terdapat tiga
zona pada meniskus yaitu zona red, zona red/white, dan
zona white. Sepertiga bagian perifer dari meniskus memiliki
vaskular yang berasal dari perivaskular plexus sehingga bisa
diperbaiki, sedangkan duapertiga bagian dalam dinutrisi oleh
cairan sinovial
(Makris et al. 2011).
Ligamen
Ligamen memegang peranan dalam mempertahankan
stabilitas sendi lutut. Terdapat limaligamen ekstrakapsular
yang memperkuat kapsul sendi yaitu : ligamen patella,
ligamen kolateral fibula, ligamen kolateraltibialis, ligamen
poplitea oblique, dan ligamen poplitea arkuata (Bowman &
Sekiya 2010).
Selain itu terdapat dua ligamen intraartikular dalam sendi
lutut yaitu ligamen cruciatum (Claes et al. 2013). Ligamen
crutiatum memiliki peran krusial terhadap stabilitas
anteroposterior sedangkan ligamen kolateral berperan
5
terhadap stabilitas valgus/varus. Setiap ligamen crutiate
memiliki dua buah bundel. Ligamen crutiate anterior (ACL)
memiliki bundle anteromedial dan posterolateral, sedangkan
ligamen cruciatum posterior (PCL) memiliki bundel
anterolateral dan posteromedial. Ligamen cruciatum
menghubungkan femur dan tibia, meyilang di dalam kapsul
sendi tapi berada diluar celah artikular. Ligamen cruciatum
melintang satu sama lain secara oblique seperti huruf X
(Bowman & Sekiya 2010).
Selama rotasi medial dari tibia pada femur, ligamen
cruciatum berputar satu sama lain sehingga jumlah rotasi
medial terbatas sekitar 10°. Karena terlepas satu sama lain
selama rotasi lateral, hampir 60° rotasi lateral yang mungkin
ketika lutut fleksi >90°. Titik persimpangan dari ligamen
cruciatum berfungsi sebagai poros gerakan berputar di sendi
lutut. Ketika sendi lutut fleksi pada sudut yang benar, tibia
tidak dapat ditarik anterior karena dipegang oleh ACL
(Bowman & Sekiya 2010)
6
kompartemen yaitu anterior, lateral, posterior superficial,
posterior profundus (Flandry & Hommel, 2011).
Saraf
Saraf dari sendi lutut adalah cabang artikular dari saraf
femoral, tibia, dan fibula communis, serta saraf obturator dan
saphena . Tetapi tiga macam saraf yang penting dalam
anatomi sendi lutut yaitu saraf tibial, saraf common peroneal,
dan saraf kutaneus (Flandry & Hommel, 2011).
Vaskular
Vaskularisasi daerah lutut berhubungan dengan
vaskularisasi daerah cruris. Arteri yang menyuplai sendi lutut
adalah 10 pembuluh darah yang membentuk anastomosis
genicular periarticular di sekitar lutut yaitu: cabang genicular
dari femoral, poplitea, serta cabang anterior dan posterior
rekuren dari arteri rekuren tibialis anterior dan arteri fibula
sirkumfleks (Flandry & Hommel, 2011).
Bursa
Terdapat 12 bursa di sekitar sendi lutut karena sebagian
tendon berjalan sejajar dengan tulang. Bursa prepatellar
subkutan dan bursa infrapatellar terletak di permukaan sendi
dengan berbentuk cembung, yang memungkinkan kulit untuk
dapat bergerak bebas selama gerakan lutut. Empat bursa
berhubungan dengan rongga artikular sendi lutut yaitu: bursa
suprapatellar (di dalam quadriceps distal), bursa popliteus,
bursa anserine, dan bursa gastrocnemius (Flandry &
Hommel, 2011).
7
1.2 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Obesitas
IMT merupakan rumus matematis yang dinyatakan sebagai berat
badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam
meter). Penggunaan rumus ini hanya dapat diterapkan pada
seseorang berusia antara 19 hingga 70 tahun, berstruktur tulang
belakang normal, bukan atlet atau binaragawan, dan bukan ibu hamil
atau menyusui. Pengukuran IMT ini dapat digunakan terutama jika
pengukuran tebal lipatan kulit tidak dapat dilakukan atau nilai
bakunya tidak tersedia (Arisman,2011).
