KEPERAWATAN
DOSEN PENGAMPU :
RUS ANDRAINI, A.Kp.,MPH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin. Perawat diharapkan memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, seperti pasien, rekan perawat dan dengan
profesi lain yang berhubungan langsung dalam menjalankan pekerjaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan individu dalam keperawatan ?
2. Apakah pengertian psikologi keperawatan ?
3. Bagaimana hubungan perawat dengan klien ?
4. Bagaimana proses interaksi perawat dengan klien ?
5. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi interaksi perawat dengan klien ?
C. Manfaat Pembahasan
1. Dapat memahami hubungan individu dalam keperawatan.
2. Dapat memahami pengertian psikologi keperawatan.
3. Dapat memahami hubungan perawat dengan klien.
4. Dapat memahami proses interaksi perawat dengan klien.
5. Dapat memahami faktor yang mempengaruhi interaksi perawat dengan klien.
C. Tujuan Pembahasan
1. Bagi Penulis
· Dapat melatih kemampuan diri dalam bidang menulis secara sistematis.
2. Bagi Pengajar
· Sebagai referensi : Sebagai wujud nyata dari evaluasi atau materi yang diberikan.
BAB II
METODE PENULISAN
b. Pendidik
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan
perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
c. Pengelola
Perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan
ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada pasien.
d. Peneliti
Sebagai peneliti di bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi
masalah, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian
untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan keperawatan.
Selain itu perawat bertanggung jawab membantu pasien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan
informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien,
karena pasien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien,
sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak pasien. Pembelaan termasuk di
dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk pasien, memastikan kebutuhan pasien terpenuhi
dan melindungi hak-hak pasien. Hak-hak pasien antara lain :
- Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya.
- Hak atas informasi tentang penyakitnya.
- Hak atas privacy.
- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
- Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
Semua ini dapat dilakukan perawat jika perawat mempunyai kemampuan berkomunikasi
interpersonal yang memadai. Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika
seseorang melakukan komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu hubungan di
antara keduanya, selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan berkelanjutan. Hal inilah yang
pada akhirnya membentuk suatu ‘helping relationship’. Helping relationship adalah hubungan
yang terjadi di antara dua (atau lebih) individu maupun kelompok yang saling memberikan dan
menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan.
Pada konteks keperawatan, hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara perawat dan
klien. Ketika hubungan antara perawat dan klien terjadi, perawat sebagai penolong (helper)
membantu klien sebagai orang yang membutuhkan pertolongan untuk mencapai tujuan yaitu
terpenuhinya kebutuhan dasar klien.
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper
(perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :
1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan
saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka
dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat. Sebaliknya, ia akan berhati-hati pada
lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang
sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur. Sangat penting bagi perawat
untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak
dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa
juga berpura-pura patuh terhadap perawat.
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang
mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi
nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena
ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.
3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi
nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam
membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap
hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan
ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau
ikatan tertentu diantara perawat dan klien, akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
4. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini
perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang
dirasakan dan dipikirkan klien. Dengan bersikap empati, perawat dapat memberikan
alternative pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan permasalahan klien
tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut berupaya mencari
penyelesaian masalah secara objektif.
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien, oleh
karenanya perawat harus mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien
dari sudut pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus memahami dan
memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian. Mendengarkan
dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan perasaan)
tanpa melakukan seleksi. Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan dan
menyampaikan respon yang di inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada
kebutuhan pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring
sehingga memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.
6. Menerima klien apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan
interpersonal. Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat
diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap
menerima klien apa adanya.
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan
hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive
terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang
menyinggung privasi ataupun perasaan klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada
saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena
tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien. Pada tahap
ini juga didiskusikan tujuan hubungan dengan memperhatikan atau fokus dengan klien. Berikut
ini elemen kontrak perawat-klien :
a. Nama individu
b. Peran perawat dan klien
c. Tanggung jawab perawat dan klien
d. Harapan perawat dan klien
e. Tujuan hubungan
f. Tentukan tempat dan waktu
g. Kondisi untuk terminasi
h. Kedekatan/tujuan (antara perawat dan klien )
3. Fase Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap kerja
merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena di dalamnya perawat
dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya
dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang
disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan
penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang
dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Di bagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan
hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide
yang sama. Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat
merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima
dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat. Perawat membantu klien untuk dapat
menurunkan kecemasan, meningkatkan ketergantungan dan tanggung jawab diri dan
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Fokus pada fase ini adalah perubahan
perilaku secara aktual. Klien menampilkan perilaku yang resisten selama fase ini sebab bagian
ini merupakan proses penyelesaian masalah. Perkembangan hubungan, dimulai dengan
menanyakan perasaan klien, mengembangkan kemampuan dan mencarikan jalan keluar demi
klien.
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Fokus wawancara adalah klien.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.
c. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien.
d. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
e. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya.
f. Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
g. Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.
4. Fase Terminasi
Terminasi merupakan hal yang sangat sulit tetapi penting karena merupakan hubungan
terapeutik klien dan perawat. Selama fase terminasi, belajar untuk meningkatkan
kemampuan klien dan perawat. Setiap waktu perubahan perasaan dan memori dan evaluasi
secara menyeluruh sesuai dengan kemajuan dan tujuan yang dicapai klien. Kriteria
kerelaan klien untuk terminasi adalah:
a. Klien dapat mengekspresikan keyataan dari masalah yang dihadapi.
b. Klien dapat meningkatkan fungsinya.
c. Klien dapat meningkatkan harga diri dan mengidentifikasi kekuatan yang dirasakan.
d. Klien menggunakan respons koping yang adaptif.
e. Klien mengikuti hasil akhir tujuan penanganan yang akan dicapai.
f. Memperbaiki hubungan perawat dan klien dengan tidak terjadi masalah.
Pada fase ini, klien akan mengekspresikan marah dan ketidaksukaan, atau yang lainnya
berupa perilaku dan ucapan yang disampaikan secara apa adanya. Saat terminasi, klien
menampilkan penghargaan negatif terhadap konsep diri. Perawat harus sadar akan
kemungkinan reaksi yang terjadi dan mendiskusikan dengan klien tentang kondisi yang akan
terjadi. Beberapa klien menganggap terminasi merupakan penampilan terapeutik yang sangat
kritis karena hubungan sebelumnya baik dan terminasi menjadi negatif serta akan timbul
perasaan tidak nyaman.
Pada tahap ini terjadi pengikatan antar pribadi yang lebih jauh dan merupakan fase
persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat
dan mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur antara
lain mengantisipasi masalah yang akan timbul karena pada tahap ini
merupakan tahap persiapan mental atas rencana pengobatan, melakukan
peningkatan komunikasi untuk mengurangi ketergantungan pasien pada petugas.
Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas dengan klien.
Menurut Uripni (1993: 61) bahwa tahap terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara
dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan, pada terminasi ini
klien akan bertemu kembali pada waktu yang telah ditentukan, setelah hal ini dilakukan perawat
dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir terjadi jika klien selesai
menyelesaikan seluruh proses keperawatan dan menjalani pengobatan.
Kesimpulan :
A. Hubungan individu dalam keperawatan merupakan mutual humanity dan pada hakekatnya
adalah hubungan saling ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap
keputusan tindakan asuhan keperawatan dan perawat secara kolaboratif terlibat pula
dalam program tim kesehatan lain. Ada 3 model yang terjadi pada semua hubungan antar
manusia, termasuk hubungan antar perawat, dokter, dan pasien yaitu : Model aktivitas
pasivitas, model hubungan membantu, dan model partisipasi mutual.
B. Psikologi dan keperawatan keduanya memiliki tujuan umum yaitu memahami kebutuhan
emosional dan biologis pasien mereka. Salah satu cara meningkatkan psikologi
keperawatan adalah dengan membantu perubahan perilaku seseorang, seperti pola pikir
mental mereka.
C. Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana untuk mengaplikasikan proses
keperawatan pada saat perawat dan pasien berinteraksi untuk terlibat guna mencapai
tujuan asuhan keperawatan. Dalam hubungan ini perawat harus melaksanakan perannya
serta melindungi hak pasien. Selain itu, perawat juga harus mengaplikasikan karakteristik
helper relationship untuk menumbuhkan hubungan terapeutik.
D. Dalam proses interaksi perawat dengan klien ada 4 fase yaitu : Fase prainteraksi /
persiapan, fase introduksi /orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.