8
Kekurangan
berat badan
tingkat berat < 17,0
Kekurangan
berat badan
Kurus tingkat ringan 17,0 - 18,4
Kelebihan berat
badan tingkat
ringan 25,1 - 27,0
Kelebihan berat
badan tingkat
Gemuk berat > 27,0
9
tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak dapat
ditularkan, penyakit sendi/ rematik. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan
pernah didiagnosis tenaga kesehatan di Indonesia 7,3%. Di provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta angka prevalensi penyakit sendi berdasarkan yang
pernah di diagnosa oleh tenaga kesehatan yaitu sebanyak 5,6% sedangkan
yang berdasarkan diagnosa dan gejala sebanyak 22,7%. Volume 7 Nomor
1, Februari 2018 kelamin prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi
(32,9%) dibanding laki-laki (19,7%) (RISKESDAS, 2018)
Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila
ditemukan kelebihan berat badan > 20% pada pria dan 25% pada wanita
karena lemak (Ganong, 2012).
Kegemukan merupakan penimbunan lemak berlebih yang
menyebabkan kelebihan berat badan (Kemenkes RI, 2012). Salah satu
indikator penentuan status gizi yaitu menggunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT) (Kemenkes RI, 2011). Peningkatan IMT ini dapat menyebabkan risiko
tekanan darah tinggi, hipertensi, kolesterol, LDL dan HDL kolesterol dan
trigliserida. risiko penyakit menjadi penyerta peningkatan IMT, seperti
Penyakit Jantung Koroner, Stroke, Osteoarthritis, penyakit kantung
empedu, dan bahkan kanker.
1.3 Osteoarthritis
Osteoarthritis merupakan gangguan pada satu sendi atau lebih,
bersifat lokal, progresif dan degeneratif yang ditandai dengan
perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa
degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Hal tersebut disertai dengan
peningkatan ketebalan dan sklerosis dari subchondral yang bisa
disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, peregangan
kapsul artikular, synovitis pada persendian, dan lemahnya otot-otot
yang menghubungkan persendian (David, 2006).
10
Etiologi
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor biomekanik dan biologis sepertinya merupakan faktor
terpenting dalam proses terjadinya osteoarthritis. Faktor
biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif, antara lain kapsul
sendi, ligamen, otot-otot persendian, serabut aferen, dan tulang-
tulang. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu akibat
terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Osteoarthritis juga
bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout,
rheumatoid arthritis, dan sebagainya (David, 2006).
Klasifikasi
Menurut penyebabnya osteoarthritis dikategorikan menjadi : (Fauci
et al., 2012)
a. Osteoarhritis primer adalah degeneratif artikular sendi yang
terjadi pada sendi tanpa adanya abnormalitas lain pada
tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan beban
tubuh (weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada
sendi dan kerusakkan akibatproses penuaan. Paling sering
terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga
ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari
pada kaki
b. Osteoarthritis sekunder, paling sering terjadi pada trauma
atau terjadi akibat dari suatu pekerjaan, atau dapat pula
terjadi pada kongenital dan adanya penyakit sistem
sistemik.
Faktor resiko
a. Faktor resiko sistemik
1. Usia : Kartilago pada sendi orang tua sudah kurang
responsif dalam mensintesis matriks kartilago yang
distimulasi oleh pembebanan (aktivitas) pada sendi.
11
Akibatnya, sendi pada orang tua memiliki kartilago
yang lebih tipis. Kartilago yang tipis ini akan mengalami
gaya gesekan yang lebih tinggi pada lapisan basal dan
hal inilah yang menyebabkan peningkatan resiko
kerusakan sendi. Selain itu, otot-otot yang menunjang
sendi menjadi semakin lemah dan memiliki respon
yang kurang cepat terhadap impuls. Ligamen menjadi
semakin regang, sehingga kurang bisa mengabsorbsi
impuls (David, 2006).
2. Jenis kelamin : masih belum banyak diketahui
mengapa prevalensi OA pada perempuan lebih
banyak daripada laki-laki usila. Resiko ini dikaitkan
dengan berkurangnya hormon pada perempuan
pasca menopause (David, 2006).
3. Faktor herediter.
b. Faktor intrinsik
1. Kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan
varus (David, 2006).
2. Cedera pada sendi seperti trauma, fraktur, atau nekrosis
(David, 2006).
12
1.4 Pengaruh Berat Badan terhadap Sendi Lutut pada kasus
Osteoarthritis
Pada manusia ada banyak contoh cedera sendi besar atau sendi
yang berbentuk tidak normal menghasilkan focus tingkat tekanan
yang tinggi di sepanjang sendi yang menyebabkan OA. Pertama,
telah diketahui setidaknya selama 60 tahun bahwa robekan pada
meniscus dan operasi meniscus menyebabkan peningkatan focus
tekanan di persendian dan kemudian tingkat OA yang tinggi.
Meniscus berfungsi untuk meningkatkan stabilitas di dalam sendi
13
dan mendistribusikan beban sehingga ketika meniskus masih utuh,
focus tekanan fokus dijaga pada level rendah (Felson, D.T., 2012).
14
produksi NO2, belum sepenuhnya benar, tetapi mungkin dapat
menghasilkan stres oksidatif dan memulai peradangan pada sendi
dan menginduksi terjadinya kerusakan jaringan (Teichtahl et al.,
2008).
15
Mekanisme metabolisme untuk OA pada lutut.
Osteoartritis (OA) telah lama dianggap sebagai "keausan" penyakit
yang menyebabkan hilangnya tulang rawan. Paradigma ini dulu
berdasarkan pengamatan bahwa kondrosit, satu-satunya sel dalam
tulang rawan, memiliki aktivitas metabolisme yang sangat rendah
tidak ada kemampuan untuk memperbaiki tulang rawan, pada 1990-
an terjadi perubahan paradigma tentang OA yaitu tentang banyak
mediator larut seperti sitokin atau prostaglandin dapat meningkatkan
produksi matrix metalloproteinases (MMPs) oleh kondrosit
menyebabkan yang pertama langkah-langkah teori "radang" atau
biasa disebut synovitis (Berenbaum, F., 2012).
Synovitis secara hipotesisnya setelah tulang terdegradasi, fragmen
tulang rawan jatuh ke dalam sendi dan masuk ke dalam sinovium.
Dianggap benda asing, sel sinovial bereaksi dengan memproduksi
mediator inflamasi, ditemukan dalam cairan sinovial. Para mediator
ini dapat mengaktifkan kondrosit yang ada di lapisan dangkal tulang
rawan, yang mengarah pada sintesis metalloproteinase dan, pada
akhirnya, meningkatkan degradasi tulang rawan. Selain itu peristiwa
inflamasi terjadi dalam jaringan sendi dapat tercermin di luar sendi,
di dalam plasma darah dan leukosit perifer pasien dengan OA
(Berenbaum, F., 2012).
Menurut analisis cluster mengungkapkan dua subkelompok yang
berbeda: satu dengan peningkatan level IL-1b dan satu dengan
ekspresi normal. Pasien dengan inflamasi "IL-1b signature" memiliki
skor nyeri yang lebih tinggi dan penurunan fungsi dan beresiko lebih
tinggi terhadap radiografi perkembangan OA. Risiko OA tangan
meningkat dua kali lipat pada pasien obesitas. Peningkatan risiko ini
tidak dapat dijelaskan oleh efek mekanis dari kelebihan tapi tentu
bisa dijelaskan oleh faktor sistemik yang dirilis terutama oleh jaringan
adiposa perut dan mampu mencapai dan kemudian aktifkan sel
sendi (Berenbaum, F., 2012).
16
Faktor sistemik ini, yang disebut adipokine, miliki telah dipelajari
secara ekstensif dalam OA. Di antara mereka, leptin, adiponektin,
resistin dan visfatin / NAMPT memiliki pro dan / atau antiinflamasi
properti di OA. Satu hipotesis bergantung pada teori inflamasi
aterosklerosis. Beberapa jalur bukti mendukung hipotesis yang
mengoksidasi lipid, termasuk lipoprotein densitas rendah teroksidasi
(ox-LDL), adalah faktor pemicu yang paling mungkin untuk produksi
sitokin (Berenbaum, F., 2012).
Meskipun secara umum tidak signifikan, hubungan variabel
metabolik dengan obesitas pada OA lutut, mungkin tidak dapat
teridentifikasi faktor apa yang menghubungkan antara obesitas dan
OA pada lutut. Jaringan adiposa sebelumnya dianggap sebagai
tempat tersimpannya energy secara pasif tetapi sekarang dianggap
sebagai organ endokrin karena melepaskan banyak faktor, termasuk
sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin-1 (IL-1),
serta adipokin, seperti leptin, adiponektin, dan resistin (Teichtahl et
al., 2008).
Disregulasi homeostasis lipid mungkin sangat penting dalam
menghubungkan antara obesitas dengan OA. Misalnya, leptin itu
hanyalah salah satu dari beberapa contoh adipokin yang dapat
mempengaruhi patogenesis terjadinya OA. Ini dihubungkan dengan
temuan cross-sectional in vitro dan in vivo pada penelitian (Teichtahl
et al., 2008).