E. Faktor yang mempengaruhi interaksi perawat dengan klien menurut adalah :
perkembangan, persepsi, nilai, latar belakang sosial budaya, emosi, jenis kelamin,
pengetahuan, peran dan hubungan, lingkungan, jarak, citra diri, dan kondisi fisik.
Saran
Dalam keperawatan terdapat hubungan antar individu yang terjadi antara perawat
dengan klien, maupun dengan tim kesehatan lainnya. Hubungan ini dapat berjalan baik bila
perawat dapat menjalankan perannya serta menciptakan komunikasi yang hangat dengan
pasien. Diharapkan dengan adanya interaksi ini, perawat dapat mencapai tujuan yang
diharapkan dari kliennya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan antar manusia ( HAM ) atau human relation sangat erat kaitannya dengan
komunikasi dan merupakan hal yang sangat pentin dalam kehidupan sehari-hari.
HAM mempunyai kedudukan berarti, baik bagi suatu organisasi masyarakat mapun
individu yang berada dilingkungan komunikasi.
Kedudukan HAM mempunyai pengaruh untuk terbinanya hubungan yang baik dan
harmonis antara organisasi dan khalayak.
Individu dalam hal ini perawat, tentunya harus memahami dan mengaplikasikan teori
tentang HAM dan komunikasi ini secara baik agar proses pelayanan kesehatan yang akan
menunjang kegiatan profesinya. Sehngga kegiatan pelayann tesebut berjalan dengan baik dan
harmonis.
B. Tujuan
Selain untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas mata kuliah komunikasi
umum, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk
1. dapat memahami dan mengerti apa yag dimaksud Hubungan Antar Manusia ( HAM ) dan
komunikasi.
2. memahami dan mengaplikasikan teori Hubungan Antar Manusia ( HAM ) dan Komunikasi
khususnya dilingkungan kesehatan, antar perawat, dokter, pasien dan keluarga pasien.
3. mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pada Hubungan Antar
Manusia (HAM) yang baik.
PEMBAHASAN
Pengertian Hubungan Antar Manusia (HAM) dan Komunikasi
HAM atau Human Relation disini tentunya membicarakan situasi sosial, interaksi
individu-individu yang termasuk digolongan masyarakat.
Hubungan Antar Manusia (HAM) dalam arti luas adalah komunikasi persuasif yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi dan dalam semua
bidang kehidupan, sehigga menimbulkan kebahagiaan.
HAM dan kepuasan hati pada kedua pihak dilakukan dimana saja. HAM dalam arti
sempit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara
tatap muka dalam keadaan kerja ( work situation ) dan dalam organisasi kekaryaan work
organization dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan
semangat kerjasama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas.
Pengertian HAM Menurut Beberapa Pakar
1. Cabot dan kahl (1967): HAM adalah suatu sosiologi yang konkret karena meneliti situasi
kehidupan, khususnya masalah interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya. Jadi,
interaksi mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik yang
mencakup kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru.
2. H. Bonner (1975): interaksi adalah hubungan antara dua atau lebih individu manusia dan
prilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki prilaku individu lain
atau sebaliknya.
3. Keith Davis “Human Relation at Work” adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain
dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan. Ditinjau dari kepimpinannya, yang
bertanggungj awab dalam suatu kelompok merupakan interaksi orang-orang menuju situasi
kerja yang memotivasi untuk bekerjasama secara produktif, sehingga dicapai kepuasan
ekonomi, psikologis dan sosial.
4. Ferdinand Tonnies: menyatakan bahwa manusia dalam bermasyarakat mempunyai dua
jenis pergaulan yaitu: (1) Gemeinscaft, hal yang dialami oleh orang lain dirasakan
sebagaimana terjadi pada dirinya olek karena pergaulannya yang sangat akrab. Sifatnya
statis, pribadi, tidak rasional; (2) Gessellscaft, pergaulan yang mempertimbangkan untung
dan ruginya sehingga anggota bebas keluar masuk dari kelompok tersebut.
Komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap
muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan
kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah pihak.
Suksesnya seseorang dalam melaksanakan “Human Relations” karena ia
berkomunikasi secara etis, ramah, sopan, menghargai, dan menghormati orang lain.
Human Relations ini dilakukan dimana saja —> di rumah, pasar, kampus, toko, dalam
bis, kereta api, dan sebagainya.