Pertama, telah ditunjukkan bahwa osteoblas dan kondrosit mampu
melakukan sintesis dan sekresi leptin. Kedua, reseptor leptin telah
ditemukan di artikular tulang rawan. Memang, kadar leptin yang
banyak diamati pada tulang rawan dan osteofit pada penderita OA,
tetapi sedikit kondrosit yang dihasilkan leptin di tulang rawan orang
yang tidak mengalami OA. Adipokin seperti contohnya leptin
mungkin penting dalam membantu memahami obesitas dan
hubungan dengan OA (Teichtahl et al., 2008).
17
Mungkin juga obesitas memiliki efek secara tidak langsung melalui
peningkatan sitokin, IL-1, interleukin-6 (IL-6), TNF-α, dan C-Reaktif
Protein (CRP). Meskipun OA tidak dianggap sebagai peradangan
arthropati secara klasik, dapat juga ditandai dengan peradangan
pada intraartikular yang bermanifestasi sebagai synovitis. CRP
dapat ditemukan pada fase akut di mana protein yang diproduksi
dalam jumlah besar jumlah oleh hepatosit, setelah distimulasi oleh
sitokin, IL-6, TNF-α, dan IL-1, kemudian ditemukan meningkat di
beberapa individu yang mengalami OA (Teichtahl et al., 2008).
Penelitian terbaru juga menunjukkan peran dari TNF-α dan IL-1
adalah faktor penting dalam destruksi pada tulang rawan pada kasus
OA. Banyak penelitian menyatakan bahwa OA bukan hanya
gangguan satu faktorial saja tetapi secara multifaktorial, dengan
saling mempengaruhi dari beberapa faktor yang mungkin
menghasilkan jalur yang menyebabkan kerusakan sendi (Teichtahl
et al., 2008).
Penelitian terbaru juga menyatakan ukuran komposisi tubuh dan
hubungan dengan struktur sendi memiliki hubungan yang penting.
Pertama, peningkatan massa non-adiposa muncul dengan manfaat
pada kesehatan sendi. Khususnya, peningkatan massa non-adiposa
sebagai protektor terhadap timbulnya OA pada tibiofemoral serta
mengurangi peningkatan volume tulang rawan tibialis. Kedua,
peningkatan massa adiposa adalah terkait dengan peningkatan
risiko untuk adanya defek pada tulang rawan tibiofemoral dan
kompartemen patellofemoral dalam (Teichtahl et al., 2008).
18
Gambar 1.6 Efek sistemik dan konsekuensi potensial dari
mediator inflamasi yang diakibatkan oleh OA.
19
DAFTAR PUSTAKA
Bowman Jr., Karl F., and Sekiya, Jon K., 2010. Anatomy and Biomechanics
of the Posterior Cruciate Ligament, Medial, and Lateral Sides of the Knee.
In : Sports Med Arthrosc Rev. Volume 18:222-229
Claes, S., Vereecke, E., Maes, M., Victor, J., Verdonk, P., and Bellemans,
J., 2013. Anatomy of the anterolateral ligament of the knee. In : Journal of
Anatomy. Volume 223:321-328
20
Flandry F., and Hommel G., 2011. Normal Anatomy and Biomechanics of
the Knee. In : Sports Med Arthrosc Rev. Volume 19:82-92.
Ganong W.F., 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Novrianti A.,
Dany F., Resmisari T., Rachman L.Y., Muttaqin H., Nugroho A.W., Rendy
L., Dwijayanthi L., Bourman
Limanan D., Prijanti A.R., 2013. Hantaran Sinyal Leptin dan Obesitas :
Hubungan dengan Penyakit Kardiovaskuler. FK UI. Tesis.
Makris, E.A., Hadidi, P., Athanasiou, K.A., 2011. The knee meniscus :
Structure-function, pathophysiology, current repair techniques, and
prospects for regeneration. In : Biomaterials. Volume 32:7411-7431.
Elsevier. Department of Biomedical Engineering, University of California,
USA.
21
RISKESDAS., 2018. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesahatan
Kementrian Kesehatan RI. Diakses di http://www. litbang.depkes.go.id/.
(September 2019)
Teichtahl, Andrew J., Wang Y., Wluka, Anita E., and Cicuttini, Flavia M.,
2008. Obesity and Knee Osteoarthritis: New Insights Provided by Body
Composition Studies. Volume 16:232-240.
22