1. Pengertian Komunikasi
Arti Usaha menumbuhkan response melalui lambang – lambang verbal ketika lambang –
lambang verbal tersebut sebagai stimulasi komunikasi yang baik yaitu syarat dengan
komunikasi untra personal ( komunikasi diantara dua individu dibatasi pada komunikasi
manusiawi ).
Kriteria komunikasi yang aktif akan menimbulkan
a. Pengertian
b. Kesenangan
c. Pengaruh pada sikap
d. Hubungan yang makin baik
e. Tindakan
Faktor- faktor yang mempengaruhi komunikasi
a. Tahap paling awal dalam penerimaanm nformasi adalaha sensasi = pengertian
b. Tahap berikutnya dalam suatu komunikasi adalah persepsi.
c. Tahap perhatian / attention membantu terjadinya komunikasi dan penerimaan
informasi.
d. Bahasa pesan dan penerimaan pesan
Proses interaksi melibatkan perasaan, kata yang diucapkan dalam komunikasi,
mencerminkan perasaan dan sikap, proses penyesuaian diri. Hubungan antar manusia secara
luas mencoba menemukan, mengidentifikasi masalah dan membahas untuk mendapatkan
pemecahan masalah.
Teori Ham dan Komunikasi Antar Perawat, Dokter Pasien dan Keluarga Pasien.
Gambar diatas menunjukan jalur komunikasi dan HAM antara inter perawat dokter dan
pasien. Warna hubungan ini harus dilandasi dengan perubahan mental dari komunikasi dan
HAM tersebut dari kurang intensf menjadi intensif dalam konteks proses keperawatan dan
perilaku manusia. Pada perawat sudah dilegkapi etik sehinga dalam HAM – KOM terhadap
pasien dan dokter syarat dengan etika moral, disiplin dan bertanggung jawab. Pendkatan fase
to fase relation ship perlu dilakkan dalam HAM dan KOM.
b. Comunications,
Yaitu cara menyampaikan pesan dari satu pihak kepada pihak yang lain, sehingga
terjadi pengertian bersama.
Ciri penting dari interaksi sosial yaitu :
1) Jumlah pelaku lebih dari seorang, atau dapat juga terjadi lebih dari dua orang
2) Adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan menggunakan simbol-
simbol.
3) Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, sekarang dan masa
datang.yang menetukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung.
4) Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak sama dengan yang
diperkirakan oleh orang lain.
Terjadinya interaksi sosial diawali dengan orang-orang yang bertemu muka, walaupun tidak
saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda.
Interaksi sosial tidak terbatas pada dua atau tiga orang, melainkan dapat berlangsung
antara :
a. Individu dengan kelompok atau kelompok dengan individu, misalnya :
1) Antara kepala sekolah dengan guru atau dengan siswa.
2) Ketua OSIS memimpin rapat siswa di sekolah dengan beberapa orang staf OSIS dan
siswa perwakilan kelas, yang membicarakan persiapan gerakan penanaman 1000
pohon rindang di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar.
3) Tim negosiator pembebasan sandra sipil yang bernegosiasi membicarakan
pembebasan sandera sipil dengan ketua GAM.
b. Kelompok dengan kelompok, misalnya :
1) Rapat antar fraksi di DPR yang membahas tentang RUU.
2) Dua keluarga yang saling bertukar jodoh bagi anak mereka melalui perkawinan.
c. Individu dengan individu
Hubungan dua orang ini tidak selamanya melalui pembicaraan, asalkan salah satu pihak
menanggapi pihak lain, baik berupa anggukan kepala, ataupun berupa kedipan mata, maka
dapat disebut sebagai interaksi sosial. Misalnya :
1) Seseorang sedang tawar-menawar barang dengan pedagang di kaki lima.
2) Pembicaraan antar dua orang
3) Dua insan sedang berkasih-kasihan
4) Bertemu dijalan saling menganggukan kepala atau saling tersenyum.
c. Identifkasi.
Merupakan kecenderungan atau keinginan untuk mempersamakan dirinya dengan orang
lain.. prosesnya dapat berlangsung dengan sendirinya secara sadar/sengaja karena
seseorang memrlukan contoh-contoh ideal didalam kehidupannya.
d. Simpati.
Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain.